Anda di halaman 1dari 63

MODUL PRAKTIKUM

FISIKA DASAR 1

Disusun oleh :
TIM PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

JURUSAN FISIKA FMIPA


Universitas Negeri Malang
AGUSTUS 2022
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia kekuatan,
kebermanfatan ilmu dan waktu yang diberikan sehingga buku petunjuk praktikum
Fisika Dasar 1 ini dapat tersusun dengan baik. Petunjuk praktikum ini disusun
oleh Tim Praktikum Fisika Dasar 1 dibawah koordinasi jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Malang (UM) melalui Ketua Laboratorium dan Ketua Sub
Laboratorium Fisika Dasar. Petunjuk praktikum ini direvisi oleh Tim Praktikum
Fisika Dasar 1 disetiap awal tahun ajaran.
Petunjuk praktikum ini merupakan salah satu panduan pelaksanaan
praktikum bidang fisika di jurusan Fisika FMIPA UM. Praktikum bidang fisika
merupakan matakuliah wajib dan disajikan bagi mahasiswa program sarjana
fisika, mahasiswa program sarjana pendidikan fisika dan mahasiswa beberapa
program studi di bawah naungan FMIPA UM.
Pelaksanaan praktikum oleh mahasiswa bersifat team-work, sementara
pelaporan praktikum bersifat individu. Mata kuliah Praktikum berbobot 1 SKS dan
2 JS, sedemikian hingga pelaksanaan praktikum, pengambilan data dan penyajian
data (sebagai laporan sementara), yang dilaksanakan di laboratorium berdurasi
waktu 2 jam kuliah yang setara dengan 100 menit. Dalam durasi waktu ini,
mahasiswa diharapkan mampu memahami materi praktikum dengan baik.
Petunjuk praktikum ini diharapkan dapat digunakan secara operasional
sehingga kehadirannya memberikan manfaat yang maksimal. Evaluasi dan
masukan dari pengguna buku ini selalu dinanti dan menjadi bahan perbaikan.

Malang, Agustus 2022


Ttd
Tim Praktikum Fisika Dasar 1

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - ii


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................ii


DAFTAR ISI ................................................................................................iii
MODUL 1: PERCOBAAN GERAK LURUS ..........................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Tujuan ......................................................................................................1
C. Prinsip ......................................................................................................2
D. Alat Dan Bahan .......................................................................................3
E. Pengukuran ..............................................................................................3
F. Analisis Data, Pembahasan, dan Tugas Penyusunan Laporan .................4
G. Lembar Pengamatan ................................................................................6
MODUL 2: PERCOBAAN GAYA GESEK .............................................7
A. Latar Belakang ........................................................................................7
B. Tujuan ......................................................................................................7
C. Prinsip ......................................................................................................8
D. Alat dan Bahan ........................................................................................10
E. Pengukuran ..............................................................................................10
F. Analisis Data, Pembahasan, Dan Tugas ...................................................11
G. Lembar Pengamatan ................................................................................12
MODUL3: PERCOBAAN KESETIMBANGAN........................................13
A. Latar Belakang..........................................................................................13
B. Tujuan…...................................................................................................13
C. Dasar Teori…............................................................................................13
D. Alat dan bahan..........................................................................................14
F. Pengukuran…............................................................................................15
G. LEMBAR PENGAMATAN …...............................................................16
MODUL 4: HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER...................17
A. Latar Belakang ........................................................................................18
B. Tujuan ......................................................................................................18
C. Prinsip Percobaan ....................................................................................18
D. Susunan Alat............................................................................................19
E. Pengukuran ..............................................................................................20
F. Lembar Pengamatan .................................................................................23
MODUL 5: GERAK HARMONIS SEDERHANA .....................................24
A. Latar Belakang ........................................................................................24
B. Tujuan ......................................................................................................24
C. Dasar Teori ..............................................................................................25
F. Prosedur Percobaan ...................................................................................31
G. LEMBAR PENGAMATAN .....................................................................34

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - iii


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

INDEX
Teori Ralat

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - iv


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

MODUL 1: PERCOBAAN GERAK LURUS

A. LATAR BELAKANG
Eksperimen ini dilengkapi dengan set alat yang mampu menghilangkan
efek gesekan antar permukaan. Dengan demikian dengan alat ini mahasiswa bisa
membuktikan bahwa jika tidak ada gaya luar yang bekerja, maka benda akan diam
(v = 0) atau bergerak lurus beraturan (v = konstan).
B. TUJUAN
Secara umum tujuan atau kompetensi yang harus diperoleh mahasiswa
melalui eksperimen ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan secara khusus,
kompetensi yang harus diperoleh mahasiswa selama eksperimen adalah sebagai
berikut.
1. Mahasiswa mampu menggunakan ticker timer dengan benar.
2. Dengan menggunakan alat ticker timer (alat untuk memberi tanda), mahasiswa
dapat memahami konsep satuan waktu dalam gerak.
3. Berdasarkan titik-titik yang dibentuk oleh ticker timer, mahasiswa mampu
mentransformasi dalam bentuk data besaran jarak, kecepatan, percepatan dan
waktu.
4. Mahasiswa mampu menerapkan materi teori grafik dalam menentukan hasil
ukur eksperimen.
5. Mahasiswa mampu membuat grafik hubungan antara jarak dan waktu, jarak
dan kuadrat waktu, menurunkan rumus eksperimennya, serta
membandingkannya dengan rumus matematis yang sudah dipelajari di
perkuliahan (teori).
6. Mahasiswa mampu membuat grafik hubungan antara kelajuan dan waktu,
menurunkan rumus eksperimennya, serta membandingkannya dengan rumus
matematis yang sudah dipelajari di perkuliahan (teori).
7. Mahasiswa mampu membuat grafik hubungan antara percepatan dan waktu,
menurunkan rumus eksperimennya, serta membandingkannya dengan rumus
matematis yang sudah dipelajari di perkuliahan (teori). Berdasarkan grafik
tersebut, bisa dipahami konsep percepatan tetap pada gerak lurus dipercepat
beraturan.
8. Mampu menerapkan teori ralat rambat dalam menyelesaikan hasil ukur
percobaan berdasarkan grafik yang akan dibuat.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 1


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

C. PRINSIP
1. Pengertian Gerak
Pada bagian ini hanya dibahas teori gerak secara singkat. Untuk
mempelajari teori gerak secara rinci dapat dipelajari pada matakuliah Fisika Dasar
I.
Sebuah benda dikatakan bergerak jika posisi benda tersebut mengalami
perubahan terhadap benda lain di sekelilingnya. Jadi gerak adalah perubahan
kedudukan atau posisi sebuah benda terhadap suatu titik acuan tertentu.
Berdasarkan bentuk lintasannya, gerak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Gerak Lurus yaitu gerak yang lintasannya berupa garis lurus.
b. Gerak Lengkung yaitu gerak yang lintasannya berupa garis lengkung/tidak
lurus.
Dalam modul praktikum ini lebih ditekankan pada gerak lurus. Jika
ditinjau dan besar kecepatan gerak setiap saat, gerak lurus dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Gerak Lurus Beraturan yang disingkat GLB. GLB merupakan gerak lurus yang
kecepatannya selalu tetap setiap saat.
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan, disingkat GLBB.
GLBB adalah gerak lurus yang kecepatannya berubah secara teratur pada
setiap saat. Sedangkan gerak lurus berubah beraturan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Gerak Lurus Berubah Beraturan Dipercepat, yaitu GLBB yang kecepatannya
bertambah secara teratur pada setiap saat.
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan Diperlambat, yaitu GLBB yang
kecepatannya berkurang secara teratur pada setiap saat.
Melalui modul praktikum ini akan dilakukan kegiatan laboratorium tentang
GLBB dipercepat.

2. Gerak Lurus Berubah Beraturan Dipercepat


Diatas sudah disebutkan bahwa GLBB adalah gerak lurus yang
kecepatannya berubah secara teratur pada setiap saat. GLBB dapat juga disebut
gerak lurus yang percepatannya tetap.

 P-01: Apa percepatan (acceleration) itu? Jelaskan pengertiannya!


Jika pada saat t = t0 dengan kecepatan benda v0 dan pada saat t kemudian
kecepatan menjadi Vt, maka dengan mengacu jawaban P-01, dapat dituliskan
hubungan:
Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 2
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

vt = v0 + a (t-t0) (1)
dengan a = percepatan benda.

 P-02: Buktikan/jabarkan cara memperoleh persamaan 1 di atas!


 P-03: Apakah yang dimaksud dengan kecepatan (velocity ) itu?
Jika pada saat t0 = 0, kedudukan benda di x0 dan pada saat t benda di xt, maka
dengan mengacu pada jawaban pertanyaan P-03, dapat dituliskan:
xt = x0 + v0 t + 1/2a (tt0) (2)

 P-04: Buktikan persamaan 2 di atas!


 P-05: Bagaimana hubungan antara kecepatan (v) dan waktu tempuh (t)?

 P-06: Bagaimana hubungan antara jarak tempuh (x) dan waktu tempuh (t)?
Untuk melengkapi teori dasar pada materi gerak lurus di atas, pelajari
materi gerak lurus pada buku-buku teks fisika dasar 1.
D. ALAT DAN BAHAN
Dalam percobaan ini alat dan bahan yang digunakan adalah:
1. Precision Metal Rail
2. Trolley
3. Katrol
4. Ticker Timer
5. Pita Kertas
6. Tali/Benang Ringan
7. Penggaris Panjang
8. Beban
9. Kabel Penghubung
10. Power Supply
E. PENGUKURAN
 TP-0 1: Menyusun rangkaian alat percobaan.
Susunlah alat-alat yang disediakan seperti gambar di bawah ini!

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 3


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

 TP-02:
1. Aturlah kedudukan trolley dan kertas pita sehingga gesekan kertas pita
terhadap ticker timer sekecil mungkin!
2. Aturlah getaran ticker timer agar penggetar dapat menumbuk kertas karbon
yang terletak dibawahnya dengan baik!
3. Hidupkan power supply, lepaskan trolley sehingga pada pita kertas terjadi
jejak titik-titik!
4. Ukurlah secara berturut-turut jarak antara titik-titik ke:
a) 0-5; 0-10; 0- 15; 0-20; 0-25
b) 0 -5; 5-10; 10- 15; 15-20; 20- 25; dan seterusnya
5. Hitunglah selisih hasil pengukuran berturut-turut padapelaksanaan 4b!
6. Buatlah data dan hasil pelaksanaan 5 dan 6 diatas!

F. ANALISIS DATA, PEMBAHASAN, DAN TUGAS PENYUSUNAN


LAPORAN
Menganalisis data pengamatan berdasarkan data percobaan yang diperoleh:
1. Transformasikan data tersebut ke data S dengan t, v dengan t dan a dengan t!
2. Buatlah grafik hubungan antara S dengan t!
3. Buatlah grafik hubungan antara S dengan t2?
4. Berdasarkan grafik pada butir 3 di atas, turunkan rumus eksperimennya!
5. Bandingkan rumus eksperimen berdasar butir 4 tersebut dengan rumus:
1
= +
2
6. Buatlah grafik hubungan antara v dengan t!

