Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Tamalanrea Indah Kota

Makassar. Lokasi ini merupakan kawasan padat lalu lintas karena

merupakan jalur lintar provinsi dan pusat pendidikan serta perkantoran

di kota Makassar. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 32

orang, dan di ambil sebanyak 30 sampel yang memenuhi kriteri inklusi

dengan teknik purposive sampling, dengan jumlah laki-laki sebanyak

13 orang dan perempuan sebanyak 17 orang dengan rata-rata umur 46-

55 tahun.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 23 September 2020,

dengan responden penelitian adalah pedagang kaki lima yang berjualan

di pinggiran jalan raya. Pengambilan data dilakukan dengan

melakukan hal pertama yaitu menjelaskan informasi penelitian kepada

responden, kemudian pengisian kuesioner oleh peneliti kepada

responden. Pengambilan sampel dilakukan 1 hari setelah dilakukan

observasi pada tanggal 24 September 2020 untuk dilakukan uji

laboratorium dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

kadar timbal dalam darah terhadap kadar hematokrit pada pedagang

kaki lima di kelurahan Tamalanrea Indah Kota MakassarTahun 2020.

46
4.1.2 Sajian Analisis Data Deskriptif

1. Karakteristik subjek penelitian hasil pemeriksaan timbal

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin,
umur, lama kerja, jam kerja dan riwayat merokok pada
pedagang kaki lima di kelurahan Tamalanrea
Indah Kota Makassar bulan
September 2020 (n=30)

Kadar Timbal
Normal Tidak Normal Total %
f f
Jenis Kelamin
Laki – laki 13 0 13 43,3
Perempuan 9 8 17 56,7
Total 22 8 30 100
Umur
16 – 25 tahun 4 0 4 13,3
26 – 35 tahun 6 1 7 23,3
36 – 45 tahun 4 2 6 20,0
46 – 55 tahun 5 7 12 40,0
56 – 65 tahun 0 1 1 3,3
Total 19 11 30 100
Lama Kerja
1 tahun 3 0 3 10,0
2 tahun 2 0 2 6,7
3 tahun 5 0 5 16,7
4 tahun 4 1 5 16,7
5 tahun 9 6 15 50,0
Total 23 7 30 100
Jam Kerja
< dari 8 jam 12 0 12 40,0
> dari 8 jam 10 8 18 60,0
Total 22 8 30 100
Riwayat Merokok
Ya 16 0 16 53,3
Tidak 6 8 14 46,7
Total 22 8 30 100

47
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas jenis

kelamin responden laki-laki memiliki nilai normal kadar timbal yaitu

sebanyak 13 orang dan tidak normal 0 (43,3%) sedangkan responden

perempuan memiliki nilai normal kadar timbal sebanyak 9 dan tidak

normal 8 (56,7%). Berdasarkan kriteria umur responden mulai dari

umur 16-25 tahun memiliki memiliki nilai normal kadar timbal

sebanyak 4 orang dan tidak normal 0 (13,3%), umur 26-35 tahun nilai

normal kadar timbal sebanyak 6 orang dan tidak normal 1 (23,3%),

umur 36-45 tahun nilai normal kadar timbal sebanyak 4 orang dan

tidak normal 2 (20,0%), umur 46-55 tahun nilai normal kadar timbal

sebanyak 5 dan tidak normal 7 (40,0%), umur 56-65 tahun nilai

normal kadar timbal 0 dan tidak normal 1 (3,3%). Berdasarkan kriteria

lama kerja responden mulai dari 1 tahun memiliki nilai normal kadar

timbal sebanyak 3 dan tidak normal 0 (10,0%), lama kerja 2 tahun

nilai normal kadar timbal sebanyak 2 dan tidak normal 0 (6,7%), lama

kerja 3 tahun nilai normal kadar timbal sebanyak 5 dan tidak normal 0

(16,7%), lama kerja 4 tahun nilai normal kadar timbal sebanyak 4 dan

tidak normal 1 (16,7%), lama kerja 5 tahun nilai normal kadar timbal

sebanyak 9 dan tidak normal 6 (50,0%). Berdasarkan kriteria

mayoritas jam kerja responden < 8 jam memiliki nilai normal kadar

timbal sebanyak 12 dan tidak normal 0 (40,0%), jam kerja > 8 jam

nilai normal kadar timbal sebanyak 10 dan tidak normal 8 (60,0%)

