Anda di halaman 1dari 168

PERMATA YANG BERHARGA DARI

AQIDAH
ISLAM
Disusun dan Dirangkum oleh

Prima Ibnu Firdaus al-Mirluny

2
MUQADDIMAH

‫اار ْ ََ َّر‬
ًِ ْ ِ ‫اار‬ ‫ْ ًِ ااِ َّر‬
ِ ِ
ُ َ ‫اال َةُ َ اا َّر‬ َ ْ ٍَ‫ْل ٍْ ُد ِ َّراِ َر ّب اىْ َعاا‬
‫ َ َّر‬, ‫ْي‬ َ ْ َ
ِ ِ ‫ا‬

َ ْ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ ََ ِِ ََ َ ْ ُ َ ََ
‫ان‬
ٍ ِ ‫لَع رسٔ ِل ااِ لَع آِل أصحابِِّ ٌَ ثبِعًٓ بِإ‬

ُ ْ َ ‫ّ ْ َ َّر‬ َ
ِ ْٔ َ‫إَِل ي‬
: ‫ أٌا بعد‬. َِ ‫دلي‬
ِ ‫ا‬

Ini merupakan intisari dari Aqidah Islam, Aqidah Ahlus


Sunnah wal Jama‟ah, yang kami ringkas dan rangkum dari
beberapa kitab (buku) para Ulama, agar mudah dipelajari,
serta sebagai bekal awal bagi orang yang ingin mendalami
ilmu aqidah. Semoga Allah memberikan manfaat kepada
kaum Muslimin melalui tulisan yang ringkas ini. Hanya
kepada Allah-lah semua keutamaan itu kembali.

Penyusun
Prima Ibnu Firdaus al-Mirluny
Mulai ditulis hari Selasa
Tanggal 18 Rajab 1442 H
Bertepatan dengan 02 Maret 2021 M

3
1. PASAL : AQIDAH

Aqidah adalah :

َ‫ َ َت ْط ٍَئ َُ إ ََلْٓا‬, ‫اَألُ ُم ْٔ ُر اىَّرِت ثُ َل ّ ِد ُق ب َٓا اّنلُ ُف ْٔ ُس‬


ِ ِ ِ ِ
َ َ ْ َ َْ ًْ َ ُ ْ ُ َ َ ُ ُْ ُْ
, ‫ ثكٔن يلِ ِا عِِد أصحابِٓا‬, ‫اىلئب‬

َ ْ ‫م ِ ْ َٓا َ َ َر‬
‫َ َ َّر‬

“Segala masalah yang diyakini oleh hati, yang menjadikan


hati tenang dan menjadi suatu keyakinan bagi pemeluknya,
tanpa disertai kebimbangan atau keraguan.”

Ciri Khas Aqidah ada 3 (tiga), yaitu :


1. Aqidah itu bersifat Yakin, ini meniadakan keragu –
raguan.
2. Aqidah itu bersifat Ghaib, sehingga tidak bisa ditangkap
oleh panca indera.
3. Aqidah itu bersifat Tauqifiyah, yakni tidak bisa
ditetapkan kecuali dengan dalil syar‟i.

4
Sumber Aqidah ada 3 (tiga) yaitu :
1. al-Quran
2. as-Sunnah (Hadits) yang Sah.
Baik yang diriwayatkan oleh satu orang (hadits Ahad)
atau banyak orang (hadits Mutawatir)
3. Ijma’ Para Salafus Shaleh
Tidak ada ruang untuk ijtihad didalam nya dan
berpendapat terbatas kepada apa yang ada didalam al-
Quran dan as-Sunnah.

Sebab Penyimpangan Aqidah ada 5 (lima), yaitu :


1. Bodoh terhadap Aqidah yang Benar
2. Ta’ashshub (Fanatik) kepada ajaran Nenek moyang
3. Taqlid kepada pendapat manusia
4. Ghuluw (Berlebih – lebihan) dalam mencintai orang
Shaleh
5. Ghaflah (Lalai) dalam merenungi ayat – ayat Allah

Nama Lain Dari Ilmu Aqidah


1. I‟tiqad 1
2. Tauhid 2

1
Seperti kitab, Syarah Ushul I‟tiqad Ahlus Sunnah wal Jama‟ah karya
Imam al-Lalika‟i (w 418 H).
2
Seperti Kitab Tauhid wa Itsbat Shifatir Rabb karya Imam Ibnu
Khuzaimah (w 311 H).

5
3. As-Sunnah 3
4. Asy-Syari‟ah 4
5. al-Iman 5
6. Ushuluddin atau Ushuluddiyanah 6
7. Fiqih Akbar 7
Adapun menamakan Aqidah dengan Ilmu Kalam, Filsafat,
Tasawwuf, Ilahiyat, Metafisika. Adalah penamaan yang
tidak tepat dan tidak benar, menurut Ulama Ahlus Sunnah
wal Jama‟ah.

---oOo---

3
Seperti Ushulus Sunnah karya Imam Ahmad bin Hambal (w 241 H)
4
Seperti kitab, Asy-Syari‟ah karya Imam Al-Ajurri (w 360 H).
5
Seperti Kitabul Iman karya Imam Abu „Ubaid al-Qasim bin Sallam (w
224 H).
6
Seperti kitab Ushuluddin karya Imam al-Baghdadi (w 429 H) dan al-
Ibanah „an Ushuluddiyanah karya Imam Abul Hasan Al-Asy‟ari (w 324
H).
7
Seperti kitab, Fiqhul Akbar karya Imam Abu Hanifah (w 150 H).

6
2. PASAL : ISLAM

Islam dalam pengertian Umum adalah :


َ ‫َّر ْ ْ َ ْ ْ َ ُ َ ُ َّر‬ ‫َ ُ َ ْ ْ ْ َ ُ َّر‬
, ِ‫ ا ِإلُلِ ادِل بِاىطاعة‬, ‫ِاِ بِاّتلٔ ِ ِد‬ ِ ‫ْٔ ا ِإلست‬

ْ ََ ْ ّ َ َُ ََْ َ
ِِّ‫اال ِ أْي‬
ِ ٌَِ ‫اى ااة‬

“Berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya,


tunduk patuh dengan mentaati-Nya dan berlepas diri dari
kesyirikan dan pelaku nya.”

Islam dalam pengertian Khusus adalah :


“Syariat dan Manhaj (Jalan) yang diturunkan Allah
Subhanahu wa Ta‟ala kepada Nabi Muhammad
Shallallahu‟alaihi wa sallam.”

Syariat terbagi menjadi 2 (dua) :


1. I‟tiqadiyah (Keyakinan)
2. „Amaliyah (Amal Ibadah)
Keyakinan yang benar merupakan pondasi agama dan
syarat sah nya amal.

7
Sumber Ajaran Islam ada 4 (empat) :
1. Al-Quran (Kalam Allah)
2. As-Sunnah (Sabda Nabi)
3. Ijma‟ (Kesepakatan Ulama)
4. Qiyas (Analogi yang Benar)

Karakteristik Agama Islam ada 5 (lima) :


1. Sesuai dengan Fitrah Manusia
2. Sesuai dengan Kondisi Zaman, Tempat dan Keadaan
3. Mudah diamalkan
4. Sempurna Syariat-Nya
5. Mencakup Seluruh Aspek Kehidupan

Tujuan Syariat Islam ada 5 (lima) :


1. Menjaga Agama (Hifdzu ad-Diin)
2. Menjaga Akal (Hifdzu al-„Aql)
3. Menjaga Jiwa (Hifdzu an-Nafs)
4. Menjaga Harta (Hifdzu al-Maal)
5. Menjaga Keturunan (Hifdzu an-Nasl)

Keutamaan Agama Islam ada 5 (lima) :


1. Penutup agama dan penyempurna syariat sebelumnya
2. Penghapus syariat agama sebelumnya
3. Sempurna, tidak butuh kepada perubahan

8
4. Berlaku untuk seluruh manusia
5. Diterima dan Diridhai Allah Subhanahu wa Ta‟ala

Tingkatan ad-Din (Agama) ada 3 (tiga) :


1. Islam
2. Iman
3. Ihsan
Setiap tingkatan memiliki rukun.

Rukun Islam ada 5 (lima) :


1. Mengucap Dua Kalimat Syahadat
2. Mendirikan Shalat
3. Mengerjakan Puasa
4. Mengeluarkan Zakat
5. Menunaikan Haji ke Baitullah

Rukun Iman ada 6 (enam) :


1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada para Malaikat
3. Iman kepada Kitab – Kitab
4. Iman kepada para Nabi dan Rasul
5. Iman kepada Hari Kiamat
6. Iman kepada Takdir yang Baik dan Buruk

9
Rukun Ihsan ada 1 (satu) yakni :
Beribadah kepada Allah seakan – akan kita melihat-Nya,
jika kita tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat
kita.

---oOo---

3. PASAL : DUA KALIMAT SYAHADAT

Dua kalimat syahadat (syahadatain) merupakan rukun Islam


yang utama dan pintu gerbang masuk nya Islam.

Lafazh nya :
‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّر َّر‬
ُ‫اا‬
ِ ‫أ ٓد أن إِِل إ‬

‫َ َ ْ َ ُ َ َّر ُ َ َّر ً َ ُ ْ ُ َّر‬


ِ‫أ ٓد أن ٍدا رسٔل اا‬

Makna nya :
“Aku bersaksi bahwasanya Tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah.
Dan Aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah Hamba
dan Utusan Allah.”

10
Rukun Dua Kalimat Syahadat

 Rukun Syahadat La ilaha illallah ada 2 (dua) :


1). An-Nafyu (Peniadaan)
Yaitu menafikan segala bentuk ibadah kepada selain Allah.
Diambil dari kalimat “ La ilaha “.

2). Al-Itsbat (Penetapan)


Yaitu menetapkan segala bentuk ibadah hanya untuk Allah
saja. Diambil dari kalimat “ illallah “.

 Rukun Syahadat Muhammadur Rasulullah ada 2 (dua)


: yakni mengakui bahwasanya Nabi Muhammad
Shallallahu‟alaihi wa sallam adalah :
1). Hamba Allah.
2). Rasul (Utusan) Allah.

Sehingga seseorang tidak boleh berlebih – lebihan (ghuluw)


didalam memuji beliau karena beliau Hamba Allah dan
tidak boleh juga meremehkan hak – hak beliau, karena
beliau adalah Rasul (Utusan) Allah.

11
Syarat Dua Kalimat Syahadat

Syarat Dua Kalimat Syahadat ada 7 (tujuh) :


1. „Ilmu.8
2. Yakin.9
3. Qabul.10
4. Inqiyad (Tunduk dan Patuh).11
5. Shidiq (Jujur).12
6. Ikhlas.13
7. Mahabbah (Cinta).14

8
Yakni Orang yang mengucapkan nya wajib mengetahui makna dua
kalimat syahadat ini dengan baik dan benar. Dan dia tidak boleh tidak
tahu dalam hal ini.
9
Yakni Orang yang mengucapkan nya wajib meyakini kandungan dua
kalimat syahadat ini, dan tidak boleh meragukan nya.
10
Yakni Orang yang mengucapkan nya wajib menerima kandungan dan
konsekuensi dua kalimat syahadat ini dan tidak boleh menolak nya.
11
Yakni Orang yang mengucapkan nya wajib tunduk dan patuh atas
kandungan kalimat ini dan konsekuensi nya, baik secara lahir mau pun
batin dan dia tidak boleh meninggalkan hal tersebut.
12
Yakni Orang yang mengucapkan nya harus jujur dan hati nya
membenarkan apa yang diucapkan nya. Dia tidak boleh berbohong atau
berdusta didalam mengucapkan nya.
13
Yakni Orang yang mengucapkan nya harus ikhlas dan dia
membersihkan amalan nya dari segala kesyirikan.
14
Yakni Orang yang mengucapkan nya wajib mencintai kalimat ini serta
isi nya dan mencintai orang yang mengamalkan konsekuensi nya. Dia
tidak boleh membenci hal tersebut.

12
Konsekuensi Dua Kalimat Syahadat

Konsekuensi Syahadat Laa ilaha illallah ada 2 (dua) :


1. Meninggalkan peribadatan kepada selain Allah.
2. Beribadah hanya kepada Allah saja.

Konsekuensi Syahadat Muhammadur Rasulullah juga


ada 2 (dua) :
1. Beribadah kepada Allah sesuai ajaran yang beliau bawa.
2. Menjauhi perkara – perkara baru dalam agama (bid‟ah).

---oOo---

4. PASAL : IMAN

Iman adalah :
َ َْ ْ ٌَ َ َ َ ِ ّ‫ ِإَوكْ َر ٌار بااْي‬, ْ‫ثَ ْلد ِْي ٌق باىْ َلي‬
‫ ٍو بِاألر ِن‬, ‫ان‬ِ ِ ِ ِ
“Membenarkan dengan Hati, mengucapkan dengan Lisan,
dan mengamalkan dengan Anggota Badan.”

Bertambah dan Berkurangnya Iman


Iman dapat bertambah dan berkurang. Bertambah karena
melakukan ketaatan dan berkurang karena melakukan
kemaksiatan.

13
Rukun Iman
Iman ada 6 (enam) rukun, sebagaimana yang akan
disebutkan nanti.

Cabang Iman
Iman ada 70 (tujuh puluh) cabang lebih.
 Yang paling utama adalah ucapan La ilaha illallah
 dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan
(rintangan) dari jalan
 dan malu termasuk dari cabang iman.

Rasa Iman
Rasa iman itu akan terasa bagi orang yang ridha :
1. Allah sebagai Tuhan nya
2. Islam sebagai Agama nya
3. Nabi Muhammad sebagai Nabi nya

Manis Iman
Manisnya iman itu akan terasa bagi orang yang :
1. Mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi selain keduanya
2. Mencintai seseorang karena Allah
3. Membenci kembali kepada kufuran

14
Buah Keimanan
Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah menjanjikan 2 (dua) hal
bagi orang beriman :
1. Pertama : Dimasukkan nya kedalam Surga
2. Kedua : Dijaga nya dari Neraka atau ke kekalan di dalam
Neraka.

---oOo---

5. PASAL : RUKUN IMAN

Rukun Iman artinya Sesuatu yang menjadi sendi atau


pondasi tegaknya iman. Dan dia ada 6 (enam) perkara :

Pertama
Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mencakup 4
(empat) perkara :
1. Beriman terhadap Wujud Allah
2. Beriman terhadap Rububiyyah Allah
3. Beriman terhadap Uluhiyyah Allah
4. Beriman terhadap Nama (Asma‟) dan Sifat Allah

Beriman terhadap wujud Allah ada 2 (dua) :


1. Meyakini keberadaan Allah, yakni bahwa Allah itu Ada

15
2. Meyakini bahwa Allah itu Maha Esa, tidak beranak dan
tidak diperanakan. Tidak ada sekutu bagi-Nya.

Keberadaan Allah bisa diketahui dengan merenungi ayat –


ayat (tanda – tanda) Allah. Baik berupa :
1. Ayat – Ayat Kauniyah
Yakni tanda – tanda kebesaran Allah yang terhampar di
jagat raya ini, seperti ada nya langit, bumi, bintang,
matahari, bulan, gunung, pepohonan, makhluk hidup dan
lain nya.

2. Ayat – Ayat Qur’niyah (Syar’iyyah)


Yakni ayat – ayat Allah yang terdapat didalam al-Quran.
Yang mana semua ayat – ayat ini menetapkan bahwa Ar-
Rabb semesta Alam ini satu yakni Allah Subhanahu wa
Ta‟ala. Ar-Rabb artinya Tuhn Pencipta, Pengatur,
Pemelihara dan Pemilik.

---oOo---

Kedua
Iman kepada para Malaikat
Malaikat adalah makhluk ghaib yang Allah Ta‟ala ciptakan
dari cahaya (nur).

16
Iman kepada Malaikat mencakup 4 (empat) perkara :
1. Meyakini bahwa Malaikat itu adalah hamba Allah dan
ada wujud nya.
2. Meyakini Malaikat yang diketahui dan yang tidak di
ketahui nama nya
3. Mengimani sifat – sifat Malaikat
4. Meyakini tugas dan pekerjaan Malaikat

Sifat – Sifat Malaikat ada 6 (enam) :


1. Termasuk Makhluk Ghaib
2. Diciptakan dari Cahaya (Nur)
3. Mempunyai Tubuh dan Sayap yang berbeda - beda
4. Bisa berubah bentuk (wujud) dengan izin Allah
5. Selalu Patuh dan Ta‟at kepada perintah Allah
6. Tidak makan dan tidak juga minum

Nama dan Tugas Para Malaikat


1. Malaikat Jibril. Ia merupakan pemimpin para Malaikat,
tugasnya yang paling utama adalah menyampaikan
Wahyu
2. Malaikat Mikail ditugasi mengurus hujan dan tanaman
3. Malaikat Israfil ditugasi meniup sangkakala pada hari
Kiamat
4. Malaikat Malik. Ia pemimpin Malaikat penjaga Neraka
5. Malaikat Ridwan. Ia pemimpin Malaikat penjaga Surga

17
6. Malaikat Maut ditugasi menyabut nyawa.
7. Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir ditugasi menanyai
mayit di alam kubur.
8. Malaikat Jibal ditugasi menjaga Gunung
9. Malaikat Harut dan Malaikat Marut bertugas menguji
umat manusia di negeri Babil (Babilonia) dahulu.
10. Malaikat Kiramun Katibin (Pencatat yang mulia) ditugasi
mencatat amal perbuatan manusia.

Ada Malaikat yang tidak diketahui nama nya, namun


diketahui tugas nya seperti :
11. Memikul „Arsy Allah
12. Menjaga dan mengawasi perkembangan janin didalam
rahim ibu
13. Thawaf (mengelilingi) Baitul Ma‟mur
14. Keliling mencari majelis ilmu dan menyampaikan
shalawat kepada Nabi
15. Menjaga manusia dipagi dan sore hari nya.
Dan banyak lagi lain nya.

Jumlah Malaikat itu banyak, dan tidak ada yang


mengetahui-Nya kecuali Allah Subhanahu wa Ta‟ala

---oOo---

18
Ketiga
Iman kepada Kitab – Kitab
Kitab adalah kumpulan kalam (firman) Allah yang
diwahyukan kepada para Rasul-Nya agar disampaikan
kepada manusia dan membaca nya bernilai ibadah.
Wahyu adalah pemberitahuan dari Allah kepada Nabi dan
Rasul-Nya berupa berbagai macam ilmu dan petunjuk.

Penyampaian Wahyu ada 4 (empat) macam :


1. Disampaikan melalui mimpi yang benar
2. Melalui bisikan langsung ke dalam hati para Nabi
3. Allah Ta‟ala berbicara langsung kepada Rasul-Nya dari
belakang hijab (tabir penghalang)
4. Diturunkan melalui Malaikat Jibril.
Dan al-Quran seluruhnya diturunkan melalui Malaikat Jibril.

Iman kepada Kitab Allah mencakup 4 (empat) perkata :


1. Membenarkan bahwa semua kitab itu berasal dari Allah,
ia adalah Kalam Allah, bukan Makhluk.
2. Membenarkan segala berita yang ada didalamnya dan
mengamalkan segala hukum – hukum nya.
3. Meyakini bahwa semua kitab itu saling membenarkan
antara satu dengan yang lain nya
4. Meyakini kitab yang diketahui dan yang tidak diketahui
namanya

19
Kitab – Kitab yang diketahui namanya ada 5 (lima) :
1. Shuhuf (lembaran) diberikan kepada Nabi Ibrahim dan
Nabi Musa.
2. Taurat diturunkan kepada Nabi Musa.
3. Zabur diturunkan kepada Nabi Daud.
4. Injil diturunkan kepada Nabi Isa.
5. Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad
Semua kitab terdahulu sebelum al-Quran telah terjadi
perubahan, baik itu penambahan atau pun pengurangan
dan ada juga yang hilang.

Diantara Keistimewaan al-Quran :


1. Syariat yang dibawa al-Quran bersifat menyeluruh dan
berlaku untuk semua manusia.
2. Sebagai penghapus dan penyempurna semua kitab
terdahulu, sehingga syariat kitab terdahulu tidak berlaku
lagi.
3. Terjaga keaslian nya sampai akhir zaman.
4. Mengandung banyak Mu‟jizat dari berbagai sisi.
5. Isi nya lengkap dan sempurna, mencakup perkara dunia
maupun akhirat.

---oOo---

20
Keempat
Iman kepada para Nabi dan Rasul
Nabi adalah seorang laki - laki yang diberi wahyu oleh Allah
berupa syariat Rasul sebelumnya.
Rasul adalah seorang laki - laki diberi wahyu oleh Allah
berupa syariat agama yang baru.

Iman kepada para Nabi dan Rasul mencakup 4 (empat)


perkara :
1. Mengimani bahwa mereka adalah hamba dan utusan
Allah.
2. Membenarkan dakwah mereka dan ajaran yang mereka
bawa yakni Tauhid.
3. Mengikuti syariat Rasul yang di utus kepada kita yakni
Islam.
4. Mengimani para Nabi dan Rasul yang diketahui dan yang
tidak diketahui nama nya.

Keistimewaan Para Nabi ada 6 (enam) perkara :


1. Diberi Wahyu
2. Terjaga dari kesalahan (Ma‟shum)
3. Mata tertidur, hati selalu terjaga
4. Jasad nya Utuh setelah wafat
5. Hidup di alam kubur dalam keadaan Shalat
6. Harta Warisan nya menjadi sedekah bagi umatnya

21
Agama para Nabi dan Rasul satu yakni Islam, namun
syari‟at nya berbeda – beda.

Dakwah mereka juga satu yakni menyeru manusia untuk


mentauhidkan Allah dan memperingatkan manusia dari
bahaya Syirik dan pelakunya.

Jumlah para Nabi ada 124.000 orang.


Sedangkan jumlah para Rasul ada 315 orang.

Pemuka nya, para Ulul Azmi yang 5 (lima) :


1. Nabi Nuh Alaihissalam (Rasul yang Pertama)
2. Nabi Ibrahim Alaihissalam
3. Nabi Musa Alaihissalam
4. Nabi Isa Alaihissalam
5. Nabi Muhammad Shallallahu‟alaihi wa sallam (Rasul yng
Terakhir)

Para Nabi dan Rasul yang diketahui namanya ada 30


(tiga puluh) yaitu :
1.Adam, 6.Shaleh, 11.Ishaq,
2.Syits, 7.Ibrahim, 12.Ya‟qub,
3.Idris, 8.Luth, 13.Yusuf,
4.Nuh, 9.Syu‟aib, 14.Yunus,
5.Hud, 10.Ismail, 15.Ayyub,

22
16.Dzulkifli, 21.Ilyas, 26.Sulaiman,
17.Musa, 22.Ilyasa‟, 27, Zakariya,
18.Harun, 23.Hizqil, 28.Yahya,
19.Khadhir (Khidir), 24.Samuel, 29.Isa,
20.Yusya‟ bin Nun, 25.Daud, 30 Muhammad

4 (empat) orang yang diperselisihkan, apakah ia Nabi


ataukah Orang Shaleh :
1. Danial (Daniel)
2. „Uzair
3. Dzulqarnain
4. Tubba‟

Diantara Keistimewaan Nabi Muhammad


Shallallahu’alaihi wa sallam :
1. Beliau adalah penghulu (pemuka) dan pemimpin para
Nabi dan Rasul
2. Beliau adalah penutup seluruh para Nabi dan Rasul.
Sehingga setiap pengakuan kenabian setelah beliau
adalah Dusta.
3. Syariat agama yang beliau bawa berlaku untuk semua
manusia dan Allah Ta‟ala mewajibkan seluruh manusia
untuk mengikutinya. Dan Allah tidak menerima agama
apapun selain agama yang beliau bawa yakni Islam.

---oOo---

23
Kelima
Iman kepada Hari Kiamat
Kiamat terbagi menjadi 2 (dua) macam :
1. Kiamat Kecil (Qiyamah Sugra) yakni kematian
seseorang.
2. Kiamat Besar (Qiyamah Kubra) yakni kematian seluruh
makhluk dan berakhirnya kehidupan di dunia ini. Inilah
yang dimaksud Hari Kiamat.

Hari Kiamat (Yaumul Qiyamah) di sebut juga Hari Akhir


(Yaumul Akhir), Hari Kebangkitan (Yaumul Ba‟ts), Hari
Keputusan (Yaumul Fashl), Hari Perhitungan (Yaumul
Hisab), Hari Keluar (Yaumul Khuruj), Hari Pembalasan
(Yaumud Din), Hari Penyesalan (Yaumul Hasrah), Hari
Ancaman (Yaumul Wa‟id), Hari Berkumpul (Yaumul Jam‟i)
dan banyak lagi nama yang lain nya.