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 4


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

7. Turunkan rumus eksperimen berdasarkan grafik butir 6 di atas!


8. Bandingkan rumus eksperimen butir 7 terhadap rumus dan tugas butir
4 di atas!
9. Buatlah grafik hubungan antara a dengan t!
10. Berdasarkan butir 9, turunkan rumus eksperimennya!
11. Bandingkan rumus eksperimen butir 10 di alas terhadap pernyataan bahwa a
konstan!
12. Apakah satuan t dalam hal ini? Jelaskan!
13. Diskusikan hasil percobaan ini!
14. Jawablah semua pertanyaan yang ada pada Bab III!

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 5


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

G. LEMBAR PENGAMATAN

PERCOBAAN GERAK LURUS

Anggota Kelompok:
1. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
2. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
3. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
4. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
Kelompok:_______________________________________________
Jurusan/Kls/Offering:__________________________________________
Hari/Tgl Percobaan:___________________________________________

TITIK-TITIK S TITIK-TITIK v TITIK-TITIK a


0-5 0-5 ( 5-10) – (0- 5)
0-10 5-10 (10-15) – (5-10)
0-15 10-15 (15-20) – (10-15)
0-20 15-20 (20-25) – (15-20)
0-25 20-25 (25-30) – (20-25)
0-30 25-30 (30-35) – (25-30)
0-35 30-35 (35-40) – (30-35)
0-40 35-40 (40-45) – (35-40)
0-45 40-45 (45-50) – (40-45)
0-50 45-50 (50-55) – (45-50)

Malang, ..........................
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,

( _________________ )

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 6


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

MODUL 2: PERCOBAAN GAYA GESEK

A. LATAR BELAKANG
Suatu benda jika berinteraksi dengan benda lain dalam bentuk gesekan,
pasti muncul gaya gesekan. Pada eksperimen ini mahasiswa diajak untuk
membuktikan secara langsung, besaran apa saja yang mempengaruhi gaya
gesekan.
Pada pertemuan perkuliahan di kelas (teori), hanya digambarkan secara
bagan tentang gaya gesekan. Pada kegiatan eksperimen ini akan divisualisasikan
teori yang ada di perkuliahan (teori).
B. TUJUAN
1. Dalam menentukan koefisien gaya gesekan kinetic pada bidang datar,
mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menerapkan metode grafik
b. Menyesuaikan antara persamaan pada grafik garis lurus dengan
persamaan modifikasi yang tersedia
c. Mampu mengembangkan pola piker bahwa pada kasus ini, yang
dipelajari adalah hubungan antara massa beban terhadap waktu.
2. Terampil menggunakan alat-alat dan merangkai alat-alat yang tersedia
sehingga menghasilkan data yang benar.
C. PRINSIP
1. Dasar Teori
Jika sebuah balok meluncur pada lantai datar, maka lajunya akan
berkurang dan suatu saat akan berhenti. Kenyataan ini menunjukkan bahwa suatu
gaya bekerja pada balok itu dengan arahberlawanan dengan gerak balok. Gaya
semacam ini disebut sebagai Gaya Gesek Kinetis.
Gaya semacam ini bekerja bila dua permukaan benda saling
bersinggungan. Akan tetapiapakah gaya ini hanya bekerja pada saat terjadi
gerakan relative diantara dua permukaan benda yang bersinggungan?
Perlu bahan hokum-hukum tentang gaya gesekan merupakan hokum-
hukum empiric, yang tidak didasarkan pada teori tertentu, melainkan semata-mata
berdasarkan pengamatan belaka. Hokum-hukum tersebut menyatakan bahwa gaya
gesekan yang bekerja jika diantara duabenda yang bersinggungan adalah:
a. Sebanding dengan gaya normal
b. Tak tergantung pada luas permukaan
Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 7
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

c. Tak tergantung kepada kecepatan relative


Dua hokum pertama di atas, dikemukakan oleh Leonardo Da Vinci,
sedangkan hokum yang ketiga oleh Charles A. Coulomb.
P-01 : Ungkapkan secara matematis hokum yang pertama di atas. Disebut
apakah tetapan pembanding antara gaya gesekan dengan gaya normal?
P-02 : Jelaskan dan berikan contohnya, apa yang disebut dengan gaya normal.
2. Prinsip Percobaan
Pengukuran Koefisien Gaya Gesekan Kinetis pada Bidang Datar
Tinjau balok bermassa m yang terletak di atas papan sejajar bidang datar
dan dihubungkan dengan beban bermassa in rneialui katrol (dianggap tanpa
gesekan); seperti ada gambar di bawah.

Gambar 1. Set Up Percobaan Gaya Gesek Pada Bidang Datar

P-03: Jika permukaan papan cukup kasar, tuliskan persamaan gaya gesekan balok
dengan papan datar, jelaskan besaran-besaran apa saja yang terdapat pada
persamaan yang anda tuliskan!
P-04: Jika sistem balok dan beban dalam keadaan diam, bagaimanakah nilai berat
beban (mg) terhadap gaya gesekan (fk); lebih besar atau lebih kecil.
P-05: Bagaimanakah syarat berat beban agar sistem mengalaini percepatan a?
P-06: Dalam keadaan sistem dipercepat, nyatakan persamaan gerak (Hukum II
Newton) pada masing-masing balok dan beban.
P-07: Berdasarkan jawaban-jawaban P-03, buktikan persamaan 1 di bawah!
Jika sistem balok dan beban mengalaini percepatan a dengan arah seperti
pada gambar di atas, maka sesuai Hukum II Newton, persamaan gerak sistem
tersebut dapat diungkapkan dengan persamaan:
(ml + m2) = m2g - km1g (1)
Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 8
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

dengan k = koefisien gesekan kinetis.


Jika sistem balok dan beban pemberat semula dalam keadaan diam, maka
setelah bergerak dalam selang waktu t beban pemberat akan rnenempuh jarak
vertikal (H). Dengan demikian, berdasarkan sifat gerak lurus berubah beraturan
(dipercepat), besar percepatan sistem dapat dinyatakan dengan persamaan:
2H
a= ............................................................................................(2)
t2
Masukkan persamaan 2 ke dalam persamaan 1, kemudian bagi tiap suku
dengan faktor (m1m2 g), maka kini kita peroleh:
 1 1  2H 1 1 .......................................................(3)
   2   k
 m1 m 2  gt m1 m2
Suatu persamaan yang dapat menjelaskan keadaan gerak sistem.
Tampak bahwa persamaan 3 diatas setara dengan persamaan garis lurus:
y = A + Bx ...........................................................................................(4)

dengan:
 
y =  1  1  2 H ; A  1 ; B   k dan x = 1 ..........................(5)
  2  m2
 m1 m2  gt m1
Sehingga koefisien gaya gesekan kinetis (k) dapat ditentukan secara
implisit dengan metode kuadrat terkecil berdasarkan persamaan 4 dan 5.
P-O8 : Berdasarkan model eksperimen persamaan (3), dengan analisis data metoda
kuadrat terkecil, perkirakan
a. Besaran-besaran apa saja yang harus anda ukur dalam percobaan ini?
b. Besaran-besaran mana saja yang nilainya harus divariasi dan yang
mana pula yang harus dikontrol (tidak divariasi).
P-09 : Tulisan persamaan koefisien kemiringan garis lurus (B) dan persamaan (4)
berdasarkan metode kuadrat terkecil, tuliskan ralat mutlaknya (SB). Untuk
itu pelajarilah kembali teori ralat!
C. BAHAN PUSTAKA
[1] TIM TPB. 1996. Modul 01 /FSK-40 I P Buku Panduan Praktikum Fisika
Dasar I. Malang: FMIPA IKIP MALANG.
[2] Serway, Raymond A., & Jewett, John W..2014. Physics for Scientists and
Engineers with Modern Physics, Ninth Edition.USA:Brooks/Cole.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 9


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

[3] Young & Freedman. 2008. University Physics. 12th Ed. New York: Addison-
Wesley.
[4] Tipler & Mosca. 2004. Physics for Scientists and Engineers 5th ed. W. H.
Freeman and Company: New York.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Set Luncur 6. Mistar/meteran pita
2. Mika Penggesek 7. Stopwatch
3. Tali/benang 8. Neraca Teknis
4. Katrol 9. Beban pemberat
5. Penyangga papan
Hal-hal yang perlu diperhatikan ada sebagai berikut.
1. Set luncur usahakan berdiri dengan tegak (tidak miring). Pada saat set luncur
berada pada posisi mendatar, usahakan membuat benar-benar datar dengan
cara memutar sekrup kaki penyangga papan.
2. Kontrol mika penggesek agar benar-benar bersih dari debu (kotoran) yang bisa
mengganggu lajunya mika.
E. PENGUKURAN
TP-O1: Dengan alat dan bahan yang tersedia, susunlah set-up percobaan
sedemikian sehingga dapat anda peroleh obyek pengamatan berupa
gejala gaya gesekan, mula-mula pada bidang datar kemudian
dilanjutkan pada bidang miring.
TP-02 : Laksanakanlah langkah-langkah percobaan sebagai berikut.

1. Timbanglah massa balok (dengan neraca teknis) dan catat hasilnya sebagai
m1.
2. Pasanglah papan luncur di atas meja praktikum anda , usahakan agar papan
benar-benar horisontal dengan menggunakan alat pengukur rata benda
(waterpass).
3. Letakkan balok pada papan dengan menggunakan tali, hubungkan balok
dengan beban pemberat melalui katrol yang terletak di ujung atas papan.
Mula-mula pilih massa beban pemberat yang sekecil mungkin tetapi dapat
menyebabkan sistem bergerak (dipercepat). Ukur massa beban pemberat dan
catat sebagai m2!

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 10


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

4. Sebelum terjadi gerakan, tahan dulu balok beberapa saat, ukur jarak (vertikal)
beban pemberat ke lantai dan catat sebagai H. Setelah itu, lepaskan balok dan
pada saat yang sama mulai mengaktifkan stopwatch untuk mengukur selang
waktu sampai dengan beban pemberat menyentuh lantai, catat selang waktu
ini sebagai t!
5. Ulangi langkah 3 dan 4 (5 kali) dengan memvariasi massa beban pemberat
semakin besar. Usahakan H tetap, tetapi t masih bisa diamati!
6. Hitung Y dan X berdasarkan persamaan 5 dan catat pada lembar data
pengamatan.

TP-03 : Catat semua data pengamatan pada lembar data pengamatan yang tersedia!
TP-04 : Kemasi semua peralatan dan kemabalikan ke tempat semula!
F. ANALISIS DATA, PEMBAHASAN, DAN TUGAS
TL-01: Susunlah dan padukan uraian teoritis dan jawaban-jawaban pertanyaan
di atas sedemikian sehingga diperoleh bagian dasar teori yang utuh
dalam pelaporan anda. Di bagian akhir prinsip percobaan hendaknya
dipaparkan metode analisis data yang digunakan untuk menentukan
besaran yang dikaji sesuai dengan tujuan percobaan! Selain itu, sangat
dianjurkan agar anda melengkapi uraian teori dan bahan
pustaka/literatur yang lain.
TL-02 : Pada bagian analisis data:
1. Sajikan data percobaan pertama (pada bidang datar) baik dengan tabel maupun
secara grafis berdasarkan persamaan di bawah ini:

y = A + Bx
dengan
 1 1  2H 1
y=    2 ; A  ; B   k dan x = 1
 m1 m2  gt m1  m2
Untuk mengingat kembali materi teori grafik, pelajari materi teori grafik saat anda
melakukan pembekalan awal.
3. Tentukan nilai koefisien gesekan kinetis dengan metode kuadrat terkecil,
kemudian sajikan hasil percobaan ini dan sertakan tingkat keseksamaannya!

