Penulis :
Editor :
Nor Amalia Muthoharoh, SKM., M.Kes
ISBN: 978-623-145-098-2
Penerbit :
Mitra Ilmu
Kantor:
Jl. Kesatuan 3 No. 11 Kelurahan Maccini Parang
Kecamatan Makassar Kota Makassar
Hp. 0813-4234-5219/081340021801
Email : mitrailmua@gmail.com
Website : www.mitrailmumakassar.com
Anggota IKAPI Nomor: 041/SSL/2022
i
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa,
kami bersyukur telah menyelesaikan buku yang berjudul “
Modul Pendampingan Dini Gangguan Jiwa Pada Remaja”.
Buku ini disusun utama untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat terkait Kesehatan jiwa dan mendeteksi
dini gangguan jiwa pada remaja. Dengan disusun dan
dicetaknya buku ini diharapkan masyarakat mampu
memberikan dukungan kepada tenaga Kesehatan, kader
Kesehatan dan remaja serta memberikan stigma pada
masyarakat pentingnya Kesehatan jiwa yang berbasis
masyarakat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung terselesaikanya buku ini: LPPM
Udinus yang telah membantu untuk penyelesaian buku ini.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu, atas dukungan dan
Kerjasama yang baik dalam proses penyelesaian buku ini.
Buku ini masih belum sempurna, untuk itu kami
mengaharapkan masukan dan saran dari pembaca sehingga
dapat meningkatkan kualitas buku ini
Semarang, Agustus 2022
ii
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I Petunjuk Penggunaan Modul 1
BAB II Konsep Dasar Sehat, Sakit Dan Konsep 7
Terkait Gangguan Jiwa Pada Remaja
BAB III Membentuk Kader Kesehatan Jiwa 27
BAB IV Mendeteksi Dini Gangguan Jiwa Pada 40
Remaja Menggunakan Kuesioner S
BAB V Mendeteksi Masalah Kesehatan Jiwa 51
Menggunakan Kuesioner SDQ
Daftar Pustaka 62
iii
BAB 1
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Modul ini dibuat sebagai pendamping kader Kesehatan
dalam mendeteksi dini gangguan jiwa khususnya pada
remaja yang sedang mencari jati dirinya maka melalui buku
ini bisa dijadikan pedoman sebagai upaya dalam screnning
gangguan jiwa dan penemuan gangguan jiwa pada remaja di
tingkat sekolah maupun diingkat mahasiswa diharapkan
akan menjadi pedoman bagi tenaga Kesehatan serta dapat
memberdayakan kader Kesehatan berbasis kemitraan.
A. DESKIPSI MODUL
Kesehatan jiwa merupakan suatu kepentingan Bersama
yaitu individu maupun kelompok. Kesehatan jiwa ini
sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
manusia. Secara Pendidikan bahwa Kesehatan jiwa ini
bisa dianggap sebagai issue “ BARU” yang perlu dikaji dari
berbagai ilmu. Maka dari itu perlunya kader Kesehatan
jiwa yang mampu dan mau.
Kader Kesehatan jiwa memang belum banyak yang
mengenal di masyarakat kita. Masyarakat lebih sering
1
mengenal Kesehatan jiwa dalam perspektif kuratif dan
rehabilitative, banyak program dari pemerintah dalam
penanggulangan gangguan jiwa yang sudah gencar
dilakukan selama ini melalui pelayanan Kesehatan baik itu
dirumah sakit maupun ditingkat puskesmas. Namun
peran kader Kesehatan jiwa ini belum berjalan maksimal
terutama dalam mendeteksi dini gangguan jiwa
khususnya pada kelompok remaja dimana pada masa itu
adalah masa peralihan dalam mencari jati diri nya untuk
mendapatkan pengakuan dari sekitarnya.
Buku pedoman deteksi dini gangguan jiwa pada remaja
ini merupakan salah satu strategi dalam
pengimplementasian kemampuan kader Kesehatan jiwa
dalam melakukan deteksi dini gangguan jiwa pada remaja
sebelum terjadinya ketingkat yang lebih parah, dengan
tujuan agar meningkatkan peran serta keluarga, sekolah
dan masyarakat sekitar terutama kader Kesehatan jiwa.