Iman kepada Hari Kiamat mencakup 4 (empat) perkara :


1. Menyakini bahwa Kiamat itu pasti terjadi dan ia memiliki
tanda – tanda.
2. Membenarkan ada nya kehidupan dialam kubur
(barzakh)
3. Membenarkan peristiwa – peristiwa yang ada setelah
Kiamat
4. Membenarkan ada nya Surga dan Neraka

24
Kehidupan dialam Barzakh (Kubur) itu ada 4 (empat) hal :
1. Ada nya perjalanan Ruh setelah kematian
2. Ada nya fitnah Kubur yakni pertanyaan Malaikat di alam
kubur
3. Ada nya Nikmat dan Azab Kubur
4. Ada nya Kebangkitan dari Kubur pada Hari Kiamat

Adzab Kubur itu ada 2 (dua) macam :


1. Adzab yang terus menerus sampai hari kiamat, yakni
siksaan kubur atas orang Kafir.
2. Adzab yang sementara dan dalam waktu yang terbatas,
kemudian terhenti, yakni siksaan kubur atas pelaku
maksiat dan dosa besar.

Tanda Hari Kiamat ada 3 (dua) :


1. Tanda Kecil yaitu tanda – tanda yang telah terjadi dan
sudah selesai. Seperti diutusnya Nabi Muhammad
Shallallahu‟alaihi wa sallam dan wafatnya beliau.
2. Tanda Pertengahan yaitu tanda – tanda yang sudah
terjadi dan belum selesai, bahkan akan terus bertambah
banyak. Dan ini jumlah sangat banyak.
3. Tanda Besar yaitu tanda – tanda yang paling dekat
dengan Hari Kiamat, apabila tanda – tanda ini muncul,
maka Kiamat pun terjadi.

25
Tanda Besar Kiamat ada 10 (sepuluh) :
1. Muncul nya Imam Mahdi
2. Datangnya Dajjal
3. Turun nya Nabi Isa dari Langit
4. Keluarnya Ya‟juj dan Ma‟juj
5. Runtuhnya Ka‟bah
6. Keluarnya Kabut Asap (ad-Dukhan)
7. Diangkatnya al-Quran ke Langit
8. Terbitnya Matahari dari Arah Barat
9. Keluarnya Dabbah (Binatang Melata)
10. Keluarnya Api Besar dari jurang „Aden (Yaman)

Terjadinya Kiamat dengan 3 (tiga) kali Tiupan :


1. Tiupan Ketakutan (Nafkhatul Faza‟)
Tiupan ini menyebabkan seluruh makhluk kaget, panik
dan terkejut. Ini menyebabkan mereka ketakutan sebab
terjadi perubahan dan kerusakan di alam dunia ini.
2. Tiupan Kematian (Nafkhatush Sa‟qi)
Tiupan ini menyebabkan seluruh makhluk mati atau
pingsan kecuali yang dikehendaki oleh Allah Ta‟ala.
3. Tiupan Kebangkitan (Nafkhatul Ba‟ts)
Tiupan ini menyebabkan seluruh makhluk yang mati
hidup kembali dan yang pingsan sadar kembali.

26
Diantara peristiwa Besar yang terjadi setelah Kiamat ada
10 (sepuluh) :
1. Bangkitnya Manusia dari Kubur
2. Berkumpul di Padang Mahsyar
3. Minum di Telaga (al-Haudh) Nabi
4. Perhitungan Amal (al-Hisab)
5. Pembagian Buku Catatan Amal
6. Proses Timbang Amal (al-Mizan)
Tiga perkara yang ditimbang yaitu :
a. Amal
b. Catatan (Buku) Amal
c. Jasad yang Beramal

7. Pemberian Syafa‟at (asy-Syafa‟at)


Syarat berlakunya Syafa’at ada dua :
a. Izin Allah kepada pemberi syafa‟at untuk memberi
syafa‟at.
b. Ridha Allah kepada orang yang akan diberi syafa‟at
untuk menerima syafa‟at.

8. Melalui Jembatan (as-Shirath)


9. Masuk Surga dan Neraka
10. Disembelihnya Kematian

27
Iman terhadap Surga dan Neraka ada 4 (empat) perkara :
1. Meyakini keberadaan nya yakni bahwa Surga dan
Neraka itu sudah ada.
2. Meyakini ke kekalan nya, yakni bahwa Surga dan Neraka
itu Kekal Abadi.
3. Meyakini ke kekalan penghuni nya, yakni bahwa
Penghuni Surga dan Neraka hidup Kekal didalam nya.
4. Kedua nya termasuk Makhluk Allah yang kekal

---oOo---

Keenam
Iman kepada Takdir

Takdir (al-Qadar) adalah ketetapan Allah Ta‟ala atas


segala sesuatu yang ada.

Iman kepada Takdir mencakup 4 (empat) perkara :


1. Al-Ilmu (Ilmu)
Yakni Meyakini bahwa Ilmu Allah meliputi segala sesuatu.

2. Al-Kitaabah (Penulisan)
Yakni Meyakini bahwa Allah telah mencatat segala takdir di
Lauhul Mahfuzh.

28
3. Al-Masyii’ah (Kehendak)
Yakni Meyakini bahwa segala yang terjadi di alam ini atas
kehendak Allah dan kekuasaan-Nya meliputi segala
sesuatu.

4. Al-Khalq (Penciptaan)
Yakni Meyakini bahwa Allah satu – satunya Pencipta dan
Dia telah menciptakan segala sesuatu.

Takdir ada 4 (empat) macam :


1. Takdir Umum (at-Taqdir al-‘Aam atau al-Azali)
Yakni takdir Allah yang berlaku secara umum atas segala
sesuatu. Ini terjadi sejak 50.000 tahun sebelum diciptakan
nya langit dan bumi.

2. Takdir Umur (at-Taqdir al-‘Umri)


Yakni takdir Allah yang berlaku atas setiap manusia. Baik
itu rezeki, ajal, amal, bahagia atau sengsara. Penetapan
nya terjadi saat janin berusia 120 hari dalam kandungan ibu
nya.

3. Takdir Tahunan (at-Taqdir as-Sanawi)


Yakni takdir Allah yang berlaku selama setahun penuh.
Penetapan nya terjadi pada malam Lailatul Qadar di bulan
Ramadhan setiap tahun nya.

29
4. Takdir Harian (Taqdir Yaumi)
Yakni takdir Allah yang berlaku setiap hari.
Tiga macam takdir terakhir ini merupakan rincian dari takdir
umum.

Cara Menyikapi Takdir Allah ada 2 (dua) yaitu :


1. Bersabar, ketika ditimpa Musibah atau di Uji.
2. Bersyukur, ketika diberi Nikmat.

Sabar ada 3 (tiga) Rukun, yaitu :


1. Menerima ujian atau musibah dengan Ikhlas dan lapang
dada.
2. Tidak berkeluh kesah saat diuji atau ditimpa musibah.
3. Sabar pada waktu tertimpa musibah.

Syukur ada 3 (tiga) Rukun, yaitu :


1. Mengakui Nikmat Allah dan menampakkan nya.
2. Memuji Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya.
3. Menggunakan Nikmat itu dalam Ketaatan kepada-Nya.

---oOo---

30
6. PASAL : TAUHID

Tauhid adalah
َ َ َ َ ُ َ َ ْ ُ ‫ُ َ ْ َ ُ َّر‬
‫اَل ب ٍَا ََيْ َج ُّص بِّ ٌ َِْ ُر ُب ْٔب ٍةَّر‬
ِ ِ ِ ‫ْٔ إِفراد ااِ سبحاُّ تع‬
َ َ َ ْ َ َ ‫َ ُ ُ ْ َّر‬
‫ات‬
ٍ ‫صف‬ِ ‫أِْ ٍة أسٍا ٍا‬

“Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta‟ala didalam


kekhususan-Nya, baik dalam Rububiyyah, Uluhiyyah
maupun Nama dan Sifat.”

Tauhid terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu :


1. Tauhid Rububiyyah
2. Tauhid Uluhiyyah
3. Tauhid Asma‟ wa Sifat

Pembagian ini bukanlah hal yang baru didalam agama.


Akan tetapi pembagian ini berdasarkan kesimpulan dari
penelitian yang mendalam terhadap ayat – ayat al-Quran.
Sebab seluruh al-Quran menjelaskan tentang Tauhid :
1. Jika al-Quran berbicara tentang Allah, tentang Nama,
Sifat, Perbuatan dan Ucapan-Nya. Ini adalah Tauhid
Rububiyyah dan Asma‟ wa Shifat.

31
2. Jika al-Quran berbicara tentang beribadah kepada Allah
saja, dan tidak boleh menyekutukan-Nya. Ini adalah
Tauhid Uluhiyyah.
3. Jika al-Quran berbicara tentang perintah, larangan dan
kewajiban mentaati Allah. Ini termasuk hak – hak Tauhid
dan penyempurnaan nya.
4. Jika al-Quran berbicara tentang balasan kepada orang
beriman didunia dan diakhirat. Ini adalah balasan dari
mengamalkan Tauhid.
5. Jika al-Quran berbicara tentang balasan kepada orang
kafir didunia dan diakhirat. Ini adalah balasan dari
mengingkari Tauhid.

Manfaat dan buah Tauhid sangatlah banyak, diantara nya:


1. Sarana mengapai ridha Allah
2. Sebab diampuni dosa dan kesalahan
3. Selamatnya dari Neraka atau kekal di Neraka
4. Dimasukkannya kedalam Surga
5. Berbahagia dengan Syafaat Nabi Shallallahu‟alaihi wa
sallam.

---oOo---

32
7. PASAL : TAUHID RUBUBIYYAH

Tauhid Rububiyyah adalah


َ ْ َ َ َ َ ‫ْ َ ُ َّر‬
ِ‫اِل‬
ِ ‫إِفراد ااِ تعاَل ب ِ ع‬

“Mengesakan Allah dalam perbutan – perbuatan-Nya.”

Dengan meyakini bahwasanya Allah lah yang mencipta,


mengatur, memelihara, dan pemilik alam semesta ini, Dia-
lah yang memberi rezeki, menghidupkan, mematikan,
memberi manfaat dan mudharat (bahaya). Tidak ada sekutu
bagi-Nya dalam hal tersebut.

Tiga Perkara Penting yang Wajib Diketahui Berkaitan


dengan Tauhid Rububiyyah ini :
1. Pertama : Tauhid Rububiyyah ini merupakan fitrah
manusia. Yakni Allah Ta‟ala menciptakan manusia dalam
keadaan mengakui perkara tersebut. Ini berlaku atas
seluruh manusia, ketika Allah mengeluarkan mereka dari
tulang sulbi manusia.

2. Kedua : Meyakini Tauhid Rububiyyah saja belum bisa


memasukkan seseorang ke dalam Islam. Sebab

33
mayoritas orang Kafir Musyrikin Mekkah dahulu, juga
mengakui Allah sebagai Rabb mereka. Walaupun
demikian, Rasulullah Shallallahu‟alaihi wa sallam tetap
memerangi mereka karena mereka telah menyekutukan
Allah didalam ibadah.

3. Ketiga : Meyakini Tauhid Rububiyyah berkonsekuensi


wajib nya meyakini Tauhid Uluhiyyah. Karena Tuhan
yang menciptakan, mengatur, memelihara dan memiliki
segala sesuatu di alam semesta ini, Dia-lah yang berhak
untuk di ibadahi.

---oOo---

8. PASAL : TAUHID ULUHIYYAH

Tauhid Uluhiyyah adalah


َ َ ْ ‫ْ َ ُ َّر‬
ِ ‫ادة‬‫إِفراد ااِ بِاى ِعب‬

“Mengesakan Allah dalam Ibadah.”


Atau,

َ ْ َ ْ َ ‫ْ َ ُ ِهّٰلل‬
ِ‫إِفراد ااِ ب ِ عا ِل اىعِباد‬

“Mengesakan Allah dengan perbuatan Hamba.”

34
Dengan meyakini bahwasanya tidak ada satu pun Tuhan
yang berhak untuk di ibadahi kecuali Allah Ta‟ala dan
Beribadah hanya kepada Allah saja serta tidak
mempersembahkan ibadah apapun kepada selain Allah.

Makna Ibadah
Ibadah mempunyai 2 (dua) makna :
a. At-Ta'abbud yakni
ْ َ ً َ َ َ َ َ َ ‫ُ َ َّر َ ُ ُ َّر‬
‫اَشع َّربة َ تع ِظ ْ ًٍا‬ ٍِ‫ْٔ اّتلذىو ِاِ ب‬

“Ketundukan kepada Allah terhadap apapun yang Dia


syariatkan sebagai bentuk kecintaan dan pengagungan
kepada-Nya.”

b. Al-Muta'abbad bihi yakni

ُ‫اا َ َ ْر َ اا‬ ُ َ ُّ ٌ َ ٌ ْ َ
ُ ‫اا ُِب ُّ ِهّٰلل‬ ٌ ِ ِ ‫ِ إِسً ا ٌِ ى‬

َِ‫اىظاْ َِرة ِ َ ْاْلَاطِِة‬‫َّر‬ َ ْ َْ َ ََْْ َ


‫ٌَِ األكٔا ِل األ ٍا ِل‬

“Suatu istilah yang mencakup semua yang dicintai dan


diridhai Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan, baik
yang zhahir maupun yang batin.”

35
Pembagian Ibadah
Ibadah terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Pertama : Ibadah Mahdhah yakni Ibadah yang pada
asalnya murni merupakan Ibadah.
2. Kedua : Ibadah Ghairu Mahdhah yakni Ibadah yang pada
asalnya bukan Ibadah murni Ibadah.

Ibadah Mahdhah
Ibadah Mahdhah terbagi menjadi 5 (lima) macam :
1. Ibadah I'tiqadiyah yakni ibadah yang berhubungan
dengan keyakinan seseorang. Seperti Iman kepada
Allah.
2. Ibadah Qalbiyah yakni ibadah yang berhubungan dengan
amalan hati. Seperti Cinta, Takut, Harap.
3. Ibadah Qauliyah atau Lafzhiyah yakni ibadah yang
berhubungan dengan lisan (ucapan). Seperti membaca
al-Quran, Doa, Dzikir.
4. Ibadah Badaniyah yakni ibadah yang berhubungan
dengan anggota badan. Seperti Shalat, Puasa, Haji,
Umrah.
5. Ibadah Maaliyah yakni ibadah yang berhubungan dengan
harta. Seperti Zakat, Sedekah.

36
Ibadah Ghairu Mahdhah
Ibadah Ghairu Mahdhah tercakup dalam 3 (tiga) perkara :
1. Menunaikan kewajiban dan anjuran yang pada asal nya
bukan termasuk ibadah murni.
2. Meninggalkan hal - hal yang dilarang karena
mengharapkan pahala dari Allah.
3. Melakukan perkara - perkara yang mubah (boleh
dilakukan) karena mengharapkan pahala dari Allah.

Ibadah merupakan perkara Tauqifiyah yakni ditetapkan


berdasarkan dalil al-Quran dan as-Sunnah.

Ibadah merupakan kewajiban atas setiap muslim yang


telah baligh lagi berakal sampai dia meninggal dunia.

Rukun Ibadah
Ibadah mempunyai 3 (tiga) rukun yakni :
a. Mahabbah (Cinta kepada Allah)
b. Raja' (Berharap kepada Allah)
c. Khauf (Takut kepada Allah)

Syarat - Syarat Ibadah


Syarat Sah Ibadah adalah Islam.

37
Syarat diterima nya Ibadah ada 2 (dua), yaitu :
1. Ikhlas yakni Memurnikan Niat
2. Mutaba'ah yakni Mengikuti Tuntunan Syariat

Ikhlas bisa terwujud dengan 3 (tiga) perkara, yaitu :


1. Menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai tujuan
ibadah nya.
2. Mengerjakan ibadah dengan mengharapkan pahala dari
Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3. Menjauhkan ibadah dari penilaian manusia.

Mutaba'ah bisa terwujud dengan 6 (enam) perkata,yaitu :


1. Sesuai Sebab nya.
2. Sesuai Jenis nya.
3. Sesuai Ukuran nya.
4. Sesuai Tatacara nya.
5. Sesuai Waktu nya.
6. Sesuai Tempat nya.

Dalam Beribadah, Manusia terbagi dalam 4 (empat)


Kelompok yaitu :
1. Pertama : Orang yang ikhlas dan mutaba'ah dalam
beribadah. Merekalah orang yang terbaik dalam
beribadah. Amalan nya diterima serta dibalas dengan
pahala.

38
2. Kedua : Orang yang tidak ikhlas dan tidak juga
mutaba'ah dalam beribadah. Merekalah seburuk -
buruknya orang didalam beribadah. Amal nya tidak
diterima sedikitpun juga.

3. Ketiga : Orang yang ikhlas tetapi tidak mutaba'ah dalam


beribadah. Mereka adalah ahli ibadah yang bodoh.
Keikhlasan mereka tidak bermanfaat karena amalan
yang dia lakukan adalah perkara baru didalam agama
(bid'ah). Sehingga amalan nya tertolak.

4. Keempat : Orang yang mutaba'ah didalam beribadah


tetapi tidak ikhlas. Mereka adalah ahli ibadah yang
tertipu. Amal nya tidak diberi pahala.

Syarat sempurna nya ibadah ada 2 (dua), yaitu :


1. Berpegang teguh dengan tuntunan syariat.
2. Bersemangat didalam mengerjakan nya.

Tanda Diterimanya Ibadah


Tanda diterimanya Ibadah ada 5 (lima) :
1. Bersemangat untuk mencari ilmu yang bermanfaat.
2. Mudah untuk mengerjakan amal ibadah yang lainnya.
3. Mendapat kemudahan didalam melakukan segala
urusan.

39
4. Lapang dada nya didalam melakukan ibadah.
5. Merasakan ada kenikmatan setelah melakukan ibadah.

Jalan yang Benar dan Salah Dalam Ibadah


Ada 2 (Dua) golongan yang menyimpang dalam ibadah
yakni :
1. Pertama : Golongan yang meremehkan ibadah dan
malas melaksanakan ibadah sehingga mereka
mengurangi makna ibadah itu sendiri.
2. Kedua : Golongan yang berlebih - lebihan didalam
ibadah sehingga melampaui batas yang telah ditetapkan.
Manhaj (jalan) yang benar didalam ibadah adalah
sikap pertengahan. Tidak meremehkan dan malas didalam
melakukan nya, dan tidak juga berlebih lebihan dan
melampaui batas didalam mengerjakan nya.

Cara Setan Merusak Ibadah Hamba


Cara Setan merusak Ibadah, ada 5 (lima) cara, yaitu :
1. Pertama : Setan menggoda kita sekuat tenaga nya, agar
ibadah yang kita lakukan untuk selain Allah.
Cara mengatasi nya adalah dengan mengikhlaskan
ibadah tersebut hanya untuk Allah semata.

2. Kedua : Setan menggoda kita sekuat tenaga nya, agar


kita melakukan ibadah yang tidak ada dasarnya didalam
agama ini (Bid'ah).

40
Cara mengatasi nya adalah dengan mengikuti tuntunan
Syariat (Mutaba'ah) didalam mengerjakan ibadah.

3. Ketiga : Setan menggoda kita sekuat tenaga nya, agar


kita lalai dalam ibadah.
Cara mengatasi nya adalah dengan menghadirkan hati
saat beribadah dan merasakan makna ibadah yang kita
lakukan.

4. Keempat : Setan menggoda kita sekuat tenaga nya, agar


kita berbuat riya' dan sum'ah dalam ibadah.
Cara mengatasinya adalah dengan merahasiakan
ibadah yang kita lakukan, cukup ibadah itu rahasia kita
dengan Allah saja. Tidak perlu diceritakan ke orang lain.

5. Kelima : Setan menggoda kita dengan sekuat tenaga


nya, agar kita merasa ujub dengan ibadah yang kita
lakukan.
Cara mengatasinya adalah dengan mengetahui bahwa
ibadah yang kita lakukan itu berkat pertolongan dan taufik
dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Keadaan Orang yang Menyembah Selain Allah


Orang yang menyembah selain Allah, namun dia mengira
bahwa dia tidak menyembah mereka, maka keadaan
mereka ada 2 (dua) kondisi :

41
1. Pertama : Dia orang yang Bodoh, tidak tahu hakekat
ibadah, atau dia salah menafsirkan makna ibadah.
Maka orang seperti ini harus dijelaskan dengan benar
tentang hakekat ibadah dan makna ibadah kepada nya.

2. Kedua : Dia mengetahui makna dan hakekat ibadah, dan


juga mengetahui bahwa beribadah kepada selain Allah
adalah Syirik, namun dia tetap melakukan perbuatan
tersebut.
Maka orang seperti ini termasuk orang Musyrik yang
sombong lagi durhaka kepada Allah Subhanahu wa Taala.

---oOo---

9. PASAL : TAUHID ASMA’ WA SHIFAT

Tauhid Asma’ (Nama) dan Sifat adalah


ْ ُْ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ ‫ْ ُ َّر‬
َ ‫صفاثِِّ اىع‬ِ ‫إِف َراد ااِ ب ِ سٍااِِّ اْل‬
ُ

“Mengesakan Allah dalam nama – nama-Nya yang sangat


indah dan sifat – sifat-Nya yang sangat tinggi.”

Dengan meyakini bahwasanya Allah memiliki nama dan


sifat yang ditetapkan oleh-Nya sendiri didalam al-Quran dan
as-Sunnah.

42
4 (Empat) Kaidah Penting dalam Nama dan Sifat Allah

1. Pertama : Seluruh Nama Allah itu al-Husnah (Sangat


Indah dan Terbaik), dan seluruh Sifat Allah itu Sempurna
lagi Tinggi serta Mulia.

2. Kedua : Nama – Nama Allah itu mengandung makna


dan juga mengadung sifat Allah.

Contoh, Al-„Alim menunjukkan sifat Al-Ilmu, Ar-Rahman dan


Ar-Rahim menunjukkan sifat Ar-Rahmah (Kasih Sayang).

3. Ketiga : Penetapan Nama dan Sifat Allah itu terbatas


hanya berdasarkan dalil al-Quran dan as-Sunnah saja.
Sedangkan akal tidak boleh berperan sama sekali
didalam penetapan nya.

4. Keempat : Nama dan Sifat Allah itu tidak terbatas


dengan jumlah bilangan tertentu.