48
Berdasarkan riwayat merokok responden yang merokok memiliki nilai

normal kadar timbal sebanyak 16 tidak normal 0 (53,3%), tidak

merokok nilai normal kadar timbal sebanyak 6 dan tidak normal 8

(46,7%)

2. Karakteristik subjek penelitian hasil pemeriksaan hematokrit

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin,
umur, lama kerja, jam kerja dan riwayat merokok pada
pedagang kaki lima di kelurahan Tamalanrea
Indah Kota Makassar bulan
September 2020 (n=30)

Kadar Timbal
Normal Tidak Normal Total %
f f
Jenis Kelamin
Laki – laki 13 0 13 43,3
Perempuan 6 11 17 56,7
Total 19 11 30 100
Umur
16 – 25 tahun 4 0 4 13,3
26 – 35 tahun 6 1 7 23,3
36 – 45 tahun 5 1 6 20,0
46 – 55 tahun 5 7 12 40,0
56 – 65 tahun 0 1 1 3,3
Total 20 10 30 100
Lama Kerja
1 tahun 3 0 3 10,0
2 tahun 2 0 2 6,7
3 tahun 5 0 5 16,7
4 tahun 1 4 5 16,7
5 tahun 7 8 15 50,0
Total 18 12 30 100
Jam Kerja
< dari 8 jam 10 2 12 40,0
> dari 8 jam 6 12 18 60,0

49
Total 16 14 30 100
Riwayat Merokok
Ya 16 0 16 53,3
Tidak 2 12 14 46,7
Total 18 12 30 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa mayoritas

jenis kelamin responden laki-laki memiliki nilai normal hematokrit

yaitu sebanyak 13 orang dan tidak normal 0 (43,3%) sedangkan

responden perempuan memiliki nilai normal hematokrit sebanyak 6

dan tidak normal 11 (56,7%). Berdasarkan kriteria umur responden

mulai dari umur 16-25 tahun memiliki memiliki nilai normal

hematokrit sebanyak 4 orang dan tidak normal 0 (13,3%), umur 26-35

tahun nilai normal hematokrit sebanyak 6 orang dan tidak normal 1

(23,3%), umur 36-45 tahun nilai normal hematokrit sebanyak 5 orang

dan tidak normal 1 (20,0%), umur 46-55 tahun nilai normal

hematokrit sebanyak 5 dan tidak normal 7 (40,0%), umur 56-65 tahun

nilai normal hematokrit 0 dan tidak normal 1 (3,3%). Berdasarkan

kriteria lama kerja responden mulai dari 1 tahun memiliki nilai normal

hematokrit sebanyak 3 dan tidak normal 0 (10,0%), lama kerja 2 tahun

nilai normal hematokrit sebanyak 2 dan tidak normal 0 (6,7%), lama

kerja 3 tahun nilai normal hematokrit sebanyak 5 dan tidak normal 0

(16,7%), lama kerja 4 tahun nilai normal kadar hematokrit sebanyak 1

dan tidak normal 4 (16,7%), lama kerja 5 tahun nilai normal

hematokrit sebanyak 7 dan tidak normal 8 (50,0%). Berdasarkan

50
kriteria mayoritas jam kerja responden < 8 jam memiliki nilai normal

hematokrit sebanyak 10 dan tidak normal 2 (40,0%), jam kerja > 8

jam nilai normal hematokrit sebanyak 6 dan tidak normal 12 (60,0%)

