Anda di halaman 1dari 32

ARTIKEL ILMIAH

KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) UIN SYEKH ALI


HASAN AHMAD ADDARY PADANGSIDIMPUAN
ANGKATAN KE- TAHUN 2023

KELOMPOK : 39
DESA : Simpang Duku
KECAMATAN : Lingga Bayu
KABUPATEN : Mandailing Natal

No NAMA NIM JABATAN


1 Lukman Hakim Hasibuan 2020800011 Kordes
2 Pargaulan Owen Ritonga 2040200187 Anggota
3 Putra Nadiroha 1940200270 Anggota
4 Asroito Harahap 2020500076 Bendahara
5 Ayu Adriana Hasibuan 2020100076 Anggota
6 Faulina Fre Siska Simatupang 2020100163 Anggota
7 Hotmaida Pohan 2010700006 Anggota
8 Nikita Syahraini Siregar 2040100127 Anggota
9 Hamidah Nasution 2020400053 Sekretaris
10 Nur Cahaya 2040200137 Anggota
11 Nurlaila Tanjung 2040100045 Anggota
12 Siti Mutiah Batubara 2020500022 Anggota
13 Khadijah 2020600008 Anggota

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY


PADANGSIDIMPUAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT (LPPM)
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
Setelah dilakukan bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya, maka laporan akhir
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) angakatan XLVII tahun 2022 yang disusun oleh :

Kelompok : 39

Desa : Simpang Duku

Kecamatan : Lingga Bayu

Kabupaten : Mandailing Natal

Dinyatakan dapat diterima sebagai Laporan Akhir KKL Angkatan tahun 2023

Disahkan di : Padangsidimpuan

Pada tanggal : 2023

Mengetahui

Kepala Desa Dosen Pembimbing Lapangan

Aslina Lubis S.Pd.I Ferri


NIP.

Mengesahkan

Ketua PANITIA KKL,

Drs. Kamaluddin, M. Ag.


NIP. 196511021991031001

i
DAFTAR ISI
Pengesahan DPL............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
Abstrak.........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
b. Rumusan Masalah...............................................................................2
c. Tujuan.................................................................................................2
d. Sistematika pembahasan.....................................................................3
BAB II Teori
a. Pengertian Moderasi Beragama..........................................................4
b. Prinsip Moderasi Beragama................................................................5
c. Klasifikasi Moderasi Beragama..........................................................6
d. Indikator Moderasi Beragama............................................................6
e. Lingkungan Bermasyarakat................................................................8
BAB III Metodologi
a. Lokasi dan Waktu.............................................................................11
b. Jenis Penelitian.................................................................................11
c. Sumber Data.....................................................................................11
d. Instrumen Penelitian.........................................................................11
e. Analisis Data.....................................................................................11
f. Pengecekan Keabsahan Data............................................................11
BAB IV Hasil Penelitian
a. Temuan di Lapangan........................................................................13
b. Pembahasan......................................................................................13
BAB V Penutup
a. Kesimpulan.......................................................................................19
b. Saran.................................................................................................20
Daftar Pustaka............................................................................................21
Lampiran Foto Desa dan Foto Kegiatan..................................................22

ii
Literasi Dan Moderasi Beragama Didalam kehidupan Bermasyarakat
Desa Simpang Duku, Kecamatan Lingga Bayu, Kabupaten Mandailing Natal

KKL KEL.39 Desa Simpang Duku

Abstrak :
Penelitian ini meneleah tentang moderasi dan literasi beragama didalam aspek
kehidupan bermasyarakat didesa simpang duku kabupaten Mandailing Natal yang
dimana penelitian ini mempunyai tujuan untuk meneleah pandangan maupun
gambaran moderasi beragama dikampung simpang duku yang dimana didesa
kampung mudik tersebut selain menganut agama yang diakui oleh bangsa,
masyarakat kampung mudik juga menganut aliran kepercayaan atau biasa disebut
“Parmalim” yang dimana maksudnya ialah seseorang yang tidak mempercayai agama
yang ada di Indonesia. Selain itu juga kita mengetahui jikalau indonesia hanya resmi
mengakui 6 agama yakni islam,kristen protestan,kristen katolik,hindu,buddha dan
konghucu. Bagi bangsa Indonesia, keragaman diyakini sebagai takdir. Indonesia ialah
negara dengan keragaman etnis,budaya,suku,bahasa,dan aksara daerah serta
kepercayaan lokal di indonesia. Selain suku dan budaya, agama dan kepercayaan
diindonesia juga ada banyak ragamnya .itulah mengapa kita harus mengetahui
moderasi dan literasi beragama agar dapat hidup rukun dalam bermasyarakat.

kata kunci : moderasi,literasi, simpang duku


Abstrack :
This research examines moderation and religious literacy in aspects of social life in
Simpang Duku village, Mandailing Natal district, where this research aims to
examine the views and description of religious moderation in Simpang Duku village,
where in the village of Mudik village, apart from adhering to a religion recognized by
the nation, the village community Homecoming also adheres to religious beliefs or
what is usually called "Parmalim" which means someone who does not believe in the
religions that exist in Indonesia. Apart from that, we also know that Indonesia only
officially recognizes 6 religions, namely Islam, Protestant Christianity, Catholic
Christianity, Hinduism, Buddhism and Confucianism. For the Indonesian people,
diversity is believed to be destiny. Indonesia is a country with diverse ethnicities,
cultures, tribes, languages and regional scripts as well as local beliefs in Indonesia.
Apart from ethnicity and culture, there are also many variations in religion and belief
in Indonesia. That is why we must know religious moderation and literacy in order to
live harmoniously in society.
Keyword :moderation,literacy,Simpang Duku