43
Asma’ul Husnah
(Nama – Nama Allah yang Terindah dan Terbaik)
Berikut Nama – Nama Allah yang disebutkan didalam al-
Quran dan as-Sunnah yang Shahih :
‫َ َّر‬
1. ‫ اا‬Allah
َ َْ
2. ‫ ا ِإل ُِل‬Al-Ilaah (Yang Disembah)
َ
3. ‫ ا َّرار ُب‬Ar-Rabb (Maha Mencipta, Mengatur dan Menguasai)

ْ َ
4. َُ َ ‫ ا َّرار‬Ar-Rahmaan (Maha Pengasih)
َ
5. ًُ ْ ِ ‫ ا َّرار‬Ar-Rahiim (Maha Penyayang)
َْ
6. ُ َ ‫ اى‬Al-Hayyu (Maha Hidup)

ََْ
7. ُ ْٔ ُ ‫ اىل‬Al-Qayyuum (Maha terus menerus mengurus

makhluk-Nya)
ََْ
8. ‫ األ َ ُد‬Al-Ahad (Maha Esa)
َْ
9. ‫ اا َٔا ُِد‬Al-Waahid (Yang Satu)
ُ ََْ
10. ‫ األ َّر ل‬Al-Awwal (Yang Awal)
َْ
11. ‫ ا ُِر‬Al-Aakhir (Yang Akhir)

‫َ َّر‬
12. ‫ اىظاْ ُِر‬Azh-Zhaahir (Yang Zhahir)
َْ
13. َُِ ‫ اْلَاط‬Al-Baathin (Yang Bathin)

44
ْ َ
14. ‫ ا َاى ُِق‬Al-Khaaliq (Yang Menciptakan)

ُ ‫َ ْ َّر‬
15. ‫ ا َ ق‬Al-Khallaaq (Yang Maha Pencipta)

ُ َْ
16. ‫ اْلَارِئ‬Al-Baari (Yang Mengadakan)

ََْ
17. ‫ اىفاط ُِر‬Al-Faathir (Yang Berkarya)
َْ
18. ‫ اا ٍُ َل ِّٔ ُر‬Al-Mushawwir (Yang Membentuk Rupa)

ُ َْ
19. ‫ اا ٍَي ِم‬Al-Malik (Maha Menguasai/Memiliki)

ُ َْ
20. ‫ اا ٍَي ِ ْم‬Al-Maliik (Pemilik Kerajaan)
ْ ْ ُ
ِ ‫ ٌَاا ِم اا ٍُي‬Maalikul Mulki (Raja Dari Semua Raja)
21. ‫م‬

ُ َ
22. ‫ ا َّرار َّراق‬Ar-Razzaaq (Maha Pemberi Rezeki)

ُ َ
23. ‫ ا َّرارا ِق‬Ar-Raaziq (Yang Memberi Rezeki)

‫ اَ َّر‬Ash-Shamad (Maha Sempurna)


24. ‫ال ٍَ ُد‬
َْ
25. ‫ اا َٓادِى‬Al-Haadi (Maha Pemberi Petunjuk)

ُ ْ‫ اَا ْ َٔ َّر‬Al-Wahhaab (Maha Memberi)


26. ‫اب‬

ُ ‫ اَى ْ َف َّرج‬Al-Fattah (Maha Membuka)


27. ‫اح‬
َ
28. ُ ْ ٍِ ‫ اا َّر‬As-Samii‟ (Maha Mendengar)
َْ
29. ُ ْ ‫ اْلَ ِل‬Al-Bashiir (Maha Melihat)

45
َْ
30. ًُ ْ ِ ‫ اى َعي‬Al-„Aliim (Maha Mengetahui)

ُ ْ ‫َ َّر‬
31. ‫ ااي ِط‬Al-Lathiif (Maha Lembut)
ْ َ
32. ُ ْ ِ ‫ ا َب‬Al-Khabiir (Maha Teliti)

ُ َْ
33. ُٔ ‫ اى َعف‬Al-„Afuww (Maha Memaafkan)

ََْ
34. ‫ اى اف ُِر‬Al-Ghaafir (Yang Mengampuni)

ََُْ
35. ‫ اى ف ْٔ ُر‬Al-Ghafuur (Maha Mengampuni)

ُ ‫ اَى ْ َ َّرف‬Al-Ghaffaar (Maha Pengampun)


36. ‫ار‬

ُ ٔ‫ اَّتلَّر َّر‬At-Tawwaab (Maha Menerima Taubat)


37. ‫اب‬
َْ
38. ُ ِ ‫ اى َع‬Al-„Aliy (Maha Tinggi)

َْ َ َْ
39. ‫ األلَع‬Al-A‟laa (Yang Paling Tinggi)
َ َْ
40. ‫ اا ٍُ َج َعال‬Al-Muta‟aala (Yang Maha Tertinggi)
َ َْ
41. ُ ْ ِ ‫ اىهب‬Al-Kabiir (Maha Besar)
َْ
42. ًُ ْ ‫ اى َع ِظ‬Al-„Azhiim (Maha Agung)

ََْ
43. ُ ِٔ‫ اىل‬Al-Qawiy (Maha Kuat)

ُ ْ ‫ اَا ْ ٍَج‬Al-Matiin (Maha Kokoh)


44. ‫ِْي‬

‫َ َّر‬
45. ‫ اال ِٓ ْ ُد‬Asy-Syahiid (Maha Menyaksikan)

46
َ
46. ُ ْ ِ ‫ ا َّرار‬Ar-Raqiib (Maha Mengawasi)
َْ
47. َُ ٍِ ْ َٓ ٍُ ‫ اا‬Al-Muhaimin (Maha Memelihara)
َْ
48. ُ ْ ‫ح‬
ِ ٍُ ‫ اا‬Al-Muhiith (Maha Meliputi)

ُ ْ ِ‫ اَا ْ ٍُل‬Al-Muqiit (Maha Kuasa)


49. ‫ت‬
َْ
50. ُ ‫ اا َٔا ِس‬Al-Waasi‟ (Maha Luas)

ُ َْ َ
51. ْ ‫ْل ِف‬‫ ا‬Al-Hafiizh (Maha Memelihara)

ُ َْ َ
52. ِ ‫ْلاف‬ ‫ ا‬Al-Haafizh (Maha Menjaga)
َْ
53. ُ ِ َٔ ‫ اا‬Al-Waliy (Yang Melindungi)
َ َْ
54. ْٔ ٍَ ‫ اا‬Al-Maulaa (Maha Pelindung)

55. ًُ ْ ‫ه‬ َ ْ َ‫ ا‬Al-Hakiim (Maha Bijaksana)


ِ ‫ْل‬

َ َْ َ
56. ًُ ‫ْلك‬ ‫ ا‬Al-Hakam (Maha Pemutusan Perkara)

ْ َْ
57. َُِ ٌ ٍُ ‫ اا‬Al-Mu‟min (Maha Mengaruniakan Keamanan)

ُ ‫َ َّر‬
58. ‫الدِق‬ ‫ ا‬Ash-Shadiq (Maha Benar)

ََْ
59. ُ ِ ‫ اى‬Al-Ghaniy (Maha Kaya)
َ َْ
60. ًُ ْ ‫ اىه ِر‬Al-Kariim (Maha Dermawan/Mulia)

ْ ََْ
61. ُ ‫ األ َر‬Al-Akram (Maha Pemurah)

47
َ َ
62. ُ ‫ اا َّر‬As-Salaam (Maha Selamat Sejahtera)

َُْ
63. ‫ اىل ُد ْ ُس‬Al-Qudduus (Maha Suci)
َ
64. ‫ اا ُ ُب ْٔ ُح‬As-Subbuuh (Yang Suci)

َ ْ َ‫ ا‬Al-Hamiid (Maha Terpuji)


65. ‫ْل ٍِ ْ ُد‬
َْ
66. ‫ اا ٍَ ِ ْ ُد‬Al-Majiid (Maha Mulia)
ُ ‫َ َّر‬
67. ‫ االه ْٔ ُر‬Asy-Syakuur (Maha Mensyukuri)

‫َ َّر‬
68. ‫ االان ُِر‬Asy-Syaakir (Maha Pembalas Jasa)

َ ْ َ‫ ا‬Al-Haliim (Maha Penyantun)


69. ًُ ْ ِ ‫ْلي‬

َ ْ َ‫ ا‬Al-Haqq (Maha Benar)


70. ‫ْل ُق‬

ُ ْ ‫ اَا ْ ٍُب‬Al-Mubiin (Maha Menjelaskan)


71. ‫ْي‬ ِ
ََْ
72. ‫ اىلدِي ْ ُر‬Al-Qadiir (Maha Kuasa)

ََْ
73. ‫ اىلاد ُِر‬Al-Qaadir (Maha Berkuasa)

ْ َْ
74. ‫ اا ٍُل َجد ُِر‬Al-Muqtadir (Yang Maha Berkuasa)

ُ ُ َْ
75. ‫ اا َٔد ْد‬Al-Waduud (Maha Kasih)
َْ
76. ُ َ ‫ اى‬Al-Barru (Maha Melimpahkan Kebaikan)
ُ ْ ُ ‫َ َّر‬
77. ‫ اارؤ‬Ar-Ra‟uuf (Maha Santun)

48
َ ْ َ‫ ا‬Al-Hasiib (Yang Memberi Kecukupan Dengan
78. ُ ْ ِ ‫ْل‬

Kadar yang Tepat)


ََْ
79. ْ ِ ‫ اى‬Al-Kaafi (Yang Mencukupi Hamba – Hamba-Nya)

ُ َ َْ
80. ‫ اىهفِ ْو‬Al-Kafiil (Maha Bersaksi)

ُ َْ
81. ‫ اا َٔ ِ ْو‬Al-Wakiil (Maha Pelindung)

ََْ
82. ُ ِ ‫ اى اى‬Al-Ghaalib (Maha Berkuasa)
َ
83. ُ ْ ‫ اّنلَّر ِل‬An-Nashiir (Maha Penolong)
َْ
84. ‫ اى َع ِز ْ ُز‬Al-„Aziiz (Maha Perkasa)

ُ ‫ اَ ْ َ َّرب‬Al-Jabbaar (Maha Kuasa)


85. ‫ار‬

ََْ
86. ُ ْ ‫ اىل ِر‬Al-Qariib (Maha Dekat)
َْ
87. ُ ْ ِ ٍُ ‫ اا‬Al-Mujiib (Maha Mengabulkan)

ََْ
88. ‫ اىلاْ ُِر‬Al-Qaahir (Maha Berkuasa)

ُ ٓ‫ اَى ْ َل َّر‬Al-Qahhaar (Maha Perkasa)


89. ‫ار‬

ُ َْ
90. ‫ اا َٔارِث‬Al-Warits (Maha Mewarisi)
َ َْ
91. ُ ِ ّ ‫ اا ٍُ َجه‬Al-Mutakabbir (Maha Memiliki Segala

Keagungan)
َ
92. ‫ اّنلُ ْٔ ُر‬An-Nuur (Maha Bercahaya)

49
ْ ٍُ ْ ‫ اَا‬Al-Muhsin (Maha Berbuat Baik)
93. َُِ ‫ح‬

ُ َ
94. ‫ ا َّردليَّران‬Ad-Dayyaan (Maha Memberi Balasan atau Maha

Menghisab)
َ َْ
95. ُ ‫ اا ٍُل ّ ِد‬Al-Muqaddim (Maha Mendahulukan)

ّ َ َْ
96. ‫ اا ٍُ ِ ُر‬Al-Mu‟akhkhir (Maha Mengakhirkan)

ْ َْ
97. ‫ اا ٍُ ْ َج َعان‬Al-Musta‟an (Yang Dimohon Pertolongan)

‫ اَ َّر‬Ath-Thayyib (Maha Baik)


98. ُ ِ ّ ‫ىط‬

‫َ َّر‬
99. ْ ِ ‫ االا‬Asy-Syaafii (Maha Menyembuhkan)

ُ ْ َ
100. ‫ ا َ ٍِ ْو‬Al-Jamiil (Maha Indah)

ُ ََْ
101. ِ ‫ اىلاب‬Al-Qaabith (Maha Menyempitkan)
َْ
102. ُ ‫ اْلَا ِس‬Al-Baasith (Maha Melapangkan)

ُ َْ
103. ‫ اا ٍَ َّرِان‬Al-Mannaan (Maha Pemberi Karunia)

َ ْ َ‫ ا‬Al-Hayiy (Maha Malu)


ُ ّ ‫ْل‬
104. ِ
ّ َ
105. ُ ْ ِ ‫ اا ّ ِ ت‬As-Sittiir (Maha Menutupi)
َ
106. ‫ اا َّر ّ ِ ُد‬As-Sayyid (Maha Pemimpin)
ْ َ
107. ْ ٌِ‫ ا َ ا‬Al-Jami‟ (Yang Mengumpulkan)

50
َ
108. ‫ ا َّرار ِ ْ ُق‬Ar-Rafiiq (Maha Lemah Lembut)

ْ َْ
109. ‫ اأِث ُر‬Al-Witru (Yang Ganjil)
َْ
110. ْ ‫ اا ٍُ ْع ِط‬Al-Mu‟thi (Maha Pemberi)

ُ ْ َ
111. ‫ ا َ َٔاد‬Al-Jawwaad (Maha Dermawan)
ْ ْ َ َ َْ ْ ُ
112. ِ ‫اإلن َرا‬
ِ ‫ِل‬ ‫ ا‬Dzul Jalaali wal Ikraam (Pemilik

Keagungan dan Kemuliaan)

Sifat – Sifat Allah


Sifat Allah Azza wa Jalla terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
Sifat Tsubutiyah dan Sifat Salbiyah

1. Sifat Tsubutiyah (sifat yang ditetapkan bagi Allah)


Yakni sifat yang Allah Ta‟ala tetapkan untuk Diri-Nya
sendiri didalam al-Quran atau yang ditetapkan-Nya melalui
lisan Nabi-Nya Muhammad Shallallahu‟alaihi wa sallam
didalam as-Sunnah.
Sifat ini wajib ditetapkan bagi Allah dalam bentuk yang
layak dengan-Nya, karena Allah Ta‟ala sendirilah yang
menetapkannya untuk Diri-Nya sendiri dan Dia lebih
mengetahui sifat – sifat-Nya sendiri. Ia merupakan sifat
yang mengandung kesempurnaan, kemuliaan, keagungan,
ketinggian.

51
2. Sifat Salbiyah (sifat yang ditiadakan dari Allah)
Yakni sifat yang Allah Ta‟ala nafikan atau tiadakan dari
Diri-Nya sendiri didalam al-Quran atau yang ditiadakan-Nya
melalui lisan Nabi-Nya Muhammad Shallallahu‟alaihi wa
sallam didalam as-Sunnah.
Sifat – sifat ini wajib dijauhkan dari Allah Subhanahu
wa Ta‟ala, karena Allah Ta‟ala sendiri yang meniadakannya
dari diri-Nya, sebab ia merupakan sifat yang memiliki
kekurangan dan celaan. Selain dari itu, kita wajib meyakini
atau menetapkan sifat sebaliknya bagi Allah dalam bentuk
yang lebih sempurna dan lebih layak bagi-Nya.
Seperti, Allah menafikan sifat al-Maut (Mati), dan
menetapkan sifat Al-Hayat (Hidup). Allah menafikan sifat Al-
Jahlu (Bodoh), dan menetapkan sifat Al-Ilmu. Allah
menafikan sifat Al-„Ajzu (Lemah), dan at-Ta‟ab
(Lelah/Letih/Capek) dan menetapkan sifat Al-Quwwah
(Kuat) dan Al-Qudrah (Kuasa). Allah menafikan sifat Azh-
Zhulm (Zhalim) dan menetapkan sifat Al-„Adl (Adil). Allah
menafikan sifat Miskin dan menetapkan sifat Kaya bagi Diri-
Nya.
Inilah salah satu sebabnya para Ulama mengatakan
bahwa pembahasan tentang Sifat – Sifat Allah itu lebih luas
dari pembahasan tentang Nama – Nama Allah.

52
Sifat Tsubutiyah
Sifat Tsubutiyah terbagi lagi menjadi 2 (dua) :
1. Pertama : Sifat Dzatiyyah yakni sifat yang senantiasa
melekat pada Dzat Allah.
Seperti Sifat Al-Hayat (Hidup), Al-Ilmu (Ilmu), As-Sam‟u
(Mendengar) dan Al-Bashar (Melihat).
Sifat Dzatiyyah ini tidak berkaitan dengan kehendak Allah.

2. Kedua : Sifat Fi'liyyah yakni sifat yang melekat pada


perbuatan Allah.
Seperti Sifat Al-Khalqu (Mencipta), Ar-Rizq (Memberi
Rezeki), Al-Istiwa‟ „ala Al-„Arsy (Istiwa‟ diatas „Arsy), An-
Nuzul (Turun) ke langit Dunia.
Sifat Fi‟liyyah ini berkaitan dengan kehendak Allah. Jika
Allah berkehendak, maka Dia melakukannya. Jika Allah
tidak berkehendak, maka Dia tidak melakukan nya.
Dan ada juga sifat yang mencakup kedua nya, seperti
Al-Kalam (Berbicara).

Sifat – Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala


Berikut beberapa diantara Sifat – Sifat Allah Subhanahu wa
Ta‟ala yang disebutkan didalam al-Quran dan as-Sunnah.
Al-Awwal (Pertama yang tidak ada sesuatupun
sebelum-Nya), Al-Akhir (Terakhir yang tidak ada
sesuatupun sesudah-Nya), Al-Qudrat (Kuasa), Al-Hayat

53
(Hidup), Al-Ilmu (Ilmu), Al-„Uluw (Tinggi), Al-Kabir (Besar),
As-Sam'u (Mendengar), Al-Bashar (Melihat), Al-Hikmah
(Bijaksana), Al-„Izzah (Mulia), Al-„Azhamah (Agung), Al-
Quwwah (Kuat), Al-Wajhu (Wajah), Al-Yadain (Dua
Tangan), Al-'Ainain (Dua Mata), Ar-Rijl (Kaki) dan Al-Qadam
(Telapak Kaki), Al-Ashabi‟ (Jari jemari), An-Nafs (Diri/Jiwa),
Al-Kibriya (Sombong), Al-Ahad (Esa), Ash-Shamad (Tempat
Bergantung), Al-Ilahiyah, Al-Uluhiyyah dan Ar-Rububiyyah
(Ketuhanan), Al-Baqa (Kekal), Al-Jamal (Indah), Al-Hilm dan
Ar-Ra‟fah (Santun), Ar-Raqib (Penjaga), Asy-Syahiid
(Menyaksikan), Ath-Thayyib (Baik), Al-Bathin
(Tersembunyi), Azh-Zhahir (Nyata) dan Al-Qayyum (Berdiri
Sendiri), Al-Kalam (Berbicara), Al-Qaul (Berkata – kata), An-
Nida‟ (Menyeru atau Memanggil), Ash-Shaut (Suara).
Al-Majii‟ dan Al-Ityaan (Tiba/Hadir dan Datang), Ar-
Ridha' (Ridha), Al-Hubb dan Al-Mahabbah (Cinta), Al-
Ghadhab (Marah), As-Sukhtu (Murka), Al-Karahah (Benci),
Adh-Dhahak (Tertawa), Al-Basybasyah atau Al-Basyasyah
(Tersenyum), Al-„Ajab (Heran), Ar-Rahmah (Rahmat/Kasih
Sayang), Al-Iradah (Kehendak), Al-Farah
(Gembira/Senang), Al-Ma‟iyyah (Menyertai/Bersama), Al-
„Afwu (Pemaaf), Al-Maghfirah (Pengampun), Al-Khalqu
(Mencipta), Ar-Rizq (Memberi Rezeki), Al-Ihya‟ atau Al-
Muhyi (Menghidupkan), Al-I‟maatah atau Al-Mumit

54
(Mematikan), Ar-Rifqu (Lemah Lembut), Al-Haya dan Al-
Istihya‟ (Malu), Al-Ghairah (Cemburu), Al-Imsak (Menahan)
dan Al-„Atha‟ (Memberi), Al-Bashit (Melapangkan) dan Al-
Qabidh (Menyempitkan), As-Sukut (Diam), Asy-Syafi‟
(Menyembuhkan) dan Ath-Thabib (Mengobati), Asy-Syukru
(Mensyukuri), .
Al-Istiwa' „ala Al-„Arsy (Istiwa‟ diatas „Arsy), An-Nuzul
(Turun) ke langit Dunia, Al-Istihza‟ bil Kafirin (Mengolok –
olok orang Kafir), Al-Intiqam min Al-Mujrimin (Memberi
Balasan kepada orang yang berbuat dosa), Al-Khida‟ liman
Khada‟ahu (Melakukan Tipuan bagi orang yang menipu-
Nya).

Perkara yang Dilarang Dilakukan


Terhadap Sifat – Sifat Allah
Didalam mengimani Sifat – Sifat Allah ini, wajib ditetapkan
apa adanya sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya,
dan kita tidak boleh men-tahrif, men-ta‟thil, men-takyif, dan
men-tamtsil nya.
1. At-Tahrif yakni mengganti atau memalingkan sifat Allah
dari bentuknya atau dari makna asli nya kepada selain
nya.
Contoh nya, Sifat al-Istiwa' dirubah menjadi Istawla
(menguasai). Atau al-Yadd (Tangan) ditafsiri dengan makna
Kekuasaan atau Nikmat.

55
2. At-Ta'thil yakni mengingkari atau meniadakan sifat Allah,
baik itu sebagian atau semua nya.
Contohnya, mengingkari sifat Tangan, Wajah bagi Allah.
Padahal hal itu ditetapkan dalam al-Quran dan as-Sunnah.

3. At-Takyif yakni menggambarkan sifat Allah dengan cara


dan keadaan tertentu.
Contohnya, ucapan “Tangan Allah itu seperti ini”, “cara
Allah beristiwa‟ itu seperti ini.”

4. At-Tamtsil yakni menyamakan atau menyerupakan sifat


Allah dengan sifat makhluk.
Contohnya, ucapan “Wajah Allah sama seperti Wajah
kita”, “Tangan Allah sama seperti Tangan Kita”, “Kaki Allah
sama seperti Kaki Kita.” Ini sama juga dengan At-Tasybih.

Penyimpangan dalam Tauhid Asma’ wa Shifat


Ada beberapa macam, diantara nya :
1. Menamai berhala – berhala dengan salah satu Nama
Allah. atau menyadur sesuatu dari Nama Allah, lalu
dijadikan sebagai nama berhala. Seperti yang dilakukan
oleh orang Musyrik dahulu, al-Laata diambil dari al-Ilah,
al-„Uzza diambil dari al-„Aziz.
2. Menamai Allah dengan nama – nama yang tidak pantas
bagi-Nya. Seperti Kaum Nasrani yang menamai Allah
dengan Bapak (Ayah).

56
3. Mensifati Allah dengan sifat – sifat kekurangan, yang
mana Allah disucikan darinya. Seperti Kaum Yahudi yang
mengatakan Allah Miskin, Kami Kaya.

4. Mengingkari sesuatu dari Nama – Nama Allah atau


sesuatu dari Sifat – Sifat Allah. Seperti kaum Al-
Mu‟aththilah, yang mengingkari beberapa sifat Allah.

5. Menolak makna dan hakekat Nama dan Sifat Allah.


Seperti Kaum Jahmiyah yang mengatakan nama dan
sifat Allah itu hanya sekedar kata – kata saja tanpa
mengandung makna dan sifat.

6. Menyerupakan sifat – sifat Allah dengan sifat makhluk.


Seperti kaum Mumatstsilah yang mengatakan “Tangan
Allah seperti tangan ku.

---oOo---

57
10. PASAL : KUFUR

Kufur adalah

“Tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan


mendustakan nya atau tidak disertai mendustakannya.”

Pembagian Kufur
Kufur terbagi menjadi 2 (dua) yakni :
1. Kufur Akbar (Kekafiran Besar)
2. Kufur Ashgar (Kekafiran Kecil)

Kufur Akbar (Kekafiran Besar)


Kufur Akbar yakni kekafiran yang bisa mengeluarkan
pelakunya dari Islam. Ini ada 6 (enam) macam :
1. Kufur Inkar (Ketidaktahuan)
Yakni kekafiran yang disebabkan kebodohan, seperti
kebodohan orang kafir dan ketidaktahuan nya tentang Allah
dan para Rasul-Nya. Ia disebut juga dengan Kufur Jahl
(Kekafiran karena Kebodohan) dan Kufur Takdzib
(Kekafiran karena Pendustaan)

58
2. Kufur Juhud (Pengingkaran)
Yakni kekafiran yang disebabkan pengingkaran. Pelaku
nya menyembunyikan kebenaran dan tidak tunduk terhadap
kebenaran tersebut secara lahir, namun secara batin dia
mengakui atau mengetahui kebenaran tersebut. Seperti
kekafiran Fir‟aun dan kaum nya terhadap Nabi Musa.

3. Kufur ‘Inad (Keangkuhan)


Yakni kekafiran yang disebabkan keangkuhan,
keengganan dan kesombongan pelaku nya yang tidak mau
tunduk terhadap kebenaran, sementara dia mengakui
kebenaran tersebut. Seperti kekafiran Iblis.
Kufur „Inad disebut juga dengan Kufur Iba‟ (Penolakan
Disebabkan Sikap Enggan) dan Kufur Istikbar (Sombong).

4. Kufur Nifaq (Kemunafikan)


Yakni kekafiran yang disebabkan tidak adanya
pembenaran didalam hati nya, sementara perbuatan nya
secara lahir menunjukkan ketundukan karena riya‟ terhadap
kaum Muslimin.
Seperti kekafiran orang Munafik di zaman Nabi, mereka
menampakkan keimanan, namun hati mengingkari.

59
5. Kufur I’radh (Ketidak Pedulian)
Yakni kekafiran karena berpaling nya dari agama Allah
disebabkan sikap ketidak pedulian nya.
Ini ada 3 (tiga) bentuk :
a. Pertama : Berpaling dari mendengar perintah – perintah
Allah.
b. Kedua : Berpaling dari mematuhi ajaran agama Allah
setelah mendengarnya dan mengetahuinya.
c. Ketiga : Berpaling dengan tidak mengamalkan semua
hukum Islam dan kewajiban nya, setelah hatinya
mengakui rukun iman, rukun islam dan lisan nya
mengucap dua kalimat syahadat.

7. Kufur Syak (Keragu – Raguan)


Yakni kekafiran disebabkan sikap meragukan kebenaran,
baik itu meragukan sesuatu yang wajib untuk diyakini, atau
tidak yakin terhadap suatu pemberitaan atau hukum yang
telah ditetapkan secara pasti dalam agama, walaupun tidak
di iringi dengan meragukan pokok ajaran agama.

Kufur Ashgar (Kekafiran Kecil)


Kufur Ashghar adalah Setiap dosa - dosa yang disebutkan
didalam al-Quran dan as-Sunnah sebagai Kufur, tetapi ia
tidak mencapai derajat Kufur Besar. Ia merupakan Kufur
„Amali dan pelaku nya tidak keluar dari Islam.