Dalam buku pedoman ini akan terdapat instrument
pengukuran gangguan mental emosional pada remaja
menggunakan kuesioner SDQ. Buku ini ditujukan sebagai
dampingan para petugas kader Kesehatan jiwa di Rumah
2
Sakit, Puskesmas, semua tenaga Kesehatan, Sekolah dan
bahkan Orang tua.(1)
B.MATERI MODUL
Materi pada buku pedoman ini berisi tentang deteksi dini
gangguan jiwa pada remaja dalam masa transisi mencari
jati diri dan pengakuan lingkungannya, materi yang akan
kita bahas terkait, antara lain :
1. Pengertian terkait gangguan jiwa pada remaja
2. Mendeteksi dini gangguan jiwa pada remaja dengan
kuesioner SDQ
3. Mendeteksi masalah emosi pada remaja
4. Mendeteksi masalah perilaku pada remaja
5. Mendeteksi masalah teman sebaya pada remaja
6. Mendeteksi hiperaktifitas pada remaja
7. Mendeteksi pro sosial pada remaja
8. Kader Kesehatan jiwa
9. Evaluasi kader Kesehatan dalam melakukan deteksi dini
gangguan jiwa pada remaja.
C. TUJUAN MODUL
3
Tujuan penulisan buku pedoman deteksi dini gangguan
jiwa pada remaja antara lain :
1. Terbentuknya kader kesehatan jiwa
2. Meningkatkan kemampuan pemberdayaan untuk kader
Kesehatan jiwa
3. Meningkatkan antar kemitraan dengan beberapa
stakeholder
4. Membangun kompetensi – kompetensi bagi kader
Kesehatan jiwa
5. Mengurangi stigma gangguan jiwa pada remaja
6. Melakukan penilaian terhadap kader Kesehatan jiwa
dalam mendeteksi dini gangguan jiwa pada remaja
D. PETUNJUK MODUL
1. Modul digunakan sebagai pedoman pendeteksi dini
gangguan jiwa pada remaja SMA maupun Mahasiswa.
2. Memahami terlebih dahulu ulasan setiap materi pada
modul sampai selesai.
3. Kegiatan intervensi dilakukan oleh pada tenaga
Kesehatan setempat yang sudah mendapatkan
pelatihan.
4
4. Mempraktikkan setiap langkah sesuai dengan panduan
yang sudah ada di modul.
BAB 2
KONSEP DASAR SEHAT, SAKIT DAN KONSEP
TERKAIT GANGGUAN JIWA PADA REMAJA.
A. DESKRIPSI SINGKAT
Di era digital seperti sekarang sebenarnya masyarakat
lebih mudah mendapatkan informasi terkait apapun
dengan mudah namun sering terjadi masyarakat
belum benar – benar memanfaatkannya dengan baik
dan bijak. Sebenarnya masyarakat dengan mudah
dapat mencari tahu terkait gangguan jiwa pada
remaja, namun kurangnya pemahaman masyarakat
terkait gangguan jiwa banyak menimbulkan berbagai
7
stigma yang berkembang dilingkungan masyarakat
terkait gangguan jiwa dan kurang meratanya berbagai
informasi serta pelayanan Kesehatan jiwa yang ada
dimasyarakat. Berbagai stigma – stigma ini yang
menjadi salah satu hambatan masyarakat untuk
mendapatkan perawatan Kesehatan jiwa dengan
benar. Sikap kurang terbuka dari penderita gangguan
jiwa dimana mereka tidak mau terbuka dan
melakukan perawatan yang intensif hampir 60%
masyarakat dengan gangguan jiwa takut akan stigma
– stigma dari masyarakat yang menganggap mereka
orang dengan sakit jiwa. Karena stigma – stigma ini
yang menyebabkan mereka engan untuk melakukan
perawatan karena tidak hanya orang yang dengan
gangguan jiwa saja yang mendapatkan stigma
tersebut namun anggota keluarga mereka juga bisa
terkena dampaknya. Dimana struktur budaya di
lingkungan masyarakat ini cukup turut andil dalam
mempengaruhi pembentukan nilai dna norma
didalam keluarga mereka. Keluarga sering
mendapatkan negative pelabellan dan diskriminasi
hal ini cukup mempengaruhi kehidupan mereka,
8
sehingga sering menumbuhkan keinginan keluarga
untuk menarik diri dan membatasi diri dari
lingkungan masyarakat sekitarnya.(2)
Sedikit penjelasan diatas maka urgensi terhadap
peran kader Kesehatan jiwa bagi masyarakat perlu
diadakan dan tidak diragukan lagi.