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslimterbanyak
di dunia menjadi sorotan penting dalam hal moderasi Islam.Moderasi adalah ajaran
inti agama Islam.Islam moderat adalah paham keagamaan yang sangat relevan dalam
konteks keberagaman dalam segala aspek, baik agama, adat istiadat, suku dan bangsa
itu sendiri (Dawing, 2017, p. 231).
Oleh karena itu pemahaman tentang moderasi beragama harus dipahami secara
kontekstual bukan secara tekstual, artinya bahwa moderasi dalam beragama di
Indonesia bukan Indonesia yang dimoderatkan, tetapi cara pemahaman dalam
beragama yang harus moderat karena Indonesia memiliki banyaknya kultur, budaya
dan adat-istiadat. Moderasi Islam ini dapat menjawab berbagai problematik dalam
keagamaan dan peradaban global. Yang tidak kalah penting bahwa muslim
moderat mampu menjawab dengan lantang disertai dengan tindakan damai
dengan kelompok berbasis radikal, ekstrimis dan puritan yang melakukan segala
halnya dengan tindakan kekerasan.
Islam dan umat Islam saat ini paling tidak menghadapi dua tantangan;
Pertama, kecenderungan sebagian kalangan umat Islam untuk bersikap ekstrem dan
ketat dalam memahami teks-teks keagamaan dan mencoba memaksakan cara
tersebut di tengah masyarakat muslim, bahkan dalam beberapa hal menggunakan
kekerasan;
Kedua, kecenderungan lain yang juga ekstrem dengan bersikap longgar
dalam beragama dan tunduk pada perilaku serta pemikiran negatif yang berasal
dari budaya dan peradaban lain. Dalam upayanya itu mereka mengutip teks-teks
keagamaan (Al-Qur’an dan Hadis) dan karya-karya ulama klasik (turats)sebagai
landasan dan kerangka pemikiran, tetapi dengan memahaminya secara tekstual
dan terlepas dari konteks kesejarahan. Sehingga tak adamoderasi beragama di

1
Indonesia generasi yang terlambat lahir, sebab hidup di tegah masyarakat modern
dengan cara berfikir generasi terdahulu.1
Selain itu moderasi beragama yang lumayan susah untuk dihadapi yang dapat
membuat masyarakat jadi tidak rukun, akan tetapi terkadang walaupun masyarakat
Indonesia mempunyai agama dan kepercayaan yang bermacam-macam, meraka dapat
hidup rukun dan hidup berdampingan tanpa adanya dampak negatif yang ditimbulkan
dari perbedaan agama dan aliran kepercayaan tersebut,salah satu contoh didalam
suatu daerah di indonesia yakni di desa simpang duku Kabupaten Mandailing Natal
yang mempunyai masyarakat yang agama dan aliran kepercayaan selain yang
diresmikan di indonesia dan walaupun adanya perbedaan tersebut mereka dapat hidup
berdampingan dalam bermasyarakat bahkan kepala desa di desa Kampung mudik
tersebut ialah seorang yang meganut aliran kepercayaan selain yang diresmikan di
indonesia atau biasanya disebutkan didalam daerah tersebut sebagai “Parmalim”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masyarakat simpang duku dapat hidup rukun dan berdampingan
dengan latar belakang keagamaan dan aliran kepercayaan yang berbeda-beda?
2. Apakah aliran kepercayaan yang berada di simpang duku tersebut tidak
menyebabkan masalah didalam kehidupan bermasyarakat?
3. Bagaimana bisa aliran kepercayaan di simpang duku dapat bertahan dan
berkembang dari tahun ketahun didalam kehidupan bermasyarakat simpang
duku
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat simpang duku dapat hidup rukun dan
berdampingan dengan latar belakang keagamaan dan aliran kepercayaan yang
berbeda-beda.
b. Untuk mengetahui apakah aliran kepercayaan yang berada disimpang duku
tersebut tidak menyebabkan masalah didalam kehidupan bermasyarakat.

1
Intizar, Vol. 25, No. 2, Desember 2019

2
c. Untuk mengetahui bagaimana bisa aliran kepercayaan di simpang duku dapat
bertahan dan berkembang dari tahun ketahun didalam kehidupan bermasyarakat
di simpang duku

D. Sistematika Pembahasan
Penelitian artikel ini dibuat karena di Desa simpang duku selain memiliki
agama yang resmi di Indonesia, sebagian masyarakat di desa simpang duku tersebut
juga menganut aliran kepercayaan yang dimana tidak memiliki agama dan
kepercayaan dengan agama yang telah ada dan resmi di Indonesia. Perbedaan agama
dan aliran kepercayaan tersebut sudah ada sejak dahulu kala di simpang duku, akan
tetapi walaupun masyarakat di Desa simpang duku mempunyai agama dan
kepercayaan yang berbeda-beda meraka tetap dapat hidup berdampingan didalam
kehidupan masyarakat. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah
aliran kepercayaan yang ada di simpang duku tersebut yang dimana penelitian ini
dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan masyarakat di Simpang
Duku.