60
Kufur Ashghar (Kufur Kecil) banyak, diantaranya ada 8
(delapan) :
1. Mengingkari Nikmat
2. Membunuh Seorang Muslim
3. Mencela Nasab orang lain
4. Meratapi mayit
5. Menisbatkan nasab kepada selain bapak nya
6. Hamba sahaya yang lari dari tuan nya
7. Isteri mengingkari kebaikan Suami nya
8. Bersumpah dengan selain nama Allah

Perbedaan Kufur Besar dan Kufur Kecil


1. Kufur Besar mengeluarkan pelakunya dari Islam. Kufur
kecil tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam.
2. Kufur Besar menghapus pahala amal ibadah pelakunya,
sedangkan Kufur Kecil hanya mengurangi pahala amal
ibadah pelakunya sesuai dengan kadar kekufuran nya,
namun pelakunya tetap terancam didunia dan diakhirat.
3. Kufur Besar menjadikan pelakunya kekal di neraka,
sedangkan Kufur Kecil tidak kekal di neraka, dan bisa
saja Allah memberikan ampunan kepada pelakunya
sehingga ia tidak masuk neraka sama sekali.
4. Kufur Kesar menjadikan halal darah dan harta
pelakunya, sedangkan Kufur Kecil tidak demikian.

61
5. Kufur Besar mengharuskan pelakunya untuk dijauhi
secara mutlak dan pelaku nya dimusuhi. Tidak boleh
dicintai atau berloyal kepada nya. Sedangkan Kufur
Kecil tidak demikian, kufur kecil pelakunya dicintai dan
dibenci sesuai dengan kadar keimanan nya dan kadar
kemaksiatan nya.

---oOo---

11. PASAL : NIFAQ

Nifaq adalah

‫ إبطان اىكفر اال‬, ‫ا‬ ‫إظٓار اإلس‬

“Menampakkan Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan


kekafiran dan keburukan”

Nifaq ada 2 (dua) macam :


1. Nifaq Akbar (Kemunafikan Besar)
2. Nifaq Ashghar (Kemunafikan Kecil)

Perbedaan nya ada 4 (empat) hal :


1. Nifaq Besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam,
karena termasuk salah satu pembatal keislaman.
Sedangkan Nifaq Kecil tidak.

62
2. Nifaq Besar tidak akan terjadi pada orang beriman.
Sedangkan Nifaq Kecil bisa saja terjadi pada orang
beriman.
3. Pelaku Nifaq Besar, umum nya tidak mau bertaubat
kepada Allah. Sedangkan Nifaq Kecil terkadang
pelakunya bertaubat kepada Allah Ta'ala.
4. Pelaku Nifaq Besar, jika mati dalam keadaan demikian,
ia berada di keraknya Neraka. Sedangkan Pelaku Nifaq
Kecil, tidak demikian.

Nifaq Akbar
Nifaq Akbar (Kemunafikan Besar) adalah menampakkan
keislaman secara lahiriah, namun menyembunyikan
kekafiran didalam batin nya.
Ia disebut juga dengan Nifaq I'tiqadi (Nifaq dalam
Keyakinan). Ini adalah Munafik asli dan murni.

Nifaq Akbar ini ada 5 (lima) macam :


1. Mendustakan Rasul atau apa yang dibawa nya.
2. Membenci Rasul atau sebagian ajaran yang beliau bawa.
3. Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.
4. Tidak senang dengan kemenangan dan kejayaan agama
Islam.
5. Mengolok olok Allah, Rasul-Nya dan Umat Islam

63
Nifaq Ashghar
Nifaq Ashghar (Nifaq Kecil) adalah melakukan sesuatu
yang merupakan perbuatan orang - orang Munafik asli,
tetapi iman masih tetap ada didalam hati nya.
Ini disebut juga Nifaq 'Amali dan ia jalan menuju Nifaq
I'tiqadi (Nifaq Besar).

Nifaq Ashghar ini banyak diantara nya :


1. Mudah menghianati kepercayaan
2. Suka berdusta didalam berbicara
3. Suka mengingkari janji dan kesepakatan tanpa sebab
4. Curang didalam bertengkar

---oOo---

12. PASAL : JAHILIYAH, FASIQ,


MAKSIAT, KESESATAN DAN MURTAD

JAHILIYAH
Jahiliyah adalah

‫اْلال اىِت ُت عي ٓا اىعرب كبو اإلس‬

“Suatu keadaan yang ada pada bangsa Arab sebelum


(datangnya) Islam.”

64
Jahiliyah ini terbagi menjadi 2 (dua) :
1. Jahiliyah ‘Ammah (Jahiliyah Umum)
Yakni Jahiliyah yang terjadi sebelum diutusnya Rasulullah
Shallallahu‟alaihi wa sallam dan ia berakhir dengan
diutusnya beliau.

2. Jahiliyah Khashshah (Jahiliyah Khusus)


Yakni Jahiliyah yang terjadi pada sebagian Negara, atau
pada sebagian daerah atau sebagian orang. Jahiliyah jenis
ini masih ada sampai sekarang dan masih banyak
tersebar.15

KEFASIKAN
Fasiq (Kefasikan) adalah
‫ِهّٰلل‬
‫ا ر ج عَ طاعة اا‬

“Keluar dari ketaatan kepada Allah.”

Kefasikan terbagi menjadi 2 (dua) :


1. Kefasikan yang membuat pelakunya keluar dari Islam
yakni Kufur (Kekafiran). Oleh karena itu orang Kafir
disebut juga dengan orang Fasiq.

15
Silahkan baca kitab yang bagus dalam masalah ini, Masa‟il Jahiliyyah
karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi dan syarah nya.

65
2. Kefasikan yang tidak membuat pelakunya keluar dari
Islam yakni Maksiat yang tidak sampai Kufur. Pelaku nya
disebut al-„Ashi (Pelaku Maksiat).

MAKSIAT
Maksiat artinya
‫ِهّٰلل‬
‫ فيه فعو اْلرا أ ثر اأا‬, ‫خماىفة أمر اا ثعاَل‬

“Menyelisihi perintah Allah Ta‟ala yakni melakukan


perbuatan yang diharamkan atau meninggalkan kewajiban.”

Dalam Ketaatan dan Kemaksiatan, Manusia terbagi


menjadi 3 (tiga) kelompok :
1. Saabiquun Muqarrabuun, Yakni orang yang
melaksanakan perkara wajib dan sunnah, dan
meninggalkan perkara haram dan makruh, serta perkara
mubah yang berlebih - lebihan lagi tidak bermanfaat.

2. Muqtashiduun, Yakni orang yang melaksanakan


perkara wajib dan meninggalkan perkara haram.

3. Zhaalimuuna li Anfusihim, Yaitu orang yang


meninggalkan sebagian perkara wajib dan mengerjakan
sebagian perkara haram.

66
KESESATAN
Kesesatan adalah

ً ‫اىعد ل عَ اىطر ق اىٍ جل‬

Berpaling dari jalan yang Lurus

Penyebab nya ada 4 (empat) hal :


1. Bodoh
2. Fanatik (Ta‟ashshub)
3. Taqlid
4. Ghuluw (berlebih – lebihan)

RIDDAH (MURTAD)
Riddah artinya

‫اإلس‬ ُ ُ
ِ ‫اىكفر بعد‬
“Kafir (Kufur) setelah sebelumnya Islam”

Riddah ada 4 (empat) macam :


1. Riddah dengan Ucapan. Seperti mencaci maki Allah dan
Rasul-Nya.

2. Riddah dengan Perbuatan. Seperti sujud dan menyebah


kuburan, pohon, batu, berhala.

67
3. Riddah dengan Kepercayaan. Seperti meyakini ada
sekutu bagi Allah, menyakini Allah punya anak.

4. Riddah dengan Keragu - raguan. Seperti meragukan


wajibnya shalat 5 waktu sehari semalam, meragukan
haramnya syirik, zina, riba dan lain nya.

Konsekuensi Hukum
Setelah Terjadinya Riddah (Murtad)
Pelakunya di wajibkan untuk bertaubat dan kembali ke
Islam, diberi waktu selama 3 (tiga) hari. Setelah itu ada
2(dua) kondisi :
1. Kondisi Pertama : Jika ia mau kembali ke Islam, maka
tidak boleh ditegakkan hukum hudud terhadap nya.
2. Kondisi Kedua : Jika dia tidak mau bertaubat dan
menolak untuk kembali ke Islam, maka :
a. Ditegakkan hukum hudud (bunuh) oleh pemerintah atas
nya.
b. Harta nya menjadi harta fai' (rampasan), dimasukkan ke
Baitul Mal atau dibelanjakan untuk kepentingan umat
Islam.
c. Dicabut hak waris mewariskan dari nya.
d. Jika mati, jenazah nya tidak dimandikan, tidak boleh
dishalatkan dan tidak boleh dikubur di pemakaman umat
Islam. Karena dia bukan bagian dari Islam lagi.

68
13. PASAL : SYIRIK

Syirik adalah
‫ِهّٰلل‬ ‫ِهّٰلل‬ ‫ِهّٰلل‬
‫اا باا ف ٍا ْٔ ٌَ لاالّ اا‬ ‫ٔة‬

“Menyamakan Allah dengan selain Allah dalam hal yang


merupakan kekhususan Allah.”

Atau,

ّ ً ‫ِهّٰلل‬
ّ‫ربٔبيجّ أ أأْ ج‬ ّ‫أن يجخذ اىعبد ا ُدا ي ِٔ ّ ب‬

ّ‫أ أسٍااّ صفاث‬

“Seorang hamba menjadikan tandingan bagi Allah yang


disetarakan nya dengan Allah dalam hal Rububiyyah,
Uluhiyyah, atau Asma was Shifat.”

Syirik mencakup 3 (tiga) hal :


1. Syirik Dalam Rububiyyah
2. Syirik Dalam Uluhiyyah
3. Syirik Dalam Asma was Shifat

69
Pembagian Syirik
Syirik terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Syirik Akbar (Syirik Besar)
2. Syirik Ashghar (Syirik Kecil)

Perbedaan nya ada 4 (empat) hal :


1. Syirik Besar mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Sedangkan Syirik Kecil tidak demikian.

2. Syirik Besar membuat pelakunya kekal didalam Neraka.


Sedangkan Syirik Kecil tidak demikian.

3. Syirik Besar menghapus semua ibadah pelakunya.


Sedangkan Syirik Kecil tidak demikian, yang terhapus
hanyalah amalan yang tercampur dengan nya.

4. Syirik Besar menyebabkan pelakunya wajib dibenci,


dimusuhi dan wajib berlepas diri darinya serta tidak boleh
berloyalitas kepada nya. Sedangkan Syirik Kecil tidak
demikian.

---oOo---

70
14. PASAL : SYIRIK AKBAR

Syirik Akbar (Syirik Besar) adalah

‫اال اىٍِا ايجٔ د‬

“Syirik yang menafikan Tauhid secara keseluruhan nya”

Secara Umum ada 3 (tiga) bentuk :


1. Syirik Rububiyyah
2. Syirik Asma’ was Shifat
3. Syirik Uluhiyyah

Pertama : Syirik Rububiyyah yakni menyamakan Allah


dengan selain-Nya dalam Dzat Allah dan Perbuatan Allah.
Seperti :
1. Meyakini Allah salah satu dari Tiga Tuhan
2. Meyakini ada pencipta, pengatur, pemberi rezeki di alam
semesta ini selain Allah

Kedua : Syirik Asma was Shifat yakni menyamakan Allah


dengan selain-Nya didalam nama dan sifat yang khusus
bagi Allah. Seperti :
1. Mengaku mengetahui perkara ghaib atau Meyakini ada
yang mengetahui perkara ghaib selain Allah.
2. Menyamakan sifat Allah dengan sifat Makhluk-Nya

71
Ketiga : Syirik Uluhiyyah
Syirik Uluhiyyah (Syirik dalam Ibadah) ini terangkum dalam
3 (tiga) perkara :
1. Pertama : Meyakini adanya Tuhan yang berhak untuk di
ibadahi selain Allah.
2. Kedua : Mempersembahkan salah satu bentuk ibadah
kepada selain Allah.
Ini tercakup dalam 2 (dua) perkara :
a. Syirik dalam Doa Permohonan (Dua' al-Mas'alah)
b. Syirik dalam Doa Ibadah (Dua' al-'Ibadah)
3. Ketiga : Menyekutukan Allah dalam Hukum dan
Ketaatan

Hukum Pelaku Syirik Akbar (Syirik Besar), jika ia tidak


bertaubat dari nya dan mati dalam keadaan demikian,
ada 5 (lima) hal :
1. Allah Ta'ala tidak akan mengampuni dosa nya.
2. Pelakunya keluar dari agama Islam, halal darah dan
harta nya.
3. Seluruh amal ibadahnya tidak diterima oleh Allah Ta'ala.
4. Jika mati, tidak boleh dimandikan, dishalatkan, dan
dikuburkan di pemakaman kaum Muslimin.
5. Allah Ta‟ala mengharamkan Surga atas nya dan dia
kekal di Neraka.

72
Saran yang Bisa Menghantarkan ke Syirik Akbar ada 3
(tiga) :
1. Ghuluw (berlebih - lebihan) terhadap orang Shaleh.
2. Melakukan Tabarruk (Ngelap Berkah) yang dilarang.
3. Mengagungkan - agungkan Kuburan dan penghuninya.

---oOo---

15. PASAL : SYIRIK ASHGHAR

Syirik Ashghar (Syirik Kecil) adalah

‫اال اىٍِا اهٍال اّتلٔ د‬

“Syirik yang menafikan (meniadakan) Kesempurnaan


Tauhid.”

Kaidahnya :

‫لك ٌا ن ف ّ ُٔع َش اهِّ اً يلو إَل در ة‬

‫اال األن‬

“Segala hal yang mengandung makna syirik tetapi tidak


mencapai derajat Syirik Besar.”

73
Syirik Ashghar ini :
1. Termasuk salah satu dosa besar yang paling besar,
namun tidak sampai membatal keislaman.
2. Bisa membawa pelakunya kepada Syirik Besar.
3. Jika pelakunya mati dan belum bertaubat dari Syirik
Ashghar, ia berada dibawah kehendak Allah.

Syirik Ashghar ini ada 2 (dua) macam :


1. Syirik Zhahir (Syirik yang Nyata)
2. Syirik Khafi (Syirik yang Tersembunyi)

Pertama : Syirik Zhahir (Syirik Nyata) yakni syirik kecil


dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Dalam Ucapan : Seperti Bersumpah dengan nama
selain Allah. Atau mengucapan :
"Masya' Allah wa Syi'ta (Atas kehendak Allah dan
kehendakmu)" atau "Kalau bukan karena Allah dan karena
Kamu" atau "Kalau bukan karena Anjing, niscaya kita sudah
kemalingan."
Dalam Perbuatan : Seperti Memakai jimat.

Kedua : Syirik Khafi (Syirik Tersembunyi) yakni syirik


dalam hal keinginan dan niat.
Seperti Riya' (ingin dilihat) dan Sum'ah (ingin didengar)
atau Melakukan Ibadah karena Dunia

74
Beribadah karena Riya' ada 4 (empat) keadaan :
1. Pertama : Dari awal ibadah dia riya'. Maka ibadah nya
tidak diterima oleh Allah Ta'ala.

2. Kedua : Awalnya ikhlas, ditengah ibadah ada riya'. Dia


bisa menghilangkan nya. Riya' seperti ini tidak merusak
ibadah nya.

3. Ketiga : Awalnya ikhlas, ditengah ibadah dia riya' lalu dia


nyaman dengan riya' tersebut, maka ini ada 2 (dua)
kondisi :
a. Jika ibadah tersebut berhubungan antara awal dan
akhir. Seperti shalat, puasa, atau haji. Maka ibadah
nya rusak seluruhnya.
b. Jika ibadah tersebut tidak berhubungan antara awal
dan akhir. Seperti membaca al-Quran, Dzikir,
Mengajar Ilmu. Maka riya' hanya merusak bagian yang
dimasukinya saja.

4. Keempat : Riya' datang setelah ibadahnya selesai. Ini


tidak merusak ibadah yang dilakukan nya. Tetapi bisa
mengurangi pahala ibadah tersebut. Masuk ke jenis ini
adalah Sum'ah.

75
Riya' dan Sum'ah ini bisa berubah menjadi Syirik Akbar
(Besar) dengan 2 (dua) hal :
1. Semua amal ibadah nya atau sebagian besar nya
dilakukan karena Riya' dan Sum'ah.
2. Tidak ada sedikit pun keinginan untuk mendapatkan
pahala dari ibadah nya tersebut. Sebab keinginan
pelakunya hanya untuk mendapatkan manfaat dunia
semata.
Dua hal tidak dilakukan kecuali oleh Munafik asli (Nifaq
Akbar).

Beribadah karena Dunia ada 5 (lima) Keadaan :


1. Pertama : Murni hanya menginginkan dunia semata.
Maka ini termasuk dosa besar dan inilah Syirik Ashghar
(Kecil). Amalan yang menyertainya tidak diterima oleh Allah
Ta'ala.

2. Kedua : Menginginkan pahala dan juga menginginkan


dunia sekaligus.
Ini bisa mengurangi pahala ibadah nya, sesuai dengan
besar kecilnya kadar niat duniawi yang mencampuri niat
amal ibadahnya.

3. Ketiga : Motivasi ibadah tersebut semula nya ikhlas


untuk mencari pahala, kemudian di ikuti dengan niat
untuk memperoleh keuntungan dunia.

76
Niat seperti ini tidak merusak ibadah, karena hal ini
dibolehkan. Sebab sebagian amal ibadah ada yang Allah
segerakan balasan nya didunia ini.

4. Keempat : Awal nya menginginkan dunia, ditengah


ibadah dia ikhlas untuk mendapatkan pahala.
Maka ini ada 2 (dua) kondisi :
a. Kondisi Pertama : Jika ibadah itu berhubungan
antara awal dan akhir. Seperti, Shalat, Puasa, atau
Haji. Maka ibadah nya tidak diterima oleh Allah Ta'ala.
b. Kondisi Kedua : Jika ibadah itu tidak berhubungan
antara awal dan akhir. Seperti, membaca al-Quran,
dzikir, mengajar ilmu. Maka dia mendapatkan pahala.

5. Kelima : Beramal dengan ikhlas. Setelah dikerjakan ada


keinginan untuk mendapatkan balasan didunia. Maka ini
diperbolehkan. Seperti kisah 3 orang yang terjebak
didalam gua.

Merasa gembira atau senang dengan pujian manusia


karena amal, ada 2 (dua) kondisi :
1. Kondisi Pertama : Jika ia merasa itu adalah kabar
gembira dari Allah dan pertanda amal nya diterima. Maka
perasaan seperti ini dibolehkan.

77
2. Kondisi Kedua : Jika senang (gembira) itu semata -
mata karena pujian manusia atau karena ia memperoleh
apa yang disukainya atau karena hilang sesuatu yang
tidak disukainya. Maka ini termasuk riya' yang merusak
pahala amalan nya.

---oOo---

16. PASAL : DOA, ISTI'ANAH, ISTI'ADZAH,


ISTIGHATSAH

Doa adalah permintaan sesuatu kepada Allah.

Doa terbagi menjadi 2 (dua) :


1. Doa Permohonan (Dua' al-Mas'alah)
2. Doa Ibadah (Dua' al-'Ibadah)

Pertama : Doa Permohonan (Dua' al-Mas'alah)


Yakni permintaan seseorang kepada Allah untuk memenuhi
kebutuhannya.

Doa Permohonan ini ada 4 (empat), macam :


1. Doa secara umum
2. Isti'anah (minta pertolongan)
3. Isti'adzah (minta perlindungan)
4. Istighatsah (minta keselamatan)

78
Hukum Isti'anah, Isti'adzah dan Istighatsah kepada
Makhluk ada 2 (dua) :
1. Pertama : Yang Boleh Dilakukan
Yakni Dalam perkara yang sanggup atau mampu
dilakukan nya. Seperti, minta tolong diangkatkan beban
yang berat, atau minta perlindungan kepada polisi dari
penjahat, atau minta diselamatkan dari musuh.

2. Kedua : Yang Dilarang Untuk Dilakukan


Yakni Dalam perkara yang tidak sanggup atau tidak
mampu dilakukan nya, kecuali Allah saja. Jika perbuatan
ini dilakukan, maka pelakunya jatuh kedalam Syirik Besar
(Akbar).
Termasuk kedalam jenis kedua ini :
a. Minta kepada makhluk yang tidak ada dihadapan nya
dan tidak bisa menolongnya.
b. Minta kepada orang yang sudah mati.

Kedua : Doa Ibadah (Dua' al-'Ibadah)


Doa Ibadah adalah beribadah kepada Allah Ta'ala dengan
berbagai jenis peribadatan.
Orang yang beribadah pada hakekatnya meminta dan
memohon kepada Allah. Sebab ia melakukan ibadah
tersebut hanyalah mengharapkan pahala dari Allah dan
takut terhadap siksaan-Nya.

79
Ibadah - ibadah ini hanya boleh ditujukan kepada Allah
saja, jika ditujukan atau diberikan kepada selain Allah, maka
pelakunya jatuh kedalam Syirik Akbar (Besar). Seperti
Melakukan Ruku', Sujud, Shalat, Puasa, Haji, Zakat,
Sedekah, Thawaf atau ibadah lain nya untuk makhluk.

---oOo---

17. PASAL : TAWASSUL DAN TABARRUK

TAWASSUL
Tawassul adalah

‫داعاّ ٌاير ٔأن يكٔن سبب‬ ‫أن يذنر ادلايع‬

ّ‫كبٔل داعا‬

“Seseorang berdoa menyebut dalam doanya apa yang


diharapkannya bisa menjadi sebab dikabulkan doa nya”

Tawassul terbagi 2 (dua) :


1. Tawassul Masyru' (Disyariatkan/Dibolehkan)
2. Tawassul Mamnu' (Dilarang)

80
Pertama : Tawassul Masyru' (Dibolehkan)
Yakni bertawassul kepada Allah dengan wasilah (perantara)
yang sah, yang dibenarkan dan disyariatkan.

Tawassul jenis ini ada 5 (lima) :


1. Pertama : Tawassul dengan menyebut salah satu atau
seluruh Nama dan Sifat Allah.
Seperti : "Ya Allah, aku memohon kepada Mu dengan
Nama - Nama Mu yang Indah dan Sifat - Sifat Mu yang
Mulia, agar Engkau ampuni aku" atau "Ya Allah, Ya
Rahman, kasihilah aku"
2. Kedua : Tawassul dengan menyebut Iman dan Amal
Shaleh yang kita lakukan.
3. Ketiga : Tawassul dengan menyebut kelemahan,
keperluan dan kebutuhan kita kepada Allah.
Seperti : "Ya Allah, sesungguhnya Aku sangat lemah, tidak
kuat menahan siksaan Mu. Maka ampunilah aku"
4. Keempat : Tawassul dengan mengakui dosa yang
pernah kita kerjakan dimasa lalu.
Seperti : "Ya Allah, aku telah menganiaya diri ku sendiri.
Maka ampunilah aku."
5. Kelima : Tawassul dengan Doa orang Shaleh yang
Masih Hidup
Yakni minta didoakan oleh orang yang lain dengan berkata :
"Ya Syaikh fulan, doakan saya." "Ya fulan, doakan saya."

81
Kedua : Tawassul Mamnu' (Dilarang)
Tawassul ini terbagi 2 (dua) :
1. Tawassul Bid'ah
Yakni bertawassul kepada Allah dengan wasilah
(perantara) yang tidak disyariatkan-Nya.
Seperti :
a. Tawassul dengan menyebut Kedudukan Makhluk
b. Tawassul dengan menyebut Dzat Makhluk
c. Tawassul dengan menyebut Hak Makhluk
Baik itu Nabi, orang shaleh, ka'bah atau lain nya.

2. Tawassul Syirik
Yakni bertawassul kepada Allah dengan menjadikan
orang yang sudah mati sebagai perantara dalam berdoa.
Termasuk kedalam jenis ini adalah bertawassul dengan
orang hidup yang tidak ada dihadapan nya.

Tawassul kepada Allah


dengan perantara Nabi pada masa sekarang
Tawassul jenis ini hanya boleh dilakukan dalam 2 (dua)
bentuk :
1. Bentuk Pertama : Bertawassul kepada Allah dengan
keimanan kita kepada Nabi Shallallahualaihi wa sallam.
Seperti : "Ya Allah, sesungguhnya aku beriman kepada Mu
dan kepada Nabi-Mu, maka ampunilah aku."

82
Tawassul seperti ini diboleh dan dibenarkan. Ini termasuk
contoh bertawassul dengan Iman.

2. Bentuk Kedua : Bertawassul kepada Allah dengan


memuji Allah dan membaca shalawat kepada Nabi.
Caranya memulai doa dengan memuji Allah, kemudian
bershalawat kepada Nabi, setelah itu menyebutkan
permintaan kita.
Tawassul seperti ini dibolehkan dan dibenarkan. Ini
termasuk contoh bertawassul dengan Amal Shaleh.

---oOo---

TABARRUK
Tabarruk adalah

‫األ ر‬ ‫ا‬ ‫اى ة ٌَ ادة‬ ‫طي‬

“Mencari berkah berupa tambahan kebaikan dan pahala.”