Berdasarkan riwayat merokok responden yang merokok memiliki nilai

normal hematokrit sebanyak 14 tidak normal 0 (53,3%), tidak

merokok nilai normal hematokrit sebanyak 2 dan tidak normal 12

(46,7%)

4.1.3 Sajian Analisis Data Diferensial

Tabel 4.3 Hasil Penelitian Pengaruh Kadar Timbal Dalam Darah Terhadap
Kadar Hematokrit Pada Pedagang Kaki Lima Di Kelurahan
Tamalanrea Indah Kota Makassar Tahun 2020
Hasil
Pemeriksaa N Minimum Maximum Mean Std.
n Deviation
Kadar Pb 30 6,08 33,4 20,831 7,177

Kadar Ht 30 27 51 37,73 6,987

Sumber: Data Primer

Dari hasil tabel 4.3 pengolahan data melalui deskripsi statistik

menunjukkan bahwa kadar timbal (Pb) memiliki nilai rata – rata

sebesar 20,831 ± 7,177 dengan nilai minimum 6,08 dan nilai

maksimum 33,4 sedangakan nilai rata – rata kadar hematokrit (Ht)

sebesar 37,73 ± 6,987 dengan nilai minimum 27 dan nilai maksimum

51.

1. Uji Normalitas Data

Dari 30 sampel yang didapat, terlebih dahulu dilakukan

uji normalitas. Dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu

51
dengan uji Shapiro- Wilk, karena sampel yang sedikit yaitu

kurang atau sama dengan 50, sehingga didapat hasil sebagai

berikut.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Pada Pemeriksaan Kadar

Timbal Dalam Darah Terhadap Kadar Hemoglobin Pada

Pedagang Kaki Lima Di Kelurahan Tamalanrea

Indah Kota Makassar Tahun 2020

Hasil Shapiro-Wilk
Pemeriksaan
Statistic Df Sig
Kadar Pb 0,943 30 0,111
Kadar Ht 0,932 30 0,057
Sumber : Data Primer

Dari Hasil tabel 4.8 uji normalitas data dengan model

Shapiro-Wilk, diketahui bahwa nilai probabilitas (Sig). hasil

pemeriksaan kadar timbal dalam darah besarnya 0,111 dan hasil

pemeriksaan kadar hematokrit memiliki probabilitas (Sig).

sebesar 0,057 dengan demikian p>0,05. Hal tersebut

menunjukkan bahwa data kedua variabel yang diperoleh

terdistribusi normal dengan nilai signifikan > 0,05 dan memenuhi

syarat untuk melakukan uji statistik Pearson Correlation.

Analisis data statistic Pearson Correlation.menampilkan

hasil uji yang menunjukkan kesimpulan rata – rata dari hasil

analisis pemeriksaan kadar timbal dalam darah terhadap kadar

hematoktit pada pedagang kaki lima di kelurahan Tamalanrea

52
Indah Kota Makassar terdapat pengaruh yang signifikan antara

kadar timbal dalam darah terhadap kadar hemoglobin.

2. Uji Pearson Correlation

Tabel 4.5 Hasil Uji Pearson Correlation

Kadar Timbal Kadar Ht


(µl/dL) (gr/dL)
Kadar Timbal Pearson 1 0,672
(µl/dl) Correlation
Sig. (2-tailed) 0,000
N 30 30
Kadar Ht (%) Pearson 0,672 1
Correlation
Sig. (2-tailed) 0,000
N 30 30
Sumber: Data Primer

Dari hasil tabel 4.8 uji Pearson Correlation dinyatakan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kadar timbal

darah dengan kadar hematokrit nilai sig (2-tailed) atau p < 0,05

maka terdapat pengaruh yang signifikan. Didapatkan nilai sig (2-

tailed) atau p pada uji Pearson sebesar p= 0,000 < 0,05. maka

hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh kadar timbal darah

dengan kadar hematokrit pada pedagang kaki lima di kelurahan

Tamalanrea Indah Kota Makassar. Selain itu, dapat dilihat dari

nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,672 menunjukkan bahwa

53
tingkat pengaruh antar variabel kuat, dan menunjukkan arah

korelasi berlawanan antar variabelnya.