3
BAB II
TEORI
A. Pengertian Moderasi Beragama
Dalam masyarakat Indonesia yang multibudaya, sikap keberagamaan yang
ekslusif yang hanya mengakui kebenaran dan keselamatan secara sepihak, tentu dapat
menimbulkan gesekan antar kelompok agama. Konflik keagamaan yang banyak
terjadi di Indonesia, umumnya dipicu adanya sikap keberagamaan yang ekslusif, serta
adanya kontestasi antar kelompok agama dalam meraih dukungan umat yang tidak
dilandasi sikap toleran, karena masing-masing menggunakan kekuatannya untuk
menang sehingga memicu konflik.2
Kata moderasi beragama berasal dari kata moderation yang dapat dikatakan
tidak berlebih dan tidak kurang.Kata moderasi beragama juga dikenal dengan
moderat yakni bersikap sewajarnya dan biasa-biasa saja.Moderasi beragama populer
dengan sebutan wasathiyah, dimana dapat dikatakan berada dalam dua ujung. Dalam
hal ini yaitu berada dalam dua ujung karna mengambarkan bagaimana cara agar kita
tidak terseret oleh salah satu ujungnya. Agar dari kedua ujung tersebut dapat ditarik
apa yang dibutuhkan untuk mencapai keadilan dan kebaikan.
Moderarasi beragama merupakan pemahaman agama yang mengambil jalan
tengah untuk menggapai suatu keseimbangan, yakni tidak mengarah kekanan dan
tidak mengarah kekiri.Pemahaman ini berupaya untuk membentuk kehidupan yang
berimbang, saling menghargai terlebih lagi dalam menjalankan perintah Tuhan.
Moderasi beragama harus dipahami sebagai keseimbangan terkait dengan
penghormatan kepada orang-orang yang memiliki paham yang berbeda, kerukunan
dan toleransi tercipta karna adanya rasa moderasi beragama.Salah satu terciptanya
atau terwujudnya ketidakseimbangan atau moderasi beragama, dan melakukan
penolakan terhadap kekerasan dan intoleransi.3
Dapat disimpulkan bahwa moderasi beragama sangat erat kaitanya dengan
menjaga rasa kebersamaan, saling memahami satu sama lain yang berbeda dengan
2
Fahruddin, Pentingnya Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama, Republika, 2019.
3
Agus Akhmadi, Moderasi Beragama dalam Keberagamaan Indonesia, Journal, Diklat
Keagamaan, vol. 13, no.2, (Surabaya; Balai Diklat Keagamaan, 2019), h. 49-50.

4
diri sendiri. Dengan menjalankan dan menerapkan moderasi dalam kehidupan sehari-
hari maka dapat menjadikan agama sebagai pedoman hidup dan solusi untuk selalu
berbuat adil dimana pun kita berada.Menjadikan agama sebagai pedoman untuk
menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat, sebagaimana fungsi agama diturunkan ke
muka bumi yaitu untuk menjawab semua persoalan yang ada, baik dalam agama,
keluarga dan masyarakat.
Kesadaran akan toleransi beragama harus melahirkan berbagai kemungkinan
sikap, seperti menerima dan mengakui adanya perbedaan, mengakui hak dan
eksistensi orang lain, mendukung dan antusias atas keragaman ciptaan Tuhan.
Kendati demikian, diakui bahwa tugas untuk membangun kehidupan beragama yang
toleran dan damai masih menjadi pekerjaan rumah yang belum selesai, bahkan
mungkin masih jauh dari kata itu.4
Beragama sesungguhnya merupakan suatu keniscayaan hidup manusia dan
hubungan antar beragama itu terjadi timbal balik antar pemeluk dan paham keyakinan
lainnya. Agama Islam, Kristen, maupun Parmalim akan selalu membutuhkan dalam
kehidupan bermasyarakat untuk menjalin hubungan yang baik. Dalam sabda nabi
Muhammad saw. Sebagaimana diriwayatkan al-Tabrani: “Sebaik-baik manusia
adalah manusia yang paling bermanfaat untuk orang lain.”Jelas bahwa adanya
hubungan yang baik antar keyakianan yang lain, adalah simbol saling menghargai
antar sesama yang menimbulkan rasa senang dan rasa nyaman dalam perbedaan
keyakinan.
Konsep moderasi yang di amalkan dan dipegang teguh oleh berbagai
kepercayaan merupakan sikap anti kekerasan dan tidak ada pemaksaan untuk paham
lain masuk kedalam paham kita. Misalnya, tidak ada paksaan bagi masyarakat Islam
untuk masuk kedalam agama kristen begitu pun sebaliknya. Agar tidak terjadi
kekerasan dan perpecahan maka masyarakat harus mampu menghargai pendapat
orang lain, dan mengedepankan toleransi antar sesama Agama.

4
Agus Ahmad Safei, Sosiologi Toleransi, Kontestasi, Akomodasi, Harmoni, (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2020)

5
Jika ditemukan suatu perbedaan dalam masyarakat yang beragam paham,
maka harus di sikapi dengan arif dan dihadapi dengan kebesaran jiwa dan membuka
suatu dialog antar sesama. Dengan hal demikian masyarakat mampu membangun dan
mengajarkan kepada generasi penerus untuk bersikap toleransi, dan memberikan
kebebasan masyarakat dalam memilih paham yang ia ingin yakini. Masing-masing
paham harus mengedepankan sikap kebersamaan daripada sikap memaksakan
kehendak untuk kepentingan golonganya, mengedepankan.

B. Prinsip Moderasi Beragama


Salah satu prinsip dasar dalam moderasi beragama adalah selalu menjaga
keseimbangan di antara dua hal, misalnya: keseimbangan antar akal dan wahyu, antar
keharusan dan kesukarelaan, antar teks agama dan ijtihad tokoh agama, antara
jasmani dan rohani, antar ahlak dan kewajiban, antara kepentingan individual dan
kemaslahatan komunal, antar gagasan ideal dan kenyataan, serta keseimbangan masa
depan.
Inti dari moderasi beragama adil dan berimbang dalam memandang,
mempraktikan semua konsep yang berpasangan diatas dan juga dalam menyikapinya.
Adapun prinsip kedua, dalam kesimbangan adalah istilah yang mengambarkan cara
pandang, komitmen untuk selalu berpihak pada keadilan dan kemanusian, sikap dan
persamaan.
Selain itu, ada tiga syarat untuk terpenuhinya sikap moderasi beragama,
yakni: memiliki pengetahuan yang luas, selalu berhati-hati dan mampu
mengendalikan emosi untuk tidak melebihi batas.5
Adapun dalam konsep wasathiyah Islam, cara-cara moderasi beragama
dilakukan dengan dua konsep. Konsep yang pertama yaitu konsep tasamuh
(toleransi), sesuai dengan ciri-ciri moderasi Islam dapat dipastikan jika antar umat
beragama di Indonesia sudah hidup berdampingan dan saling toleransi, akan menjaga
kestabilitasan antar umat beragama dan menjaga kerukunan antar umat beragama.
Konsep kedua yang ditawarkan oleh Islam yaitu tawazun (berkeseimbangan), i’tidâl

5
Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama, h. 19-22.