Kedekatan kader dengan masyarakat menjadikan
kunci bahwa kader Kesehatan jiwa sebagai ujung
tombak dalam mencapai suatu keberhasilan dalam
mengatasi permasalahan Kesehatan jiwa maupun
dalam mempromosikan terkait Kesehatan jiwa pada
remaja.
Tujuan adanya kader Kesehatan jiwa yaitu sebagai
fasilitator yang diharapkan para kader mampu
memahami beberapa hal sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi gangguan jiwa
2. Mengetahui penyebab dari gangguan jiwa itu
apa saja.
3. Penyebab terjadinya Gangguan jiwa pada
remaja., dan
9
4. Dapat membedakan terkait fakta dan mitos
gangguan jiwa yang sudah banyak menyebar
dikalangan masyarakat.
Materi dalam modul ini dapat digunakan semua
tenaga Kesehatan dan terutama akder Kesehatan jiwa
karena mereka sebagai garda terdepan dalam
penangganan gangguan jiwa pada masayarakat agar
mengurangi berbagai stigma yang sudah melekat
dalam masyarakat terkait gangguan jiwa dan tujuan
lainnya agar mencegah sejak dini terjadinya gangguan
jiwa pada remaja.
A. URAIAN MATERI
Uraian materi dibawah ini diharapkan sebagai
pedoman menambah pengetahuan bagi kader
Kesehatan jiwa dan tenaga Kesehatan dalam
mendeteksi dini gangguan jiwa pada remaja.
13
Dijumpai terdapat gejala – gejala
Kerjasama dengan Nakes
kesakitan
untuk kesembuhan
14
penting dari manusia yang berkaitan dengan
peningkatan adanya resiko kematian, disability,
kehilangan kebebasan dan adanya rasa nyeri.(1)
Kesimpulan dari keadaan gangguan jiwa yaitu :
A. Adanya gejala klinik yang ditunjukkan yaitu
syndrome atau pola perilaku syndrome.
B. Gejala klinis yang dapat menimbulkan
“penderitaan” (distress), berupa adanya rasa
nyeri, tidak nyaman, terganggu, adanya rasa
tidak tentra, dan disfungsi organ tubuh.
C. Gejala klinis ini menimbulkan adanya “disabilitas
dalam aktivitas kehidupan sehari – hari yang
diperlukannya untuk melakukan perawatan diri
dan keberlangsungan hidup dengan melakukan
mandi secara teratur 2 kali sehari, berpakaian
yang baik, makan yang sehat dan melakukan
kebersihan pada diri sendiri.
h.Stress
20
Keadaan stress sering terjadi pada individu baik
itu muda maupun tua. Stress disini biasanya
dikarenakan stress psikososial dan stress
perkembangan yang terjadi secara terus
menerus dengan koping yang tidak efektif yang
mendukung timbulnya gejala psikotik dengan
manufestasi; kebodohan; pengangguran;
kemiskinan; isolasi sosial dan perawaan
kehilangan.(1)
22
yang dialaminya baik dari segi morfoligi maupun
fisiologi.(5)
Perubahan perkembangan dan pertumbuhan
tersebut meliputi beberapa perubahan seperti:
a) Perkembangan pada otak remaja
b)Perkembangan psikoseksual
c) Perkembangan psikososial; dan
d)Perkembangan social.