4.2 Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel kecil yaitu

sebanyak 30 sampel yang memenuhi kriteria Inklusi darah vena yang diambil

dari pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar kelurahan Tamalanrea

Indah Kota Makassar. Untuk menguji dua sampel dengan parameter yang

berbeda apakah mempunyai pengaruh yang signifikan digunakan uji pearson

correlation. Dikatakan uji pearson correlation merupakan salah satu ukuran

korelasi yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier

dari dua variabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah

satu variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah

yang sama ataupun arah yang sebaliknya.

Berdasarkan hasil penelitian pengolahan data deskriptif statistik

berdasarkan kriteria subjek penelitian diketahui bahwa distribusi frekuensi

responden berdasarkan jenis kelamin pada pedagang kaki lima dapat

disimpulkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden perempuan sangat

rentan terpapar polusi udara seperti timbal dimana memiliki kadar timbal di

atas nilai normal sebanyak 8 orang (56,7%) dan kadar hematokrit 11 orang

(56,7%), mayoritas umur responden pedagang kaki lima berdasarkan rentan

54
usia menurut WHO dimana umur 46 – 55 tahun sangat rentan terpapar timbal

dimana memiliki kadar timbal di atas nilai normal sebanyak 7 orang (40,0),

dan memiliki kadar hematokrit 7 orang (40,0%) mayoritas pedagang kaki

lima berdasarkan lama kerja yang rentan terpapar timbal responden lama

kerja 5 tahun dimana memiliki kadar timbal diatas nilai normal sebanyak 6

orang (50,0%), dan kadar hematokrit sebanyak 8 orang (50,0) mayoritas

pedagang kaki lima berdasarkan jam kerja responden sangat rentan terpapar

timbal dimana jam kerja > 8 jam/hari memiliki kadar timbal diata nilai

normal sebanyak 8 orang (60,0), kadar hematokrit sebanyak 12 (60,0),

sedangkan mayoritas riwayat merokok responden yang merokok masih

diambang batas dan nilai kadar hematokrit memiliki nilai diatas nilai normal

sebanyak 2 orang (53,3%)

Pada tabel tabel 4.6 pengolahan data melalui deskripsi statistik

diperoleh kadar timbal dalam darah reratanya sebesar 20,831 µg/dl masih

dalam batas normal, dimana nilai ambang batasnya 10 – 25 µg/dl dengan nilai

minimum 6,08 dan nilai maksimum 33,4. Sedangkan rerata kadar hematokrit

(Ht) sebesar 37 % termasuk dalam kategori normal, dimana kadar hematokrit

laki-laki dewasa normal 40 – 48 % untuk perempuan 37 – 43 % dengan nilai

minimum 27 dan nilai maksimum 51.

Sebelum dilakukan uji pearson correlation terlebih dahulu dilakukan

uji normalitas data sebagai salah satu syarat dapat dilakukan uji pearson

correlation didapatkan hasil uji normalitas data dengan nilai p atau signifikan

kadar timbal dalam darah sebesar 0,111 > 0,05 dan nilai p atau signifikan

55
kadar hematokrit sebesar 0,057 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas data keduanya menunjukkan data terdistribusi normal karena nilai

p > 0,05.

Berdasarkan tabel 4.8 pengolahan data diperoleh hasil bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar

hematokrit pada pedagang kaki lima di kelurahan Tamalanrea Indah Kota

Makassar. Hal ini dapat dilihat dari nilai p = 0,000 (p < 0,05. Kekuatan

korelasi antar kedua variabelnya kuat, ditunjukkan dengan hasil nilai

koefisien korelasi (r) = 0,672. Arah korelasi berlawanan antar variabel, hal ini

berarti kenaikan kadar timbal dalam darah, akan menurunkan kadar

hematokrit. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh (Putu Gede, 2016) di Kampus Universitas Negeri Semarang dari hasil

pengolahan data menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kadar

timbal dalam darah dengan kadar hemoglobin pada pedagang buku belakang

Sriwedari Surakarta dengan nilai p = 0,018 dan nilai (r) = 0,339. Kontaminasi

kadar timbal dalam darah akan menurunkan kadar hematokrit, hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar timbal dalam tubuh seseorang,

maka semakin berkurang kadar hematokritnya.