6
(lurus dan tegas), tasamuh (toleransi), musawah (egaliter), syura (musyawarah),
ishlah (reformasi), aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), dantathawwur wa
ibtikar (dinamis dan inovatif).

C. Klasifikasi Moderasi Beragama


Klasifikasi beragam terdiri dari 4 bagian dalam moderasi beragama, yaitu:
1. Moderat bentuk ibadah.
2. Moderat dalam pembentukan syari‟at.
3. Moderat dalam aqidah.
4. Moderat dalam budi pekerti dan perangai.

D. Indikator Moderasi Beragama


Adanya indikaror moderasi beragama mampu mengarahkan kita untuk
mengetahui atau menentukan, cara pandang, sikap, dan perilaku beragama tertentu itu
tergolong moderat atau sebaliknya, ekstrem. Jadi ada 4 hal indikator moderasi
beragama yang harus diketahui: masing-masing, diantaranya yaitu:

a. Komitmen Kebangsaan
Komitmen kebangsaan merupakan indikator yang sangat penting untuk melihat
sejauh mana cara pandang sikap, dan praktik beragama seseorang berdampak pada
kesetiaan terhadap konsensus dasar kebangsaan, terutama terkait dengan penerimaan
pancasila sebagai ideologi negara. Komitmen kebangsaan ini penting untuk dijadikan
sebagai indikator beragama karna seperti yang sering disampaikan mentri agama,
Lukman Hakim Saifuddin dalam perspektif moderasi beragama, mengamalkan ajaran
agama adalah sama dengan menjalankan kewajiban sebagai warga negara,
sebagaimana menunaikan kewajiban sebagai warga negara adalah wujud pengamalan
ajaran agama.

b. Toleransi

7
Toleransi adalah sikap menegah (menghargai, membiarkan, membolehkan),
pendirian (pendapat, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan pandangan) yang berbeda
dengan apa yang kita yakini. Selain itu toleransi juga sebuah keniscayaan bagi
masyarakat majemuk, baik dari segi agama, paham, ras, suku dan bahasa. Toleransi
adalah cara kita untuk saling menghormati menghargai dan menerima pendapat orang
lain.6
Toleransi merupakan sikap untuk memberi ruang dan tidak menggangu hak
orang lain untuk berkeyakinan, mengespresikan keyakinanya, dan menyampaikan
pendapat, meskipun hal tersebut berbeda dengan hal yang kita yakini. Dengan
demikian, toleransi mengacu pada sikap terbuka, dan lembut dalam menerima
perbedaan.
Moderat dalam pemikiran Islam adalah mengedepankan sikap toleran dalam
perbedaan. Keterbukaan menerima keberagamaan (inklusivisme). Baik beragam
dalam mazhab maupun beragam dalam beragama. Perbedaan tidak menghalangi
untuk menjalin kerja sama, dengan asas kemanusiaan.7

c. Anti-Kekerasan atau Anti Radikalisme dan Kekerasan


Nilai-nilai larangan terhadap kekerasan (anti kekerasan) yang berarti
menghendaki ramah/kasih saying, tolong menolong, mengutamakan perdamaian
bukan kekerasan, menghormati hak orang lain, berlaku lemah lembut, tidak kasar,
tidak berhati keras, pemaaf dan bertawakkal.8
Radikalisme dalam konteks moderasi beragama dikenal sebagai suatu ideologi
atau paham yang melakukan perubahan dengan cara kekerasan atas nama agama, baik
dari segi pikiran, verbal, dan fisik. Sikap radikalisme ini merupakan sikap yang
menginginkan suatu perubahan dalam tempo singkat dan drastis, serta bertentangan

6
Munir, Abdulah. Dkk. Literasi Moderasi Beragama di Indonesia. (Bengkulu: Zigie Utama,
2020).
7
Darlis, Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat Multikultural, (Rausyan Fikr,
Vol.13 No. 2 Desember 2017), 225-255.
8
Abdul Azis dan A. Khoirul Anam, Moderasi Beragama Berlandaskan Nilai-Nilai Islam,
hlm. 61-62.

8
dengan sistem social yang berlaku dan mengunakan kekerasan untuk melakukan
suatu perubahan, radikalisme ini melakukan cara apapun agar keinginanya tercapai.

d. Akomodatif Terhadap Agama Lokal


Praktik atau perilaku agama yang akomodatif terhadap budaya lokal dapat
digunakan untuk melihat sejauh mana kesediaan untuk menerima praktik amaliah
keagamaan yang mengakomodasi kebudayaan lokal dan tradisi.Orang-orang yang
moderat memiliki kecenderungan lebih ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya
lokal dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran
agama. Sebalikya, ada juga kelompok yang cenderung tidak akomodatif terhadap
tradisi dan kebudayaan, karena mempraktikkan tradisi dan budaya dalam beragama
akan dianggap sebagai tindakan yang mengotori kemurnian agama.9
Dalam realitas kehidupan masyarakat sekarang, perlu untuk memandang suatu
masyarakat dengan melihat empat indikator diatas, guna menemukan atau
mengetahui orang tersebut tergolong moderat atau sebaliknya, ekstrem.