A. DESKRIPSI SINGKAT
Kesehatan jiwa dalam era globalisasi seperti sekarang
sangatlah perlu diperhatikan karena semakin
banyaknya gejala yang ditimbulkan terkait Kesehatan
jiwa ini, dan yang terkena tidak hanya dari kalangan
remaja saja namun semua kalangan bisa terkena
masalah Kesehatan jiwa ini. Maka dari itu perlu adanya
program Kesehatan jiwa dan kader yang
mendampinginya.(3)
Fungsi lain dari kader Kesehatan jiwa yaitu untuk
membantu tenaga Kesehatan dalam pengelolaan
program kelurahan/ desa siaga memalui program
UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat),
dimana kegiatan didalamnya yaitu membantu,
memantau dan memeberikan solusi dalam pemecahan
28
sebuah masalah Kesehatan yang sederhana dalam
sebuah kegiatan serta evaluasi kelurahan/desa siaga.
(6)
Tugas dibentuknya kader Kesehatan jiwa yaitu agar
masyarakat yang sudah sehat jiwa tetap bisa
mempertahankan kesehatannya dan masyarakat yang
beresiko terhadap gangguan jiwa dapat ditekan
menjadi sembuh dan produktif agar tetap terciptanya
derajat Kesehatan pada masyarakat, maka dari itu
perlu adanya pembentukan serta pemberdayaan
kepada kader Kesehatan jiwa agar Kesehatan jiwa pada
masyarakat dapat ditekan dan dapat menyebar
menyeluruh kesemua kalangan masyarakat.(6)
B. TUJUAN
Pada bab 3 ini diharapkan semua tenaga Kesehatan
termasuk kader Kesehatan yang menjadi fasilitator
masyarakat diharapkan mampu memahami beberapa
hal dibawah ini :
1. Pengertian tentang kader Kesehatan jiwa
2. Tujuan dibentuknya kader Kesehatan jiwa
3. Adanya penilaian kader Kesehatan jiwa
29
4. Peran terhadap kader Kesehatan jiwa
5. Kemampuan kader Kesehatan jiwa
C. TARGET SASARAN
Isi materi dalam modul ini diperuntukkan untuk semua
tenaga Kesehatan dan kader Kesehatan dimana
mereka sebagai garda terdepan dalam penanganan
Kesehatan terutama dalam penanganan gangguan jiwa
yang berbasis kepad masyarakat agar bisa memberikan
pemahaman kepada kader Kesehatan jiwa terkait tugas
dalam menangani masalah Kesehatan jiwa yang ada
didalam masyarakat.
D. URAIAN MATERI
1.PENGERTIAN KADER KESEHATAN JIWA
Kader merupakan tenaga masyarakat yang sudah
dianggap paling dekat dengan kelompok masyarakat
dan diharapkan kader Kesehatan dapat melakukan
perannya secara sukarela tanpa menuntut adanya
imbalan berupa uang ataupun materi lainnya.
30
Namun disisi lain juga ada kader yang sudah
disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar
beserta isinya yang sederhana oleh masyarakat desa
setempat.(6)
Kader dalam pengertian lain yaitu warga setempat
yang sudah dipilih dan ditunjuk oleh warga
masyarakat agar membantu melaksanakan dan
mengelola kegiatan keluarga berencana disuatu
desa.
Kader Kesehatan masyarakat merupakan warga
masyarakat setempat yang sudah dipilih dan
ditunjuk oleh warga masyarakat dan sudah dilatih
dalam penanganan masalah – masalah Kesehatan
baik perorangan maupun kelompok masyarakat yang
dapat bekerja dan tahu karakteristik warga desa
setempat sehingga mampu menjalin Kerjasama
dengan berkolaborasi dan berkoordinasi terhadap
pelayanan Kesehatan.
Kader Kesehatan jiwa adalah seorang warga
masyarakat yang bersedia secara sukarela untuk
aktif dalam berpartisipasi dalam membantu
penanganan Kesehatan jiwa pada penderita
31
gangguan jiwa dimasyarakat. Kader Kesehatan jiwa
ini perlu dibentuk dan dikembangkan karena untuk
era seperti sekarang sangat dibutuhkan agar tetap
terbentuknya desa/ kelurahan siaga sehat jiwa.