Timbal (Pb) yang masuk kedalam tubuh melalui makanan tetap

akan terserap didalam tubuh sekitar 5-10%. Sementara sekitar 30% timbal

akan terhirup melalui pernafasan, kemudian timbal akan didistribusika ke

dalam darah ± 95% terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat pada

plasma. Efek toksik timbal dalam darah dapat menyebabkan terjadinya

56
peningkatan kadar ALAD (Aminolevulinic Acid dehydratase) dalam darah

dan urine. Dapat menigkatkan kadar protoporphirin dalam sel darah merah,

memperpendek umur sel darah merah (eritrosit), menurunkan jumlah sel

darah merah, menurunan kadar retikulosit (sel-sel darah merah yang masih

muda) dan meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah.

Menurunya jumlah eritrosit atau sel darah merah berkonsekuensi

terhadap terganggunya sistem hematopoietic (sistem pembentukan sel darah)

didalam sistem peredaran darah dan akan terjadi penurunan kadar hematokrit

dalam darah. Apabila kejadian ini terjadi terus menerus maka akan dapat

mengakibatkan suatu gejala penyakit anemia.

Kadar hematokrit pada orang yang mengalami keracunan timbal

(Pb) cenderung berada dibawah nilai normal dan dapat mengakibatkan suatu

gejala penyakit anemia. Anemia merupakan keadaan dimana berkurangnya

jumlah eritrosit (sel darah merah) didalam tubuh dari nilai normal dalam

darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam

jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O 2 ke jaringan

menurun. Timbal dapat menyebabkan 2 macam anemia, yang sering disertai

dengan eritrosit berbintik basofilik. Dalam keadaan keracunan timbal akut

terjadi anemia hemolitik, sedangkan pada keracunan timbal yang kronis

terjadi anemia makrositik hipokromik, hal ini disebabkan oleh menurunnya

masa hidup eritrosit akibat interfensi logam timbal (Pb).

Seseorang yang menghirup timbal (Pb) di udara maka kandungan

timbal dalam darahnya akan meningkat. Peningkatan kadar timbal dalam

57
darah ini akan mempengaruhi proses pembentukan heme dan akan

menurunkan kadar hematokrit. Hal ini akan dipengaruhi oleh faktor usia,

jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan paparan timbal

Pada penelitian ini, hanya ada dua responden yang memiliki kadar

timbal darah > 30 µg/dL, dengan kadar hematokritnya dibawah nilai normal

wanita dewasa yaitu 37 – 43 %. Kadar timbal dalam darah dipengaruhi oleh

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jalur pemaparan, kelangsungan

pemaparan, jenis kelamin, umur, lama paparan, jam kerja, jenis jaringan, dan

kebiasaan merokok. Responden yang memiliki kadar timbal dalam darah > 30

µg/dL seorang responden perempuan dengan rentang usia 46 – 55 tahun

seorang pedagang kaki lima yang berjualan disekitar kelurahan Tamalanrea

Indah Kota Makassar tersebut dengan jam kerja < 8 jam/hari dengan lama

kerja 5 tahun. Responden tersebut memperoleh paparan timbal karena tidak

seringnya menggunakan APD (alat pelindung diri) seperti memakai masker

pada saat berjualan, sehingga potensi terpapar emisi gas kendaraan bermotor

juga tinggi. Responden tersebut sering mengeluhkan rasa pusing, batuk, dan

sesak nafas, namun tidak terlalu diperhatikan. ketika mengeluhkan rasa sakit,

responden tersebut istirahat sejenak. Apabila rasa sesak tersebut sangat sakit

responden tersebut memeriksakan diri ke dokter, responden tersebut memiliki

kadar hematokrit dibawah nilai normal wanita dewasa dan tidak ada riwayat

merokok.

