Anda di halaman 1dari 6

Topografi

Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 00 54' Lintang Utara sampai
dengan 30 30' Lintang Selatan serta 980 36' sampai dengan 1010 53' Bujur Timur dengan total
luas wilayah sekitar 42.297,30 Km2 atau 4.229.730 Ha termasuk ± 391 pulau besar dan kecil di
sekitarnya.
Iklim

Sumatera Barat merupakan daerah tropis yang dilalui garis khatulistiwa dengan memiliki pola
curah hujan equatorial ditandai dengan adanya dua puncak musim hujan dalam satu tahun
(bimodal) yaitu puncak pertama pada bulan Maret dan puncak kedua pada bulan November.

Dengan rata-rata curah hujan BMKG membagi daerah Sumatera Barat menjadi zona musim
(ZOM) dan non zona musim (Non ZOM) ditandai dengan mengalami musim hujan sepanjang
tahun.

Daerah non zona Musim ( Non ZOM) yaitu Pasaman Barat, Pasaman, Agam Bagian Barat,
Padang Pariaman, Pariaman, Padang Panjang, Pesisir Selatan dan Kepulauan Mentawai.
Sedangkan daerah ZOM meliputi Rao (Pasaman), 50 Kota, Payakumbuh, Bukit Tinggi, Agam
Bagian timur, Tanah Datar, Solok, Sijunjung, Sawahlunto, Dharmasraya, Solok Selatan.
Sumatera Barat sebagai lumbung padi nasional berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan,
hortikultura dan perkebunan pada tahun 2017 dengan produksi padi 2,773,478 ton/tahun dengan
luas panen sekitar 507,545 hektar.
Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti terjadinya perubahan musim dan
kenaikan suhu udara yang akan berpengaruh pada pola tanam, waktu tanam, produksi dan
kualitas hasil.

Fenomena pemanasan global dengan terjadinya peningkatan kejadian cuaca ekstrim yang dapat
menurunkan produksi pertanian antara 5-20 persen menjadi tantangan dalam upaya peningkatan
produksi padi nasional.
Perubahan iklim menurut EPA (Enviromental Protection Agency) adalah perubahan besar yang
terjadi pada iklim bumi yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Pemanasan global
mengacu pada perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan suhu rata-rata atmosfer bagian
permukaan.
Kondisi Tanah

Tanah-tanah di Sumatra Barat cukup bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh bentuk wilayah,
batuan induk dan iklim. Tanah yang dijumpai terdiri dari tanah organik dan tanah mineral. Tanah
organik dalam sistim klasifikasi Taksonomi Tanah USDA termasuk ordo Histosol dan mencapai
luas 120.900 ha. Nama tanah mineral, menurut sistem Taksonomi Tanah, di daerah ini terdiri
dari: (1) Inceptisols dengan luas 2.223.000 ha; (2) Andisols luasnya mencapai 359.200 ha; (3)
Ultisols seluas 635.500 ha; (4) Oxisols tersebar sampai 133.600 ha; (5) Entisols 111.800 ha dan
(6) Alfisols mencapai 64.680 ha.
Tanah Ultisols dan Oxisols tergolong tanah tua dan telah mengalami proses pelapukan lanjut,
terutama pada tanah yang berasal dari batuan Pretersier dan Tersier, bersolum dalam, tekstur
halus, bereaksi masam, miskin unsur hara dan kationbasa. Tanah Entisols merupakan tanah muda
yang baru terbentuk sedangkan Inceptisols dan Andisols adalah tanah yang lebih
berkembang.dibandingkan dengan Entisols. Alfisols tergolong kepada tanah yang telah
berkembang dengan sempurna dan mengandung kation basa yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan Inceptisos, Ultisols ataupun Oxisols.
Dengan demikian Alfisols lebih subur dari tanah jenis lainnya. Kesuburan yang baik dari Alfisols
ini disebabkana tanah ini mempunyai bahan induk karst atau batukapur yang kaya akan Ca dan
Mg sehingga kejenuhan basanya > 35%.
Sosial Budaya, Suku dan Adat Istiadat