33
Petugas puskesmas yaitu perawat CMHN
(Community Mental Health Nursing) akan melakukan
supervise langsung kinerja yang dilakukan oleh kader
Kesehatan jiwa perminggunya, disesuaikan dengan
kegiatan yang dilakukan dalam satu minggu tersebut.
Penilaian dilakukan sesuai dengan standart kinerja
yang sudah ditentukan dengan kemampuan yang
dimiliki oleh kader Kesehatan jiwa dalam
melaksanakan program CMHN. Kemampuan dalam
kader Kesehatan yang dinilai meliputi :
a. Mendeteksi pada setiap anggota keluarga
meliputi gangguan, resiko dan keadaan
kesehatannya.
b. Menggerakkan keluarga sehat agar mengikuti
penyuluhan terkait sehat jiwa sesuai dengan usia
anak.
c. Menggerakkan keluarga yang mempunyai resiko
untuk mengikuti berbagai penyuluhan resiko
terkait gangguan jiwa.
d. Menggerakkan keluarga pasien dengan gangguan
jiwa untuk mengikuti penyuluhan tentang
bagaimana cara merawat pasien.
34
e. Menggerakkan pasien dengan gangguan jiwa
untuk mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) dan rehabilitasi.
f. Melakukan kunjungan rumah kekeluarga pasien
dengan gangguan jiwa yang sudah mendiri.
g. Merujuk pasien jika memang harus segera
mendapatkan pelayanan yang lebih intensif.
h. Mendokumentasikan kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
36
3)Kader Kesehatan merujuk pasien dengan
gangguan jiwa ke pelayanan Kesehatan yang
professional.
5.Kemampuan Kader Kesehatan Jiwa
Seorang kader juga dituntut untuk mempunyai
kemampuan lebih dalam melaksanakan kinerjanya
dimana kemampuan itu merujuk pada potensi
seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Disini
peran kader Kesehatan jiwa diharapkan mempunyai
kemampuan dalam melakukan deteksi dini gangguan
jiwa sehingga terwujudnya peran dan fungsi kader
Kesehatan jiwa sesuai dengan tugas nya agar
berjalan dengan baik.(1) Kemampuan sendiri
tersusun atas beberapa factor yaitu:
a. kemampuan intelektual
kemampuan intelektual merupakan sebuah
kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan
berbagai materi kegiatan terkait dengan deteksi
dini gangguan jiwa. Ada 7 indikator yang dapat
membentuk kemampuan intelektual seorang
kader Kesehatan, yaitu :
37
1) Pemahaman verbal merupakan, kemampuan
dalam memahami apa yang telah dibaca dan
didengarnya.
2)Kemampuan dalam angka merupakan
kemampuan dalam melakukan perhitungan
dengan cepat dan tepat.
3)Kemampuan persepsi merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
mengetahui kemiripan dan perbedaan dalam
bentuk visual dengan cepat dan tepat.
4)Kemampuan penalaran induktif merupakan
kemampuan seseorang dalam mengenali
suatu urutan secara logis dalam suatu
masalah yang kemudian dipercahkan masalah
tersebut.
5)Kemampuan penalaran deduktif merupakan
kemampuan seseorang dalam menggunakan
logika dan menilai implikasi dari sebuah
argument yang ada.
6)Kemampuan visualisasi spasial merupakan
kemampuan seseorang dalam
membayangkan bagaimana sebuah objek itu
38
dapat terlihat apabila posisinya dalam
ruangan diubah.
7)Kemampuan dalam daya ingat merupakan
kemampuan seseorang dalam menahan dan
mengenang kejadian dimasa lalunya.
b. Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik seseorang sangat diperlukan
dalam melakukan aktivitasnya sehari – hari agar
tercapainya tugas – tugas yang diembannya
dibutuhkan stamina yang baik, kecekatan dalam
mengambil keputusan, kekuatan serta ketampilan
yang harus wajib dimiliki oleh seorang kader
Kesehatan jiwa. Kemampuan dasar fisik yang
harus dimiliki mencakup :
1)Factor kekuatan, dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Kekuatan dinamis merupakan sebuah
kemampuan seseorang dalam
mengandalkan ototnya.
b) Kekuatan Statis merupakan kekuatan
seseorang dalam mengamati objek dari
luar (eksternal)
39
c) Kekuatan eksplosif merupakan
kemampuan seseorang dalam
mengeluarkan energy maksimum
tindakan eksplosif.