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 11


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

TL-03: Bahaslah sejauh mana hasil percobaan ini bila dikaitkan dengan dasar
teorinya (hukum-hukum gaya gesekan), kemudian buatlah kesimpulan
serta saran terhadap pelaksanaan percobaan ini!
G. LEMBAR PENGAMATAN
PERCOBAAN GAYA GESEK

Anggota Kelompok:
1. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
2. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
3. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
4. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
Kelompok:_______________________________________________
Jurusan/Kls/Offering: __________________________________________
Hari/Tgl Percobaan: ___________________________________________

GESEKAN PADA BIDANG DATAR


Massa Balok : ............................ gram; nst = ................ gram
Panjang Papan : ............................ cm; nst = ................ cm
Data Pengukuran Data Terhitung
Jarak Vertikal Waktu
No Massa Beban
Beban ke Lantai Tempuh x y
(g)
(cm) (s)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Malang, ..........................
Pembimbing,

( __________________ )
Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 12
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

MODUL 3: PERCOBAAN KESETIMBANGAN


A. Latar Belakang
Sebuah tangga yang disandarkan di tembok, mengalami kesetimbangan.
Kesetimbangan yang dimaksud adalah kesetimbangan sesuai dengan Hukum I
Newton yang menyangkut kesetimbangan translasi dan rotasi. Banyak sekali
bangunan yang relatif diam, maka harus memenuhi kaidah kesetimbangan ini.
B. Tujuan
Kompetensi yang harus diperoleh mahasiswa selama eksperimen adalah
sebagai berikut.
1. Mahasiswa terampil merangkai set percobaan dengan benar.
2. Mampu menerapkan teori ralat rambat dengan benar.
3. Mampu menggunakan prinsip kesetimbangan dengan benar.
C. Prinsip
A. Dasar Teori
Suatu benda tegar berada dalam keadaan setimbang mekanis, jika dilihat dari
kerangka inersia, percepatan linier pusat massanya sama dengan nol dan
percepatan sudutnya dalam mengelilingi suatu sumbu tetap dalam kerangka acuan
tersebut sama dengan nol. Gerak translasi suatu benda tegar yang bermassa M
ditentukan oleh persamaan berikut.
r r
F ekst.  M a pm
r r
Fekst. adalah resultan semua gaya eksternal yang bekerja pada benda dan a pm
adalah percepatan linier dalam gerak translasi. Karena syarat terjadinya keadaan
r
a pm
setimbang harus nol, maka syarat pertama untuk keadaan setimbang adalah:
Jumlah vektor semua gaya eksternal yang bekerja pada benda dalam keadaan
setimbang haruslah sama dengan nol.
r r
Sebagai contoh misalnya pada sebuah benda bekerja gaya eksternal 1 , F2 , dan
F
r
F3 , maka gaya eksternal yang bekerja pada benda agar terjadi kesetimbangan
adalah:
r r r r
F  F1  F2  F3  0 (1)
Gaya eksternal yang bekerja pada sebuah benda mempunyai tiga komponen, yaitu
gaya dalam arah sumbu x, arah sumbu y, dan arah sumbu z.
Secara skalar dapat dinyatakan sebagai berikut.
Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 13
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

= + + =0
= + + =0 (2)
= + + =0

Persamaan (2) menyatakan bahwa jumlah komponen gaya sepanjang ketiga arah
sumbu yang saling tegak lurus adalah nol.
Syarat kesetimbangan yang kedua adalah percepatan sudut sama dengan nol
terhadap sembarang sumbu tetap. Percepatan sudut benda tegar berkaitan dengan
r r
torka seperti yang telah dinyatakan dalam hukum Newton, yaitu   I  . Oleh
karena itu persyaratan kedua untuk keadaan setimbang yaitu jumlah vektor semua
torka eksternal yang bekerja pada benda dalam keadaan setimbang harus sama
r
dengan nol. Syarat kedua ini dapat dinyatakan sebagai:   1  2  3  0
Seperti halnya gaya eksternal tadi, maka untuk torka eksternalnyapun mempunyai
tiga komponen arah sebagai berikut.

r
 x  1x   2 x  3x  0
r
 y  1 y   2 y   3 y  0
(3)
r
 z  1z   2z   3z  0
Pusat gravitasinya ditunjukkan pada pusat penampang lintang kubus, yaitu titik C.
Pada kubus dikerjakan gaya agar kubus dapat berotasi mengelilingi sumbu pada
salah satu rusuknya tanpa tergelincir.Persamaan (3) menyatakan bahwa pada
keadaan setimbang, jumlah komponen torka yang bekerja pada benda sepanjang
tiga arah atau sumbu yang saling tegak lurus adalah nol.
D. Alat Dan Bahan
Dalam percobaan ini alat dan bahan yang digunakan adalah:
1. Kertas milimeter blok
2. Pipa berongga
3. Benang
4. Statip
5. Triplek
6. Beban
7. Busur
8. Neraca analitis

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 14


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

E. Pengukuran

1. Timbang massa silinder berongga dan beban.


2. Ukurlah panjang pipa berongga.
3. Rangkailah seperti gambar di atas. Usahakan pipa pada posisi stabil.
4. Berilah tanda pada titik A – F pada kertas milimeter blok.
5. Tandai juga titik tengan silinder berongga sebagai pusat massanya..
6. Ukur sudut kemiringan pipa berongga, sudut ABC, dan BCA.
7. Ulangi langkah 3 sampai 6 untuk posisi E yang berbeda.
F. Analisis Data, Pembahasan, dan Tugas Penyusunan Laporan
Menganalisis data pengamatan berdasarkan data percobaan yang diperoleh:
1. Dengan menggunakan data yang ada, buktikan bahwa syarat kesetimbangan
berlaku.
2. Analisis kesalahan yang mungkin terjadi jika ternyata syarat kesetimbangan
tidak berlaku.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 15


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

G. Lembar Pengamatan

PERCOBAAN KESETIMBANGAN

Anggota Kelompok:
1. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
2. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
3. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
4. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
Kelompok:_______________________________________________
Jurusan/Kls/Offering:__________________________________________
Hari/Tgl Percobaan:___________________________________________

Massa Pipa berongga = ................................... kg


Massa beban = .........................kg
Panjang pipa berongga = .............. m
No Sudut Kemiringan Sudut ABC Sudut BCD
1.
2.

Malang, ..........................
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,

( _________________ )

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 16


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

MODUL 4: HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER

A. LATAR BELAKANG
Momentum linier suatu partikel didefinisikan sebagai perkalian antara
massa (m)-nya dan kecepatan (v)-nya. Nyatakan momentum linier dengan p, maka
dapat ditulis p = m v. Momentum linier merupakan besaran vektor dan memiliki
arah sama dengan arah kecepatannya. Selanjutnya akan digunakan kata
momentum untuk momentum linier
Momentum merupakan besaran dinamik yang lebih informatif
dibandingkan kecepatan. Contoh, truk bermuatan yang sedang bergerak akan lebih
sulit dihentikan atau dipercepat dibandingkan dengan truk kosong sekalipun
kecepatan keduanya sama, sebab momentum truk yang bermuatan lebih besar.
Andaikan partikel bermassa m mempunyai kecepatan v pada saat t dan
kecepaan v1 pada saat t1, perubahan kecepatan selama selang waktu t = t1- t
adalah v = v1- v, dan perubahan momentumnya adalah p = (mv) = mv karena
m konstan.
Jika ada dua partikel dengan massa ml dan m2 yang berinteraksi satu sama
lain sehingga memenuhi persamaan m1v = - m2v2 maka boleh dituliskan
p1 = -p2………………………………………………………………………………………………………….(1)
Hasil ini menunjukkan bahwa untuk dua partikel yang saling berinteraksi,
perubahan momentum partikel pertama dalam selang waktu tertentu adalah sama
dan berlawanan.

p1
1
p’1 p2
p’2
p’1
p2
Gambar 1. Vektor Posisi dari Momentum

Dengan perubahan momentum partikel kedua selama selang waktu yang


sama, lihat Gambar 1. Jadi hasil di atas bisa diungkapkan dengan mengatakan
suatu interaksi menghasilkan suatu pertukaran momentum sehingga momentum

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 17


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

yang hilang pada suatu partikel yang berinteraksi sama dengan momentum yang
didapat partikel lainnya.
Perubahan momentum partikel (1) dalam selang waktu t adalah
p1 = p1’- p1 dan perubahan momentum partikel (2) p2 = p’2 - p2. Karena itu
persamaan 1 dapat ditulis sebagai:
pl + p2 = p’l + p’2 m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2………………………………………….(2)
Suku disebelah kiri tanda sama dengan adalah momentum total sistem
dua partikel pada saat t, dan suku disebelah kanan adalah momentum total pada
saat t’. Jadi dapat disimpulkan bahwa berapapun t dan t’, momentum total selalu
sama.
B. TUJUAN
Secara umum tujuan atau kompetensi yang harus diperoleh mahasiswa
melalui eksperimen ini dapat dilihat pada Lampiran 10. Sedangkan secara khusus,
kompetensi yang harus diperoleh mahasiswa selama eksperimen adalah sebagai
berikut.
Tujuan percobaan ini agar mahasiswa mampu:
1. menerapkan teori ralat dengan benar,
2. menentukan momentum sistem sebelum tumbukan,
3. menentukan momentum sistem setelah tumbukan,
4. membuktikan Hukum Kekekalan Momentum,
5. menggunakan ticker timer dengan benar,
6. menggunakan neraca teknis dengan benar,
7. menggunakan set alat dengan benar.
C. PRINSIP PERCOBAAN
Momentum sistem sebelum tumbukan dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut. Menurut persamaan 2, momentum sistem sebelum tumbukan
po = m1v1 + m2v2karena benda 2 mula-mula diam (v2 = 0) maka p0 = m1v1. Saat
melakukan percobaan, peralatan disusun sedemikian rupa sehingga benda 1 saat
bergerak sebelum tumbukan dan setelah menumbuk benda 2 (setelah bertabrakan
S0
kedua benda menjadi satu) mengalami gerak lurus beraturan, sehingga v1 = .
t
Sekarang momentum sistem sebelum tumbukan dapat ditulis menjadi:
S0
p0 = m1 …………………………………………………………………………………………………..(3)
t

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 18


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

m1 diperoleh dengan menimbang benda 1 dan s0 diperoleh dengan mengukur


panjang 10 ketukan pada pita saat sebelum tumbukan, lihat Gambar 3. Sedangkan
t adalah waktu yang diperiukan untuk menempuh panjang 10 ketukan sebelum
tumbukan, diperoleh dengan cara sebagai berikut. Frekuensi sumber penggetar 50
Hz, berarti dalam waktu 1 sekon ticker timer bergetar sebanyak 50 ketukan.
Karena s0 diukur untuk 10 ketukan maka waktu yang diperlukan untuk 10 ketukan
adalah
10 1
t= s = s.
50 5
Momentum sistem setelah tumbukan dapat diperoleh dengan cara sebagai
berikut. Menurut persamaan 2, momentum sistem setelah tumbukan p = m1v’1 +
m2v’2. Setelah tumbukan kedua benda menjadi satu ( v’1= v’2 = v ) dan mengalami
s
gerak lurus beraturan, sehingga p = (m1+ m2 ) v = (m1 + m2) . m1 dan m2
t
diperoleh dengan menimbang benda 1 dan benda 2; diperoleh dengan mengukur
panjang 10 ketukan setelah tumbukan, lihat gambar 3. Sedangkan t adalah waktu
yang diperlukan untuk menempuh panjang 10 ketukan setelah tumbukan,
diperoleh dengan cara sama seperti cara terdahulu.
D. SUSUNAN ALAT
Susunan alat yang digunakan dalam percobaan ini seperti terlihat pada
Gambar 2.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 19


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Gambar 2. Susunan Alat pada percobaan Hukum Kekekalan Momentum


E. PENGUKURAN
TP-O1 : Timbanglah benda 1 dan benda 2! Catat datanya pada lembar data
sebagai m1 dan m2, catat pula nilai skala terkecil (nst) alat yang
digunakan!
TP-O2 : Susunlah alat seperti gambar 2. Tinggikanlah sedikit ujung papan
yang ada ticker timer-nya dengan cara mengatur letak ganjal
sedemikian rupa sehingga benda 1 (trolley 1) dengan sedikit dorongan
akan terus bergerak kira-kira dengan kecepatan tetap.
TP-O3 : Luncurkanlah trolley 1 sehingga trolley 1 menumbuk dan menempel
pada trolley 2 (benda 2) dan keduanya bergerak bersama-sama. Jika
setelah tumbukan kedua benda tidak menempel, maka ulangilah
percobaannya!
TP-04 : Amatilah titik-titik ketukan pada pita. Berilah tanda pada titik
sebelum tumbukan! Ukurlah jarak 10 ketukan sebelum tumbukan (s0)
dan jarak 10 ketukan setelah tumbukan (s), lihat gambar 3! Catat
datanya pada lembar data, catat pula nst alat yang digunakan!