Berkah artinya

ّ‫ادث‬ ‫اايشا‬ ‫ثبٔت ا‬

“Tetap dan bertambahnya kebaikan yang ada pada


sesuatu.

83
Tabarruk terbagi 2 (dua), yaitu :
1. Tabarruk Masyru' (Disyariatkan/Dibolehkan)
2. Tabarruk Mamnu' (Dilarang)

Pertama : Tabarruk Masyru' (Mencari Berkah yang


Dibolehkan/Disyariatkan)
Yakni mencari keberkahan dari sesuatu yang
disyariatkan dengan cara yang disyariatkan.
Seperti mencari berkah dari al-Quran, dengan membaca
dan mentadabburi nya.

Kedua : Tabarruk Mamnu' (Mencari Berkah yang


Dilarang)
Tabbaruk ini terbagi menjadi 2 (dua) :
1. Tabarruk Bid'ah
Ini ada 2 (dua) bentuk lagi :
a. Bentuk Pertama : Mencari keberkahan dari sesuatu
yang tidak disyariatkan.
Seperti mencium kubur atau mengusap nya atau
mengambil tanahnya untuk mengambil berkah nya.

b. Bentuk Kedua : Mencari berkah dari sesuatu yang


disyariatkan tetapi dengan cara yang tidak disyariat.
Seperti menjadikan al-Quran sebagai jimat.

84
2. Tabarruk Syirik
Ini juga ada 2 (dua) bentuk :
a. Mencari berkah dari sesuatu dengan menyakini bahwa
benda itu sendirilah yang memberikan keberkahan.
b. Mencari berkah dari makhluk dengan memalingkan
salah satu bentuk ibadah kepada nya.
Seperti mencari berkah dari orang mati, dengan
menyembelih untuk mereka.

Mencari Berkah (Tabarruk)


dari Nabi setelah beliau wafat
Tabarruk jenis ini hanya boleh dilakukan dalam 2 (dua)
bentuk :
1. Bentuk Pertama : Mencari berkah dengan beriman
kepada beliau, mentaati dan mengikuti tuntunan beliau
didalam beragama. Ini disebut keberkahan ma'nawiyyah.

2. Bentuk Kedua : Mencari berkah dengan peninggalan -


peninggalan beliau yang bersifat fisik, yang terpisah dari
beliau saat hidup. Seperti rambut, sandal, pakaian,
bejana beliau. Dengan syarat, benda - benda tersebut
benar - benar berasal dari Nabi, menurut ilmu yang
yakin, bukan praduga.

85
Mencari Berkah dari Orang Shaleh
Ini hanya boleh dilakukan dalam 2 (dua) bentuk saja :
1. Bergaul dengan mereka, duduk di majelis mereka,
mendengarkan ilmu dan nasehat mereka.

2. Minta agar mereka mendoakan kebaikan untuk kita.


Selain perkara ini tidak dibenarkan mencari berkah dari
mereka.

---oOo---

18. PASAL : SUMPAH, NADZAR DAN SEMBELIHAN

SUMPAH
Sumpah adalah

‫ثٔ د اايشا بذنر اسً أ صفة اا ثعاَل ملدرا‬

ً ‫حبر ٌَ ر اىل‬

“Menegaskan (menguatkan) sesuatu dengan menyebut


Nama atau Sifat Allah Ta‟ala, yang diawali dengan salah
satu dari huruf Qasam (Kata Sumpah).”

Kata sumpah itu seperti Wallahi, Billahi, Tallahi artinya Demi


Allah.

86
Sumpah terbagi menjadi 2 (dua) :
1. Sumpah yang Dibolehkan
2. Sumpah yang Dilarang

Pertama : Sumpah yang Dibolehkan


Yakni bersumpah dengan menyebut Allah, atau salah satu
Nama-Nya atau Sifat-Nya. Ini dibolehkan dalam syariat.

Kedua : Sumpah yang Dilarang


Ini ada 2 (dua) macam :
a. Sumpah Maksiat
Yakni bersumpah dengan Allah tetapi tujuan nya adalah
maksiat.
Seperti, untuk merampas hak - hak orang lain, atau
untuk berbuat kefasikan dan berkhianat.
Termasuk jenis ini, Sumpah Palsu dan Sumpah
Dengan Kekufuran atau Agama selain Islam, seperti Demi
Kafir, saya tidak melakukan ini”. Ini termasuk dosa besar.

b. Sumpah Syirik
Yakni bersumpah dengan selain Allah, baik itu dengan
Nabi, Wali, Ka'bah dan lain nya.
Seperti : "Demi Nabi, aku bersumpah...," "Tidak, Demi
Syaikh", "Demi Ka'bah..," "Demi Cintaku kepada mu" "Demi
Langit dan Bumi" dan lainnya

87
Ini semua Syirik Ashghar (syirik kecil), dan termasuk
dosa besar yang paling besar. Ia bisa berubah menjadi
Syirik Akbar (Syirik Besar), apabila dihatinya
mengagungkan makhluk yang dia sebut dalam sumpahnya
seperti pengagungan nya terhadap Allah Ta'ala.

Kaffarat Sumpah Syirik ini adalah bertaubat kepada Allah


dengan mentauhidkan-Nya.
Contoh, seseorang bersumpah : “Demi Latta dan 'Uzza”
maka Kaffaratnya mengucapkan Laa ilaha illallah

---oOo---

NADZAR
Nadzar adalah

‫إازا اإلن ان ُف ّ لئ ٌَ اىلرب (اىطااعت) اىِت‬

ّ ‫ ف عيّ ا با عي‬, ّ ‫اً ثكَ ا بة عي‬

“Sesuatu yang diwajibkan oleh manusia terhadap dirinya


sendiri dalam rangka mendekatkan diri (menjalankan
ketaatan) kepada Allah Ta‟ala yang sebelumnya (perkara
itu) tidak diwajibkan kepada nya. Lalu ia mewajibkan hal itu
terhadap dirinya sendiri.”

88
Nadzar terbagi 2 (dua) hal :
1. Nadzar yang Dibolehkan
2. Nadzar yang Dilarang

Pertama : Nadzar yang Dibolehkan


Yakni nadzar dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah, baik itu dikaitkan untuk mendapatkan manfaat atau
tanpa dikaitan dengan manfaat apapun bagi orang yang
bernadzar.
Seperti : "Jika Allah menyembuhkan ku, aku bernadzar
sedekah begini" atau "Karena Allah, wajib atas ku
bersedekah dengan ini itu"

Nadzar dibolehkan jika terpenuhi 6 (enam) syarat ini :


1. Dilakukan karena Allah dan Untuk Allah, bukan yang lain
nya.
2. Dilakukan dalam ketaatan, bukan dalam kemaksiatan.
3. Pada perkara yang mampu dilakukan nya, bukan pada
perkara yang tidak mampu dilakukan nya.
4. Pada perkara yang dimiliki nya, bukan perkara yang tidak
dimilikinya.
5. Tidak dilakukan ditempat yang pernah dijadikan
penyembahan berhala atau semisalnya.
6. Tidak meyakini adanya pengaruh nadzar sebagai sebab
keberhasilan perkara yang di nadzari.

89
Kedua : Nadzar yang Dilarang
Ini ada 2 (dua) bentuk :
1. Nadzar Maksiat
2. Nadzar Syirik

Pertama : Nadzar Maksiat


Yakni nadzar dalam rangka bermaksiat kepada Allah.
Baik itu dalam bentuk meninggalkan perintah Allah atau
dalam bentuk mengerjakan larangan Allah.
Seperti : Bernadzar meninggalkan shalat lima waktu,
minum khamar, membunuh orang. Ini termasuk dosa.

Kedua : Nadzar Syirik


Yakni nadzar dalam rangka mendekatkan diri kepada
selain Allah.
Seperti : "Untuk si fulan, aku bernadzar puasa sehari”,
"Untuk kuburan si fulan, aku bernadzar sedekah demikian”,
"Jika aku sembuh, maka aku bernadzar kepada syaikh fulan
dengan sedekah demikian”
Ini semuanya termasuk Syirik Akbar (Syirik Besar).

---oOo---

90
SEMBELIHAN

Sembelihan adalah memotong hewan yang halal dimakan


untuk suatu tujuan tertentu.

Sembelihan ini terbagi 2 (dua) :


1. Sembelihan yang Disyariatkan
2. Sembelihan yang Dilarang

Pertama : Sembelihan yang Disyariatkan


Sembelihan ini ada 2 (dua) bentuk :
1. Sembelihan yang Termasuk Ibadah
Yakni sembelihan yang dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah.
Seperti, Sembelihan dalam rangka Kurban, Aqiqah,
Nadzar, Hadyu.

2. Sembelihan yang Termasuk Perkara Mubah (Boleh)


Yakni sembelihan yang dilakukan dalam perkara yang
dibenarkan dan dibolehkan syariat.
Seperti, Sembelihan untuk Walimahan (Nikah), untuk
dimakan atau untuk dijual atau untuk menjamu tamu.

91
Kedua : Sembelihan yang Dilarang
Ini juga ada 2 (dua) bentuk :
1. Sembelihan yang Termasuk Bid'ah
Yakni menyembelih hewan dalam rangka mendekatkan
diri kepada Allah, namun tidak sesuai dengan syariat yang
ada. Seperti, berkurban diluar waktu yang ditentukan atau
berkurban atau aqiqah dengan ayam.

2. Sembelihan yang Termasuk Syirik


Yakni menyembelih hewan dalam rangka mendekatkan
diri kepada selain Allah.
Seperti sembelihan untuk patung, jin, syaithan, kuburan,
ruh jahat, sumur, rumah baru gunung, lautan, sungai dan
tempat keramat lain nya. Ini merupakan Syirik Akbar
(Syirik Besar)

---oOo---

19. PASAL : ZIARAH KUBUR

Ziara Kubur adalah mengunjungi kuburan untuk suatu


keperluan.

Ziarah Kubur terbagi 2 (dua) :


1. Ziarah Kubur yang Dibolehkan
2. Ziarah Kubur yang Dilarang

92
Pertama : Ziarah Kubur yang Dibolehkan
Yakni ziara kubur yang dibenarkan, dibolehkan dan
disyariatkan dalam Islam.

Ziarah jenis ini ada 3 (tiga) Syarat :


1. Tidak mengadakan Safar (perjalanan) khusus pergi
kekuburan.
2. Tidak mengucapkan kata - kata keji dan buruk saat
ziarah.
3. Tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk melakukan
ziarah karena menganggap waktu itu ada keutamaan
nya.

Tujuan Ziarah Kubur ini ada 2 (dua) :


1. Melembutkan hati dan mengingatkan orang yang
berziarah kepada kematian dan akhirat.
2. Mendoakan penghuni kubur.

Kedua : Ziarah Kubur yang Dilarang


Yakni ziarah kubur yang tidak dibenarkan dan tidak
dibolehkan dalam syariat Islam.

Ini ada 2 (dua) bentuk (macam) :


1. Termasuk Bid'ah
Yakni ziarah kubur yang tidak memenuhi salah satu dari
syarat ziarah syar'i diatas.

93
Seperti Melakukan ziarah khusus ke makam para wali,
mengkhususkan hari tertentu untuk ziarah kubur karena
menganggap waktu itu ada keutamaan nya.

2. Termasuk Syirik
Yakni ziarah kubur yang pelakunya terjerumus dalam
salah satu jenis kesyirikan kepada Allah, karena
memalingkan salah satu ibadah kepada selain Allah.
Seperti berdoa atau meminta sesuatu kepada penghuni
kubur, menyembelih, thawaf, shalat dan ibadah lain nya
untuk penghuni kubur. Ini merupakan Syirik Akbar (Syirik
Besar)

Cara Merawat Kubur yang Dibolehkan dalam Syariat


a. Tidak buang hajat diatas kuburan.
b. Tidak menanam tananam apa pun diatas kuburan.
c. Tidak duduk diatas kuburan, tapi boleh duduk disekeliling
nya saat ziarah.
d. Tidak meninggikan kuburan melebihi 1 jengkal.
e. Menjaga kebersihan kuburan dari kotoran dan najis.
f. Tidak membongkar kuburan tanpa alasan syar'i.
g. Tidak membangun kuburan, seperti membangun kubah
atau tenda diatas kubur nya.
h. Tidak menyemen atau mengkramikkan kuburan.
i. Tidak boleh menjadikan kuburan sebagai objek wisata.

94
j. Tidak boleh menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah
(masjid). Karena kuburan bukan tempat untuk ibadah.

---oOo---

20. PASAL : TAKUT, HARAP DAN CINTA

TAKUT (KHAUF)
Takut terbagi 2 (dua) macam :
1. Takut yang Disyariatkan
2. Takut yang Dilarang

Pertama : Takut yang Disyariatkan


Ini ada 4 (empat) bentuk :
1. Takut Ibadah (Khauf Ibadah)
Yakni rasa takut kepada Allah yang disertai dengan
kecintaan, ketundukan, kepatuhan dan pengagungan
kepada-Nya. Ini termasuk rukun ibadah.

Takut Ibadah ini bisa bertambah dengan 4 (empat) hal :


1. Mengenal Allah, Nama dan Sifat-Nya dengan baik dan
benar.
2. Mengenal pedihnya siksaan dan adzab Allah.
3. Mengingat maksiat yang pernah dilakukan nya dan
khawatir taubat nya tidak diterima Allah Ta‟ala.

95
4. Khawatir mati dalam keadaan su'ul khatimah, jika terus
menerus melakukan maksiat.
Termasuk Takut Ibadah adalah ar-Rahbah dan al-
Khasyyah.

2. Takut Wajib (Khauf Wajib)


Yakni rasa takut kepada Allah yang mendorongnya untuk
melaksanakan kewajiban dan menjauhi perkara yang
diharamkan.

3. Takut Sunnah (Khauf Mustahab)


Yakni rasa takut kepada Allah yang mendorong nya
untuk melaksanakan amalan sunnah dan meninggalkan
perkara yang makruh.

4. Takut Mubah (Khauf Thabi'i)


Yakni rasa takut terhadap sesuatu yang secara alamiah
bisa mencelakakan dan membahayakan nya. Seperti takut
kepada binatang buas atau api.

Kedua : Takut yang Dilarang


Ini juga ada 4 (empat) bentuk :
1. Takut Makruh (Khauf Makruh)
Yakni rasa takut yang disebabkan sesuatu yang
sebenarnya secara wajar tidak pantas untuk dikhawatirkan

96
atau ditakuti. Seperti takut kepada orang karena badan nya
kuat. Ini takutnya orang pengecut.

2. Takut Haram (Khauf Haram)


Yakni rasa takut yang mejerumuskan pelaku nya kepada
rasa berputus asa dari rahmat Allah.

3. Takut Syirik Kecil (Khauf Syirik Ashghar)


Yakni rasa takut kepada sesuatu yang mendorong nya
untuk melakukan maksiat, baik itu meninggalkan suatu
kewajiban atau melakukan hal yang diharamkan.

4. Takut Syirik Besar (Khauf Syirik Akbar)


Yakni rasa takut kepada makhluk yang disertai dengan
pengagungan, ketudukan dan kepatuhan kepada-Nya, baik
itu dengan memalingkan salah satu ibadah kepada nya atau
dengan menyakini bahwa makhluk tersebut mampu
membahayakan nya sesuai dengan kehendak sendiri
Seperti Takut kepada orang mati, jin, setan, kuburan,
berhala, tempat keramat dengan menyakini bahwa makhluk
atau tempat itu bisa menimpakan bahaya kepada nya
dengan sendirinya. Atau takut yang di ikuti menyembelih
hewan atau bersedekah untuk mereka.

---oOo---

97
HARAP (RAJA')
Harap ada 4 (empat) bentuk :
1. Harap Ibadah (Raja' Ibadah)
Yakni berharap kepada Allah yang disertai dengan
kecintaan, ketundukan, kepatuhan dan pengagungan
kepada-Nya. Ini termasuk rukun ibadah.

2. Harap Syirik Besar (Raja’ Syirik Akbar)


Yakni berharap kepada makhluk sesuatu yang hanya
mampu dilakukan oleh Allah Ta'ala.
Seperti berharap kepada makhluk, jin, setan, gunung,
pohon, agar diberikan anak atau diberikan rezeki.
Termasuk juga, berharap kepada makhluk dengan
memalingkan salah satu ibadah kepada nya.
Seperti berharap kesembuhan kepada makhluk, dengan
mempersembahkan sedekah sesajen atau sembelihan
kepada nya.

3. Harap Terpuji (Raja' Mahmud)


Yakni seseorang melakukan amal ibadah kepada Allah
dengan harapan agar amalan nya diterima dan diberi
pahala oleh Allah Ta'ala.
Seperti orang yang bertaubat, berharap agar taubat
nya diterima dan dosa nya diampuni oleh Allah Ta'ala.

98
4. Harap Tercela (Raja' Madzmum)
Yakni seseorang berharap ampunan dan rahmat Allah,
tetapi ia terus menerus melakukan maksiat dan dosa, serta
tidak melakukan ibadah.
Ini tercela dan pada hakekatnya ia adalah angan - angan
atau harapan palsu dan semu.

---oOo---

CINTA (MAHABBAH)

Cinta itu terbagi 3 (tiga) macam :


1. Cinta Ibadah (Mahabbah Ibadah)
Yakni cinta kepada Allah yang disertai dengan
pengagungan, ketudukan dan kepatuhan kepada-Nya. Ini
termasuk rukun Ibadah.

Termasuk cinta yang bernilai ibadah juga adalah


mencintai segala hal yang Allah cintai, atau cinta untuk
Allah dan karena Allah.
Ini bisa hukum nya Wajib, seperti Cinta kepada Nabi.
Bisa hukum nya Sunnah, seperti Cinta kepada Amalan
Sunnah.

99
2. Cinta Syirik (Mahabbah Syirik)
Ini ada 2 (dua) macam :
a. Cinta yang Termasuk Syirik Kecil
Yakni cinta kepada makhluk yang membuat nya
melanggar batasan syariat, ia tidak memperdulikan lagi
sisi baik buruk yang dicintainya.

b. Cinta yang Termasuk Syirik Besar


1) Yakni Cinta kepada makhluk yang disertai dengan
pengagungan, ketudukan atau kepatuhan kepada
nya.
2) Atau Cinta kepada makhluk yang disertai
memalingkan suatu ibadah kepada nya.
Seperti cinta orang Nasrani terhadap Nabi Isa, cinta
orang musyrik terhadap berhala nya.

3. Cinta Bawaan (Mahabbah Thabi'i)


Yakni mencintai apa yang menjadi tabiat manusia.
Seperti cinta kepada keluarga, harta dan semisalnya. Ini
dibolehkan selama tidak berlebih – lebihan.

---oOo---

100
21. PASAL : TAWAKAL DAN SEBAB

TAWAKAL
Tawakal adalah
‫َّر‬
‫ب‬ ‫اسج‬ ‫لَع اا عز و‬ ‫صدق اعجٍاد اىلي‬

‫رة لكٓا‬ ‫اىٍلاىح دف اىٍضار ٌَ أمٔر ادلُ ا ا‬

‫ٌ فعو األساب‬

“Bersandarnya hati kepada Allah Azza wa Jalla dalam


usaha meraih manfaat maupun menolak mudarat (bahaya),
baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat dengan
menngerjakan sebab.”

Tawakal terbagi menjadi 2 (dua) :


1. Tawakal yang Disyariatkan
2. Tawakal yang Dilarang

Pertama : Tawakal yang Disyariatkan


Yakni Tawakal kepada Allah Ta'ala. Sebab tawakal
adalah ibadah hati, yang tidak boleh diperuntukkan kepada
selain Allah. (Lihat pengertian tawakal diatas)

101
Kedua : Tawakal yang Dilarang
Yakni Tawakal kepada selain Allah. Dan ini ada 2 (dua)
bentuk :
1. Pertama : Tawakal yang Termasuk Syirik Kecil (Syirik
Ashghar)
Yakni Tawakal kepada makhluk dalam hal yang mereka
mampu melakukan nya.
Seperti tawakal kepada penguasa mengharapkan diberi
rezeki yang Allah berikan kepada mereka.

2. Tawakal yang Termasuk Syirik Besar (Syirik Akbar)


Yakni Tawakal kepada makhluk dalam hal yang tidak
mampu dilakukan kecuali oleh Allah saja.
Seperti tawakal kepada makhluk agar dia mengampuni
dosa nya, atau memberi keturunan kepada nya, atau
syafaat kepada nya.
Termasuk jenis ini adalah tawakal kepada makhluk
dengan memalingkan salah satu bentuk ibadah kepada nya.
Baik itu doa, sedekah, shalat maupun yang lainnya.

Faidah :
Adapun mewakilkan suatu urusan kepada orang lain dalam
hal yang dia mampu, misalnya mewakilkan kepada orang
lain untuk urusan jual beli atau negosiasi, maka ini tidak
termasuk tawakal.

102
SEBAB
Sebab adalah

ٌَ ‫األمر اىِت يفعيٓا اإلن ان َلحلو ِل ٌاير دا‬

‫ادلُ ا‬ ‫ أ يِدف عِّ ٌا َيلاا ٌَ مرْٔب‬, ‫ٌطئب‬

‫رة‬ ‫ا‬ ‫أ‬

“Berbagai perkara yang dilakukan manusia untuk


mendapatkan apa yang di inginkan nya atau terhindar dari
segala yang ditakutkan nya dari berbagai urusan dunia dan
akhirat.”

Asbab (Sebab - Sebab) Terbagi 2 (dua) :


a. Asbab Ma'lumah (Sebab yang Jelas)
Yakni sebab - sebab yang diketahui secara pasti ada
hubungan sebab akibat, baik itu ditetapkan berdasarkan
dalil syar'i (Sebab Syar'i) atau yang ditetapkan berdasarkan
pengalaman dan penelitian (Sebab Qadari) yang kongkret
(ilmiah).

Contoh Sebab Syar'i, madu sebagai obat.


Contoh Sebab Qadari, Obat Sakit perut.

103
b. Asbab Mauhumah (Sebab yang Tidak Jelas)
Yakni sebab - sebab yang bersifat hayalan atau tidak ada
kejelasan antara hubungan sebab akibat, sebab seperti ini
tidak ditetapkan berdasarkan dalil syar'i atau pun qadari
(penelitian atau pengalaman).

Pertama : Asbab Ma'lumah terbagi 4 (empat) :


1. Sebab yang Disyariatkan
Yakni Sebab yang disyariatkan, baik itu bersifat
hukumnya Wajib maupun Sunnah dalam syariat.

2. Sebab yang Mubah


Yakni setiap sebab akibat yang ditetapkan oleh syariat
atau antara sebab akibat ada hubungan yang bisa
dibuktikan dengan logika atau panca indra melalui
penelitian atau pengamatan. Sebab jenis ini dibolehkan
syariat.

3. Sebab yang Makruh


Yakni Sebab ini asal nya Sebab yang dibolehkan
(Mubah), hanya saja dalil syariat menunjukkan bahwa hal
itu Makruh hukum nya. Seperti berobat dengan Kay (Besi
Panas).

104
4. Sebab yang Haram
Yakni Sebab yang diharamkan dalam syariat. Termasuk
kedalamnya Sebab yang tradisional. Seperti menyembelih
menggunakan tulang atau kuku atau membunuh hewan
dengan api.

Kedua : Asbab Mauhumah terbagi 2 (dua) :


1. Sebab yang Termasuk Syirik Besar (Akbar)
2. Sebab yang Termasuk Syirik Kecil (Ashghar)

Kaidah Asbab (Sebab Sebab)


1. Pertama : Orang yang mengambil Sebab yang tidak
dijadikan oleh Allah Ta'ala sebagai Sebab, baik itu sebab
Syar'i atau Qadari. Maka dia telah berbuat Syirik Kecil
(Ashghar). Namun, jika ia meyakini bahwa sebab
tersebutlah yang memberikan pengaruh dengan
sendirinya tanpa kehendak Allah, maka dia telah berbuat
Syirik Besar (Akbar).

2. Kedua : Orang yang mengambil Sebab, baik itu Sebab


Syar'i atau Sebab Qadari, hatinya tetap harus
bergantung kepada Allah Ta'ala. Dan tidak boleh baginya
bergantung kepada Sebab.

105
Jika dia bergantung kepada sebab tersebut, maka dia telah
jatuh kedalam kesyirikan. Bisa jadi dia jatuh kedalam syirik
besar, bisa jadi kedalam syirik kecil, tergantung niat dan
keyakinan nya terhadap sebab tersebut.

3. Ketiga : Tidak menganggap sesuatu itu sebagai Sebab,


kecuali apa yang telah ditetapkan sebagai Sebab Syar'i
atau Sebab Qadari.

4. Keempat : Tidak bergantung kepada Sebab, tetapi


bergantung kepada Allah Ta'ala, Tuhan yang menjadikan
sesuatu itu sebagai Sebab. Dengan tetap melakukan
sebab yang disyariatkan lagi bermanfaat.