2)Factor Fleksibilitas, dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Fleksibilitas secara luas merupakan
kemampuan seseorang dalam
menggerakkan tubuh dan otot
punggungnya.
b) Fleksibilitas secara dinamis merupakan
kemampuan seseorang dalam membuat
sebuah Gerakan – Gerakan secara lentur,
cepat dan berulang.
3)Factor lainnya
a) Koordinasi tubuh merupakan
kemampuan dalam mengkoordinasikan
sebuah Tindakan secara bersamaan dari
bagian – bagian tubuh manusia yang
berbeda.
b) Keseimbangan merupakan kemampuan
mempertahankan keseimbangan tubuh
40
walaupun terdapat gaya yang dapat
mengganggu keseimbangan tubuh.
c) Stamina merupakan kemampuan dalam
menggerakkan upaya secara maksimum
yang membutuhkan usaha secara
berkelanjutan.
BAB 4
41
MENDETEKSI DINI GANGGUAN JIWA PADA
REMAJA MENGGUNAKAN KUESIONER SDQ
A. DESKRIPSI SINGKAT
Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa
anak – anak ke masa dewasa yang ditandai dengan
adanya pertumbuhan dan perkembangan secara
biologis dan psikologis. Pertumbuhan dan
perkembangan secara biologis ditandai engan
tumbuh dan berkembangnya seks primer dan seks
sekunder sedangkan pertumbuhan dan
perkembangan secara psikologis biasanya ditandai
dengan sikap dan perasaan, keinginan dan emosi
yang masih labilk dan tidak menentu.(7)
Maka dari itu untuk menghindari terjadinya gangguan
jiwa pada remaja perlu adanya upaya sedini mungkin
dalam mengenali gejala – gejala awal terjadinya
gangguan jiwa sebagai bentuk deteksi awal dalam
mendiagnosis.
Deteksi awal yang harus dilakukan terkait gejala –
gejala gangguan jiwa awal pada mental yaitu dengan
melihat perilaku, berfikir dan cara berperasaan dari
42
sasaran tersebut, deteksi awal harus dilakukan karena
untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa yang lebih
parah dan bisa merusak kepribadian dari manusia
tersebut.
Tujuan dari adanya deteksi dini gangguan mental
merupakan untuk memberikan pengetahuan serta
pemahaman dan perhatian tenaga Kesehatan dan
masyarakat terhadap kondisi psikologis yang terdiri
dari Kesehatan mental, jiwa dan spiritual yang ada
dalam diri individu dalam menanggulangi serta
menghindari terjadinya beberapa gangguan jiwa.
Deteksi dini juga sebagai bentuk pencegaran
terhadap indikasi – indikasi terjadinya gangguan
mental dan kejiwaan. Hal itu karena manusia hidup
memiliki tanggung jawab yang besar dalam
berhubungan baik dengan tuhannya, keluarga,
lingkungan masyarakat dan untuk dirinya sendiri.
Karena jika individu dalam kondisi tidak sehat tidak
akan berjalan dengan baik dalam bersosialisasi, sehat
disini yaitu baik sehat jasmani, rohani, psikologi
maupun spiritual.(8)
43
B. TUJUAN
Tujuan dibuatnya modul ini yaitu :
1) Mengetahui pengertian dari definisi kuesioner SDQ
2) Tenaga Kesehatan dapat membaca kuesioner SDQ
3) Dapat menjelaskan setiap aspek yang ada didalam
kuesioner SDQ
C. SASARAN
Materi ini dibuat diperuntukkan kesemua tenaga
Kesehatan dan kader Kesehatan dalam penanganan
gangguan jiwa berbasis masyarakat. Agar kader
Kesehatan ini dapat memberikan pemahaman terkait
Kesehatan jiwa dalam melakukan deteksi dini
gangguan jiwa didalam masyarakat khususnya pada
remaja.