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 20


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Catatan: Pengukuran S dan S0 dilakukan paling tidak 4 kali ditempat yang berbeda,
misalnya tempat pertama dari titik ke-1 sampai titik ke-11, tempat ke-
2 sampai titik ke-12, dan seterusnya.
Jika jarak dari masing-masing 4 tempat tersebut berbeda terlalu besar,
menunjukkan bahwa benda belum bergerak lurus beraturan. Atur
kembali tinggi/kemiringan papan sampai menemukan hasil yang
terbaik. Jika sudah diusahakan masih belum berhasil, reratakan jarak
dari keempat pengukuran tersebut.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Gambar 3. Hasil Tusunan Titik-Titik dari Ticker Timer

TP-05 : Hitunglah waktu yang diperlukan untuk 10 ketukan! Caranya lihat


prinsip percobaan!
TP-06 : Ulangilah TP-01 sampai TP-05 dengan cara mengubah massa masing-
masing benda yang bertumbukan minimal 1 kali lagi!
F. ANALISIS DATA
TL-01 : Berdasarkan data yang telah dicatat pada lembar data percobaan 1,
hitunglah momentum awal sistem rata-rata, ralat mutlak dan ralat
relatifnya! Sajikan sesuai dengan teori ralat! Gunakan satuan Sistem
Internasional (MKS)!
TL-02 : Hitunglah momentum akhir sistem rata-rata, ralat mutlak dan ralat
relatif-nya. Sajikan sesuai dengan teori ralat! Gunakan Satuan Sistem
Internasional (MKS)!
TL-03 : UlangilahTL-01 dan TL-02 untuk percobaan 2! Percobaan 2 apakah
sama dg sebelumnya?
TL-04 : Tabelkanlah hasil perhitungannya seperti tabel berikut!

Percobaan M o m e n t u m a w a l M o m e n t u m A k h i r

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 21


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Sp Sp
p oESpo (kgms-1) R= x100% p Esp (kgms-1) R = x100%
p p
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tabel 1. Deskripsi Data Hukum Kekekalan Momentum


TL-05 : Bandingkan momentum awal sistem dan momentum akhir sistem untuk
setiap percobaan!
TL-06 : Kesalahan-kesalahan mana yang mungkin terjadi selama melakukan
percobaan!
TL-07 : Jika kesalahan-kesalahan tersebut dapat diusahakan sekecil mungkin,
kesimpulan apa yang dapat peroleh dan percobaan!

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 22


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

G. LEMBAR PENGAMATAN

PERCOBAAN HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER

Anggota Kelompok:
1. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
2. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
3. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
4. Nama: ______________NIM: _______________Program: __________
Kelompok:_______________________________________________
Jurusan/Kls/Offering:__________________________________________
Hari/Tgl Percobaan:___________________________________________

B e n d a 1 B e n d a 2 J a r a k
Percobaan t(s)
m 1 (kg) N s t m 1 (kg) n s t S 0 ( m) nst S ( m ) nst
1.
2.

Keterangan:
S0 = jarak 10 ketukan setelah tumbukan
S = jarak 10 ketukan sebelum tumbukan

Malang, ..........................
Mengetahui,
Pembimbing,

( _________________ )

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 23


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

MODUL 5
GERAK HARMONIS SEDERHANA

A. Latar Belakang

Ciri khusus gerak vibrasi adalah adanya perubahan percepatan gerak


benda, yang berarti gaya gerak benda tidak konstan. Gerak vibrasi yang paling
sederhana, gaya geraknya merupakan fungsi linier perpindahan.
Praktikum ini dirancang untuk menunjang pengembangan teori gerak
vibrasi yang paling sederhana yaitu Gerak Harmonis Sederhana. Mahasiswa
melakukan eksperimen dan mengenali gerak vibrasi pegas spiral dan bandul
berayun, yang dikondisikan untuk memenuhi kriteria gerak harmonis sederhana.
Selain melakukan pengamatan fenomena, mahasiswa diharapkan mampu
menentukan hubungan antara besaran-besaran yang diukur dan besaran-besaran
yang hendak dihitung, menentukan perioda getaran, konstanta pegas serta
menentukan besar percepatan gravitasi bumi lokal berdasarkan data hasil
pengamatan.
Kegiatan praktikum ini m,enggunakan meja udara (air table) yang
membuat benda mampu bergerak sedikit mengapung di atas meja berpori karena
disangga oleh hembusan udara secara merata dalam arah vertikal melalui pori-pori
meja tersebut. Dengan menggunakan meja berpori ini gaya gesekaan dapat
diabaikan. Dengan demikian memungkinkan untuk melakukan percobaan bandul
dengan bidang ayunan bersudut terhadap vertikal dengan mengabaikan gesekan.
Oleh karenanya perhitungan percepatan gravitasi buini tidak harus memposisikan
bidang ayunan vertikal seperti percobaan pada umumnya.

B. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan:
1. mahasiswa memperoleh kemantapan pemahaman pengetahuan tentang hukum
elastisitas Hooke pada pegas spiral.
2. mahasiswa memperoleh kemantapan pemahaman tentang gerak harmonis
sederhana pada translasi pegas spiral.
3. mahasiswa memperoleh pengalaman dalam menentukan nilai konstanta pegas
k yang digunakan pada percobaan pegas spiral.
4. mahasiswa memperoleh pemahaman tentang gerak bandul sederhana sebagai
ilustrasi gerak harmonis sederhana.
5. mahasiswa memperoleh pengalaman dan menentukan nilai pertepatan
gravitasi bumi lokal g dengan percobaan bandul sederhana.
6. mahasiswa trampil menggunakan set yang digunakan pada percobaan.
7. mahasiswa mampu menggunakan metode grafik untuk menentukan hasil ukur
k dan g.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 24


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

C. Dasar Teori
1. Pegas
Sebuah benda bermassa m yang diikatkan pada pegas ideal dengan
konstanta gaya k dan bergerak pada satu garis lurus pada permukaan horisontal
tanpa gesekan adalah contoh gerak hamonis sederhana. Ketika pegas diregangkan
dari keadaan idealnya dengan menberikan gaya pada pegas, maka pegas
mengalami perpanjangan yang besarnya sebanding dengan gaya yang diterima
pegas dengan syarat elastisitas ambang pegas tidak terlampaui (tidak terjadi
deformasi permanen). Kalimat tersebut merupakan pernyataan Hukum Hooke.

Jika benda menyimpang ke kanan seperti pada Gambar 1, gaya yang


dilakukan pegas berarah ke kiri dan sebaliknya. Arah gaya berlawanan dengan
perpindahan sehingga gaya yang dilakukan pegas adalah F = -kx. Gaya gerak
seperti ini dikenal dengan Gaya Pemulih.

a. m

x
F m P
b.

Gambar 1.Gaya yang dilakukan Pegas Horisontal. (Halliday Ressnick, 1978:447)

Dalam gambar 1 di atas menunjukkan bahwa suatu benda bermassa m


yang berada di atas meja horizontal tanpa gesekan dihubungkan dengan sebuah
pegas yang salah satu ujungnya diikat pada dinding. Jika benda ditarik dengan
gaya P, maka pada benda terdapat gaya yang dikerjakan oleh pegas yaitu gaya F
yang arahnya berlawanan. Jika gaya P dihilangkan, benda berosilasi sederhana.
Jika ditelaah, gerak osilasi benda tersebut dapat ditinjau dari dua hukum, yaitu
Hukum kedua Newton dan Hukum Hooke. Berdasaarkan hukum kedua Newton,
pada benda berlaku F = ma. Karena gaya F itu merupakan gaya Hooke, maka
berlaku hubungan:
F = - kx (1)

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 25


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Sehingga ma = - kx, dan selanjutnya dapat dijabarkan sebagai berikut


d2x k d2x k
m 2
+ x = -kx atau 2
+ x =0
dx m dx m
Persamaan di atas dikenal sebagai persamaan differensial linier orde dua,
yang solusi persamaannya merupakan x sebagai fungsi t, yaitu:

x = A cos (t +o)

k
dengan  =
m
Arti fisis  dapat kita kaji sebagai berikut.
x = A cos((t + T) + o)
dengan T adalah periode osilasi yang besarnya adalah T = 2/, sehingga dalam
satu periode diperoleh hubungan:
x = A cos (t + 2 + o)
x = A cos(t + o)
Tampak bahwa fungsi tersebut berulang kembali setelah waktu 2/ merupakan
waktu satu periode T.

k
Karena  = , maka diperoleh bahwa :
m
m
T = 2 (2)
k
dengan m adalah massa benda yang berosilasi.
Dalam percobaan ini digunakan set percobaan Jolly Balance (Gambar 3)
yang terdiri atas pegas spiral yang dipasang vertikal dan dihadapkan pada skala
milimeter. Gerak naik turun beban dapat ditera lebih cermat melalui cermin kaca
yang dilengkapi dengan milimeter sehingga sangat tepat untuk penentuan posisi
stimbang dan perpanjangan pegas yang terjadi.
Jika posisi pegas vertikal (menggantung) dengan beban mb maka masa
efektif yang mempengaruhi pegas adalah jumlah massa beban mb, masa wadah
atau pengait beban mw dan massa pegas mp, sehingga secara empiris massa efektif
yang ditanggung pegas adalah:
m = mb + mp (3)

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 26


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Dengan deini kian periode gerak pegas bergantung (vertikal) adalah:


mb  mw  mp
T = 2
k
Berdasarkan persamaan 4 dapat dibentuk hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat sebagai berikut.
 mb  mw  mp 
T 2  4  2  
 k 
4 2
T2  m b  m w  m p  (4)
k
Persamaan 4 memberikan deskripsi bahwa hubungan antara T2 dengan m
dalam grafik cenderung membentuk garis lurus. Slope garis lurus tersebut adalah
42/k. Oleh karena itu dari hasil nilai slope grafik dapat ditentukan harga konstanta
pegas k. Jika T2 berada disumbu y dan m pada sumbu x, maka jika kurva linier
grafik diteruskan akan berpotongan di koordinat (0,0). Secara fisis jika tidak ada
massa yang dipasang pada pegas atau m = 0, maka tidak terjadi osilasi atau T = 0.
Jika harga mb, mw, mp, dan T diketahui, maka k dapat ditentukan. (White,
Manning, 1954:101)
2. Bandul Sederhana
Bandul sederhana adalah benda yang diidealkan sebagai sebuah massa titik
yang digantung pada tali ringan (masa tali diabaikan) dan tidak elastik. Jika
bandul ditarik ke samping dari posisi setimbangnya dan dilepaskan, maka
bandul akan berayun pada bidang vertikal menuju posisi setimbangnya karena
pengaruh gaya gravitasi bumi .