5. Kelima : Hendaknya meyakini bahwa sebesar dan


sekuat apapun Sebab itu memiliki dampak dan
pengaruh, ia tetap terikat dengan takdir Allah Ta'ala, dan
tidak mungkin keluar dari itu.

Para Ulama mengatakan :


“Bergantung kepada Sebab semata adalah Syirik.
Menafikan (meniadakan) Sebab yang merupakan Sebab
adalah Kurang Akal.
Berpaling dari Sebab secara Keseluruhan
adalah Dicela oleh Syariat.”

106
22. PASAL : RUQYAH DAN TAMIMAH

RUQYAH
Ruqyah adalah

ّ‫االكٍات اىِت ثلرأ دلف اْل ا أ رفع‬

“Kalimat yang dibacakan untuk menolak keburukan atau


menghilangkan keburukan.”

Ruqyah terbagi menjadi 2 (dua) :


1. Ruqyah yang Dibolehkan
2. Ruqyah yang Dilarang

Pertama : Ruqyah yang Dibolehkan


Yakni Bacaan atau Tiupan yang dibacakan kepada orang
lain atau diri sendiri untuk mendapatkan kesembuhan dan
keselamatan, baik bacaan itu berasal dari al-Quran atau as-
Sunnah. Ini juga dinamakan Ruqyah Syar'iyyah.
Ruqyah ini harus memenuhi 4 (empat) syarat :
1. Tidak meyakini bahwa Ruqyah ini bermanfaat dengan
sendirinya.
2. Tidak boleh ada sesuatu yang melanggar syariat atau
perkara haram dalam Ruqyah.

107
3. Ruqyah dilakukan dengan kata - kata yang dapat
dipahami dan diketahui makna nya.
4. Orang yang meruqyah bukan Dukun atau Peramal.

Bacaan terbaik didalam melakukan Ruqyah adalah ayat -


ayat al-Quran, kemudian doa - doa yang diajarkan Nabi
Shallallahualaihi wa sallam, setelah itu doa yang
bermanfaat lain nya.

Kedua : Ruqyah yang Dilarang


Yakni Ruqyah yang tidak memenuhi syarat - syarat
Ruqyah yang dibolehkan. Bisa jadi karena ada perkara
haram didalam nya atau mengandung kesyirikan.

1. Ruqyah Haram
Yakni Ruqyah yang didalam pelaksanaan nya terdapat
perkara yang haram (dilarang) syariat atau perkara baru
didalam agama (bid'ah)
Bentuk - bentuknya banyak diantaranya :
a. Ruqyah dengan bacaan yang tidak jelas dan tidak bisa
dipahami. Seperti kata yang tidak bermakna, atau huruf -
huruf yang terpotong potong.
b. Meruqyah dalam keadaan Junub
c. Meruqyah dikamar Mandi atau di Kuburan
d. Meruqyah sesuai dengan ilmu perbintangan (zodiak)

108
e. Meruqyah dengan Rajah – Rajah dan Simbol - Simbol
tertentu.

2. Ruqyah Syirik
Yakni Ruqyah yang didalam pelaksanaan nya terdapat
kesyirikan.
Ini ada 2 (dua) bentuk :
a. Termasuk Syirik Kecil (Syirik Ashghar)
Yakni Peruqyah atau Orang yang di Ruqyah, bersandar
kepada Ruqyah dengan tetap meyakini bahwa Allah-lah
yang menyembuhkan nya.

b. Termasuk Syirik Besar (Syirik Akbar)


Yakni Peruqyah atau Orang yang di Ruqyah melakukan
salah satu bentuk kesyirikan berikut ini :
1) Meminta atau berdoa kepada selain Allah.
2) Melakukan praktek perdukunan didalam Ruqyah seperti
menyembelih untuk Jin
3) Bersandar kepada Ruqyah dengan meyakini bahwa
Ruqyah itu bisa berpengaruh dengan sendirinya tanpa
kehendak Allah.

---oOo---

109
TAMIMAH (JIMAT – JIMAT)
Tamimah adalah

‫لك ٌا يعيق لَع اىٍرض أ األطفال أ اْلٓااً أ‬

ّ‫ْا ٌَ ثعا ذ دلف اْل ا أ رفع‬

“Segala hal yang digantungkan pada orang sakit, anak –


anak, hewan ternak, atau selain nya untuk menangkal bala‟
(mara bahaya) atau (untuk) menghilangkan nya.”

Tamimah ini banyak jenis nya, diantaranya bentuk Jimat


(Hijb) dan Jampi - jampi (Ruqa) yang ditulis oleh Dukun.
Yang memuat tulisan dan matera serta simbol yang tidak
bisa dipahami, bisanya mengandung kesyirikan atau
meminta pertolongan kepada Setan.

Tamimah ini biasanya digantungkan dileher atau kaki atau


tangan anak anak, binatang ternak, barang dagang, pintu
rumah, dan lain nya. Baik itu untuk menangkal penyakit
atau bahaya, atau mencari sebab kesembuhan.

Termasuk kedalam Tamimah ini adalah jimat pelaris


dagang.

110
Semua tamimah ini diharamkan, bahkan termasuk
kesyirikan.
Dalam 2 (dua) bentuk kesyirikan :
1. Pertama : Jika pemakai jimat (tamimah) ini meyakini
bahwa jimat tersebut dapat memberikan manfaat dengan
sendirinya. Maka ia terjatuh kedalam Syirik Akbar
(Syirik Besar).

2. Kedua : Jika pemakai jimat (tamimah) ini meyakini


bahwa Allah-lah yang memberikan manfaat, sedangkan
jimat tersebut hanya sebagai perantara nya. Maka dia
jatuh kedalam Syirik Ashghar (Syirik Kecil).

Jimat Bentuk Ayat Al-Quran dan Semisalnya


Adapun memakai atau menggantungkan jimat (Tamimah)
berupa ayat al-Quran, atau Doa atau Dzikir Syar'i. Maka
Para Ulama berbeda pendapat dalam hal ini.
Pendapat yang benar adalah hal ini dilarang (Haram)
dengan 3 (tiga) alasan :
1. Alasan Pertama : Nabi Shallallahualaihi wa sallam
melarang seluruh bentuk Jimat (Tamimah), dan ini
bersifat umum. Dan tidak ada dalil yang mengkhususkan
(mengecualikan) nya.
2. Alasan Kedua : Jika jimat sejenis ini pakai, maka hal itu
akan menyebabkan orang yang memakai nya

111
menghinakan atau melecehkan ayat al-Quran, Doa,
Dzikir Syar'i tersebut. Seperti dibawak ke wc, terkena
najis dan kotoran serta lain nya.
3. Alasan Ketiga : Sebagai tindakan pencegahan
(preventif), agar menutup pintu keburukan lain nya.

Memakai Benang atau Kalung Untuk Hiasan


Hukum menjadikan Benang atau Kalung atau selain nya
sebagai hiasan (aksensoris), bukan untuk tujuan
memperoleh manfaat atau menolak bahaya.
Ini ada 2 (dua) bentuk :
1. Jika yang dipakai itu menyerupai atau yang biasa
dijadikan sebagai jimat. Maka haram memakai nya,
karena itu termasuk menyerupai orang yang biasa
memakai jimat.

2. Jika yang dipakai itu tidak menyerupai atau tidak biasa


dijadikan sebagai jimat. Maka jenis ini boleh dipakai
sebagai hiasan untuk perempuan.

---oOo---

112
23. PASAL : THIYARAH DAN AL-FA'LU

THIYARAH (Anggapan Sial)


Thiyarah atau Tathayyur adalah

‫ٍْا‬ ‫اىتلاؤ بٍريئ أ م ٍٔع أ‬

“Menyandarkan kesialan kepada yang dilihat, atau yang


didengar atau yang lain nya (yang bersifat tidak jelas).”

Misal nya, salah seorang ingin melakukan perjalanan,


maka ia melepaskan burung. Jika burung tersebut terbang
ke arah kanan nya, maka ia menjadi optimis, lalu ia
bertekad untuk melakukan perjalanan itu. Namun jika
burung tersebut terbang ke arah kiri nya, maka ia meramal
sial, jika dia tetap melakukan perjalanan tersebut sehingga
dia tidak jadi melakukan perjalanan nya.

Jenis Thiyarah (Tathayyur) ini banyak jenisnya, seperti :


1. Merasa sial dengan melihat orang mengalami suatu
kejadian
2. Merasa sial dengan mendengar perkataan buruk
3. Merasa sial dengan tempat atau waktu (hari atau bulan)
tertentu

113
4. Merasa sial dengan angka tertentu
5. Merasa sial dengan hewan tertentu

Thiyarah ada 2 (dua) macam :


1. Termasuk Syirik Ashghar (Syirik Kecil)
Yakni meyakini bahwa segala sesuatu tadi sebagai
sebab yang bisa memberikan manfaat dan menolak bahaya
(mudarat), bukan secara dzatnya sendiri. Ini hanya sebagai
perantara saja.

2. Termasuk Syirik Akbar (Syirik Besar)


Yakni meyakini bahwa segala sesuatu tadi bisa
memberikan manfaat dan menolak bahaya dengan
sendirinya, selain Allah.

AL-FA'LU (Optimisme)
Al-Falu adalah segala sesuatu yang memberikan semangat
kepada manusia untuk melakukan sesuatu yang terpuji,
baik berupa perkataan atau perbuatan, baik sesuatu yang
dilihatnya atau didengar nya tanpa disengaja.

Perbedaan Thiyarah dan Al-Fa'lu


1. Thiyarah dipandang sebagai sebab keberhasilan atau
kegagalan. Sedangan al-Fa’lu tidak, ia hanya sebagai
motivasi untuk mengerjakan sesuatu.

114
2. Thiyarah termasuk berburuk sangka kepada Allah,
bertawakkal kepada selain Allah, memutuskan harapan
dan menduga adanya bencana serta berputus asa dari
kebaikan. Sedangkan al-Fa'lu adalah baik sangka
kepada Allah, berharap kepada-Nya, memotivasi diri
untuk bersemangat melakukan sesuatu dan memohon
kepada Allah, merendam rasa takut dan menumbuhkan
cita – cita yang tinggi.

---oOo---

24. PASAL : SIHIR, PERDUKUNAN DAN RAMALAN

Sihir adalah

‫علد رق أ كرااات ريق ط سً يجٔصو بٓا‬

‫اا ا ر إَل اسجخدا اال اطْي ف ٍا ير د بّ ٌَ رضر‬

‫اىٍ حٔر‬

“Buhul (ikatan), atau jampi – jampian, atau bacaan atau


rajah (huruf dan simbol tertentu) yang dijadikan sebagai
sarana oleh penyihir untuk memanfaatkan jasa setan agar
menyakiti orang yang akan disihirnya.”

115
Termasuk juga kedalam Sihir yakni

ّ‫بدن اىٍ حٔر عليّ إردث‬ ‫أد ة علاك ث ثر‬

‫ ْٔ ٌاي ىم باارص‬, ‫ٍ و‬ ‫فج دا يِرص‬

‫اىعط‬

“Obat atau ramuan yang menimbulkan pengaruh pada


badan, jiwa maupun keinginan orang yang dijadikan target
sihir, sehingga target mau melakukan atau meninggalkan
sesuatu sesuai dengan yang di inginkan penyihir. Jenis
terakhir ini dikenal dengan sihir Sharaf dan Athaf (Guna
Guna atau Pelet).”

Hukum Sihir
a. Termasuk Kekafiran dan Kesyirikan
Yakni sihir yang didalam prakteknya menggunakan
bantuan atau jasa setan. Sebab untuk meminta bantuan
setan, penyihir melakukan beberapa bentuk kekufuran dan
kesyirikan.
Seperti menyembelih untuk setan, atau menginjak injak
al-Quran atau lain nya. Semakin kufur dia kepada Allah,
maka semakin mau setan membantu nya. Orang yang

116
melakukan jenis sihir ini, telah jatuh kedalam kekufuran dan
kesyirikan.

b. Termasuk Dosa Besar yang Membinasakan


Yakni sihir yang didalam prakteknya tidak menggunakan
bantuan setan, dia hanya menggunakan obat atau ramuan
tertentu.

Tanda Tanda Tukang Sihir, Dukun dan Peramal


1. Bertanya kepada si sakit nama nya dan nama orangtua
nya saat proses pengobatan.
2. Mengambil salah satu benda yang digunakan oleh orang
sakit, Seperti baju, sapu tangan dan lain nya.
3. Menulis mantra - mantra atau doa yang mengandung
kesyirikan.
4. Meminta satu jenis hewan tertentu dengan sifat tertentu,
terkadang dia menyembelih untuk tempat tertentu atau
menyiramkan darah hewan tersebut kepada tempat
tertentu.
5. Membacakan mantra yang tidak bisa dipahami lafazh
dan makna nya.
6. Terkadang dia memberitahukan kepada si pasien nama,
tempat tinggal, masalah yang dihadapi pasien nya.
Padahal pasien tersebut belum berbicara kepada nya.

117
7. Memberikan benda tertentu kepada si sakit (pasien nya),
agar ditanam didalam rumah atau diluar rumah atau
ditempat tertentu.
8. Menyuruh orang yang sakit untuk mengasingkan diri dari
orang lain dalam waktu tertentu atau tidak menyentuh air
dalam waktu tertentu.
9. Menuliskan jimat - jimat, biasanya berupa simbol, huruf,
atau angka.

Cara Mengobati Sihir


1. Mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
dan memperbaiki hubungan dengan-Nya, terutama
memperbaiki aqidah dan shalat.
2. Melakukam ruqyah yang syar'i, bisa dengan membaca
ayat - ayat al-Quran dan doa - doa perlindungan.
3. Berusaha untuk mengetahui dan mencari tempat
disimpan nya ikatan (buhul) sihir. Jika sudah ketemu,
segera dimusnahkan.

ََْ ُ ‫َ ْ َ َّر‬
DUKUN ٌَِ ْ ‫ اى‬dan PERAMAL ‫ اىعرا‬adalah setiap orang

yang mengaku mengetahui perkara ghaib yang terjadi dan


yang akan terjadi dengan cara tertentu atau isyarat - isyarat
tertentu, biasanya mereka dibantu oleh Setan yang mencuri
kabar berita dari langit yang sudah ditambah dengan

118
kedustaaan. Masuk kedalam istilah ini al-'Araaf ini Dukun,
Ahli Nujum, Peramal dan semacam nya.
Contoh praktek perdukunan dan peramalan seperti
mengabarkan apa yang bakal terjadi dan apa akibatnya,
menunjukkan mana tempat sesuatu yang hilang dan lain
nya. Yang semua itu pada hakekatnya memohon bantuan
dari setan.
Praktek Perdukunan, Peramalan, dan sejenisnya
termasuk kesyirikan. Karena pelakunya mengaku
mengetahui masalah ghaib dan mendekatkan diri kepada
selain Allah dengan suatu bentuk ibadah.

Hukum Bertanya Kepada Dukun atau Peramal


Ini ada beberapa bentuk dan hukum, yakni :
1. Seseorang yang sekedar bertanya kepada dukun atau
peramal tanpa sikap membenarkan atau menuruti
ucapan nya. Ini termasuk perbuatan yang haram.

2. Seseorang bertanya kepada dukun atau peramal lalu dia


membenarkan ucapan nya atau menuruti perintahnya
nya. Pelakunya ada dalam dua kondisi :
a. Jika dia meyakini bahwa dukun tersebut mengetahui
ilmu ghaib atau sesuatu yang ghaib. Maka dia jatuh
kedalam Kufur Akbar (Kufur Besar), yang bisa
mengeluarkan nya dari Islam.

119
b. Jika dia meyakini bahwa ucapan si dukun tersebut
adalah bisikan dari setan, maka ia terkena hukuman :
1) Shalatnya tidak diterima selama 40 hari 40 malam.
2) Dia terjatuh kedalam Kufur Ashghar (Kufur Kecil)
dan Dosa Besar.

3. Seseorang bertanya kepada dukun atau peramal dengan


tujuan untuk mengujinya, apakah ia jujur ataukah dusta.
Bukan untuk mempercayai ucapan nya. Tetapi untuk
mengingkari nya, membongkar kedustaan nya dan
menampakkan kelemahan nya dihadapan manusia. Ini
termasuk perkara Amar ma'ruf Nahi Munkar yang
diharapkan, yang bisa menjadi hukumnya wajib.

Termasuk kedalam nya bertanya kepada penyihir


tentang dimana dia meletakkan ikatan (buhul) sihir nya,
untuk kita musnahkan. Ini dibolehkan.

---oOo---

120
25. PASAL : MUKJIZAT PARA NABI
DAN KAROMAH PARA WALI

MUKJIZAT adalah

‫أمر ارق ايعادة جير لَع أيد األُب اا ادل ىة لَع‬

‫صدكًٓ ٌ س ٌة اىٍعار ة‬

“Suatu kejadian luar biasa yang terjadi lewat tangan para


Nabi untuk membuktikan kebenaran (risalah atau nubuwah)
mereka, serta (manusia) tidak mungkin (dapat)
menandinginya.”

Sedangkan, KAROMAH adalah

ْٔ ‫ٌلر ن بدعٔى اّنلبٔة‬ ‫أمر ارق ايعادة‬

‫ ثظٓر لَع يدعبد ظاْر اال ح‬, ‫ٌلدٌة ىٓا‬

‫ملحٔب بلح ح ا عجلاد اىعٍو االيح‬

121
“Suatu kejadian luar biasa yang tidak disertai pengakuan
kenabian dan bukan pula sebagai tanda awal pembuka
kenabian, yang terjadi lewat tangan hamba Allah yang
tampak keshalehan nya disertai keyakinan yang benar dan
amalan yang shaleh.”

Perbedaan Mukjizat dan Karomah


1. Pertama : Mukjizat khusus terjadi pada para Nabi,
sedangkan Karomah terjadi pada Wali Allah.
2. Kedua : Mukjizat itu termasuk tanda kenabian atau
memperkuat risalah kenabian. Sedangkan Karomah tidak
demikian. Karomah didapat karena mengikuti ajaran Nabi
dan istiqomah (komitmen) menjalankan syariat Nabi.
Maka dari itu Wali Allah adalah orang orang yang
beriman kepada Allah lagi bertakwa serta mengikuti jalan
Nabi (as-Sunnah) dan menjauhi hal yang baru didalam
agama (Bid'ah).
3. Ketiga : Mukjizat terhenti dengan wafat nya para Nabi.
Kecuali al-Quran. Sedangkan Karomah tetap masih ada
ditengah - tengah umat ini sampai hari kiamat.

Syarat Karomah ada 3 (tiga) :


1. Tidak mengklaim kenabian
2. Tampak keshalehan pada dirinya secara zhahir
3. Selamat Aqidah nya dari penyimpangan

122
Diantara Contoh Mukjizat para Nabi dan Rasul :
1. Kapal nya Nabi Nuh Alaihissalam
2. Unta nya Nabi Shaleh Alaihissalam
3. Api tidak membakar Nabi Ibrahim Alaihissalam
4. Lunak nya besi dan bertasbihnya gunung serta burung
bersama Nabi Dawud Alaihissalam.
5. Ditundukkannya angin, burung, dan jin untuk Nabi
Sulaiman Alaihissalam.
6. Tongkat nya Nabi Musa Alaihissalam.
7. Menyembuhkan berbagai penyakit dan menghidupkan
orang yang mati bagi Nabi Isa Alaihissalam.
8. Isra' Mi'raj dan Terbelahnya bulan oleh Nabi Muhammad
Shallallahualaihi wa sallam.

Diantara Contoh Karomah :


1. Cahaya yang memancar pada tongkat Usaid bin Hudhair
dan Abbad bin Bisyr
2. Tunduknya Singa kepada Safinah (pembantu nabi)
3. Teriakan Umar di Madinah yang terdengar di negeri
Syam.
4. Ashabul Kahfi, tidur dalam waktu yang sangat lama.
5. Bayi Ashabul Ukhdud yang Berbicara kepada Ibunya
saat masih kecil.
Meyakini Mukjizat dan Karomah adalah wajib hukumnya
dan mengingkarinya termasuk penyimpangan dalam aqidah

123
26. PASAL : BERHUKUM
SELAIN DENGAN HUKUM ALLAH

Hukum itu ada 3 (tiga) jenis :


ُ َ ْ ْ ُْ َ
1. Al-Hukmul Munazzal ‫ْلك ًُ اا ٍُ َّر ل‬‫ا‬
ُ َ ْ ْ ُْ َ
2. Al-Hukmul Muawwal ‫ْلك ًُ اا ٍُ َّر ل‬‫ا‬
ُ ْ ْ ُْ َ
3. Al-Hukmul Mubaddal ‫ْلك ًُ اا ٍُ َب َّردل‬‫ا‬

ُ َ ْ ْ ُْ َ
Pertama : Al-Hukmul Munazzal ‫ْلك ًُ اا ٍُ َّر ل‬ ‫ا‬

Yakni hukum yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa


Ta‟ala, berupa syari‟at Allah yang terdapat didalam al-Quran
maupun as-Sunnah. Semuanya adalah kebenaran yang
nyata. Hukum ini meliputi aqidah, ibadah, akhlak, adab,
muamalah dan lain nya.
Berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta‟ala ini adalah kewajiban atas seluruh
Umat Islam, baik secara individu ataupun kelompok, baik ia
seorang penguasa maupun rakyat. Adapun pelaksanaan
hukum yang berkaitan dengan perkara hukum pidana
seperti hukum Had, Qishas, Ta‟zir dan lain nya, merupakan
kewajiban atas Ulil Amri (Pemerintah) untuk melaksanakan
nya.

124
ُ َ ْ ْ ُْ َ
Kedua : Al-Hukmul Muawwal ‫ْلك ًُ اا ٍُ َّر ل‬ ‫ا‬

Yakni hukum yang ditafsirkan, ia adalah hasil dari ijtihad


para Ulama, yang bisa saja benar dan bisa salah. Hukum ini
bertujuan untuk melengkapi hukum munazzal yang masih
bersifat umum.

ُ ْ ْ ُْ َ
Ketiga : Al-Hukmul Mubaddal ‫ْلك ًُ اا ٍُ َب َّردل‬ ‫ا‬

Yakni Hukum yang dirubah atau penganti, maksud nya


berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah Ta‟ala,
padahal Allah Ta‟ala telah mengatur urusan tersebut.

Secara umum, Syirik Dalam Hukum, Tasyri’


(Pensyariatan) dan Ketaatan ada 6 (enam) bentuk :
1. Meyakini bahwa hukum selain dari hukum Allah lebih
utama atau sebanding dengan nya.

2. Meyakini bolehnya berhukum kepada selain hukum


Allah.

3. Membuat peraturan atau perundang – undangan yang


bertentangan dengan apa yang dijelaskan dalam al-
Quran dan as-Sunnah serta berhukum padanya, dengan
meyakini bolehnya berhukum pada undang – undang
tersebut atau meyakini bahwa undang – undang tersebut

125
lebih baik daripada hukum Allah atau sebanding dengan
nya.

4. Berhukum dengan adat istiadat nenek moyang atau suku


dengan menyakini bahwa hukum adat tersebut lebih baik
daripada hukum Allah atau sebanding dengannya atau
meyakini boleh nya berhukum dengan nya dan
meninggalkan hukum Allah.

5. Mentaati orang yang berhukum kepada selain hukum


Allah dengan perasaan ridha, dan membenci hukum
Allah atau menganggap hukum Allah tidak sesuai lagi
dengan zaman nya.

6. Mengajak orang lain untuk tidak berhukum dengan


hukum Allah karena membencinya atau karena
memerangi Islam.

Ini semua termasuk perkara yang bisa mengeluarkan


pelaku nya dari Islam.

---oOo---

126
27. PASAL : KEWAJIBAN UNTUK
MENTAATI PEMIMPIN MUSLIM

Kepemimpinan didalam Islam dapat ditetapkan melalui


salah satu dari 3 (tiga) cara :
1. Cara Pertama : Bai’at
Sebagaimana para Sahabat membai‟at Abu Bakar as-
Shiddiq Radhiyallahu‟anhu setelah wafatnya Rasulullah
Shallallahu‟alaihi wa sallam untuk menjadi pemimpin
selanjutnya.

ُ َ ْ ْ َْ
2. Cara Kedua : Istikhlaf ‫ا ِسج ِخ‬

Istikhlaf yakni penyerahan tampuk kekuasaan dan


kepemimpinan oleh penguasa sebelumnya. Sebagaimana
yang ditempuh Abu Bakar ketika menunjuk Umar
Radhiyallahu‟anhu sebagai penggantinya.

َ َْ
3. Cara Ketiga : al-Istila’ ‫ا ِْست ِ ْ ُا‬

Istila‟ (Kudeta) yakni pengambil alih kekuasaan dengan


menggunakan kekuatan dan senjata untuk merebut tampuk
kepemimpinan.