44
Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ)
merupakan alat ukur psikologi yang digunakan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan jiwa pada
remaja yang kaitannya dengan keadaan emosional
remaja dan perilaku. Tujuan dari penggunaan
kuesioner SDQ yaitu untuk menguji parameter
psikometri kejiwaan pada remaja yang terdiri dari 25
item pertanyaan dengan 5 dimensi yang akan diukur
yaitu prososial, hiperaktifitas, masalah emosional,
perilau dan hubungan dengan teman sebaya.
Kuesioner ini digunakan dalam rentan usia 3-17 tahun
yang terbagi menjadi 2 instrumen.(9)
47
F. KUESIONER SDQ DAN INTERPRETASINYA
48
49
50
51
4) 1). INTERPRETASI KUESIONER SDQ
Kuesioner SDQ terdiri dari 25 pertanyaan
yang terdiri dari 5 kriteria penilaian yang
memiliki masing – masing nilai. Biasanya
paling mudah dalam menilai ini semua
yaitu menghitung 5 kriteria terlebih dahulu
sebelum menghitung skor total kesulitan.
(9) Dimana Skor 1 “Agak Benar” dan skor
“tidak benar” dan Tentu Benar” memiliki
variasi penilaian tergantung dari item
pertanyaan, untuk masing – masing
pertanyaan dari 5 kriteria ini memiliki skor
berkisar dari 0 – 10 jika semua benar
52
berarti item terselesaikan dengan baik,
seperti yang ditunjukkan di bawah ini :
53
54
BAB 5
MENDETEKSI MASALAH KESEHATAN JIWA
MENGGUNAKAN KUESIONER SDQ
A. DESKRIPSI SINGKAT
Kesehatan jiwa menurut World Health Organization
(WHO) merupakan seseorang dikatakan sehat apabila
individu tersebut merasakan sehat dan Bahagia,
mampu dalam menghadapi tantangan hidup dan
dapat menerima masukan serta pendapat dari orang
lain serta individu tersebut mempunyai sikap yang
positif terhadap dirinya sendiri dan orang
disekitarnya.
Kesehatan jiwa adalah sebuah kondisi dimana
seorang individu mampu berkembang secara fisik,
mental, psikologi, social dan spiritual sehingga
seorang individu tersebut dapat menyadari
kemampuan pada dirinya, dapat mengatasi berbagai
tekanan yang didapatkan dari lingkungannya, mampu
bekerja secara produktif dan mampu memberikan
konstribusi untuk lingkungan masyarakatnya, apabila
seorang individu tidak dapat menjalankan tugasnya
55
tersebut berarti dikatakan bahwa individu tersebut
mengalami masalah dalam gangguan jiwanya.(11)
Dilingkungan kita sendiri yang termasuk dalam
gangguan jiwa yaitu apabila seorang individu sudah
tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri sehingga
dapat mencelakai orang – orang disekitarnya karena
tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Maka dari
itu perlu nya deteksi dini gangguan jiwa agar tidak
terjadi nya masalah jiwa yang lebih parah.
Sebenarnya seseorang dikatakan mengarah ke
gangguan jiwa jika sesorang individu tersebut mulai
tidak bisa mengontrol emosionalnya, sering marah
meledak – ledak, dan disosialnya lebih suka
menyendiri dari pada ditempat rame.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan meteri ini yaitu sebagai
pegangan untuk tenaga Kesehatan dan kader
Kesehatan sebagai fasilitator yang diharapkan
mampu melakukan sebagai berikut :
1)Mendeteksi masalah emosional pada remaja
2)Mendeteksi adanya masalah perilaku pada remaja
56
3)Mendeteksi masalah hyperaktivitas pada remaja
4)Mendeteksi masalah teman sebaya pada remaja
5)Mendeteksi prososial pada remaja
6)Mengevaluasi hasil dari deteksi dini gangguan
jiwa pada remaja
C. SASARAN
Materi pada modul kali ini diperuntukkan untuk
semua tenaga Kesehatan dan kader Kesehatan
sebagai pedoman pendampingan dalam
penangganan gangguan jiwa berbasis masyarakat
terkait deteksi dini kesehatan jiwa untuk remaja.(1)
63
Kader Kesehatan sebelum melakukan skring awal
deteksi dini gangguan jiwa pada remaja diharapkan
bisa membuat situasi yang kondusif agar saat remaja
mengisi kuesioner dapat terjawab sesuai yang
diharapkan, berikut yang perlu diperhatikan oleh
kader Kesehatan :
1. Kader Kesehatan mengatur posisi duduk senyaman
mungkin, remaja dengan berhadapan dan saling
pandang langsung dengan kader Kesehatan.