E. Lingkungan Bermasyarakat
“Lingkungan Adalah tempat di mana manusia itu hidup, menyesuaikan dirinya
(beradaptasi) dan mengembangkan dirinya”.Sedangkan menurut pendapat lain
lingkungan adalah“Segala sesuatu yang berada pada di luar diri anak, dalam alam
semesta ini”.10
Lingkungan adalah (environment) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang
dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau life processes. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab
terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan
yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak

9
Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama (Cet. I; Jakarta: Kementerian Agama
RI, 2019), h. 42-47.
10
Abu Ahmadi dan NurUhbiyati, IlmuPendidikan, (Jakarta: RinekaCipta, 2003), h.64

9
tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi
anak.11
Sedangkan yang dimaksud dengan “Masyarakat adalah pergaulan hidup
manusia, sekalipun orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-
ikatan atau aturan-aturan tertentu”.12Pendapat lain mengemukakan bahwa
“Masyarakat dapat diartikan sebagai komunitas yang amat heterogen dengan berbagai
aspeknya”.13
Lingkungan masyarakat adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan
sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah
beragama atau kesadaran beragama individu. Dalam masyarakat, individu (terutama
anak-anak dan remaja) akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau
anggota masyarakat lainnya. Apabila teman sepergaulannya itu menampilkan
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak baik), maka anak remajapun
cenderung akan berakhlak baik.14
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa “lingkungan masyarakat atau
lingkungan sosial ini meliputi bentuk hubungan manusia yang satu dengan yang
lainnya, maka seri pula disebut dengan lingkungan yang berwujudmanusia dan
hubungannya antar manusia di sekitar anak. Termasuk di dalamnya adalah sikap atau
tingkah laku manusia, tingkah laku ayah, ibu anggota keluarga yang lain, tetangga,
teman dan lain-lain”.15
Adapun lingkungan masyarakat yang kondusif terhadap remaja adalah: (a) taat
melaksanakan agama, seperti ibadah ritual, menjalin persaudaraan,
saling menolong, dan bersikap jujur. (b) menghindari diri dari sikap
dan prilaku yang dilarang oleh agama, seperti: sikap permusuhan,
saling curiga, munafik dan mengambil hak orang lain. Sedangkan
11
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali pers, 2009), h. 32-33.
12
Mukhtar Hadi, Ilmu Sosial Budaya Dasar Ilmu Alamiah Dasar (ISBD-IAD), (Metro:
STAIN Metro Press, 2009), h. 23
13
Abuddin Nata, Pedidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, ( Jakarta : UIN Jakarta Press,
2005), h. 275.
14
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), cet XIII, h. 141.
15
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), h. 65.

10
lingkungan masyarakat yang tidak kondusif atau tidak baik ditandai
oleh karakteristik, yaitu gaya hidup yang matrealistis hedonistis, sikap
dan perilaku warga masyarakat yang melecehkan norma agama.16
Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis dipahami bahwa lingkungan
masyarakat (sosial)dan berbagai sistem norma atau aturan-aturan yang ada di sekitar
individu atau kelompok manusia dapat mempengaruhi tingkah laku mereka dari
interaksi mereka di dalam lingkungan masyarakat.Lingkungan masyarakat adalah
tempat dimana manusia saling berinteraksi baik interaksi sosial maupun socialkultural
antar sesama anggota masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma di
lingkungan tersebut.

16
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja., h. 142

11
BAB III
METODOLOGI
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian mengenai moderasi beragama ini dilakukan di Desa Simpang Duku,
Kecamatan Lingga Bayu, Kabupaten pada tanggal 15 Juli 2023 sampai selesai.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode wawancara.Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang
data-datanya didapatkan dari hasil wawancara yang berupa informasi-informasi yang
bisa dipahami tidak berupa data-data statistik atau angka. Penelitian kualitatif
merupakan metode yang fokus pada pengamatan yang mendalam.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari hasil wawancara
pada tokoh-tokoh agama di desa simpang duku yang diantaranya beragama Islam,
Kristen serta Parmalim.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, alat atau instrumen utama pengumpulan data
adalah manusia atau peneliti itu sendiri dengan cara mengamati, bertanya,
mendengar, meminta dan mengambil data penelitian.Instrumen utama pada penelitian
ini adalah peneliti itu sendiri yaitu kelompok 39,selain itu ada beberapa instrument
penunjang lainnya seperti alat tulis, kamera, alat perekam berupa handphone.
E. Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisir data, memilah-milanya menjadikan satuan yang dapat
dikelola, mencari menemukan data, menentukan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
kredibilitas (perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, analisis

12
kasus negatif, menggunakan bahan referensi, atau mengadakan membercheck),
transferabilitas, dependabilitas, maupun konfirmabilitas.Dalam penelitian kualitatif,
data dapat dinyatakan kredibel apabila adanya persamaan antara apa yang dilaporkan
peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti atau yang
terjadi di lapangan.

13
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Temuan Di Lapangan
Hasil yang ditemukan oleh mahasiswa KKL kelompok 39 UIN
SYAHADA Padangsidimpuan di Desa Simpang Duku Kecamatan Lingga Bayu
adalah betapa rukunnya masyarakat Desa Simpang Duku dengan berbagai agama
saling berdampingan.Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat setempat,
diketahui ada 3 agama yang saling hidup berdampigan secara tasamuh di Desa
Simpang Duku , yaitu agama Islam sebagai mayoritas, dan bahkan Parmalim yang
telah jarang ditemukan pemeluknya. aliran kepercayaan ini hidup rukun dengan
rasa persaudaraan yang tinggi dan tidak pernah ricuh ataupun menganggu
terhadap satu sama lain.
Kemudian secara tidak sengaja, di Desa Simpang Duku ini ke tiga aliran
kepercayaan tersebut tinggal berkelompok di dusun-dusun yang berbeda. Dusun 1
dan 2 dengan semua masyarakatnya beragama Islam, selanjutnya di Dusun 3 diisi
oleh aliran Kristen dan kepercayaan tersebut dengan mayoritas penduduk
pemeluk agama Parmalim.