127
Hak Pemimpin Muslim ada 10 (sepuluh) yakni :
1. Mendengar dan taat kepada pemimpin dalam semua
situasi dan kondisi, selama bukan perkara maksiat
kepada Allah Ta‟ala.
2. Tidak melawan pemimpin, apabila pemimpin tidak
menerima nasehat dari rakyat.
3. Memberi nasehat dan pengarahan yang baik kepada
pemimpin.
4. Menegur kesalahan pemimpin dengan cara yang paling
baik dan penuh hikmah lagi bijaksana.
5. Tidak boleh memberontak kepada pemimpin selama
tidak nampak kekafiran yang nyata dari mereka.
6. Tidak boleh menghasut masa untuk melawan
pemimpin, apalagi sampai mengangkat senjata
melawan mereka.
7. Mendoakan kebaikan untuk pemimpin.
8. Mencintai pemimpin dan membantu mereka dalam
kebaikan.
9. Menjaga kehormatan pemimpin dan tidak mencemari
nama baik pemimpin.
10. Wajib menjaga keamanan, keutuhan dan persatuan
kaum Muslimin serta dilarang menimbulkan fitnah dan
kekacauan ditengah masyarakat.

128
4 (Empat) Golongan Manusia Dalam Menyikapi
Penyimpangan dan Kesalahan Penguasa (Pemimpin) :
1. Pertama : Tidak mampu mengingkari nya dengan lisan,
namun dia membenci keburukan itu didalam hati nya.
Maka dia termasuk orang yang diberi udzur.
2. Kedua : Mengingkari keburukan itu sesuai dengan kadar
kemampuan nya. Maka dia selamat.
3. Ketiga : Ridha terhadap penyimpangan penguasa tanpa
ikut melaksanakan nya. Maka dia tercela, walaupun dia
tidak mengikutinya.
4. Keempat : Mengikuti penyimpangan para penguasa.
Maka dia mendapat bagian dosa dari hal itu dan sama
dengan penguasa dalam maksud dan perbuatan.

Tindak Tanduk Penguasa (Pemimpin) yang Dilakukan


nya Untuk Dirinya Sendiri, ini terbagi kedalam 5 (lima)
bentuk :
1. Bentuk Pertama : Penguasa menjalankan ketaatan baik
yang bersifat wajib ataupun sunnah. Maka rakyat wajib
bersikap loyalitas kepada penguasa, mencintainya dan
menolongnya.

2. Bentuk Kedua : Penguasa mengerjakan hal – hal yang


bersifat mubah (boleh). Dalam hal ini penguasa tidak
dicintai dan tidak juga dibenci.

129
3. Bentuk Ketiga : Penguasa meninggalkan hal – hal yang
bersifat sunnah dan mengerjakan hal – hal yang bersifat
makruh. Ini terbagi kedalam 2 (dua) bentuk :
a. Jika perbuatan itu berimbas atau berhubungan dengan
dirinya sendiri, seperti tidak shalat malam, atau puasa
sunnah. Maka mereka tidak diingkari dan tidak
dibenci. Karena meninggalkan perkara yang sunnah
dan melakukan yang makruh bukanlah maksiat.
b. Jika perbuatan itu berimbas kepada orang lain, seperti
menjadi imam shalat namun dia mengakhirkan shalat
hingga keluar dari waktu yang utama tanpa adanya
maslahat. Maka rakyat boleh menasehati penguasa
sesuai kemampuan dan ilmunya.
Jika penguasa tidak menerima nasehatnya, maka tidak
boleh bagi nya menimbulkan pertikaian dengan penguasa.
Karena menghindari timbulnya fitnah lebih didahulukan
diatas amalan yang bernilai sunnah.

4. Bentuk Keempat : Penguasa melakukan hal – hal yang


bersifat haram, baik itu dosa kecil ataupun dosa besar,
selama tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam,
seperti dia melakukan kezhaliman, atau pelanggaran hak
rakyat nya.

130
Maka rakyat wajib melakukan beberapa hal berikut :
a. Wajib membenci perbuatan tersebut dan
mengingkarinya secara rahasia (tidak terang –
terangan) serta wajib berlemah lembut kepada mereka
dalam menasehati penguasa.
b. Wajib bersabar atas penguasa yang zhalim dan tetap
memberikan atau menunaikan hak mereka, serta tidak
merebut kekuasaan dan tidak melepaskan ketaatan
dari mereka sebab kezhaliman mereka. Rakyat boleh
menuntut haknya kepada penguasa dengan lemah
lembut dan santun tanpa menimbulkan fitnah yang
lebih besar.
c. Tidak boleh menuntut penggulingan kekuasaan nya
dan memberontak kepada nya.

5. Bentuk Kelima : Penguasa mengeluarkan pernyataan


atau melakukan perbuatan yang menyebabkan pelakunya
menjadi kafir, seperti Syirik, Kufur dan Nifaq Akbar (Besar).
Maka rakyat hendaknya menasehati mereka secara rahasia
dengan hikmah dan bijaksana.
Adapun setelah nya tidak terlepas dari dua hal :
a. Jika penguasa meninggalkan perbuatan tersebut dan
bertaubat darinya, maka dia tetap pada statusnya
sebagai penguasa dan pemerintahan nya tetap diakui.

131
b. Jika penguasa tetap melakukan perbuatan kekufuran
tersebut. Maka rakyat boleh menggulingkan
kekuasaan penguasa, jika syarat – syarat berikut ini
terpenuhi :
1) Pertama : Perbuatan atau pernyataan mereka
benar – benar perbuatan yang menjadikan
pelakunya kafir
2) Kedua : Kekafiran yang dilakukan nya adalah
kekafiran yang nyata dan tersebar, diketahui oleh
khalayak umum. Bukan kekafiran yang
tersembunyi, yang kemudian dicari – cari atau
dimata – matai.
3) Ketiga : Kekafiran yang dilakukan nya adalah
kekafiran yang tegas hukumnya.
4) Keempat : Telah ditegakkan hujjah (dalil) atas apa
yang dilakukan nya serta hilang syubhat darinya.
5) Kelima : Kaum Muslimin memiliki kemampuan untuk
menggulingkan nya.
6) Keenam : Proses penggulingan nya tidak
menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada
kerusakan yang terjadi, jika ia tetap berkuasa.
7) Ketujuh : Penggulingan nya dilakukan berdasarkan
tinjauan Ahlul Halli wal „Aqdi, yang terdiri dari Ulama
dan Umara serta tokoh masyarakat yang memiliki

132
kapasitas ilmu dalam menimbang permasalahan
besar, maslahat dan mafsadar yang akan
ditimbulkan setelah nya.

Tindak Tanduk Penguasa (Pemimpin) yang Dilakukan


nya Berkaitan Dengan Perintah dan Larangan yang ia
Berlakukan atas Orang lain, ini ada beberapa bentuk :
1. Bentuk Pertama : Penguasa memerintahkan untuk
mengerjakan hal yang wajib. Maka rakyat wajib mentaati
nya.

2. Bentuk Kedua : Penguasa memerintahkan untuk


menjalankan hal yang sunnah atau penguasa
memerintahkan untuk meninggalkan hal yang makruh
(dibenci). Maka ini ada dua keadaan :
a. Pertama : Jika perintah tersebut hanya bersifat
himbauan saja atau motivasi dan dorongan saja, tanpa
mengharuskan rakyat untuk mentaatinya. Maka dalam
hal ini rakyat dianjurkan (disunnahkan) untuk
melaksanakan perintah tersebut.
b. Kedua : Jika perintah tersebut bersifat keharusan
untuk dilaksanakan oleh rakyat, dengan pertimbangan
adanya maslahat yang harus diwujudkan. Maka dalam
hal ini rakyat wajib mengerjakan yang sunnah dan

133
haram mengerjakan yang makruh, berdasarkan
perintah penguasa dengan sebab ada nya maslahat
yang ingin diwujudkan.

3. Bentuk Ketiga : Penguasa memerintahkan untuk


mengerjakan atau meninggalkan hal yang mubah
(boleh). Maka dalam hal ini rakyat wajib mentaati
penguasa semampunya karena ada maslahat
didalamnya. Seperti mentaati peraturan lalu lintas.

4. Bentuk Keempat : Penguasa memerintahkan untuk


meninggalkan hal yang sunnah (dianjurkan) atau
mengerjakan hal yang makruh (dibenci). Maka dalam hal
ini ada dua keadaan :
a. Pertama : Jika perintah tersebut tidak ada maslahat,
seperti larangan melakukan ibadah sunnah. Maka
pendapat yang kuat adalah bahwa rakyat tidak wajib
mentaati mereka dalam perintah tersebut. Kecuali jika
dikhawatirkan timbul perselisihan atau pertikaian yang
dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar.

b. Kedua : Jika perintah tersebut ada maslahat


(manfaat) nya, seperti larangan bagi pegawai negeri
untuk mengerjakan shalat sunnah dhuha agar tidak

134
melalaikan pekerjaan nya. Maka dalam hal ini rakyat
wajib mentaati perintah penguasa tersebut karena ada
maslahat nya.

5. Bentuk Kelima : Penguasa memerintahkan untuk


meninggalkan hal yang wajib atau mengerjakan hal yang
haram (maksiat). Maka rakyat tidak boleh mentaati
perintah tersebut. Namun perbuatan penguasa tersebut
tidak menggugurkan hak kekuasaan nya dan tidak pula
menghalangi rakyat untuk mentaati mereka dalam
menjalankan perintah mereka yang mengandung
kebaikan. Selain itu, rakyat wajib menasehati penguasa
dengan cara baik dan rahasia sesuai dengan kaidah
agama.

---oOo---

28. PASAL : AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

Al-Ma’ruf adalah segala hal yang dianggap baik oleh


syariat, ia merupakan sesuatu yang diperintahkan untuk
dilaksanakan.

Sedangkan al-Munkar adalah segala hal yang dianggap


buruk oleh syariat, ia merupakan sesuatu yang
diperintahkan untuk dijauhi atau dilarang untuk dikerjakan.

135
Standar didalam mengetahui suatu hal itu termasuk al-
Ma‟ruf dan al-Munkar adalah al-Quran dan as-Sunnah.

‘Amar Ma’ruf adalah menyeru manusia untuk melakukan


perbuatan yang baik, yakni segala apa yang dicintai Allah.
Nahi Munkar adalah mencegah manusia dari mengerjakan
perbuatan yang buruk yakni segala apa yang dibenci dan
dilarang Allah.

Hukum asal, „Amar Ma‟ruf Nahi Munkar adalah Fardhu


Kifayah (Wajib Kifayah). Namun terkadang menjadi Fardhu
„Ain ketika pada suatu keadaan dan kondisi tertentu, tidak
ada yang mengetahui kecuali dia.

Mengingkari kemungkaran itu ada 3 (tiga) tahapan :


1. Dengan hati yakni membenci perbuatan tersebut.
2. Dengan lisan (ucapan), ini ada empat tahapan :
a. Pertama : Memberi pengertian dan pelajaran dengan
lemah lembut.
b. Kedua : Melarang dengan cara memberikan pelajaran
dan nasehat dengan hikmah.
c. Ketiga : Tegas dalam memberikan nasehat.
d. Keempat : Mengancam dan menakut – nakuti pelaku
nya dengan azab dan siksaan Allah Ta‟ala.

136
3. Dengan tangan, dengan syarat punya kekuasaan,
kemampuan, hikmah, pemahaman dan jauh dari hawa
nafsu.
Setiap orang wajib mengingkari kemungkaran dengan hati
nya dalam semua kondisi nya. Sedangkan mengingkari
dengan lisan dan tangan itu sesuai dengan kemampuan
nya.

4 (Empat) kondisi dalam menghilangkan kemungkaran :


1. Kondisi Pertama : Kemungkaran nya hilang dan timbul
kebaikan.
2. Kondisi Kedua : Kemungkaran berkurang meskipun
tidak hilang seluruhnya.
Dua kondisi ini disyari‟atkan untuk dilakukan Amar Ma‟ruf
Nahi Munkar.
3. Kondisi Ketiga : Kemungkaran hilang dan timbul
kemungkaran yang semisalnya.
Pada kondisi ini, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar boleh atau tidak
nya dilakukan, kembali kepada ijtihad nya dalam
menimbang manfaat dan bahaya suatu masalah.
4. Kondisi Keempat : Kemungkaran tersebut menimbulkan
kemungkaran yang lebih besar dari sebelumnya.
Pada kondisi ini, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar haram
dilakukan. Sebab dia akan menimbulkan bahaya yang lebih
besar dari sebelumnya.

137
Syarat orang yang akan melakukan ‘Amar Ma’ruf Nahi
Munkar ada 5 (lima), yakni :
1. Berilmu yakni mengetahui mana yang Ma‟ruf dan yang
Munkar.
2. Lemah Lembut dan Penuh Hikmah didalam memerintah
dan melarang.
3. Sabar dalam melaksanakan nya.
4. Punya Kemampuan, Kekuatan dan Kekuasaan didalam
merubahnya.
5. Harus Ikhlas dalam menjalankan nya.

Kaidah Dalam Amar Ma’ruf Nahi Munkar


1. Standar dan tolak ukur didalam menetapkan perkara
yang Ma‟ruf dan Munkar adalah Kitabullah (al-Quran)
dan Sunnah Rasul (Hadits).
2. Berilmu tentang hakekat Amar Ma‟ruf Nahi Munkar serta
mengetahui hakekatnya.
3. Dalam Amar Ma‟ruf Nahi Munkar dahulukan yang paling
penting sebelum yang penting. Mendahulukan perkara
yang pokok, sebelum perkara cabang. Seperti
mendahulukan masalah Aqidah dan Tauhid serta
melarang dari Syirik. Baru masalah ibadah dan lain nya.
4. Memikirkan dan menimbang antara maslahat (manfaat)
dan mafsadat (bahaya) yang ditimbulkan jika ditegakkan
Amar Ma‟ruf Nahi Munkar.

138
29. PASAL : AL-WALA’ DAN AL-BARA’

Pengertian Al-Wala’ dan Al-Bara’ serta Hukumnya


Al-Wala’ (Loyalitas) adalah kesesuaian seorang hamba
dengan apa yang dicintai dan diridhai Allah.

Al-Bara’ (Berlepas Diri) adalah kesesuaian seorang


hamba dengan apa yang dimurkai dan dibenci Allah.
Hal ini berlaku dalam segala hal, baik dalam perkataan,
perbuatan, keyakinan atau perkara lain nya. Maka tanda
seseorang telah menegakkan al-Wala‟ wal Bara‟ adalah dia
mencintai apa yang dicintai Allah dan dia berlepas diri dari
apa yang dibenci Allah.

Seorang Muslim wajib berloyalitas (al-Wala‟) kepada Kaum


Muslimin dan wajib berlepas diri (al-Bara‟) dari orang Kafir.
Karena al-Wala‟ wal Bara‟ merupakan konsekuensi dari
keimanan seorang Muslim.

Manusia Terbagi 3 (Tiga) Golongan, jika dilihat dari Al-


Wala‟ wal Bara‟
1. Pertama : Orang yang wajib kita berwala‟ kepada nya
secara mutlak. Mereka adalah orang Muslim yang taat
dan menjauhi maksiat.

139
2. Kedua : Orang yang disikapi pertengahan, tidak dicintai
secara mutlak dan tidak dibenci secara mutlak. Mereka
adalah orang Muslim yang melakukan maksiat. Dimana
dia mengumpulkan pada diri nya antara ketaatan dan
kemaksiatan. Mereka wajib kita cintai sesuai kadar
kebaikan dan ketaatan nya. Serta boleh kita benci sesuai
kadar keburukan dan kemaksiatan yang dilakukan nya.

3. Ketiga : Orang yang wajib kita berlepas diri dari nya


secara mutlak. Mereka adalah orang Kafir.

Diantara bentuk Loyalitas (Al-Wala’) kepada Kaum


Muslimin adalah :
1. Mencintai mereka
2. Menolong mereka
3. Memberi nasehat kepada mereka
4. Mendoakan mereka
5. Mengunjungi yang sakit dan menghantarkan jenazah
mereka
6. Berkasih sayang dengan mereka
7. Membela kehormatan mereka

140
Diantara bentuk Berlepas Diri (Al-Bara’) Kepada Orang
Kafir adalah :
1. Membenci agama mereka dan tidak membenarkan
ajaran mereka
2. Memisahkan diri dari mereka
3. Tidak simpati kepada mereka
4. Tidak menyerupai kebiasaan mereka dan hal yang
menjadi ciri khas mereka
5. Berjuang atau Berjihad melawan mereka
6. Mendakwahkan Islam kepada mereka
7. Tidak memberi izin kepada mereka untuk mendirikan
tempat ibadah mereka di negeri Islam.

Diantara Bentuk Berlepas Diri (Al-Bara’) Kepada Kaum


Munafik adalah :
1. Berpaling dari mereka dan bersikap keras kepada
mereka
2. Dilarang menshalati mayat mereka atau menghadiri
pemakaman mereka
3. Tidak memohon ampunan untuk mereka
4. Tidak menerima permintaan maaf dan alasan mereka,
apabila tidak ikut perang melawan kaum Kafir
5. Memutuskan tali silaturrahim terhadap mereka yang jelas
menentang Allah dan Rasul-Nya secara terang -
terangan

141
Hukum Tasyabbuh Kepada Orang Kafir ada beberapa
macam :
a. Meniru dalam ajaran, keyakinan atau bagian dari agama
mereka yang rusak. Pelakunya bisa jatuh kedalam
kekufuran dan kesyirikan.
b. Meniru dalam bid'ah - bid'ah yang mereka lakukan.
Hukumnya haram.
c. Meniru dalam adat kebiasan dan akhlak mereka serta
budaya mereka. Ini juga haram dilakukan.
Adapun meniru hal - hal yang bukan menjadi ciri khas
mereka, atau merupakan hal milik bersama manusia, maka
ini dibolehkan dan tidak masuk kedalam Tasyabbuh
(menyerupai) mereka.

Orang Kafir dibagi menjadi 4 (empat) macam :


1. Kafir Mua’ahid yakni orang kafir yang tinggal di negeri
kaum Muslimin dan diikat oleh sebuah perjanjian dengan
pemerintah Islam.

2. Kafir Dzimmi yakni orang kafir yang memiliki perjanjian


damai dengan kaum Muslimin dengan membayar jizyah
dan mereka tunduk dibawah hukum Islam. Pembayaran
Jizyah adalah sebagai imbalan balik dari penjagaan yang
diberikan oleh pemerintah Islam terhadap mereka.

142
3. Kafir Musta’man yakni orang kafir yang masuk negeri
Islam dengan jaminan keamanan dari pemerintah Islam
atau seorang Muslim, dengan syarat mereka tidak
membahayakan Umat Islam.

4. Kafir Harbi yakni orang kafir yang memerangi dan


memusuhi kaum Muslimin. Terhadap mereka, umat Islam
disyariatkan untuk berjihad dan memerangi mereka
sesuai kemampuan sesudah diberi peringatan terlebih
dahulu.

Bentuk – Bentuk Mu’amalah yang Diharamkan atau


Dilarang Dalam Berinteraksi dengan Orang Kafir
1. Mencintai orang kafir dan menjadikan mereka sebagai
teman dekat
2. Menyerupai apa yang menjadi ciri khas mereka, baik
dalam masalah ibadah, tradisi (adat) atau budaya.
3. Membiarkan mereka melakukan maksiat secara terang –
terangan di tengah – tengah kaum Muslimin.
4. Membiarkan mereka membangun tempat ibadah di
Negeri Kaum Muslimin.
5. Menjadikan mereka sebagai orang Kepercayaan.
6. Tinggal bersama mereka disatu tempat.
7. Mengucapkan selamat atas hari raya mereka.

143
Kewajiban Umat Islam terhadap Orang Kafir,
Selain Kafir Harbi
1. Melindungi mereka selama berada di negeri Islam, dan
melindungi kafir Musta‟man setelah keluar dari negeri
kaum Muslimin sampai mereka ditempat yang aman.
2. Bersikap adil dalam memutuskan perkara dengan
mereka, selama mereka berada diwilayah hukum negeri
kaum Muslimin.
3. Mendakwahi dan mengajak mereka untuk memeluk
agama Islam dengan lemah lembut. Dan dilarang
memaksa mereka.
4. Haram menzhalimi, menganiaya, mencurangi atau
menipu mereka.
5. Berbicara kepada mereka dengan perkataan yang baik.
6. Dibolehkan menjawab salam mereka.
7. Berakhlak Mulia kepada mereka.

Bentuk – Bentuk Mu’amalah yang Dibolehkan Dalam


Berinteraksi dengan Orang Kafir
1. Boleh mempekerjakan mereka atau bekerja dengan
mereka selama tidak melanggar syariat.
2. Dianjurkan untuk berbuat baik kepada mereka yang
membutuhkan pertolongan.
3. Diperbolehkan bagi seorang Muslim untuk memberi
hadiah atau menerima hadiah dari mereka.

144
4. Dianjurkan untuk memuliakan mereka, jika mereka
bertamu.
5. Diperbolehkan memenuhi undangan mereka, jika ada
maslahat nya dan selama tidak melanggar syariat Islam.
6. Diperbolehkan melakukan jual beli, sewa menyewa, kerja
sama dan perkara dunia yang diperbolehkan lain nya.
7. Diperboleh melakukan utang piutang dengan orang kafir
dan mempercayakan barang jaminan kepada selama
terbebas dari riba.
8. Diperbolehkan menikahi wanita ahlul kitab (yahudi atau
nasrani) yang menjaga kehormatan mereka selama tidak
menimbulkan bahaya pada anak keturunan kita.
9. Diperbolehkan untuk mengadakan perjanjian damai
dengan orang kafir selama ada maslahat bagi umat
islam.

10. Diperbolehkan meminta bantuan orang kafir untuk


melindungi kaum Muslimin dengan 2 (dua) syarat :
a. Pertama : Kondisi darurat yang memang
membutuhkan bantuan mereka.
b. Kedua : Terjamin nya keselamatan kaum Muslimin
dari ancaman dan makar mereka.

11. Diperbolehkan berobat kepada dokter yang kafir yang


terpercaya

145
12. Diperbolehkan mengucapkan selamat kepada mereka
dalam hal yang bersifat duniawi, seperti kelahiran anak,
sukses perniagaan nya dan semacam nya, jika ada
maslahat yang sesuai syariat.

Al-Wala’ Mukaffirah
Yakni Loyalitas kepada orang Kafir yang bisa menyebabkan
pelakunya keluar dari Islam. Diantara nya yakni :
1. Mencintai mereka karena agama mereka.
2. Masuk dalam barisan mereka dan membantu mereka
memerangi umat Islam.
3. Memberikan bantuan baik berupa harta maupun senjata
kepada mereka dalam memerangi umat Islam.
4. Memata - matai umat Islam untuk kepentingan mereka,
karena kecintaan kepada mereka dan mengharapkan
mereka menang atas umat Islam.
5. Mengkhianati umat Islam karena cinta dan memihak
kepada mereka.
6. Ridha terhadap kekufuran mereka atau membenarkan
agama mereka dan tidak menganggap mereka kafir.

146
Hukum Tinggal di Negeri Kafir
Ini ada beberapa jenis yakni :
1. Termasuk Kufur Akbar
yakni Seorang Muslim yang tinggal di Negeri Kafir yang
disertai dengan sikap wala‟ kepada mereka.

2. Termasuk perkara Haram (yang dilarang)


yakni Seorang Muslim yang tinggal di Negeri Kafir yang
tidak bisa menampakkan syiar agama Islam, padahal dia
mampu untuk hijrah dari negeri tersebut.

3. Termasuk Perkara Mubah (yang di Bolehkan)


Seorang Muslim boleh tinggal di Negeri Kafir dengan 2
(dua) syarat :
a. Pertama : Mampu menampakkan syiar agama Islam,
seperti bisa menjalankan ibadah nya.
b. Kedua : Tidak mampu berhijrah dari Negeri Kafir,
disebabkan adanya udzur syar‟i, seperti sakit, lemah,
sudah tua, dicekal dan lain nya.

---oOo---

147
30. PASAL : JIHAD DI JALAN ALLAH

ُ َ ْ ْ َ ُ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ ‫َ ْ َ ُ ُ َ َ َ ُ ْ ُ َّر‬
َ ‫اغ‬
ِ ‫ا‬ٌ ‫ اربة اىهفارِ ْٔ ااٍباى ة اسجِفر‬: ‫ا ِ ٓاد‬

ْ ْ َ ْ َ ْ َ ‫ْ ُ ْ َ َّر‬
‫اأس ِ اىطاكةِ ٌَِ كٔ ٍل أ ف ِع ٍو‬

“Jihad adalah memerangi orang Kafir yaitu berusaha


dengan sungguh – sungguh dengan mencurahkan segala
kekuatan dan kemampuan, baik berupa perkataan ataupun
perbuatan.”