Mist

mg

Gambar 2 Bandul Sederhana yang Bergerak di Bidang Vertikal

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 27


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1
z




 mgcossin mgsin y
mgcoscos
mgcos
x
mg
mgcos
Gambar 3 Bandul Sederhana yang Bergerak di Bidang Bersudut 
Terhadap Vertikal

Sebuah bandul panjang l dan massa bebannya m berayun pada bidang


vertikal. Pada posisi membentuk sudut  terhadap garis vertikal, gaya yang bekerja
pada m adalah mg yaitu gaya gravitasi dan T tegangan tali. Komponen radial mg
adalah mg cos  dan komponen tangensialnya adalah mg sin . Komponen radial
mg memberikan sumbangan pada gaya sentripetal yang dibutuhkan agar benda
tetap bergerak pada busur lingkaran dengan titik O sebagai pusat lingkaran.
Komponen tangensial bertindak sebagai gaya pemulih yang bekerja pada m untuk
kembali ke posisi setimbangnya. Jadi gaya pemulihnya adalah F = - mg sin .
Perhatikan bahwa gaya pemulih sebanding dengan sin ; sehingga secara umum
dapat disimpulkan bahwa gerak yang terjadi bukanlah gerak harmonis sederhana.
Akan tetapi bila sudut  dibuat kecil, maka sin  mendekati  dalam
satuan radian. Pergeseran sepanjang busur adalah x = l sin , sehingga jika
simpangan kecil maka x = l, yang berarti mendekati gerak pada garis lurus. Oleh
karenanya bila sudut kecil maka:
sin   
x  mg 
F=-mg = -mg =-  x (5)
l  l 
Untuk simpangan kecil gaya pemulihnya berbanding lurus dengan
simpangan dan berlawanan arah dengan arah gerak. Kriteria ini memenuhi kriteria
gerak harmonis sederhana. Konstanta mg/l merupakan konstanta k dalam F = - kx.
Jadi periode bandul sederhana bila amplitudonya kecil adalah:

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 28


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

m m
T = 2 = 2
k mg / l
Sehingga:
l
T=2 (6)
g
Perhatikan bahwa periode bandul sedethana tidak tergantung pada massa
beban yang digantungkan.
Pada percobaan ini dipergunakan meja udara yang dapat diatur
kemiringannya terhadap bidang horizontal dan dilengkapi dengan pori-pori yang
mampu menyemburkan udara.. Bandul yang bergerak di atas meja udara, berayun
pada bidang membentuk sudut  terhadap vertikal tanpa dipengaruhi gesekan
permukaan meja.
Gaya-gaya yang mempengaruhi bandul jika berayun pada bidang datar
yang bersudut  terhadap arah vertikal sesuai dengan Gambar 3. Pada keadaan
setimbang di bidang meja, bandul dipengaruhi gaya gravitasi sebesar mg searah
vertikal (sumbu z), yang dapat diuraikan menjadi komponen radial sebagai mg cos
 (berlawanan arah dengan tegangan tali) dan komponen tangensial sebesar mg
sin  menuju posisi vertikal. Gaya yang menuju vertikal ditiadakan oleh dorongan
angin yang menyembur melalui pori-pori meja. Pada saat bandul menyimpang
sebesar  terhadap posisi setimbang di atas meja udara, gaya mg cos  dapat
diuraikan dalam komponen-komponen gaya mg cos  cos  dan mg cos  sin .
Kita mengenali komponen gaya mg cos  sin  sebagai gaya pemulih yang
mengantar bandul bergerak berayun pada bidang meja. Dengan demikian maka
diperoleh hubungan sebagai berikut.

F = - mg cos  sin 
y
Jika harga  sangatlah kecil maka dengan sin   , sehingga:
l
y
F = - mg cos  ( )
l
cos  adalah harga konstan, sehingga persamaan di atas solusinya analog dengan
persamaan 5 dan 6 sehingga periode ayunan dapat dinyatakan sebagai berikut.
l
T = 2
g cos 

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 29


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

D. Daftar Pustaka
- Alonso, M. Finn, EJ. 1992. Dasar-Dasar Fisika Universitas Jilid 1.
Mekanika dan Termodinamika. Jakarta: Penerbit Erlangga
- Halliday, Resnick. 1992. Fisika Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
- White, Manning. 1954. Experimental College Physics. McGraw-Hill Book
Company.
- Yoedono. 1991. Pedoman Praktikum Fisika Universitas. Bandung: Armico.

E. Alat Dan Set Percobaan


1. Pegas
Alat-alat:
Jolly Balance, Stop Watch, Set beban bermassa 10 gram, 4 uang logam seratus
rupiah berwarna kuning, 2 wadah beban (perlengkapan Jolly Balance), Water
Pass.
2. Bandul Sederhana
Alat-alat:
Meja udara yang telah dilengkapi dengan pipa dan generator penghembus
udara, 5 utas tali dengan panjang berbeda, piringan apung, stop watch,
Pengukur Panjang.
Susunan:

Gambar 3. Set Jolly Balance

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 30


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

F. Prosedur Percobaan
1. Pegas
1. Atur posisi alat sehingga skala dan pegas benar-benar vertikal, anda dapat
menggunakan bantuan Water Pass untuk menentukan ketinggian kaki secara
tepat. Gantungkan wadah beban. Massa wadah catat sebagai mw. Amati dan
catat penunjukan ujung pegas sebagai posisi 0 (nol), catat sebagai y0!
2. Tambahkan beban bermasa 10 gram pada wadah. (Ukur dan catat sebagai mb!)
sehingga pegas tertarik ke bawah, catat posisi ujung pegas setelah mengalami
perpanjangan sebagai yeks. Tambahkan wadah secara seri, masukkan beban
satu uang logam, setiap penambahan beban hendaknya sama. Buat tabel antara
penambahan beban dengan perpanjangan pegas!
3. Dalam keadaan berbeban 10 gram pada wadah, tarik beban vertikal ke bawah
sepanjang jarak tertentu. Hendaknya anda melakukan dengan hati-hati
sehingga posisi gerak pegas berada dalam satu garis lurus dan hindari
terjadinya puntiran. Dengan stop watch amati waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan 25 kali getaran penuh, catat sebagai ttotal. Sebaiknya hitungan
dilakukan oleh seluruh praktikan secara mandiri. Mulailah hitungan dari 0
(nol) yaitu tepat ketika beban dilepas. Periode adalah waktu total yang
diperlukan untuk melakukan sejumlah (25) getaran dibagi jumlah getaran pada
interval waktu tersebut. Lakukan kegiatan ini sedikitnya 5 kali dengan
melakukan variasi massa pegas!
4. Lepaskan wadah beban dari pegas. Timbanglah masa pegas sebagai mp!
Perhatian!
Pada penarikan pegas berbeban tidak boleh terlalu panjang untuk
menghindari deformasi permanenn elastisitas pegas.

2. Bandul Sederhana
1. Meja udara telah disusun oleh petugas laboratorium dengan posisi ini ring
beberapa derajat terhadap bidang horisontal!
2. Ambil tali terpanjang gantungkan satu ujungnya pada penggantung tali yang
tersedia di permukaan alas meja udara. Pada ujung yang lain gantungkan
piringan apung (Floating Plate)!
3. Setelah semua siap termasuk pencacahan waktu dengan Stop Watch, nyalakan
derajat pilih Switch Low (hembusan angin rendah)!
4. Simpangkan bandul dengan sudut kecil dan lepaskan. Catat waktu yang
diperlukan untuk melakukan 25 ayunan penuh dengan hitungan (0) nol pada
saat bandul tepat dilepaskan!
5. Lakukan poin 2,3,4 dengan 5 variasi panjang tali!
6. Hitung sudut kemiringan meja, dan catat sebagai !

Perhatian!

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 31


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Percobaan ayunan ini akan memenuhi kriteria gerak harmonis sederhana


bila kondisinya:
1. Tali tidak elastis.
2. Sudut simpangan bandul kecil. Oleh karenanya tali hendaknya tidak terlalu
pendek sehingga sudut simpangan kecil masih dapat teramati.

C. Tugas Penyusunan Laporan


Laporan dibuat sesuai urutan berikut.

1. DasarTeori
Anda diperkenankan membuat ringkasan dasar teori yang tersedia dalam
petunjuk praktikum sebagai dasar teori pada laporan anda!

2. Tujuan
3. Analisis Data
Pegas
1. Ukur perpanjangan pegas y hasil percobaan yang merupakan hasil
pengurangan antara titik nol dengan titik perpanjangan. Tabelkan hasil
perhitungan ini berdasarkan variasi massa beban. Buat grafik antara
perpanjangan y (absis) dengan massa efektif beban m (ordinat). Tentukan
slope grafik. Dari harga slope dan harga percepatan gravitasi bumi
hitung konstanta gaya pegas!
2. Dari data prosedur percobaan tahap 3 hitung dan tabelkan periode dan
periode kuadrat. Buat grafik yang menyatakan hubungan diantara
periode kuadrat dan variasi massa beban efektif. Interpretasikan grafik
tersebut, bentuk slope dan perpotongan dengan garis koordinatnya! Cari
slope grafik, dan dengan harga ini hitung konstanta gaya pegas k.
Bandingkan harga ini dengan harga yang anda peroleh pada analisis data
1! Dari perpotongan dengan garis koordinat hitung nilai f yaitu fraksi
massa pegas efektif.

Bandul Sederhana
1. Hitung periode dengan kuadrat periode dari berbagai variasi panjang
pendulum. Catat dalam bentuk tabel!
2. Buat grafik hubungan antara:
a. Periode dengan panjang bandul,
b. Periode kuadrat dengan panjang bandul,
3. Hitung slope grafik hubungan antara periode kuadrat dengan panjang bandul.
Dari hasil perhitungan slope ini hitung percepatan gravitasi di lokasi
percobaan!

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 32


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

4. Pembahasan
Buatlah pembahasan yang utuh dengan kisi-kisi sebagai berikut:
Pegas
1. Uraikan hasil diskusi tim anda tentang bentuk grafik antara perpanjangan
pegas dengan penambahan beban hasil percobaan. Hubungkan dengan
Hukum Hooke!
2. Bandingkan nilai konstanta pegas k hasil perhitungan slope kurva m = f(y)
(kurva pertama). Uraikan hasil diskusi tim anda tentang bentuk grafik
antara perpanjangan pegas dengan slope T2 = f(m) dari kurva kedua.
3. Bandingkan nilai hasil percobaan dengan nilai f secara teoritis yang
besarnya 1/3. Berilah penjelasan!