Berdasarkan hasil uji statistik ada pengaruh antara jenis kelamin

dengan kadar timbal dalam darah ini sesuai dengan hasil penelitian (Malaka

58
and Iryani, 2011) bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kadar

timbal dalam darah pada petugas pintu tol jagorawi berdasarkan tabel 4.1 dan

4.2 mayoritas jenis kelamin responden perempuan yang memiliki kadar

timbal diatas nilai normal sebanyak 8 orang (56,7%), kadar hematokrit 11

orang (56,7%) oleh karena itu jenis kelamin perempuan lebih mudah terpapar

timbal, dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh perbedaan faktor

ukuran tubuh (fisiologi), keseimbangan hormonal dan perbedaan metabolisme

(Ardillah, 2016).

Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh antara usia dengan

kadar timbal dalam darah berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 mayoritas umur

responden berdasarkan rentan usia 46 – 45 tahun dimana memiliki kadar

timbal diatas nilai normal sebanyak 7 orang (40,0%) kadar hematokrit 7

orang (40,0) ,oleh karena itu semakin tua umur seseorang, maka akan

semakin tinggi pula konsentrasi timbal yang terakumulasi pada jaringan

tubuh. Semakin tua umur seseorang akan semakin tinggi pula konsentrasi Pb

yang terakumulasi pada jaringan tubuhnya (Ardillah, 2016).

Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh antara lama kerja, jam

kerja dengan kadar timbal dalam darah berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2

mayoritas lama kerja responden 5 tahun memiliki kadar timbal diatas nilai

normal sebanyak 6 orang (50,0%), kadar hematokrit 8 orang (50,0%),

sedangakan tabel 4.1 dan 4.2 mayoritas jam kerja responden > 8 jam/hari

memiliki kadar timbal diatas nilai normal sebanyak 8 orang (60,0%), kadar

hematokrit 8 orang (60,0%) oleh karena itu, Semakin lama waktu kerja dalam

59
sehari maka akan semakin besar pula resiko terhadap paparan timbal (Pb)

yang dapat mempengaruhi kesehatan begitupun lama kerja dalam pertahun

(Rosita and Mustika, 2019).

Berdasarkan hasi uji statistik menunjukkan ada pengaruh antara

kebiasaan merokok dengan kadar timbal dalam darah berdasarkan tabel 4.1

dan 4.2 mayoritas kebiasaan merokok responden yang merokok memiliki

kadar timbal masih dalam batas normal, sedangkan memiliki nilai hematokrit

diatas nilai normal sebanyak 2 orang (53,3) oleh karena itu, rokok

mengandung beberapa logam berat seperti Pb, Cd, dan sebagainya yang

membahayakan bagi kesehatan terutama perokok pasif yang tidak merokok,

tetapi menghirup rokok orang lain juga rentan terpapar timbal. Konsumsi

rokok setiap harinya akan meningkatkan resiko inhalasi Pb akibat dari asap

rokok tersebut (Rosita and Mustika, 2019).

Kadar hematokrit dipengaruhi oleh beberapa faktor selain dari

paparan timbal (Pb), yaitu usia, jenis kelamin, tinggi rendahnya daerah,

kecukupan Fe dalam tubuh, kebiasaan minum kopi dan teh, kebiasaan

merokok, dan fungsi jantung serta paru. Dalam penelitian ini ada 11

responden yang memiliki kadar hematokrit dibawah nilai normal. 8

responden memiliki kadar timbal dalam darah melebihi ambang batas 6

responden memilki kadar timbal darah > 25 µg/dL dan 2 responden memiliki

kadar timbal dalam darah > 30 µg/dL diikuti dengan penurunan kadar

hematokrit.

60

Anda mungkin juga menyukai