B. Pembahasan
Indonesia sebagai negara yang majemuk dari segi suku bangsa,
budaya, dan agama memerlukan strategi untuk menciptakan dan memelihara
suasana kebebasan beragama dan kerukunan umat beragama. Yang demikian
tersebut amat penting dilakukan agar terwujud masyarakat Indonesia yang
sejahtera, aman, damai, bersatu dan tentram. Untuk mewujudkan
kedeamaian, keamanan dan kesatuan tersebut, perlu adanya suatu strategi
yang tepat. Strategi tersebut adalah moderasi beragama.
Desa Simpang Duku seolah menjadi perwujudan dari kemoderatan dalam
beragama tersebut. Dengan beragamnya pemeluk agama di desa tersebut, Desa
Simpang Duku menjadi satu-satunya desa dengan banyaknya jenis agama yang
dipunya di Kabupaten Madina. Adapun macam-macam agama yang terdapat di

14
Desa Simpang Duku yaitu agama Islam dengan jumlah pemeluk 9%, agama
Kristen dengan jumlah pemeluk sebanyak 2%, kemudian agama Parmalim dengan
jumlah pemeluk sebanyak 1%.

1. Sejarah Agama Parmalim


Parmalim adalah satu aliran kepercayaan pada masyarakat batak toba yang
masih bertahan dan menjadi bagian dari ungkapan spiritual lokal masyarakat
Batak Toba (Harahap 2016:19). Tujuan dari didirikannya kepercayaan Parmalim
adalah sebagai usaha untuk melindungi kepercayaan maupun kebudayaan
tradisional batak toba dari pengaruh misionisasi agama seperti ajaran kristen,
Islam serta tekanan dari kolonial Belanda (Sidjabat 1983:26 dalam Harahap
2016:21).
Menurut Harahap (2016:81) kepercayaan parmalim adalah agama batak
asli yang berkembang di tanah Batak di bawah pimpinan Raja Sisingamangaraja,
di dalam upaya manusia menuju dan menyembah Tuhan Mulajadi Na Bolon.
Perkembangan dan pengajaran kepercayaan parmalim seiring perlawanan Raja
Sisingamangaraja terhadap penjajah yang berusaha melenyapkan kepercayaan
parmalim dari bumi.
Agama parmalim bukanlah agama pendatang atau juga agama universal,
melainkan agama lokal yang lahir di tanah Batak. Proses awal penamaan
Parmalim sebagai agama merujuk pada ucapan terakhir Raja Nasiakbagi di suatu
pertemuan bersama-sama dengan murid- muridnya. Kemudian, pidato terakhirnya
itu dijadikan sebagai tonggak sejarah permulaan penamaan Parmalim sebagai
agama (Gultom 2012:75-76).Menurut Tobing (dalam Gultom 1956:76) sebelum
agama Islam dan Kristen datang ke tanah Batak, orang Batak telah mempercayai
adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dinamakan Debata Mulajadi Nabolon.
Dimasa pimpinan Raja Sisingamangaraja, agama Islam dan Kristen masuk
ke tanah Batak dan menggeser keberadaan agama Parmalim, sehingga membuat
Raja Sisingamagaraja berinisiatif mengumpulkan para penganut agama Parmalim
dan membuat suatu Punguan atau perkumpulan sehingga membuat agama

15
tersebut lebih terorganisir dan berpusat di Huta Tinggi dengan satu Punguan
utama. Kemudian agama ini berkembang dan tersebar di daerah Sumatera Utara.
Di Desa Kampung Mudik sendiri, agama parmalim masuk sekitar 40
tahun silam dan masih menjadi agama yang baru di daerah Barus. Dengan jumlah
penganut sebanyak 250 jiwa, agama parmalim tetap taat menjalankam ibadah
sesuai kepercayaannya sebagai minoritas di wilayah tersebut.
2. Ritual Kepercayaan Parmalim
Dalam mejalankan kepercayaannya, agama parmalim memiliki upacara
ibadah terjadwal yaitu di setiap hari Sabtu jam 11.30 WIB yang berlokasikan di
Punguan. Seluruh jamaah parmalim hadir di Punguan untuk mendengarkan
khotbah dari pendeta tinggi Parmalim dengan menggunakan pakaian khas Batak
Toba. Khotbah di dapat dari teks kitab Parmalim, yang setiap minggu di
distribusikan teks khotbahnya oleh pendeta yang lebih tinggi di setiap cabang.
Agama Parmalim hanya memiliki sebuah kitab dan tidak diperbanyak jumlahnya,
hanya ada satu dan hanya orang tertentu yang bisa membukanya.
Selain upacara terjadwal di hari Sabtu, agama Parmalim juga memiliki
upacara perayaan hari-hari besar. Yang pertama adalah upacara Sipaha sada (Hari
Kelahiran Simarimbulosi). Upacara ini khusus memperingati ari hatutubu (hari
kelahiran) Tuhan Simarimbulosi yang jatuh pada ari suma (hari kedua) dan ari
anggara (hari ketiga) bulan Sipaha sada (bulan satu). Sipaha sada memperingati
dan merayakan hari kelahiran Simarimbulosi dan para pejuang parmalim.Yang
kedua adalah upacara Sipaha lima (Persembahan Sesaji Besar) merupakan salah
satu ibadah atau aturan yang wajib diamalkan oleh warga parmalim pada setiap
tahunnya. Upacara ini selama tiga hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 12
(boras tini tangkup), 13 (singkora purasa), dan tanggal 14 (samisara purasa)
bulan lima (Sipaha lima) yang dipusatkan di Balai Pasogit Partonggoan Huta
Tinggi. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk syukur atas berkat yang diterima
selama setahun. Diantara semua ritual yang dilaksanakan Sipaha lima adalah
ritual yang paling besar dalam kepercayaan Parmalim.