Bandul Sederhana
1. Diskusikan kebenaran bentuk kedua grafik T = f(t) dan T2=f(l) hasil percobaan
l
dengan grafik persamaan T = 2 .
g cos 
2. Bandingkan nilai percepatan gravitasi buini hasil percobaan dengan nilai rata-
rata percepatan gravitasi bumi. Berikan penjelasan hasil perbandingan ini!
Anda dipersilakan memberikan bahasan tambahan. Dan anda akan
memperoleh penghargaan!

5. Kesimpulan
Buatlah kesimpulan hasil percobaan yang mengacu pada tujuan yang
diharapkan. Bila perlu berikan saran!

6. Tugas
1. Jika pencatatan satu getaran dilakukan dengan (1) setiap kali ujung pegas
berada di posisi setimbang (posisi nol) dan (2) setiap kali ujung pegas berada
pada posisi terendah (Ekstrim), diantara kedua cara ini menurut pendapat anda
mana yang lebih tepat hasil perhitungannya? Terangkan!
2. Pada persamaan 6 apakah dimensi ruas kiri sama dengan dimensi ruas kanan?
3. Bandul A mempunyai panjang tali lA dan massa bandul mA, bandul B
mempunyai panjang tali lB dan massa bandul mB. lA = lB dan massa mA= mB,
maka berapakah TA : TB?
4. Bandingkan gerak dari 2 bandul sederhana, keduanya memiliki panjang tali
dan diameter beban yang sama, salah satu diantaranya berbahan beban kayu
dan yang lain baja. Bagaimana gerak masing-masing bandul menurut pendapat
anda?

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 33


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

LEMBAR PENGAMATAN
PERCOBAAN GERAK HARMONIS SEDERHANA

Anggota Kelompok:
1. Nama: ______________NIM: ______Program: ___________
2. Nama: ______________NIM: ______Program: ___________
3. Nama: ______________NIM: ______Program: ___________
4. Nama: ______________NIM: ______Program: ___________
Kelompok :________________
Jurusan/Kls/Offering :________________
Hari/Tgl Percobaan :________________
A. PEGAS
mp: ..................... gram
Hubungan antara Massa Bandul dan Perpanjangan Pegas
No mb (gram) mw (gram) m(gram) Yo Yeks y
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hubungan antara Massa Bandul dengan Periode Getaran

No mb mw (gram) m (gram) Jumlah Getaran Ttotal (detik)


(gram)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 34


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

B. Percobaan Bandul Sederhana


Kemiringan Bidang Meja Udara
No L (cm) Jumlah Getaran Ttotal (Detik)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Malang, ..,…………… 2022


Mengetahui
Pembimbing

( _________________ )

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 35


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

INDEKS

PENGANTAR ANALISIS KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN

A. Pengukuran, Eksperimen dan Ilmu Pengetahuan

Sebagai ilmu pengetahuan empiris, fisika, sebagai salah satu cabang sains,
memformulasikan fenomena alam dari data partikular hasil pengamatan unutk
diekstraksi menjadi kesimpulan teori umum dengan bersandar pada proses
sistematis logis. Pengamatan adalah langkah awal untuk mensistesa kebenaran
alam di dalam ilmu fisika, yang kemudian diikuti pemikiran, sesuai gambar 1
berikut.

Gambar 1. Antar hubungan antara teori dan eksperimen

Pengamatan akan menghasilkan inspirasi untuk membangun teori,


selanjutnya teori akan meramalkan sesuatu yang akan diwujudkan dalam
eksperimen atau dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Eksperimen ini akan
mengembangkan atau mengoreksi teori lebih lanjut. Inilah hal menarik dalam
sains, dilakukan koreksi secara terus-menerus untuk mencapai kebenaran. Dari

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 36


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

semua proses ini tampak bahwa baik aktivitas berpikir maupun pengumpulan fakta
harus dilaksanakan kedua-duanya.

Pengamatan atas suatu besaran fisika bisanya berupa pengamatan


kuantitas atau pengukuran. Demikian juga eksperimen tersusun dari serangkaian
pengukuran. Jelas bahwa pengukuran memegang peranan penting dalam
pertumbuhan sains dan teknologi. Ekspeimen dengan pengukuran sebagai
komponen utamnya, pada tingkat dasar menyandang tujuan sebagi berikut.
(Hikam, dkk)

• membandingkan teori dan kenyataan

• melihat secara visual beberapa peristiwa fisika dalam kejadian


sebenarnya

• mendapatkan common sense fisika

• mendapatkan rasa fisika (misal apa arti 1 W, arti 1 Volt, masa jenis dan
lain-lain)

• meluruskan miskonsepsi/hal yang kurang dipahami

• mengecek kebenaran hukum fisika, misalnya: Hukum Kirchoff, Hukum


Ohm, dan sebagainya

• mecari ketetapan fisika secara kuantitatif, misalnya: koefisian viskositas


zat cair, konstanta Laplace, koefisien muai panjang dan lain-lain

B. Analisis Ketidakpastian

Misalkan dilakukan pengukuran terhadap diameter kawat dengan mikrometer, dari


beberapa pengukuran diperoleh beberapa nilai hasil pengukuran yang sama dan
beberapa diantaranya berbeda. Dengan kata lain terdapat variasi hasil pengukuran.
Variasi hasil pengukuran ini menyebabkan tidak dapat diketahuinya secara pasti
nilai pengukuran sebenarnya.

Pengalaman menunjukkan bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari


ketidakpastian, meski pengukuran tersebut telah dilakukan dengan sangat hati-

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 37


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

hati. Seluruh struktur dan aplikasi dalam sains bergantung pada pengukuran,
dengan demikian kemampuan melakukan evaluasi tehradap ketidakpastian serta
upaya untuk meminimalisir ketidakpastian menjadi hal yang sangat penting.

Buku kecil ini hadir untuk membantu mahasiswa tahun awal yang akan
melaksanakan eksperimen atau kerja laboratorium fisika, untuk melakukan
pelaporan hasil eksperimen secara benar menurut kaidah ilmiah yang berlaku.
Tentunya, kepraktisan dan Kesederhanaan formulasi menjadi harapan utama
tersajinya buku analisis ketidakpastian ini, sedemikian hingga mahasiswa tahun
pertama bisa memanfaatkannya dengan mudah sebagi pendamping pelaksaan
kerja laboratorium atau praktikum atau eksperimen dalam fisika.

C. Ketidakpastian Pengukuran

Pernyataan yang lengkap dari hasil pengukuran harus dapat menunjukkan estimasi
tingkat kepercayaan. Pelaporan sejati atas hasil eksperimen yang dilengkapi
dengan faktor ketidakpastiannya mengijinkan orang lain (bukan pelaksana
eksperimen tersebut) dapat memberikan pertimbangan dan penilaian akan kualitas
eksperimen dan hasil eksperimen tersebut apakah memiliki makna untuk
dibandingkan dengan nilai prediksi teoritik yang terkait. Tanpa estimasi
ketidakpastian, tidak mungkin dapat dijawab pertanyaan mendasar ilmu
pengetahuan berikut, “Apakah hasil eksperimen saya mampu memberikan
verifikasi atau konfirmasi atas prediksi teoritik atau hasil eksperimen terkait
sebelumnya?” Ini adalah pertanyaan fundamental untuk memutuskan suatu
hipotesis ilmiah diterima ataukah ditolak.

Ketika melakukan pengukuran, secara umum dapat diasumsikan bahwa terdapat


ukuran tepat yang bersandar pada bagaimana kita mendefinisikan hal yang hendak
diukur. Jika tidak dapat diketahui nilai hasil ukur suatu obyek secara eksak, maka
kita harus berupaya mendapatkan hasil yang ideal dengan memaksimalkan
kemampuan proses pengukuran agar diperoleh sumber data yang memadai.
Permasalahan pengukuran ini dapat diatasi dengan melakukan pengukuran
beberapa metode pengukuran yang berbeda atau pengulangan pengukuran dengan
metode yang sama pada obyek tersebut. Lantas bagaimana kita melaporkan
dengan estimasi terbaik atas hasil temuan yang kebenaran nilainya sulit dipahami
ini? Penyajian yang umum digunakan untuk menunjukkan kisaran nilai yang
diyakini mengandung ‘nilai yang benar’ adalah

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 38


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Contoh kasus, anda bermaksud menimbang cincin emas agar dapat


menjawab secara tepat pertanyaan teman anda tentang berapa masa cincin itu.
Anda menimbang massa emas dengan timbangan digital sebanyak tiga kali
sehingga diperoleh hasil sebesar 17,43 g, 17,42 g dan 17,44 g, sehingga dapat
disimpulkan kisaran massa cincin sebesar 17,44 0,02 gram. Setelah memperoleh
nilai ini, kini telah memiliki data massa benda berharga ini hingga ketepatan
seperseratus gram. Karena ingin leih mantap, anda lantas menimbang sekali lagi
dengan neraca dan hasil yang diperoleh adalah 17,22. Nilai hasil penimbangan
dengan neraca digital ini jelas di bawah kisaran hasil penimbangan yang pertama,
anda boleh tidak peduli dengan hasil ini, tapi anda harus bisa menjawab dengan
tepat siapapun yang bertanya tentang cincin anda. Lantas apa yang harus anda
lakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini mula-mula kita harus mendefinisikan
istilah akurasi dan presisi:

Akurasi adalah nilai hasil pengukuran yang paling dekat dengan nilai yang benar.
Ukuran kesalahan/ketidakpastian menyatakan jumlah ketak-akuratan.

Presisi menyatakan seberapa baik suatu hasil pengukuran dapat ditentukan


(sebelum dicocokkan dengan nilai teoritiknya atau nilainya yang benar). Ini
merupakan derajat konsistensi dan persetujuan hasil pengukuran secara
independen, juga menyatakan reliabilitas dan kemampuan reproduksi hasil
pengukuran tersebut.

Catatan : Ungkapan ketidakpastian pengukuran harus mencerminkan kedua hal


ini, presisi dan akurasi.

Perlu dicatat bahwa untuk menentukan akurasi hasil pengukuran, kita


harus mengetahui nilai yang benar dan ideal yang telah dilakukan oleh pengukuran
terpercaya sebelumnya. Kita bisa mengacu pada data yang telah disajikan dalam
buku teks yang telah jelas kebenarannya dan kita jadikan sebagai nilai ideal dan
memanfaatkan ‘nilai ideal’ ini untuk menduga akurasi hasil pengukuran kita. Kita
juga memperoleh nilai teoritik, yang dihitung dari prinsip-prinsip dasar, dan juga
merupakan nilai ideal. Tetapi fisika adalah ilmu pengetahuan yang empiris, yang
berarti teorinya harus divalidasi oleh eksperimen dan bukan dengan cara lain.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 39


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Terkait dengan kasus cincin emas, tidak ada acuan nilai yang bisa jadi
pembanding, kedua hasil pengukuran memiliki presisi yang sama, sehingga kita
tak punya alasan unruk lebih percaya satu diantaranya. Satu-satunya cara untuk
mengevaluasi tingkat akurasi hasil pengukuran ini dapat dilakukan dengan
membandingkannya dengan acuan standar. Hal ini dilakukan dengan melakukan
kalibrasi kesetimbangan neraca dengan standar massa dasar yang tersedia di the
National Institute of Standart and Technology (NIST). Kalibrasi kesetimbangan
neraca akan mengeliminasi ketidaksesuaian antara hasil pembacaan skala dengan
pernyataan yang lebih akurat dari pengukuran massa.

Pelaporan presisi data secara kuantitatif diungkapan dengan


ketidakpastian relatif dan fraksional sebagai berikut.

(1)

Sebagai contoh, hasil pengukuran massa dinyatakan dengan

g,

memiliki ketidakpastian relatif

Catatan : Semakin besar ketidakpastian relatif maka semakin kecil tingkat presisi
hasil pengukuran.

Pelaporan akurasi data secara kuantitatif dinyatakan dengan kesalahan


relatif

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 40


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

(2)

Contoh, nilai harap massa untuk m adalah

maka kesalahan relatifnya adalah

Catatan: tanda minus mengindikasikan bahwa nilai pengukuran lebih kecil dari
nilai harap.Semakin besar nilai mutlak kesalahan relatif maka semakin kecil
tingkat akurasi hasil pengukuran.

Analisis terhadap data hasil pengukuran perlu mempertimbangkan


perbedaan antara tingkat presisi dan tingkat akurasi. Tingkat presisi
mengindikasikan kualitas hasil pengukuran, tanpa mempertimbangkan garansi
kebenaran atas hasil pengukuran tersebut. Tingkat akurasi, di sisi lain,
mengasumsikan adanya nilai ideal, yang menunjukkan seberapa jauh nilai hasil
pengukuran tersebut dari nilai idealnya, atau jawaban yang benar. Konsep ini
secara langsung terkait dengan kesalahan pengukuran random dan sistematis.

D. Tipe-Tipe Kesalahan dan Sumber Penyebabnya.

Kesalahan pengukuran (measurement errors) dapat diklasifikasikan sebagai


kesalahan random dan sistematis, bergantung pada bagaimana hasil pengukuran
diperoleh (instrumen pengukuran dapat menyebabkan kesalahan random pada
situasi tertentu dan dapat pula menyebabkan kesalahan sistematis pada situasi
yang lain). Deskripsi tentang kesalahan random dan sistematis akan diuraikan
berikut.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 41


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Kesalahan Sistematis

Ketakpastian sistematis merupakan tipe ketak-akuratan yang bersifat


ajeg/konsisten jika penyebab kesalahan ini tidak dihilangkan. Kesalahan ini sulit
dideteksi dan tidak dapat dianalisis secara statistik. Yang termasuk tipe ini antara
lain adalah sebagai berikut.

• Kesalahan kalibrasi. Cara pemberian nilai skala pada saat pembuatan alat
tidak tepat. Kesalahan ini dapat diketahui dengan membandingkan alat tersebut
dengan alat baku. Alat baku telah dikondisikan sedemikian rupa sehingga,
meskipun buatan manusia, dianggap sempurna.

• Kesalahan titik nol. Titik nol skala tidak berimpit denga titik nol jarum
penunjuk.

• Kelelahan komponen alat. Misalkan pada pegas: pegas yang telah dipakai
beberapa lama dapat mengalami deformasi kekakuan pegas sehingga
mempengaruhi gerak jarum penunjuk.

• Gesekan. Gesekanselalu timbul antara bagian satu yang bergerak


terhadap bagian yang lain

• Kesalahan paralak.Pengamat dalam melakukan pengamatan tidak tegak


dan lurus terhadap jarum penunjuk.

• keadaan lingkungan saat bekerja. Pemakaian alat yang berbeda


keadaannya dibanding saat dikalibrasi.

Jika kesalahan ini terjadi maka perlu dilakukan kalibrasi ulang untuk
menera alat ukur agar kembali pada nilai standarnya, melakukan koreksi atau
menentukan faktor koreksi untuk mengurangi bias pengukuran. Kesalahan
sistematis tidak dapat dikurangi dengan melakukan pengulangan observasi.

Andai ketidak pastian bersistem dapat diatasi dengan membuat alat ukur
yang sangat sempurna dan dioperasikan oleh pengamat yang terampil, pengukuran

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 42


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

akan tetap tidak menghasilkan nilai yang sama. Penyebab ketidakpastian yang lain
selain ketidakpastian bersistem adalah ketidakpatian acak.

Kesalahan Acak (Random)

Beberapa hal yang menyebabkan ketidakpastian acak atau rambang


adalah sebagai berikut

• Gerak Brown molekul udara. Penunjukan jarum alat yang sangat halus
(seperti mikrogalvanometer) dapat terganggu oleh gerakan molekul udara.

• Fluktuasi pada tegangan jarum listrik.

• Landasan yang bergetar. Dapat muncul karena pergerakan pada kerak


bumi.

• Noise. Terjadi karena adanya fluktuasi yang cepat pada tegangan yang
disebabkan oleh komponen alat yang peka temperatur.

• Radiasi Latar alam. Hal ini dapat mengganggu hasil pencacahan


radioaktif dengan pencacah elektronik.

Pada dasarnya ketakpastian acak disebabkan adanya suatu gejala yang tak
mungkin dihindari atau dikendalikan sepenuhnya karena gejala tersebut
merupakan perbuatan yang sangat cepat sehingga pengendaliannya diluar
kemampuan manusia.

Selain kesalahan di atas, terdapat kesalahan personal yang hadir karena tidak hati-
hati, miskin (ketidak-tahuan) teknik pengukuran atau bias yang dilakukan oleh
pelaksana eksperimen.

E. Estimasi Ketidakpastian untuk Pengukuran Tunggal

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 43


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Pengukuran apapun yang kita lakukan selalu mengandung ketidakpastian,


setinggi apapun ketepatan alat ukurnya. Ketepatan alat ukur ini dapat ditinjau dari
skala alat ukurnya. Setiap alat ukur mempunyai skala dalam berbagai bentuk,
tetapi setiap skala mempunyai batasan yaitu skala terkecil yang masih dapat
dibaca. Semisal, sebuah penggaris dengan skala terkecil 1 mm, jika digunakan
untuk mengukur panjang suatu benda yang panjgangnya antara 2,1 cm dan 2,2 cm,
biasanya hasil pengukurannya dinyatakan sebesar 2,15 cm. Angka 0,05 cm
merupakan angka yang tak-pasti (suatu taksiran). Pembacaan skala pada alat ukur
hanya dapat dipastikan hingga batas (jumlah angka) tertentu saja. Inilah salah satu
contoh dari ralat (ketakpastian) pengukuran yang disebabkan nilai skala terkecil
(nst).

Estimasi atas pengukuran yang hanya dilakukan sekali (tidak berulang)


dapat dilakukan dengan mempertimbangkan ketakpastian nilai skala terkecil ini
dan cara penyajian hasil pengukuran dinyatakan sebagai berikut.

(satuan)
(3)

Beberapa alat ukur memiliki skala yang sangat halus, alat seperti ini
ketidakpastiannya sejumlah nilai skala terkecilnya, bukan lagi setengah skala
terkecil.

Contoh : Mengukur panjang pensil dengan penggaris seperti pada gambar (1)
dengan sekali pengukuran.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 44


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Gambar 2. Mengukur panjang pensil.

Skala terkecil penggaris adalah 1 mm, hasil pengukurannya adalah 36 mm, maka
pelaporan hasil pengukuran harus disertai kisaran

sebagai berikut

mm.

Ketakpastian hasil pengukuran ini akan menurun bila alat ukur yang digunakan
adalah jangka sorong.

Tugas : Ukurlah diameter ballpoint yang anda gunakan dengan jangka sorong, lalu
laporkan hasil pengukurannya dengan lengkap.

F. Estimasi Terbaik Hasil Pengukuran Berulang

Misalnya dilakukan pengukuran satu periode osilasi bandul dengan


memanfaatkan pengukur waktu digital yang sangat presisi (yang diasumsikan
tepat) dan diperoleh hasil T=0,444 detik. Pengukuran tunggal ini menyarankan
ketakpastian sebesar detik, tetapi kepresisian instrumen ini mungkin tidak
memberikan ‘sense’ yang lengkap tentang ketidakpastian pengukuran. Disarankan
untuk melakukan beberapa kali mengevaluasi variasi masing-masing hasil
pengukuran yang diperoleh. Misalkan dilakukan lima kali pengukuran dan
diperoleh nilai dalam detik: 0,46; 0,44; 0,45; 0,44 dan 0,41.

Estimasi terbaik atas nilai ukur merupakan nilai rata-rata dari N


pengukuran independen yang dapat diperoleh dengan:

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 45


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

(4)

Contoh: untuk kasus pengukuran periode bandul diperoleh nilai terbaik periode

Catatan: Sebisa mungkin, pengulangan pengukuran dilakukan dengan sebanyak


mungkin pengulangan dan lakukan perata-rataan hasilnya. Rerata ini merupakan
estimasi terbaik atas nilai yang benar. Semakin banyak pengulangan yang
dilakukan, semakin baik estimasi yang diperoleh.

G. Ketidakpatian Pengukuran Berulang

Deviasi standar rata-rata (Standart Deviation of The Mean)

Jika distribusi data membentuk distribusi normal, maka variasi ketakpastian


pengukuran dinyatakan dengan simpangan baku rata-rata atau deviasi standar rata-
rata (yang dialihbahasakan dari: standart deviation of the mean) [Taylor] dapat
Sx
dinyatakan dengan yang formulasinya

(5)

Contoh : Mengukur lebar kertas dengan menggunakan penggaris berskala


sepersepulu milimeter sehingga diperoleh hasil pengamatan 31,33; 31,15; 31,26;
31,02 dan 31,20.

Langkah awal adalah melakukan penabelan data hasil Pengukuran,


Hendaknya selalu sertakan satuan pengukuran.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 46


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Tabel 1. Data Pengukuran Lebar kertas

Pengukuran ke i xi xi  x
(cm) (cm)

1. 31,33 31,33-31,19=0,14

2. 31,15 -0,04

3. 31,26 0.07

4. 31,02 -0.17

5. 31,20 0,01

Dari tabel, diperoleh estimasi terbaik lebar kertas:

Standar deviasi rata-ratanya dihitung dengan prosedur pada persamaan (5),


sehingga diperoleh nilai sebesar

Dengan demikian hasil pengukuran lebar kertas adalah

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 47


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Ketidakpastian relatif

Pelaporan hasil pengukuran dapat dinyatakan dengan ketakpastian relatif


yang memenuhi formulasi berikut.

(6)

Contoh : untuk kasus pengukuran lebar kertas, maka ketidakpastian relatifnya


dinyatakan sebesar

Catatan : Ketidakpastian relatif tidak berdimensi (tidak memiliki satuan). Pelaku


eksperimen fisika dapat menyatakan bahwa pengukuran ini adalah “memiliki
katepatan sebesar 0,2%”.

H. Ketidakpastian Hasil Eksperimen (Rambatan Ketidakpastian)

Seringkali nilai hasil eksperimen yang kita tentukan merupakan fungsi Z


= Z(x1, x2, x3): yang bergantung pada sejumlah variabel misalnya x1, x2, x3,...
yang masing-masing memiliki standar deviasi rata-rata S x1 S x2 .

Untuk kasus seperti ini hasil pengukurannya disebut mengalami


perambatan sehingga standar deviasi rata-ratanya pun mengalami perambatan,
atau merupakan perambatan ketidakpastian.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 48


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Contoh : Untuk menentukan besar kecepatan , maka


pelaporan hasil eksperimen v  v  S v m/s dilakukan dengan meninjau hasil
pengukuran x  x  S x m dan . t  t  S t

Perhitungan rambatan estimasi terbaiknya dapat dihitung secara langsung


sesuai rumus, akan tetapi perhitungan ketidakpastiannya harus
mempertimbangkan karakter pengukuran sebagaimana berikut.

Semua variabel bebas diukur dengan pengukuran tunggal

Dalam hal ini dimisalkan bahwa:

- x1  x1  x1 dengan x1 = 0,5 nst

- x2  x 2  x2 dengan x2 = 0,5 nst

- x3  x3  x3 dengan x3 = 0,5 nst

jika semua variabel bebasnya diukur hanya sekali, maka ketakpastian variabel
terikatnya dinyatakan dengan persamaan:

2 2 2
Z 2 Z 2 Z 2
z   x1   x2   x3 (7)
x1 3 x2 3 x3 3

Contoh : Chandra mengukur massa jenis suatu benda dengan mengukur langsung
volume dan massanya. Volume diukur satu kali menggunakan gelas ukur dengan
nst = 1 cm3 ; massa diukur satu kali menggunakan neraca teknis dengan nst = 1

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 49


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

gram. Diperoleh data pengukuran: V = 15 cm3 dan m = 12 gram. Bagaimanakah


hasil pengukuran tersebut disajikan?

Massa jenis merupakan kuantitas hasil eksperimen yang dapat ditentukan dari
hasil pengukuran langsung volume, V dan massa m, dengan demikian untuk
melaporkan hasil pebgukuran massa jenis, kita perlu menghitung masing-masing
pengukuran langsungnya terlebih dahulu.

• Kuantitas hasil pengukuran (langsung) untuk volume dan massa benda:

Volume, V = V  V ; karena diukur hanya satu kali, maka V = 0,5 nst = 0,5
cm3, sehingga diperoleh

V = (15 0,5) cm3.

Massa m  m  m /m = (12  0,5) gram

karena hanya diukur sekali, maka m = 0,5 nst= 0,5 gram

m = (12 0,5) gram

m
•Kuantitas hasil eksperimen (pengukuran tak langsung) Massa jenis , 
v

Estimasi nilai terbaik hasil eksperimen dapat dihitung langsung dari rumus

Nilai rerata massa jenis benda:

m 12gram
 = .   0, 75 g/cm3
V 15 cm3

Ketakpastian massa jenis benda, dihitung berdasar permbatan ketakpastiannya,

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 50


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Catatan:  dibaca: dho adalah lambang dari turunan parsial, selain variabel yang
dicari turunannya akan dianggap konstanta sesuai cara berikut.

  m  1
(i)  m   mV 2 ingat bahwa V = 0,5 nst
V V V V V

  m 1 m 1
(ii)    ; ingat bahwa m = 0,5 nst
m m V V m V

sehingga diperoleh

2 2
2 2
  (mV )  0,5  (V 1 )  0,5  0, 0284 g / cm 3
1

3 3

Ketakpastian relatif:

S 0, 03
R =   0, 04  4%
 0, 75

Semua variabel bebas diukur secara berulang

Dimisalkan bahwa x1, x2,dan x3 adalah variabel-variabel bebas yang


diukur langsung: x1= ; x2 = dan x3 = x3  S x 3 dengan x1 , x2 , x3 adalah nilai
estimasi terbaik (rata-ratanya) yang masing-masing ditentukan dengan persamaan
(4), dan nilai ketidakpastian S x1 S x2 dan S x3 masing-masing ditentukan dengan
persamaan (5). Ketakpastian dari hasil eksperimen (yang merupakan variabel
terikat) dinyatakan dengan persamaan:

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 51


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

2 2 2
Z Z Z
SZ   S x1  .S x 2  .S x 3 (8)
x1 x 2 x3

Contoh: Dody menentukan volume kawat berbentuk silinder (mengukur secara tak
langsung). Mula-mula ia mengukur panjangnya empat kali di beberapa tempat
yang berbeda menggunakan jangka sorong dengan hasil: (16,1; 16,2; 16,0; 16,1)
cm. Kemudian ia ukur juga diameter kawat menggunakan mikro-meter sebanyak
lima kali di beberapa tempat dan diperoleh.

    

d1=10,10 mm d2=10,05 mm d3=10,10 mm d4=10,06 mm d5=10,04 m

Bagaimana hasil pengukuran volume kawat harus dilaporkan?

Tabel 2. Penyajian hasil pengukuran variabel bebas


dI (mm) pI(cm)

10,10 16,1

10,05 16,2

10,10 16,0

10,06 16,1

10,04

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 52


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

-Diameter d, n=5 (diukur 5 kali)

Estimasi terbaik diameter

dari persamaan (5)

Deviasi standar rata-rata diameter kawat Sd 


 (d i  d )2
 0, 07 mm
n(n  1)

Jadi, d = (10,07  0,07) mm atau d = (1,01  0,01) cm.

- Panjang p; n = 4 (diukur 4 kali)

Estimasi terbaik ukuran panjang adalah

. p
p i

64,40
 16,10cm
n 4

Standar deviasi rata-rata ukuran penjang adalah,

Sd 
 ( p  p)i
2

 0, 04 cm
n(n  1)

Dengan demikian Hasil pengukuran panjang adalah

p = (16,10  0,04) cm

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 53


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Tugas: Tentukan nilai pengukuran volume kawat V(d,p).

Variabel bebas diukur sebagai kombinasi pengukuran tunggal dan berulang

Adakalanya eksperimen yang dirancang melibatkan pengukuran tunggal dan


berulang sekaligus, misalnya ekperimen Z tersusun dari pengukuran berulang
variabel x dan pengukuran tunggal variabel y. maka rambatan kesalahannya dapat
dinyatakan dengan

2 2
Z Z 2
SZ   Sx   y
x y 3

Catatan : nilai 2/3 pada pengukuran tunggal merupakan tera tingkat ketangguhan
kebenaran pengukuran berulang.

I. Teori Grafik

Hasil eksperimen akan lebih bermakna dan menarik bila divisualisasikan


dalam yi  yi  S yi bentuk grafik atau kurva. Visualisasi data dalam grafik
memiliki tujuan:

• melihat hubungan antar variabel

• menghitung konstanta/koefisien dari suatu formulasi fisis

• membuktikan kebenaran suatu formulasi fisis.

Untuk memenuhi tujuan pertama, dapat dilakukan dengan cara membuat plot atas
semua titik data hasil eksperimen yang ada. Selanjutnya titik tersebut dihubungkan
secara halus sehingga membentuk kurva. Apapun bentuk kurva yang dihasilkan
akan digunakan untuk melakukan interpretasi atas hubungan yang mungkin

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 54


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

diantara kedua variabel. Untuk tujuan kedua dan ketiga, dapat dibuat persamaan
garis lurus dari hukum fisika yang ditinjau.

Grafik garis lurus

Misalkan hukum atau formulasi fisika telah dibuat linier hingga membentuk
persamaan linier

y=a+bx

dan pengukuran telah dilakukan untuk selang tertentu hingga menghasilkan titik
xi  xi  S xi dan yi  yi  S yi maka terdapat dua cara untuk memperoleh
garis terbaik, yakni

• menarik garis lurus terbaik berdasar plot titik-titk data eksperimen

• menarik garis lurus yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil untuk garis
lurus. Dengan metode ini garis lurus tidak ditarik secara langsung dari titik data hasil
eksperimen, melainkan ditentukan dari pengolahan data.

Dalam pelaksanaan eksperimen fisika, disarankan untuk menetapkan diri


memanfaatkan metode kuadrat terkecil untuk garis lurus dalam menganalisis hasil
eksperimen dengan grafik. Tentunya pelaksana eksperimen harus mengupayakan
eksperimennya agar memenuhi persamaan linier terlebih dahulu.

Catatan : Untuk memanfaatkan metode kuadrat terkecil harus dipastikan bahwa


hubungan antar variabelnya memenuhi persamaan linier.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 55


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Metode kuadrat terkecil untuk garis lurus

Analisis grafik dengan metode kuadrat terkecil langsung dimulai dengan


mengolah data pengukuran ke dalam tabulasi data yang terdiri dari kolom-kolom
untuk pasangan data variabel bebas dan terikat (xi dan yi) serta beberapa kolom
2
untuk data terhitung seperti xi dan ( xi . yi ) sebagai berikut.

Tabel 3. Paparan tabel untuk data metode kuadrat terkecil


No x y x2 xy
1
2
3

n x y  x2 xy

Nilai rerata dari tetapan-tetapan grafik ( a dan b ) serta ralatnya (Sb dan Sa)
dihitung berdasarkan metoda azas kuadrat terkecil, sebagai berikut.

Konstansta a merupakan titik perpotongan dengan sumbu y dinyatakan dengan

a
  y    x     x   x y 
i i
2
i i i
(9)
n  x    x  2 2
i i

Konstanta b yang menyatakan kemiringan (slope) garis lurus terhadap sumbu x


dapat diperoleh dengan

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 56


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

n  xi yi    xi  yi
b (10)
n xi2    xi 
2

Sementara Ketidakpastian bagi masing- masing konstanta a dan b dinyatakan


dengan

Sa  S y
x 2
i
(11)
n x    x 
2 2
i i

dan

n
Sb  S y (12)
n xi2    xi 
2

Persamaan (11) dan persamaan (12) mengandung faktor . dapat dapat


ditentukan dengan formulasi

1   xi2   yi   2 xi   xi yi   yi  n   xi yi  
2 2

Sy   yi 
2 
n2  i  i  
2
 n x 2
 x 

Dari data nilai a dan b ini kita dapat menggambar garis linear terbaik hasil
eksperimen dan menentukan kuantitas hasil pengukuran yang diharapkan dengan
estimasi kesalahan yang dapat dijabarkan dari S a dan Sb .

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 57


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

J. Daftar Pustaka

Bevington, Phyllip and Robinson, D. Data Reduction and Error Analysis for the
physical Sciences, 2nd ed. Mc Graw Hill; New York, 1991

NIST. Essentials of Expressing Measurement uncertainty. http//physics.nist.gov/


Uncetainty/

Taylor, John. An Introduction to Error Analysis, 2nd ed. University Science Book;
Sausalito, 1997.

Team fisika dasar UM. Persiapan Dan Pembekalan Teori Ralat Dalam
Menghadapi Kegiatan Laboratorium. 2008

K. Ucapan Terimakasih

Puji syukur dihaturkan kepada Allah, beserta limpahan shalawat bagi


Rasulnya. Disampaikan ucapan terimakasih khususnya kepada almarhum Drs.
Djoko Sarwono, M.Si, sebagai penyusun petunjuk teori ralat sebelumnya, penulis
dengan mudah menambah dan memperbaiki beberapa bagian yang diperlukan.

Terimakasih kepada panitia yang mempu menstimulus hadirnya rintisan


buku “Analisis Keidakpastian dalam Pengukuran” ini.

Tentunya buku, yang disusun dalam waktu singkat , ini masih jauh dari
harapan sebagai pedoman bagi mahasiswa fisika UM baik yang akan melakukan
eksperimen dasar apalagi yang hendak melakukan eksperimen lanjut hingga
latihan penelitian, namun sebuah langkah awal harus dilakukan untuk membuka
jalan hari depan.

Mohon maaf dengan segala kekurangan, kritik dan saran menjadi harapan
penulis sebagai pijakan bebenah.

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 58


MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

Selamat Menempa Sikap dan Pola Pikir Ilmiah

dengan

Eksperimen Fisika

Tim Praktikum Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UM - 59

Anda mungkin juga menyukai