Jihad melawan orang Kafir dibagi menjadi 2 (dua) :


1. Jihaadul Fath wath Thalab (Jihad Penaklukan)
Jihad jenis ini ada 3 (tiga) syarat :
a. Adanya seorang Imam (Pemimpin) dalam hal ini
Pemerintah yang Sah
b. Ada nya Daulah (Negara) yang Sah
c. Ada nya ar-Raayah (Bendera Jihad atau Panji Jihad)
Jihad jenis ini bertujuan untuk menegakkan agama Allah
dan membersihkan bumi dari kesyirikan dan kekufuran.
Jihad jenis ini harus memiliki 2 (dua) persiapan :
a. Persiapan keimanan
b. Persiapan kemampuan serta pasukkan

148
2. Jihaadud Difaa’ (Jihad Bertahan)
Jihad ini hukumnya wajib atas setiap muslim yang ada
dinegeri yang diserang oleh musuh (orang kafir) tersebut,
kecuali wanita dan anak kecil.

Jihad jenis ini bertujuan dalam rangka mempertahankan


tanah air, menjaga jiwa, keluarga, harta, dan agama. Jika
penduduk negeri tersebut lemah, maka negeri muslimin
tetangga nya yang terdekat wajib membantu mereka.

Hukum Jihad
Hukum asal Jihad adalah Fardhu Kifayah, namun bisa
menjadi Fardhu „Ain pada situasi dan kondisi berikut :
1. Pertama : Jika musuh menyerang negeri kaum Muslimin.
Maka wajib orang yang ada didalam negeri itu untuk
berjihad.

2. Kedua : Jika Imam (Khalifah) mengumandangkan seruan


Jihad secara umum. Atau seruan jihad secara khusus
kepada pasukkan atau orang tertentu. Maka wajib yang
diperintahkan untuk berjihad.

3. Ketiga : Ketika sudah berhadapan dengan musuh atau


masuk medan peperangan.

149
Golongan yang boleh diperangi :
1. Orang Kafir Harbi yakni orang kafir yang memerangi dan
memusuhi kaum Muslimin.
2. Orang yang Murtad yakni orang yang keluar dari agama
Islam.
3. Para Pemberontak dan Kelompok Khawarij
4. Para Perampok, Penyamun dan Orang yang memerangi
agama Allah dan Rasul-Nya. Termasuk juga orang yang
membuat kekacauan, menyebar rasa takut dan merusak
kemanan.

---oOo---

31. PASAL : HAK NABI, AHLUL BAIT


DAN PARA SAHABAT

HAK NABI
Hak Nabi Shallallahu‟alaihi wa sallam atas umat nya,
diantara nya :
1. Beriman kepada beliau dan membenarkan seluruh apa
yang beliau sampaikan.
2. Mencintai beliau dan mencintai keluarga beliau serta
para sahabat beliau.
3. Mengikuti dan meneladani beliau.

150
4. Mentaati dan menjalankan apa yang diperintahkan beliau
serta meninggalkan dan menjauhi apa yang dilarang
beliau.
5. Memuliakan dan mengagungkan kedudukan beliau, serta
menjauhi sikap ghuluw dalam hal tersebut.
6. Mengucapkan shalawat dan salam kepada beliau.
7. Mendahulukan ucapan beliau diatas seluruh ucapan
makhluk.
---oOo---

HAK AHLUL BAIT NABI


Ahlul Bait Nabi adalah semua keluarga Nabi
Shallallahu‟alaihi wa sallam yang beriman kepada beliau,
baik dari kalangan Bani Hasyim maupun Bani al-Muththalib.
Termasuk kedalam Ahlul Bait adalah para Isteri Nabi.
Mereka adalah keluarga Ali bin Abu Thalib, keluarga
Ja‟far bin Abu Thalib, keluarga Abbas, anak keturunan Al-
Harits bin Abdul Muththalib dan isteri – isteri Rasulullah
Shallallahu‟alaihi wa sallam.

Hak – Hak Ahlul Bait


1. Mencintai mereka, karena keimanan dan ketaatan
mereka kepada Allah Ta‟ala dan hubungan nasab
kekerabatan mereka dengan Nabi Shallallahu‟alaihi wa
sallam.

151
2. Membela kedudukan dan kehormatan mereka, serta
membersihkan mereka dari kedustaaan yang di
nisbatkan kepada mereka.
3. Tidak menyakiti mereka dan tidak pula menganggu
mereka, baik berupa ucapan maupun perbuatan.
4. Disyariatkan bershalawat kepada Allah atas mereka.
5. Mengakui dan meyakini bahwa Nasab Nabi dan
keturunan nya adalah Nasab Bangsa Arab yang paling
Mulia secara keseluruhan nya.
6. Mereka diharamkan menerima zakat dan sedekah.
7. Mereka berhak mendapatkan seperlima (al-khumus)
harta rampasan perang (ghanimah atau fa‟i) yang
didapat kaum Muslimin dari orang kafir, baik lewat
peperangan maupun penaklukan.

Syarat orang yang berhak menerima hak ini dari kalangan


Ahlul Bait Nabi :
1. Islam yakni dia seorang Muslim
2. Nasab yang Benar
Adapun orang yang mengaku – ngaku termasuk Ahlul
Bait Nabi tanpa bukti yang jelas, maka dia tidak berhak
mendapatkan hak istimewa Ahlul Bait diatas.

Seorang Muslim tidak boleh berlebih – lebihan (ghuluw)


dalam hak Ahlul Bait dan tidak boleh meremehkan hak

152
mereka. Kita berloyal kepada keturunan Ahlul Bait yang taat
dan istiqomah dalam agama. Dan berlepas diri dari orang
yang menyelisihi sunnah dan berpaling dari agama,
sekalipun mereka keturunan Ahlul Bait.

---oOo---

HAK SAHABAT NABI


Sahabat Nabi adalah
َ ْ ْ ََ َ ََ ً ٌْ ‫ٌَ َْ ىَ َ اّنلَّر َّر ُم‬
ِ ‫اإلس‬ِ ‫لَع‬ ‫ات‬ٌ ِ ِّ ‫ب‬ ‫ا‬ِِ ِ ِ
Orang yang bertemu dengan Nabi, ia beriman kepada
beliau dan mati dalam keadaan Islam.

Syarat Seseorang Disebut Sahabat Nabi :


1. Pernah bertemu atau pernah menyertai Nabi
Shallallahu‟alaihi wa sallam, walaupun hanya sebentar
saja.
2. Beriman kepada beliau dan membenarkan risalah beliau
serta masuk Islam.
3. Wafat dalam keadaan Muslim
Para Sahabat adalah sebaik - baik generasi ummat ini,
karena mereka lebih dahulu beriman, mereka menemani
Nabi, berjihad dengan Nabi serta menyampaikan syariat
Islam kepada orang sesudah mereka yakni para Tabi‟in.

153
Hak Para Sahabat Nabi
1. Mencintai mereka semua nya
2. Berloyal (al-Wala‟) kepada mereka dan Berlepas diri (al-
Bara‟) kepada yang membenci mereka
3. Memohon ampunan dan keridhaan untuk seluruh para
Sahabat serta bershalawat kepada Allah atas mereka
4. Meyakini bahwa mereka adalah generasi terbaik umat
ini, dibandingkan generasi setelah mereka.
5. Meyakini bahwa keutamaan mereka bertingkat – tingkat,
antara satu dengan yang lain nya.

Berikut Tingkatan Keutamaan Para Sahabat


1. Tingkatan Pertama : al-Khulafa'ur Rasyidin yang empat
yaitu 1.Abu Bakar ash-Shiddiq, 2.Umar bin Khaththab,
3.Utsman bin Affan dan 4.Ali bin Abi Thalib.

2. Tingkatan Kedua : Ahlus Syuura‟ yang enam : 1.


Utsman, 2.Ali, 3.Zubair bin Awwam, 4. Abdurrahman bin
„Auf, 5. Sa‟ad bin Abi Waqqash, dan 6. Thalhah bin
Ubaidillah.

3. Tingkatan Ketiga : 10 Orang yang dijamin Surga yakni


al-Khulafa‟ur Rasyidin dan Ahlus Syuura ditambah Abu
Ubaidah Amir bin Jarrah dan Sa‟id bin Za‟id.

154
4. Tingkatan Keempat : Sahabat yang Ikut Perang Badar
(Ahlul Badar)

5. Tingkatan Kelimat : Sahabat yang Hijrah dan yang ikut


berperang sebelum Perjanjian Hudaibiyah

6. Tingkatan Keenam : Sahabat secara keseluruhan nya

Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Perselisihan yang terjadi


diantara Para Sahabat
1. Ahlus Sunnah, menahan lisan atau bersikap diam
terhadap apa yang terjadi diantara para Sahabat serta
tidak ikut campur dan tidak membahas perselisihan
diantara mereka.
2. Ahlus Sunnah, mendoakan kebaikan dan rahmat untuk
mereka semua.
3. Ahlus Sunnah, tidak menyebut para sahabat kecuali
dengan pujian yang baik lagi indah, Serta selamat nya
hati dan lidah dari mencela mereka.

---oOo---

155
32. PASAL : BID’AH DAN SIKAP TEGAS
TERHADAP PELAKUNYA

Bid'ah secara bahasa diambil dari kata al-Bid'u artinya


membuat sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya.
Bid‟ah secara bahasa terbagi 2 (dua) yaitu :
Bid'ah dalam hal adat (kebiasaan) keduniaan, maka
hal ini dibolehkan. Sebab hukum asal adat adalah boleh.
Bid'ah dalam hal agama, maka hal ini diharamkan.
Sebab hukum asal dalam agama adalah Tauqifiyah
(ditetapkan berdasarkan dalil syariat).

Bid’ah secara istilah adalah sesuatu yang bertentangan


dengan Al-Quran dan as-Sunnah atau Ijma‟ umat, baik
dalam masalah keyakinan (I‟tiqad) maupun dalam masalah
ibadah yang di ada – adakan dalam agama.

Bid'ah secara garis besar ada 2 (dua) macam :


1. Bid'ah Kubra (Bid'ah Besar)
yakni bid'ah yang menyampaikan pelakunya kebatas
kekafiran. Bid'ah seperti ini menyebabkan pelakunya keluar
dari agama Islam. Bid'ah jenis ini disebut juga dengan
Bid'ah Mukaffirah. Contohnya bid‟ah dalam keyakinan.

156
b. Bid'ah Shughra (Bid'ah Kecil)
yakni bid'ah yang hanya menyampaikan pelakunya kebatas
kemaksiat, tidak kebatas kekafiran. Bid'ah seperti ini
menyebabkan pelakunya jatuh kedalam kefasikan. Bid'ah
jenis ini disebut juga Bid'ah Mufassiqah. Contohnya bid‟ah
didalam ibadah.

Jenis Bid’ah Dalam Ibadah


Bid'ah dalam Ibadah ini ada dalam 5 bentuk :
1. Membuat ibadah yang baru, yang belum ada
sebelumnya.
2. Menambah hal yang baru didalam ibadah yang sudah
ada.
3. Mengerjakan ibadah dengan cara yang tidak diajarkan
syariat.
4. Mengkhususkan waktu tertentu yang tidak dikhususkan
syariat.
5. Meninggalkan sesuatu yang disyariatkan Islam, dalam
rangka ingin fokus beribadah. Contoh tidak mau menikah
karena ingin fokus ibadah.

Hukum Bid'ah dalam agama adalah Haram dan pelaku


nya tersesat dari jalan yang lurus serta amalan nya tertolak
(tidak diterima).

157
Penyebab Bid’ah
Adapun penyebab timbulnya bid'ah ada 4 (empat) :
a. Menyebarnya kebodohan terhadap Agama.
b. Mengikuti hawa nafsu.
c. Fanatik terhadap pendapat dan tokoh tertentu.
d. Mengikuti Orang Kafir dan Meniru Syi'ar Mereka.

Ahlul Bid’ah adalah orang yang melakukan dan


menampakkan suatu bid‟ah yang masyhur (terkenal) di
kalangan Ulama sebagai perkara yang menyelisihi al-Quran
dan as-Sunnah. Tidak ada beda nya dalam hal ini antara
orang yang berilmu dengan orang yang awam (tidak tau).

Ciri – Ciri Ahli Bid’ah


Adapun Ciri – Ciri Para Pelaku Bid‟ah dalam Agama,
diantara nya :
1. Suka dengan perpecahan
2. Mengikuti hawa nafsu
3. Mengikuti hal – hal yang tidak jelas (mutasyabihat)
4. Menolak Sunnah Nabi (Hadits)
5. Mempertentangkan Sunnah Nabi (Hadits) dengan Al-
Quran
6. Membenci dan Memfitnah Ahli Sunnah dan Ulama Ahlus
Sunnah

158
7. Melontarkan berbagai gelar atau julukkan jelek kepada
Ahlus Sunnah
8. Menolak mengikuti manhaj Salaf
9. Menjunjung tinggi akal dan meremehkan dalil
10. Mengkafirkan orang yang bertentangan dengan mereka
tanpa dalil

Hukum yang Berkaitan Dengan Ahlul Bid’ah


Ahlul Bid‟ah terbagi menjadi 2 (dua) kategori :
1. Ahlu Bid’ah yang mendakwahkan dan menampakkan
bid’ah nya.
Mereka wajib disikapi dengan beberapa hal berikut :
a. Dibenci sesuai dengan kadar bid‟ah nya.
b. Wajib dijauhi dan diboikot.
c. Tidak boleh duduk dan bermajelis dengan mereka,
kecuali dalam rangka mendakwahi mereka.
Ini berlaku, selama bid‟ah mereka tidak termasuk bid‟ah
Mukaffirah. Namun jika bid‟ah mereka, bid‟ah Mukaffirah.
Maka ditengakkan hujjah atas mereka dan dihilangkan
syubhat atas mereka. Jika masih tetap keras diatas hal itu,
maka mereka disikapi dengan hukum takfir.
2. Ahlul Bid’ah yang menyembunyikan bid’ah nya, dan
tidak mendakwahkan nya.
Mereka disikapi seperti pelaku maksiat yang
menyembunyikan maksiatnya.

159
Hukum Menceritakan Keburukan Ahli Bid’ah
Pada asalnya menceritakan keburukan ahli bid‟ah dalam
rangka untuk memberikan peringatan kepada orang lain
agar waspada terhadap bid‟ah dan keburukan mereka itu
diperbolehkan dalam syari‟at Islam, jika terpenuhi 3 (tiga)
syarat :
1. Pertama : Orang yang menceritakan tersebut harus
berilmu dan dia ikhlas dalam melakukan nya.
2. Kedua : Pelaku bid‟ah yang diceritakan keburukan nya
adalah orang yang menampakkan bid‟ah nya secara
terang – terangan. Adapun jika pelaku bid‟ah tersebut
menyembunyikan bid‟ah nya, maka tidak boleh
menceritakan keburukan nya.
3. Ketiga : Pelaku bid‟ah yang diceritakan nya tersebut
masih hidup dan belum meninggal dunia.
Jika dia telah meninggal dunia, maka tidak boleh
menceritakan keburukan nya, kecuali jika dia memiliki buku
(kitab) yang mengokohkan bid‟ah nya dan para pengikutnya
menyebarluaskannya setelah ia wafat.

Membantah Ahlul Bid‟ah termasuk perkara Amar Ma‟ruf


Nahi Munkar. Maka hendaklah seseorang kembali kepada
kaidah Amar Ma‟ruf Nahi Munkar dalam hal ini.

160
Ahlus Sunnah dan Ciri - Cirinya
Ahlus Sunnah adalah orang yang berpegang teguh
dengan Al-Quran dan Sunnah serta apa yang telah
disepakati oleh para Sahabat dan orang mengikuti mereka
dengan baik. Masuk kedalam kategori Ahlus Sunnah adalah
kaum Muslimin yang awam yang mengikuti mereka.

Mereka (Ahlus Sunnah) juga disebut Ahlus Sunnah wal


Jama‟ah, al-Jama‟ah, Ahlul Hadits, Ahlul Atsar, Al-Firqah
An-Najiyah, Ath-Thaifah al-Manshurah, As-Salafiyah atau
AS-Salafiyyun.

Adapun ciri atau karakteristik Ahlus Sunnah wal


Jama’ah sangatlah banyak diantara nya :
1. Mengikuti al-Quran dan as-Sunnah serta apa yang telah
disepakati oleh para Salafus Shaleh.
2. Suka dengan persatuan dan membenci perpecahan.
3. Mengikuti syariat yang telah ada dan tidak membuat
bid‟ah.
4. Tidak menolak hadits Nabi dan tidak mempertentangkan
nya dengan al-Quran.
5. Hawa Nafsu dan Akal nya tunduk terhadap Nash Syar‟i
6. Mencintai sesama Muslim dan membenci bid‟ah dan ahli
bid‟ah.

161
Seseorang tidak boleh dikeluarkan dari lingkaran Ahlus
Sunnah hanya karena kesalahan nya dalam berijtihad, baik
ijtihad itu dalam masalah aqidah atau pada halal dan haram
yang didalamnya memang sudah terjadi perbedaan
pendapat diantara para ulama. Sebab dia berijtihad tujuan
nya hanya untuk mencapai suatu kebenaran. Dia dimaafkan
dalam hal ini, bahkan dia mendapatkan pahala dari ijtihad
yang dilakukan nya. Masalah ini adalah masalah yang telah
disepakati oleh para Ulama dan tidak ada seorang pun yang
menentang nya, kecuali kelompok Khawarij, Mu‟tazilah dan
orang awam yang terpengaruh dengan pemikiran mereka.

---oOo---

33. PASAL : HUKUM VONIS KAFIR (TAKFIR)

Asalnya seorang Muslim secara zhahir itu adil dan tetap


diatas keislaman, sampai betul – betul hal tersebut
diketahui lenyap darinya berdasarkan dalil syar‟i. Maka tidak
boleh menggampangkan dalam mengkafirkan atau
memfasikkan seseorang.

162
Pembagian Vonis Kafir

Vonis Kafir (Takfir) itu terbagi menjadi 2 (dua) :


1. Pertama : Takfir Muthlaq
Takfir Muthlaq yakni memvonis kafir sesuatu yang
bersifat umum, baik berupa ucapan, perbuatan atau
keyakinan.

Takfir Muthlaq terbagi menjadi 2 (dua) tingkatan, yaitu :


a. Tingkatan Pertama : Takfir Muthlaq yang bersifat
menyeluruh.

Contohnya “Barangsiapa yang mengatakan demikian,


maka dia kafir.” atau “Barangsiapa yang melakukan
demikian, maka dia kafir.” atau “Barangsiapa yang meyakini
demikian, maka dia kafir.”

b. Tingkatan Kedua : Takfir Muthlaq yang bersifat


khusus, seperti kelompok, aliran dan jama‟ah tertentu.

Contohnya “Orang Yahudi adalah Kafir.” atau “Orang


Nashrani adalah Kafir” atau “Orang selain beragama Islam
adalah Kafir” atau “Kelompok Rafidhah, Kafir” atau
Kelompok Jahmiyyah, Kafir.”

163
2. Kedua : Takfir Mu’ayyan
Takfir Mu‟ayyan yakni memvonis kafir terhadap individu
tertentu.

Contohnya, ungkapan : “Si Fulan, Kafir.” dengan menyebut


nama orang yang divonisnya.

Penjelasan Takfir Mu’ayyan


(Vonis Kafir Terhadap Individu Tertentu)
Seseorang yang melakukan perbuatan Kufur Akbar yang
menyebabkan pelaku nya bisa keluar dari Islam, tidak bisa
langsung dijatuhi vonis Kafir, kecuali setelah terpenuhinya
syarat – syarat takfir serta gugurnya faktor – faktor
penghalang takfir atas nya.

Syarat – Syarat Takfir Mu’ayyan


Adapun syarat – syarat Takfir ada 4 (empat), yaitu :
1. Syarat Pertama : Pelaku kekufuran tersebut telah baligh
dan berakal sehat.
2. Syarat Kedua : Perbuatan kufur itu dia lakukan dengan
sengaja dan ia mengetahui dengan jelas perkara
tersebut.
3. Syarat Ketiga : Dia melakukan nya bukan karena salah
menafsirkan.

164
4. Syarat Keempat : Tegaknya hujjah (Iqamatul Hujjah)
atas nya, yaitu sampainya dalil - dalil yang jelas kepada
nya.

Penghalang Takfir Mu’ayyan


Penghalang Seseorang Dihukumi Kafir ada 4 (empat) juga :
1. Penghalang Pertama : Termasuk kelompok anak kecil
dan orang hilang akal
2. Penghalang Kedua : Tidak disengaja atau karena
terpaksa atau adanya paksaan
3. Penghalang Ketiga : Salah Menafsirkan
Kapan takwil (tafsir) yang salah itu diberi uzur?
Jawab : Apabila termasuk ketiga kategori ini :
a. Pelaku Takwil : Dia merupakan seorang Muslim
yang beriman.
b. Penyebab Takwil : Faktor yang melatarbelakangi dia
untuk mentakwil adalah usaha ijtihad nya dalam
menemukan kebenaran dan mencari petunjuk untuk di
ikuti. Adapun jika disebabkan hawa nafsu, tidak
termasuk takwil yang diberi uzur.
c. Jenis Takwil : Takwil yang dilakukan nya bisa
dibenarkan secara bahasa dan memiliki sudut
pandang yang dianggap di mata para Ulama dan
pakar Peneliti.
4. Penghalang Keempat : Belum tegak hujjah atas nya.

165
Kapan penjelasan dalil dan hujjah telah dianggap tegak
atas nya, atau dengan kata lain, Iqamatul Hujjah
terpenuhi?
Jawab : Iqamataul Hujjah (Tegaknya Hujjah) telah berhasil
dan terpenuhi diterapkan atas seseorang bila dia telah
memahami dalil yang disampaikan kepadanya. Adapun jika
ia belum memahaminya, maka saat itu belum bisa
dikatakan bahwa Iqamatul Hujjah telah dilakukan pada nya.

Catatan :
Namun perlu diketahui bahwa, ketidak pahaman yang bisa
ditoleransi disini adalah ketidak pahaman yang bersumber
dari kelemahan dan ketidakmampuan nya untuk
memahami, baik karena ketidakpahaman nya akan bahasa
Arab ataupun disebabkan ada nya Syubhat, sedangkan dia
sendiri sebenarnya orang yang sangat antusias untuk
mencari kebenaran dan mengikuti kebenaran yang jelas
baginya.

Adapun, apabila ketidakpahaman nya tadi bersumber dari


ketidakpedulian dia terhadap dalil atau minimnya usaha dia
untuk mencari kebenaran, maka ini tidak bisa ditoleransi.

166
Siapakah yang Berhak Menilai dan Menjatuhkan Vonis
Kafir (Hukum Takfir) Kepada Seseorang?
Jawab : Para Ulama yang (1) mampuni keilmuan nya,
memiliki kemampuan untuk menyimpulkan hukum syar‟i
dalam masalah ini dari dalil – dalil syar‟i yang ada, serta (2)
mengetahui cara penerapan nya atas individu pelaku, (3)
memahami prinsip – prinsip Ahlus Sunnah wal Jama‟ah
dalam masalah Takfir dan (4) mengetahui bagaimana para
Imam menyikapi orang – orang yang berseberangan
dengan mereka. Juga (5) memiliki kehati – hatian dalam
menjatuhkan vonis kafir atas seseorang yang belum diyakini
kekafirannya atau belum diketahui, apakah iqamatul hujjah
(penyampaian dalil) telah dilaksanakan atas dirinya atau
belum.

Dan terakhir, hendaklah kita berhati – hati didalam


masalah ini. Sebab, barangsiapa yang berkata kepada
saudara nya –yakni sesama muslim- “Wahai Kafir”
sementara saudara nya itu tidaklah Kafir, maka ucapan itu
bisa kembali kepada nya. Wallahu a‟lam.

SELESAI

167
PENUTUP

Dengan demikian risalah yang ringkas ini, yang kami


rangkum dari beberapa buku para Ulama. Semoga Allah
memudahkan kami untuk mengumpulkan penjelasan nya
berserta dalil – dalil nya.
Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari nya.
َ ْ َْ َ َ ْ ََ ََ َ ُ َ َ ‫َ َ َّر َّر ُ َّر‬
ِ ‫اا َ َسي ًَ لَع َّرٍ ٍد َلَع‬
, ‫آِلِ أصحابِِّ أْج ِعْي‬ ‫ص‬
ْ َ
َ‫اْل ٍْ ُد ِ َّراِ َر ّب اىْ َعااٍَ ْْي‬
َ
ِ ِ

Prima Ibnu Firdaus al-Mirluny


(Abu Abdurrahman)

Selesai, di Merlung (Jambi).


Hari Senin
11 Rabi‟ul Awwal 1443 H
10 Oktober 2021 M

---oOo---

168

Anda mungkin juga menyukai