16
Agama Parmalim juga memiliki upacara kelahiran anak, upacara
kematian, upacara perkawinan, dan masih banyak upacara lainnya.

Gambar 1. Wawancara dengan Parmalim Desa Simpang Duku

3. Moderasi Beragama di Desa Simpang Duku


Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak
di dunia menjadi sorotan penting dalam hal moderasi Islam. Moderasi adalah
ajaran inti agama Islam. Islam moderat adalah paham keagamaan yang sangat
relevan dalam konteks keberagaman dalam segala aspek, baik agama, adat
istiadat, suku dan bangsa itu sendiri.17
Moderasi beragama dikenal dalam bahasa arab dengan istilah Islam
wasathiyyah. Secara Bahasa, pengertian dari wasathiyyah ini mengarah
kepada makna adil, utama, pilihan atau terbaik serta seimbang antara dua
posisi yang berseberangan. Dalam kajian Islam secara akdemik, Islam
wasathiyyah juga disebut justly-balanced Islam, the middle path atau the
middle wa Islam, serta Islam sebagai mediating and balancing power untuk

17
Dawing, MENGUSUNG MODERASI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT
MULTIKULTURAL. (Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin Dan Filsafat, 13(2), 2019), 225–
255.

17
memainkan peran mediasi dan pengimbangan. Pemaknaan ini menunjukkan
bahwa Islam wasathiyyah mengedepankan pentingkan keadilan dan
keseimbangn serta jalan tengah agar tidak terjebak pada sikap keagamaan
ekstrem. Selama ini konsep Islam wasathiyyah dipahami untuk
merefleksikan prinsip tawassuth (tengah), tasamuh (toleran),
tawazun(seimbang), i’tidal (adil), serta iqtishad (sederhana).
Karakter wasathiyyah akan mampu mengantarkan sekaligus
menggerakkan seseorang kepada karakter dan prilaku adil serta profesional
dalam menjalankan segala bentuk kegiatan. Meskipun demikian, penjelasan
mengenai moderasi beragama dalam konteks pemahaman keagamaan yang
bersifat tengah-tengah (wasathiyyah) ini memiliki beberapa pengertian yang
muncul dari banyak perspektif yang berbeda.Setidaknya terdapat tiga
pengertian yang bisa dipahami terkait posisi paham keagamaan
wasathiyyah.Pertama, posisi tengah menjadikan manusia tidak berada pada
jalur kiri maupun kanan.Kedua, penjelasan tentang umatan wasathan
memiliki pengertian posisi tengah dalam memandang antara Tuhan dan dunia,
yaitu tidak mengingkari wujud Tuhan, namun juga tidak mengikuti pandangan
politeisme yang meyakini banyak Tuhan. Ketiga, wasathiyyah sebagai bentuk
komitmen dalam sikap tengah-tengah akan memunculkan banyak persepektif,
namun komitmen tersebut akan mampu menjadi teladan bagi semua pihak,
terutama yang mengalami gejolak dalam menyikapi keragaman.18
Moderasi beragama merupakan jembatan bagi lahirnya pola hubungan
harmonis di kalangan umat beragama di Indonesia, sehingga dibutuhkan
strategi penguatan moderasi beragama yang diharapkan dapat menjadikan
masyarakat semakin dewasa untuk menerima dan mengakui bahwa perbedaan
itu adalah sebuah kemestian yang harus dirawat dengan baik di tengah
masyarakat yang majemuk.

18
Ali Muhtarom, dkk. Moderasi Beragama; Konsep Nilai dan Strategi Pengembangannya di
Pesantren (Jakarta: Yayasan Talibuana Nusantara, 2020), hlm. 37.

18
Seperti halnya masyarakat Desa Simpang Duku dengan keberagaman
agamanya hidup berdampingan dengan damai dan tentram, tidak mengganggu
satu sama lain. Hal ini mencerminkan moderasi beragama di Indonesia, yang
merupakan negara moderat beragama dengan multikulturalisme.
Multikultralisme memiliki relevansi dengan ajaran Islam antara lain dalam
toleransi, perdamaian dan keadilan. a] Toleransi, sebagaimana Al-Qur’an
Surat Al Hujuraat : 13 yang menegaskan bahwa Allah telah menciptakan
manusia dengan bermacam-macam suku bangsa agar manusia saling
mengenal. Bahwa perbedaan tidak boleh menjadi ajang konflik, karenanya
harus dihargai. Dengan saling mengenal maka jalan menuju kehidupan
multikultural akan terbuka. b] Perdamaian. Islam berasal dari akar kata ”al-
Salam ” yang berarti perdamaian. Islam mengajak umatnya untuk melakukan
dan menyebarkan perdamaian di muka bumi. Dalam QS al-Baqarah [2] : 208,
”Udkhulu fial-silmi kaffah ” - yang selama ini sering diterjemahkan
”masuklah ke dalam agama Islam secara kaffah.”19
Masyarakat Desa Simpang Duku saling melebur satu sama lain tanpa
terbawa arus ataupun tertarik ke ujung satunya (dalam hal ini agama lain).
Dengan praktik agamanya masing-masing, mereka mampu menjaga poros dan
tidak terseret arus, serta tidak fanatik berlebihan.
Toleransi dalam menjalankan ibadah masing-masing sesuai keyakinan
masyarakat desa kampung mudik juga berjalan harmonis. Dimana masing-
masing agama penganut agama baik agama Islam, Kristen, dan Parmalim
yang ada di desa simpang duku bebas menjalankan ibadahnya masing-masing
tanpa ada rasa gangguan ataupun rasa ketidaknyamanan.
Hal inilah yang membuat ketertarikan di desa Simpang Duku. Ini
menandakan bahwa moderasi beragama di desa Kampung Mudik ini dipegang
sangat erat oleh seluruh masyarakat desa. Hal seperti ini pastinya tidak jauh
dari arahan para penanggungjawab desa. Baik itu kepala desa, sekretaris desa,
tokoh masyarakat maupun aparat desa lainnya yang selalu menjaga dan