2. Kader Kesehatan memberikan selembar kertas
kuesioner dan menyediakan alat tulis kepada
remaja.
3. Kader Kesehatan menjelaskan tata cara dalam
pengisian kuesioner SDQ dari awal sampai akhir,
dan ditanyakan Kembali ke remaja apakah sudah
paham atas penjelasan yang diberikan oleh kader
Kesehatan atau belum, jika belum kader Kesehatan
dapat mengulangnya Kembali dan jika
memungkinkan diberikan sedikit gambaran.
4. Kader Kesehatan slalu mengawasi remaja dalam
melakukan pengisian kuesioner.
64
5. Apabila ditengah pengerjaan remaja mengajukan
pertanyaan sebaiknya segera memberikan
tanggapan.
6. Kader Kesehatan memastikan bahwa kuesioner 25
pertanyaan sudah terisi dengan baik.
7. Setelah remaja selesai mengisikan kuesioner
dengan baik sebaiknya segera dikumpulkan.
8. Kader Kesehatan sebaiknya segera mengecek
pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh remaja dan
memberikan penskoringan.
9. Kader Kesehatan setelah selesai melakukan
penskoringan langsung memberitahukan hasil
pekerjaan remaja tersebut dan dijelaskan dengan
Bahasa yang mudah dipahami oleh remaja.
10. Apabila didapatkan hasil normal maka kader
Kesehatan tidak perlu melakukan rencana tindak
lanjut kepada remaja, namun jika hasil yang
didapatkan remaja terdeteksi mengalami kelainan
maka segera memebritahu remaja dan melakukan
pendampingan.
11. Kader Kesehatan melakukan evaluasi tanggapan dr
remaja terkait pengisian kuesioner SDQ.
65
Daftar Pustaka
1. Kurniawan Chandail N, Mubin Fatkhul M, Samiasih A, Rosiana A, Rosidi A, Ernawati. BUKU PEDOMAN
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA REMAJA-2. 2022.
2. Latipun. Kesehatan Mental. Kelima. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press; 2019.
3. Keputusan Menteri. Kesehatan Jiwa. Undang - Undang No18. 2014;
4. Aziz UK, Lutfiya I, Sulaiman I. Gambaran Gangguan Perilaku dan Emosional pada Remaja Usia 10-24
Tahun Berdasarkan Faktor Sosiodemografi (Analisis Data Susenas Tahun 2015). BIOGRAPH-I: Journal
of Biostatistics and Demographic Dynamic. 2021 Nov 30;1(2):54.
5. Rahman F. Penyusunan Program BK di Sekolah.
6. Karwati D. Kader Kesehatan. 2009;
7. Sarwono. PERKEMBANGAN MASA REMAJA (Usia 11/12-18 tahun). 2011.
8. Azizah lilik, Zainuri I, Amar A. BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA. 2016. from:
www.indomediapustaka.com
9. STRENGTH AND DIIFICULTIES QUESTIONNAIRE-SDQ.
66
10. Rizkiah A, Risanty RD, Mujiastuti R. SISTEM PENDETEKSI DINI KESEHATAN MENTAL EMOSIONAL
ANAK USIA 4-17 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING [Internet]. Available from:
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/just-
11. Farid M, Hidayati K. Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Persona,
Jurnal Psikolog Indonesia. 2016;5:137–44.
12. Istiqomah I. Parameter Psikometri Alat Ukur Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ).
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi. 2017 Dec 30;4(2):251–64.
PROFIL PENULIS
Nor Amalia Muthoharoh, SKM., M.Kes
67
Fitria Dewi Puspita Anggraini
Aprianti
68
Vilda Ana Veria Setyawati S.Gz, M.Gizi
69