Penduduk Sumatera Barat dihuni oleh mayoritas suku Minangkabau. Selain suku Minang, di
wilayah Pasaman di huni oleh suku Mandailing dan suku Batak. Awal munculnya penduduk
suku tersebut pada abad ke-18 masa Perang Paderi.
Sumber daya alam yang ada di Sumatera Barat berupa batubara, batu besi, batu galena, timah
hitam, seng, mangan, emas, batu kapur, kelapa sawit, kakao, gambir dan hasil perikanan.
Provinsi Sumatera Barat juga menghasilkan beberapa kerajinan berupa kerajinan perunggu dan
rotan.Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang.
Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum
tersebut secara turun temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga
dibangun sebuah surau yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa
kaum tersebut namun belum menikah. Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi
panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang, umumnya berbahan kayu, dan
sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti
tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong, dan dahulunya atap ini berbahan
ijuk sebelum berganti dengan atap seng.
Ciri khas lain rumah adat ini adalah tidak memakai paku besi tetapi menggunakan pasak dari
kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat. Sedangkan etnis Mentawai juga memiliki rumah adat
yang berbentuk rumah panggung besar dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter yang
disebut dengan Uma. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga.
Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu
serta sistem sambungan silang bertakik.
Terdapat beberapa alat musik tradisional di Provinsi ini, antara lain: - Saluang - Bansi -
Talempong - Rebab - Pupuik - Serunai - Gandang tabuikSelain alat musik tradisional, provinsi
Sumatera Barat juga memiliki beberapa tarian tradisional.
Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan
etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam,
keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar
dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di antaranya: - Tari Pasambahan - Tari Piring
- Tari Payung - Tari Indang Terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya
berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni
peran yang dikenal dengan nama Randai. Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai
disebut Turuk Laggai.
Tarian Turuk Langai ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga judulnya pun
disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung, tari monyet, tari ayam, tari
ular dan sebagainya.Senjata tradisional Sumatera Barat adalah keris dan kurambiak
(kerambit) yang berbentuk seperti kuku harimau. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan
diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap
acara resmi adat terutama dalam acara malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa
dipakai oleh para mempelai pria dalam acara majelis perkawinan yang masyarakat setempat
menyebutnya baralek. Sedangkan kerambit merupakan senjata tajam kecil yang bentuknya
melengkung seperti kuku harimau, karena memang terinspirasi dari kuku binatang buas tersebut.
Senjata mematikan ini dipakai oleh para pendekar silat minang dalam pertarungan jarak dekat
yang biasanya merupakan senjata rahasia, terutama yang menggunakan jurus silat
harimau.Berbagai jenis senjata lainnya juga pernah digunakan seperti tombak, pedang
panjang, panah, sumpit dan sebagainya.
Selain alat musik, tarian, dan senjata tradisional, Sumatera Barat juga mempunyai makanan khas.
Dalam dunia kuliner, Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran
Padang dengan citarasa yang pedas. Masakan Padang dapat ditemui hampir di seluruh
penjuru Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri.
Beberapa contoh makanan dari Sumatera Barat yang cukup populer adalah rendang, sate
padang, dendeng balado, itiak lado mudo, soto Padang, dan bubur kampiun. Setiap kawasan di
Sumatera Barat, memiliki makanan sebagai ciri khas daerah, yang biasa dijadikan sebagai buah
tangan misalnya: Padang terkenal dengan bengkuang, Padang Panjang terkenal dengan pergedel
jaguang, Bukittinggi dengan karupuak sanjai, Payakumbuh dengan galamai dan batiah.
Selain itu Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti kipang kacang, bareh randang,
randang telur, dakak-dakak angko 8, rakik maco, pinyaram, karupuak balado, dan termasuk juga
menghasilkan Kopi Luwak. Tahukah kalian mengapa masakan minang identik dengan rasa
pedas? hal ini tentu ada asal usulnya.
Dulu, daerah asal Minangkabau terbagi menjadi 3, yang dikenal sebagai luhak nan tigo, yaitu
Luhak Agam, Luhak Limapuluh Kota dan Luhak Tanah Datar. Asal usul masakan Minang
berasal dari 3 daerah tersebut yang mana merupakan daerah dataran tinggi dan juga disebut
darek.
Daerah darek dikelilingi oleh hawa dingin, oleh karena itu dibutuhkan sesuatu yang hangat bagi
penduduknya. Salah satu caranya adalah melalui masakan, penggunaan cabai di dalam resep agar
menjadi pedas dan menghangatkan badan. Itulah mengapa masakan Minang dominan pedas.
Seiring dengan perubahan waktu, wilayah Minangkabau mulai berkembang, orang-orang
Minang mulai menyebar ke daerah rantau atau daerah di luar luhak nan tigo tadi. namun hal ini
tidak membuat tradisi menggunakan cabai di dalam masakan hilang, meskipun daerah tinggal
mereka bukan dataran tinggi.
Flora dan Fauna
Pohon Andalas ditetapkan sebagai tumbuhan khas atau flora identitas sekaligus maskot provinsi
Sumatera Barat. Pohon Andalas adalah tumbuhan dari famili Moraceae dan berkerabat dekat
dengan Murbai (Morus alba). Pohon Andalas dimanfaatkan kayunya untuk bahan perabot rumah
tangga, almari, dan bahan bangunan termasuk dalam pembuatan rumah gadang. Kayunya
mempunyai kualitas tinggi, awet, tahan air, dan anti rayap. Menurut mitos masyarakat setempat,
pohon Andalas berasal dari tongkat Datuak Parpatih nan Sabatang, salah satu tokoh penyusun
adat bagi masyarakat Minangkabu, yang ditancapkan ke tanah.
Andalas adalah pohon asli Indonesia, meskipun bukan termasuk tumbuhan endemik. Tumbuhan
ini tersebar di China (Yunan dan Hainan), Tibet, Kamboja, Malaysia (Semenanjung), Laos,
Vietnam, Thailand, dan Indonesia (Sumatera dan Jawa). Poplasi secara global masih cukup
banyak, namun di Indonesia mulai langka.
Pohon Andalas berukuran besar dengan tinggi mampu mencapai 40 meter dengan diameter
batang bawah mencapai 2 meter. Bentuk daun dan buah mirip murbai.

Hewan khas Sumatera Barat adalah burung Kuau Raja. Burung dari famili Phasianidae ini
merupakan salah satu burung asli pulau Sumatera. Ciri khas burung berukuran besar ini adalah
pejantannya yang memiliki bulu ekor yang panjang dan indah dengan motif bulatan-bulatan
berwarna cerah dan berbintik-bintik keabu-abuan. Saat kawin, pejantan akan menarik perhatian
betina dengan mengembangkan bulu sayap dan ekornya. Bulu ekor ini terkembang layaknya
kipas raksasa. Perlahan kipas tersebut ditarik ke depan sehingga menutupi seluruh tubuh dan
kepala burung jantan.
Burung ini berukuran besar dengan berat mencapai 10 kg. Panjang dari kepala hingga ujung ekor
pada burung Kuau Raja jantang dapat mencapai 2 meter, sedangkan betinanya, karena ekornya
pendek, hanya berukuran sekitar 75 cm. Selain ciri khas ekornya pejantannya yang bisa menjadi
kipas layaknya burung merak, pada ekor pejantan ini terdapat dua helai bulu yang sangat
panjang, bisa mencapai 1 meter lebih. Hidup di permukaan tanah dan mempunyai kemampuan
berlari yang cukup baik, meskipun dapat terbang untuk jarak pendek.
Kuau Raja merupakan salah satu burung asli Indonesia yang hidup di pulau Sumatera dan
Kalimantan. Selain itu burung besar maskot Sumatera Barat ini tersebar di Thailand, Myanmar,
Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Anda mungkin juga menyukai