19
Mas'ud , Strategi Moderasi Antarumat Beragama, (Jakarta : Kompas, 2018)

19
mengayomi masyarakat dalam menerima dan menghargai perbedaan di desa
Kampung Mudik.

20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian serta uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan:
1. Moderasi Beragama
Moderarasi beragama merupakan pemahaman agama yang mengambil jalan
tengah untuk menggapai suatu keseimbangan, yakni tidak mengarah kekanan
dan tidak mengarah kekiri.Pemahaman ini berupaya untuk membentuk
kehidupan yang berimbang, saling menghargai terlebih lagi dalam
menjalankan perintah Tuhan.
Moderasi beragama sangat erat kaitanya dengan menjaga rasa kebersamaan,
saling memahami satu sama lain yang berbeda dengan diri sendiri. Dengan
menjalankan dan menerapkan moderasi dalam kehidupan sehari-hari maka
dapat menjadikan agama sebagai pedoman hidup dan solusi untuk selalu
berbuat adil dimana pun kita berada.Menjadikan agama sebagai pedoman
untuk menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat, sebagaimana fungsi agama
diturunkan ke muka bumi yaitu untuk menjawab semua persoalan yang ada,
baik dalam agama, keluarga dan masyarakat.
Lingkungan masyarakat adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan
sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah
beragama atau kesadaran beragama individu. Dalam masyarakat, individu
(terutama anak-anak dan remaja) akan melakukan interaksi sosial dengan
teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Apabila teman
sepergaulannya itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
agama (berakhlak baik), maka anak remajapun cenderung akan berakhlak baik
Jadi Moderasi beragama di lingkungna masyarakat yaitu suatu pemahaman
agama di masyarakatyang saling menjaga kebersamaan satu sama lainnya
yang berbeda agama dan kepercayaan.
2. Peran masyarakat simpang duku dalam menjaga meningkatkan moderasi
beragama yang ada disana yaitu dengan menjaga kebersamaan, toleransi yang

21
tinggi serta tidak membeda-bedakan satu sama lainnya. Dengan menerapkan
itu maka masyarakat kampong mudik akan menjadi hidup rukun dan damai
walau dalam keberagaman budaya, suku dan agama.
Pada dasarnya, toleransi beragama merupakan perwujudan dari ajaran agama.
Terwujudnya toleransi beragama dapat dipandang sebagai indikator paling
penting keadaban sebuah bangsa. Semakin toleran sebuah bangsa makin tinggi
tingkat keadaban bangsa yang bersangkutan. Secara demikian, toleransi
merupakan sebuah keniscayaan yang arus hadir di ruang publik. Karena salah satu
tujuan dari toleransi beragama adalah membangun kehidupan dunia yang harmoni
dan damai di antara berbagai kelompok manusia yang begitu beragam dalam
berbagai aspek.

B. Saran
Dilihat dari segi materi dan juga segi penulisan, makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat positif dan membangun agar karya tulis ini dapat berguna bagi
pendidikan di Indonesia.

22
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, Munir. 2020. Literasi Moderasi Beragama di Indonesia. Bengkulu: Zigie
Utama.

Ahmad, S. A. 2020. Sosiologi Toleransi, Kontestasi, Akomodasi, Harmoni.


Yogyakarta: CV Budi Utama.
Ahmadi, Abu. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Akhmadi, Agus. 2019. Moderasi Beragama dalam Keberagamaan Indonesia,
Journal, Diklat Keagamaan. vol. 13.no. 2. Surabaya: Balai Diklat Keagamaan.
Azis, A., Anam, K. 2018. Moderasi Beragama Berlandaskan Nilai-Nilai Islam.
Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Darlis. 2017. Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat Multikultural.
Rausyan Fikr, Vol.13 No. 2 Desember.
Dawing, D. 2017. Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat Multikultural.
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin Dan Filsafat.
Fahruddin. 2019. Pentingnya Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama. Republika.
Hadi, Mukhtar. 2009. Ilmu Sosial Budaya Dasar Ilmu Alamiah Dasar (ISBD-IAD).
Metro: STAIN Metro Press.
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta: Rajawali pers.
Mas'ud, A. 2018. Strategi Moderasi Antarumat Beragama. (Jakarta : Kompas)
Muhtarom, Ali. 2020. Moderasi Beragama; Konsep Nilai dan Strategi
Pengembangannya di Pesantren. Jakarta: Yayasan Talibuana Nusantara.

Nata, Abuddin. 2005. Pedidikan dalam Prespektif Al-Qur’an .Jakarta : UIN Jakarta
Press.
Saifuddin, Lukman Hakim. Moderasi Beragama. Jakarta: Kementerian Agama
RI, 2019.
Yusuf, Syamsu. 2012. Psikologi Perkembangan Anak &Remaja. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.

23
Lampiran Bidang Dokumentasi

24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai