Anda di halaman 1dari 62

BUKU PEDOMAN

Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi


i
BUKU PEDOMAN
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA REMAJA
DI MASA PANDEMI

Noor Chandiq Kurniawan, S.Kep., Ns.


Dr. M. Fatkhul Mubin, M.Kep., Ns. Sp. Kep. J.
Dr. Amin Samiasih, S.Kp., M.Si. Med.
Anny Rosiana M., M.Kep., Ns. Sp. Kep. J.
Dr. Ali Rosidi, M.Si.
Dr. Ernawati, S.Kp., M.Kes.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
ii
BUKU PEDOMAN
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA REMAJA
DI MASA PANDEMI

Penulis:
Noor Chandiq Kurniawan, S.Kep., Ns.
Dr. M. Fatkhul Mubin, M.Kep., Ns. Sp. Kep. J.
Dr. Amin Samiasih, S.Kp., M.Si. Med.
Anny Rosiana M., M.Kep., Ns. Sp. Kep. J.
Dr. Ali Rosidi, M.Si.
Dr. Ernawati, S.Kp., M.Kes.

ISBN : 978-623-96524-6-3
Editor :
Indanah, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An.
Desain sampul:
Noor Chandiq Kurniawan, S.Kep., Ns.
Tata Letak
Noor Chandiq Kurniawan, S.Kep., Ns.
Penerbit :
MU Press
Redaksi :
Jl. Ganesha I purwosari Kudus 59316
Telp/Fax. (0291) 437218/442993
Email: mupress@stikesmuhkudus.ac.id

Distributor Tunggal :
Mu Press
Jl. Ganesha I purwosari Kudus 59316
Telp/Fax. (0291) 437218/442993
Email: mupress@stikesmuhkudus.ac.id

Cetakan Pertama, Juli 2022


Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
iii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan


rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Buku pedoman deteksi dini gangguan jiwa remaja di masa pandemi.
Buku pedoman ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan kemampuan deteksi dini gangguan jiwa pada kader kesehatan
terutama di masa pandemi. Penulisan buku pedoman ini disusun
berdasarkan tinjauan literatur yang dapat dipertanggungjawabkan
secara redaksi dan substansi.

Penulis menyadari bahwa buku pedoman ini masih jauh dari


sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan buku
pedoman ini. Buku ini akan di tinjau secara berkala sesuai dengan
perkembangan keilmuan keperawatan. Kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penulisan
buku ini dari awal sampai akhir. Semoga buku pedoman ini dapat
memberikan kontribusi penting dalam pengembangan keilmuan
kesehatan khususnya keperawatan dimasa yang akan datang.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................. ii


PRAKATA .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................... v

BAB I PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


DESKRIPSI MODUL .............................................................. 1
MATERI MODUL ................................................................... 2
TUJUAN MODUL ................................................................... 3
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .................................... 4
PANDUAN IMPLEMENTASI MODUL .................................... 4

BAB II PENGETAHUAN PRAKTIS GANGGUAN JIWA REMAJA


DESKRIPSI SINGKAT ........................................................... 7
TUJUAN................................................................................. 8
SASARAN.............................................................................. 9
URAIAN MATERI ................................................................... 9
Mitos & Fakta Gangguan Jiwa......................................... 10
Definisi Gangguan Jiwa................................................... 13
Penyebab Gangguan Jiwa .............................................. 14
Gangguan Jiwa Pada Remaja ......................................... 19
RANGKUMAN........................................................................ 23
REFERENSI .......................................................................... 24

BAB III KADER KESEHATAN JIWA


DESKRIPSI SINGKAT ........................................................... 25
TUJUAN................................................................................. 26
SASARAN.............................................................................. 26
URAIAN MATERI ................................................................... 26
Pengertian Kader Kesehatan Jiwa .................................. 27
Tujuan Kader Kesehatan Jiwa ......................................... 28
Penilaian Kader Kesehatan Jiwa ..................................... 29
Peran Kader Kesehatan Jiwa .......................................... 30
Kemampuan Kader Kesehatan Jiwa ............................... 32
RANGKUMAN........................................................................ 35
REFERENSI .......................................................................... 36

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
v
BAB IV DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA DI MASA PANDEMI
DESKRIPSI SINGKAT ........................................................... 38
TUJUAN................................................................................. 39
SASARAN.............................................................................. 40
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA REMAJA DENGAN SDQ
(Strengths & Difficulties Questionnaire) .................................. 40
Deteksi Masalah Emosional Pada Remaja ...................... 42
Deteksi Masalah Perilaku Pada Remaja.......................... 43
Deteksi Masalah Hiperaktif Pada Remaja ....................... 43
Deteksi Masalah Teman Sebaya Pada Remaja .............. 44
Deteksi Prososial Pada Remaja ...................................... 45
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR .............................. 50
EVALUASI ............................................................................ 52
REFERENSI .......................................................................... 53

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
vi
BAB Petunjuk
Penggunaan
01 Modul
Kemampuan kader kesehatan dalam deteksi dini
gangguan jiwa pada remaja dengan menggunakan buku
pedoman sebagai upaya dalam screnning gangguan
jiwa dan penemuan kasus gangguan jiwa remaja di
masyarakat diharapkan menjadi pedoman bagi perawat/
tenaga kesehatan serta dapat memberdayakan kader
kesehatan jiwa berbasis kemitraan yang tepat.

A. DESKRIPSI MODUL

Kader kesehatan jiwa belum banyak dikenal di


masyarakat. Meskipun program penanganan gangguan
jiwa dari pemerintah sudah gencar dilakukan melalui
pelayanan kesehatan di rumah sakit ataupun di
puskesmas. Sehingga peran kader kesehatan jiwa
belum maksimal terutama dalam melakukan deteksi dini
gangguan jiwa khususnya pada kelompok remaja di
masa pandemi. Masa pandemi merupakan salah satu
stressor terjadinya gangguan jiwa dengan berbagai
kondisi atau keadaan serta pembatasan pada remaja.

BUKU PEDOMAN
1
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
Buku pedoman deteksi dini gangguan jiwa remaja ini
merupakan salah satu strategi implementasi
kemampuan kader kesehatan jiwa yaitu melakukan
deteksi dini gangguan jiwa sehingga dapat
meningkatkan peran serta masyarakat terutama kader
kesehatan sesuai dengan tujuan dari Comunity Mental
Health Nursing (CMHN).

Materi dalam buku pedoman ini telah merujuk pada


referensi terkini dan sumber yang kredibel. Buku
pedoman ini terdiri dari 4 Bab yaitu Bab I Petunjuk
penggunaan modul, Bab II Pengetahuan praktis
gangguan jiwa pada remaja, Bab III Kader kesehatan
jiwa, Bab IV Deteksi dini gangguan jiwa remaja di masa
pandemi.

B. MATERI MODUL

Buku pedoman ini berisi materi tentang deteksi dini


gangguan jiwa remaja di masa pandemi, materi tersebut
antara lain :

1. Pengetahuan praktis gangguan jiwa remaja


2. Kader kesehatan jiwa
3. Deteksi dini gangguan jiwa di masa pandemi
dengan SDQ
4. Deteksi masalah emosional pada remaja

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
2
5. Deteksi masalah perilaku pada remaja
6. Deteksi masalah hiperaktif pada remaja
7. Deteksi masalah teman sebaya pada remaja
8. Deteksi prososial pada remaja
9. Evaluasi kader kesehatan dalam melakukan
deteksi dini gangguan jiwa

C. TUJUAN MODUL

Tujuan dari penulisan buku pedoman deteksi dini


gangguan jiwa remaja di masa pandemi ini antara lain:

1. Meningkatkan kapasitas pengetahuan praktis terkait


gangguan jiwa remaja
2. Meningkatkan kemampuan pemberdayaan kader
kesehatan jiwa.
3. Meningkatkan kemitraan kader jiwa dengan
stakeholder.
4. Membangun kompetensi kader kesehatan jiwa.
5. Mengurangi perceived stigma gangguan jiwa
terutama pada remaja.
6. Melakukan penilaian terhadap keberdayaan kader
kesehatan jiwa dalam melakukan deteksi dini
gangguan jiwa remaja di masa pandemi.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
3
D. PETUNJUK MODUL

Pemberdayaan kader kesehatan dalam melakukan


deteksi dini gangguan jiwa remaja sesuai dengan tujuan
pembuatan modul ini dapat dicapai melalui beberapa
tahapan dan proses. Pembaca diharapkan
memperhatikan petunjuk penggunaan modul sebagai
berikut:
1. Modul digunakan sebagai pedoman deteksi dini
ganguan jiwa remaja di masa pandemi.
2. Intervensi dilakukan oleh perawat/petugas
kesehatan di Puskesmas dan kader kesehatan jiwa
setempat.
3. Bacalah dan pahami setiap ulasan materi pada
modul ini sampai selesai.
4. Praktikkan langkah-langkah sesuai dengan
panduan dalam modul

E. PANDUAN IMPLEMENTASI MODUL

Panduan implementasi buku pedoman deteksi dini


gangguan jiwa remaja di masa pandemi sebagai berikut:

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
4
Tabel 1.1 Panduan Implementasi Modul
BAB Materi Tujuan Bahan Kajian Waktu Metode
Pertemuan ke-1
1 Konsep Meningkatkan 1. Mitos & Fakta 2 x 45 Ceramah,
dasar pengetahuan Gangguan menit Brainstor-
gangguan tentang Jiwa ming
jiwa gangguan 2. Definisi dialog
remaja jiwa remaja Gangguan kritis, dan
Jiwa refleksi
3. Penyebab
Gangguan
Jiwa
4. Gangguan
Jiwa Pada
Remaja

2 Kader Meningkatkan 1. Pengertian 2 x 45 Ceramah,


kesehatan pemahaman Kader Menit simulasi,
jiwa tentang kader Kesehatan dialog
kesehatan Jiwa kritis, dan
jiwa 2. Tujuan Kader refleksi
Kesehatan
Jiwa
3. Penilaian
Kader
Kesehatan
Jiwa
4. Peran Kader
Kesehatan
Jiwa
5. Kemampuan
Kader
Kesehatan
Jiwa

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
5
NO Materi Tujuan Bahan Kajian Waktu Metode
Pertemuan ke-2
1 Deteksi dini Meningkatkan 1. Definisi 1 x 45 Testimoni,
gangguan kemampuan SDQ menit praktik
jiwa remaja kader 2. Cara simulasi,
dengan SDQ kesehatan membaca diskusi
mengenai SDQ
deteksi dini 3. Aspek atau
gangguan dimensi
jiwa dengan dalam SDQ
cara SDQ

2 Deteksi Meningkatkan 1. deteksi 4 x 45 Testimoni,


masalah kemampuan masalah Menit praktik
 emosional kader dalam emosional simulasi,
 perilaku deteksi pada diskusi,
 hiperaktif masalah remaja dan
 teman emosional 2. deteksi refleksi
sebaya perilaku masalah
 prososial hiperaktif perilaku
Evaluasi teman sebaya pada
kader dan prososial remaja
kesehatan serta evaluasi 3. deteksi
dalam pelaksanaan masalah
melakukan deteksi dini hiperaktif
deteksi dini pada
gangguan remaja
jiwa 4. deteksi
masalah
teman
sebaya
pada
remaja
5. deteksi
prososial
pada
remaja
6. evaluasi

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
6
BAB Pengetahuan
Praktis Gangguan
02 Jiwa Remaja

A. DESKRIPSI SINGKAT

Kurangnya pemahaman masyarakat tentang gangguan


jiwa, stigma yang berkembang di masyarakat tentang
gangguan jiwa dan kurang meratanya pelayanan
kesehatan mental yang ada di masyarakat merupakan
masalah yang sering ditemukan di masyarakat. Stigma
merupakan salah satu hambatan yang mencegah orang
dengan gangguan jiwa mendapat perawatan. Dalam
kenyataannya, 50 - 60% orang dengan gangguan jiwa
menghindari perawatan karena takut mendapat stigma.
Stigma tidak hanya terjadi pada penderita gangguan
jiwa, namun juga pada anggota keluarga yang terkait
juga bisa terkena dampaknya. Struktur budaya di
lingkungan masyarakat juga turut andil mempengaruhi
pembentukan nilai dan norma di dalam keluarga.
Keluarga merasakan adanya anggapan egatif labelling
dan diskriminasi yang mempengaruhi kehidupan
mereka, sehingga menumbuhkan keinginan menarik diri

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
7
secara fisik dan sosial dan membatasi diri untuk
menggunakan kesempatan berbaur dengan lingkungan
masyarakat. (1) (2)

Urgensi peran kader kesehatan jiwa bagi masyarakat


tidak diragukan lagi. Kedekatannya dengan masyarakat
menjadikan kader kesehatan jiwa sebagai ujung tombak
keberhasilan dalam mengatasi permasalahan
kesehatan jiwa ataupun mempromosikan kesehatan
jiwa. Keberadaan kader di masyarakat menuntut kader
kesehatan untuk menyediakan waktu dan
mengekspresikan kepeduliannya kepada masyarakat
sekitar. Sikap empati menjadikan kader kesehatan jiwa
dapat lebih produktif dalam memberikan bantuan.
Namun demikian, fakta memperlihatkan bahwa banyak
posyandu kesehatan jiwa yang belum memberikan
pelayanannya secara aktif. (3)

B. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini, perawat/tenaga kesehatan


dan kader kesehatan sebagai fasilitator diharapkan
mampu memahami hal sebagai berikut ini :

1. Mitos & fakta gangguan jiwa

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
8
2. Definisi gangguan jiwa
3. Penyebab gangguan jiwa
4. Gangguan jiwa pada remaja

C. SASARAN

Materi ini diperuntukkan untuk perawat/tenaga


kesehatan dan kader kesehatan sebagai garda
terdepan dalam penanganan gangguan jiwa berbasis
masyarakat untuk mengurangi stigma mengenai
gangguan jiwa di masyarakat dan mencegah sejak dini
timbulnya gangguan jiwa khususnya pada remaja.

D. URAIAN MATERI

Pengetahuan praktis yang diharapkan dapat dipahami


oleh perawat/tenaga kesehatan dan kader kesehatan
dalam upaya deteksi dini gangguan jiwa antara lain
sebagai berikut :

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
9
1. Mitos dan Fakta tentang Gangguan Jiwa

Tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan jiwa juga


penting untuk diperhatikan. Sayangnya, banyak orang
belum menyadari gangguan kesehatan jiwa merupakan
isu yang serius. Stigma negatif masih cenderung
melekat pada mereka yang didiagnosis mengalami
masalah kesehatan jiwa. Selain gejalanya yang sulit
dipahami, gangguan jiwa juga identik dengan berbagai
mitos dan stigma. Berikut adalah mitos-mitos di tengah
masyarakat mengenai gangguan jiwa dan faktanya.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
10
Tabel 2.1 Mitos dan fakta tentang gangguan jiwa
Mitos Fakta
Gangguan Jiwa adalah Hal ini jelas keliru. Satu dari lima orang
Kondisi yang Jarang Amerika mengalami masalah kesehatan jiwa.
Terjadi Lalu, 1 dari 10 orang dewasa muda pun
mengalami periode depresi.

Selain itu, 1 dari 25 orang Amerika


terdiagnosis gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia atau gangguan bipolar. Kejadian
depresi dan bunuh diri bahkan terus
bertambah.
Pola Asuh Buruk Tidak ada satu faktor yang benar-benar
Menyebabkan Gangguan menjadi penyebab langsung dari gangguan
Jiwa jiwa.

Gangguan jiwa adalah suatu kondisi kompleks


yang disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai
dari genetik, biologi, lingkungan, pengalaman
hidup, dan sebagainya.
Anak-Anak Tidak Akan Studi menunjukkan, 1 dari 5 anak usia 13-18
Mengalami Gangguan tahun mengalami gangguan jiwa. Sebagian
Jiwa besar mulai menunjukkan gejala di usia 14
tahun.

Sayangnya, mitos gangguan jiwa ini membuat


gangguan mental pada anak dan remaja luput
dari diagnosis dini. Akibatnya, tidak dapat
penanganan yang tepat dan optimal.
Gangguan Jiwa Tidak Seorang penderita skizofrenia yang
Nyata, Penderita Hanya mengalami halusinasi auditorik akan
Pura-pura mengatakan bahwa ia benar-benar
mendengar suara-suara tertentu.

Sekali pun bagi orang di sekitarnya hal itu


terdengar tidak masuk akal, bukan berarti
penderitanya sedang berpura-pura.
Orang yang Pribadinya Gangguan jiwa tidak ada hubungannya
Lemah Akan Mengalami dengan kelemahan karakter atau pribadi
Gangguan Jiwa seseorang.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
11
Pekerjaan penuh tantangan, masalah
keluarga, dan pengalaman menjadi korban
kekerasan memang bisa membuat seseorang
lebih rentan. Namun, tidak berarti pasti
mengalami gangguan jiwa.
Gangguan Jiwa Serupa dengan mitos sebelumnya, gangguan
Berhubungan dengan jiwa sering kali dikaitkan dengan ranah
Kurang Iman atau Ibadah keimanan seseorang.

Meski ibadah memang menjadi salah satu


cara untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan
membantu kesehatan mental, kurang beriman
atau beribadah tidak selalu menjadi penyebab
gangguan jiwa pada seseorang.
Penderita Gangguan Jiwa Penderita gangguan jiwa memang dapat
Berbahaya Karena melakukan hal tidak terduga seperti
Berisiko Lakukan kekerasan. Namun, tidak berarti gangguan
Kekerasan mental pasti akan melakukan hal tersebut.

Faktanya, penderita gangguan jiwa justru


lebih sering menjadi korban kekerasan. Data
menyebutkan, orang dengan gangguan jiwa
berisiko sepuluh kali lebih besar untuk menjadi
korban kekerasan di masyarakat.
Gangguan Jiwa Tidak Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar.
Dapat Disembuhkan Saat ini sudah tersedia banyak metode terapi
untuk menangani gangguan jiwa.

Gejala-gejala gangguan jiwa dapat ditekan.


Penderitanya pun tetap dapat beraktivitas
sebagaimana orang pada umumnya.

Penting untuk berkonsultasi dengan tenaga


medis yang kompeten dalam menghadapi
masalah kesehatan mental atau gangguan
jiwa.

Akan lebih baik lagi bila saat proses


konsultasi, penderita ditemani oleh kerabat
yang dipercaya dan dapat memberi dukungan
selama proses pengobatan.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
12
Hanya Penderita yang Ada anggapan, mereka yang memiliki banyak
Tidak Punya Kerabat yang kerabat atau kawan tidak akan mengalami
Butuh Terapi gangguan jiwa. Lalu, gangguan jiwa hanya
akan dialami mereka yang kesepian atau
sebatang kara.

Mitosnya pun semakin berkembang – jika


penderita gangguan jiwa memiliki teman dan
keluarga untuk mengobrol, maka tidak perlu
konsultasi ke tenaga medis.

Hal ini sangat keliru dan menyesatkan.

Memiliki support system yang baik memang


dapat meningkatkan keberhasilan terapi
gangguan jiwa.

2. Definisi Gangguan Jiwa

Definisi dari Gangguan jiwa (gangguan mental)


adalah sindrom atau pola perilaku atau psikologik
seseorang yang secara klinik cukup bermakna, dan
secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) dan kelemahan/ keterbatasan
(impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia atau berkaitan dengan

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
13
peningkatan resiko kematian, rasa nyeri, disability, atau
an important loss of freedom (kehilangan kebebasan).
(4)

Dari konsep tersebut diatas, dapat dirumuskan bahwa di


dalam konsep gangguan jiwa, didapatkan butir- butir :

a. Adanya Gejala Klinis yang bermakna, berupa :


Sindrom atau pola perilaku Sindrom atau pola
psikologik
b. Gejala klinis tersebut menimbulkan "penderitaan"
(distress), antara lain dapat berupa: rasa nyeri, tidak
nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ
tubuh dan lain-lain.
c. Gejala klinis tersebut menimbulkan "disabilitas"
(disability) dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri, dll).

3. Penyebab Gangguan Jiwa

Walaupun gejala umum atau gejala yang menonjol itu


terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab
utamanya mungkin di badan (somatogenik), di
lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun dispike

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
14
(psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,
akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai
unsur itu saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi
bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun
jiwa. Berikut ini meruakan penyebab gangguan jiwa
sebagai berikut :

a. Faktor keturunan.
Contoh pada mongoloism
atau sindromadown (suatu
macam retardasi mental
dengan mata sipit, muka
datar, telinga kecil, jari-jari
pendek dan lain-lain) terdapat
trisoma (yaitu tiga buah, bukan dua) pada pasangan
kromosoma No.21. Sindromaturner (dengan ciri khas:
tubuh pendek, leher melebar, infatilismesexual) ternyata
berhubungan dengan jumlah kromosom seks yang
abnormal gangguan yang berhubungan dengan
kromosom seks.
b. Cacat kongenital
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa anak, terlebih yang berat, seperti
retardasi mental yang berat. Akan tetapi umumnya
pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
15
terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia
menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan
hidupnya yang cacat atau berubah itu. Orang tua dapat
mempersulit penyesuaian ini dengan perlindungan yang
berlebihan (proteksi berlebihan). Penolakan atau
tuntutan yang sudah ada di luar kemampuan anak.
c. Perkembangan psikologik yang salah.
1) Ketidakmatangan atau fiksasi, yaitu individu gagal
berkembang lebih lanjut ke fase berikutnya.
2) "tempat-tempat lemah" yang ditinggalkan oleh
pengalaman yang traumatik sebagai kepekaaan
terhadap jenis stres tertentu.
3) Disorsi, yaitu bila individu mengembangkan sikap
atau pola reaksi yang tidak sesuai atau gagal
mencapai integrasi kepribadian yang normal.
d. Deprivasi dini

Deprivasi maternal atau kehilangan


asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah
dengan ibu atau di asrama, dapat
menimbulkan perkembangan yang
abnormal deprivasi rangsangan umum dari
lingkungan, bila sangat berat, ternyata
berhubungan dengan retardasi mental.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
16
e. Pola keluarga yang petagonik

Dalam masa kanak-kanak


keluarga memegang
peranan yang penting
dalam pembentukan
kepribadian. Hubungan
orang tua-anak yang salah
atau interaksi yang
patogenik dalam keluarga sering merupakan sumber
gangguan penyesuaian diri. Kadang-kadang orang tua
berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi
kesempatan anak itu berkembang sendiri. Ada kalanya
orang tua berbuat terlalu sedikit dan tidak merangsang
anak itu atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang
dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka malahan
mengajarkan anak itu pola-pola tidak sesuai.

f. Masa remaja.

Masa remaja dikenal


dengan masa gawat
dalam perkembangan
kepribadian sebagai
masa "masa dan stress"
dalam masa ini individu

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
17
dihadapi dengan pertumbuhan yang cepat, perubahan-
perubahan Tubuh dan pematangan seksual. Pada
waktu yang sama status sosialnya juga mengalami
perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung pada orang
tuanya atau orang lain, sekarang ia hanya belajar berdiri
sendiri dan bertanggung jawab. Kebebasan yang lebih
membawa yang lebih besar pula.

g. Faktor sosiologik dalam perkembangan yang


salah

zaman modern dengan "super industrialisasi", ialah


kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat
dalam hal "kesementaraan" (transience), kebaruan
(novelty), dan "keanekaragaman" (diversity), Dengan
demikian individu menerima rangsangan yang
berlebihan sehingga kemungkinan terjadinya
kekacauan mental lebih besar. Karena hal ini lebih besar
kemungkinannya dalam masa depan, maka
dinamakannya "syok masa depan" (future shock).

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
18
h. Stress

Stress psikososial dan


stress perkembangan
yang terjadi secara
terus-menerus dengan
koping yang tidak efektif
akan mendukung
timbulnya gejala psikotik dengan manifestasi;
kemiskinan, kebodohan, pengangguran, isolasi social,
dan perasaan kehilangan. (5)

4. Gangguan Jiwa pada Remaja

Masa perkembangan remaja

Istilah remaja berasal dari kata latin adolescare atau


adolescentia. Yang dimaksud disini adalah "tumbuh"
atau "tumbuh menjadi dewasa. Usia remaja merupakan
usia transisi dari masa anak ke masa dewasa dan mulai
terjadi perubahan-perubahan dari segi fisik, psikis, dan
emosi.

Usia remaja yang dimaksud adalah usia 10-19 tahun


yaitu periode teriadinya masa pubertas atau
pematangan organ reproduksi manusia. Sedangkan

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
19
dikutip dari Congress research service bahwa usia
remaja dikelompokkan dalam rentan usia 10-24 tahun
karena masa pubertas banyak dialami beberapa remaja
pada usia 10 tahun. (6)

Masalah masalah pada remaja

masalah yang paling umum dialami Remaja


dikategorikan sebagai berikut :

masalah internal (Internalizing problems) yang


didefinisikan sebagai keadaan terganggunya emosi dan
perilaku seperti depresi dan ansietas.

masalah eksternal (externalizing problems) yang


dikarakteristikkan dengan perilaku destruktif terhadap
orang lain atau lingkungan seperti kenakalan remaja,
agresifitas, kesulitan belaiar dan bolos sekolah.

Perkembangan otak Remaja

Perubahan morfologi dan fisiologi teriadi pada otak


manusia selama masa Remaja. Oleh karena itu masa

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
20
Remaja adalah salah satu peristiwa paling dinamis dari
pertumbuhan dan perkembangan Manusia, kedua
setelah masa bayi dalam hal kecepatan atau laju
perubahan perkembangan yang terjadi didalam otak.
Remaja mengalami perkembangan otak yang khas
selama masa transisi dari masa kanak-kanak menuju
dewasa yang juga menjelaskan mengapa kadang
Remaja berkata dan bertindak sesuai dengan keinginan
mereka.

Perkembangan sosial

Pada remaia mulai berkembang "social cognition" yaitu


fungsi kognitif atau kernampuan untuk mengerti akan
situasi sosial dengan menginterpretasikan syarat atau
norma sosial sehingga ia mampu
menginterpretasikannya melalui perilaku yang dapat
diterima. Dalam tahap ini remaja mulai memaharni
Orang lain sebagai individu yang unik yang mendorong
remaja menjalin hubungan sosial yang lebih akrab
terutama dengan teman sebaya (peers). Pada fase
remaja hubungan lebih banyak dijalin dengan teman
sebaya atau Perr dan intensitas hubungan dengan
orang tua dan saudara kandung mulai menurun bahkan
mulai hubungan negatif.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
21
Perkembangan Psikososial

Teori perkembangan psikososial dikemukakan Oleh


Erikson yang menyatakan bahwa kepribadian
berkembang dalam urutan yang telah ditentukan melalui
delapan tahap perkembangan psikososial, dari bayi
hingga dewasa. setiap tahap, mengalami krisis
psikososial yang dapat memberikan dampak positif atau
negatif bagi perkembangan kepribadian.

Perkembangan psikoseksual

Teori psikoseksual dari Freud's juga merupakan teori


yang telah dikenal luas terkait perkembangan manusia.
Sigmund Freud (1856—1939) berasal dari Vienna, Wina
yang terlatih dalam ilmu neurologi dan diminta untuk
bekerja dengan pasien yang menderita "Histeria" yaitu
kondisi yang ditandai dengan ledakan emosi yang tidak
terkendali, ketakutan, dan kecemasan yang telah
membingungkan Para dokter selama berabad-abad.
Ketika Freud menangani Pasien dengan hysteria ia
menemukan bahwa ketika mereka mulai berbicara
tentang beberapa pengalaman hidup mereka, terutama
yang terjadi pada masa kanak-kanak, gejala mereka
mulai menghilang. Hal inilah yang mendasari Freud

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
22
menielaskan psikologis murni pertama untuk masalah
fisik dan penyakit mental. Freud menyatakan bahwa
motif dan keinginan bawah sadar, ketakutan dan
kecemasan mendorong tindakan kita. Ketika ingatan
atau pikiran yang mengganggu mulai menemukan
jalannya ke dalam kesadaran kita. kita mengembangkan
pertahanan untuk melindungi kita dari kenyataan yang
menyakitkan ini.

E. RANGKUMAN

Pengetahuan dasar mengenai gangguan jiwa menjadi


hal yang penting dalam tenaga kesehatan dan kader
kesehatan memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Hal ini dapat mengurai stigma mengenai
gangguan jiwa yang ada di masyarakat serta
mengurangi angka kejadian gangguan jiwa di
masyarakat terutama pada usia produktif. Kader
kesehatan diharapkan dapat memberikan dukungan
dan keberlanjutan program kesehatan jiwa berbasis
masyarakat.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
23
F. REFERENSI

1. Sutini T, Hidayati ON. Gambaran Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Di


Desa Ranjeng Dan Cilopang Kabupaten Sumedang.
Keperawatan BSI. 2017 April; 5: 5.

2. Yusuf A. Stigma Masyarakat tentang Gangguan Jiwa.


Surabaya: Universitas Airlangga, Fakultas Keperawatan; 2017.

3. Kusumawaty I, Yunike , Pastari M. Penyegaran Kader


Kesehatan Jiwa Mengenai Deteksi Dini Gangguan Jiwa dan
Cara Merawat Penderita GangguanJiwa. Journal of Community
Engagement in Health. 2020 Maret; 3: 4.

4. Wicaksono YI. Gejala Gangguan Jiwa dan Pemeriksaan


Psikiatri dalam Praktek Klinis. I ed. Publishing M, editor.
Malang: Media Nusa Creative; 2016.

5. Widiyawati W. Keperawatan Jiwa. I ed. Ariyanto A, editor.


Malang: Literasi Nusantara; 2020.

6. Buanasari A. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Kelompok


Usia Remaja Makasar: CV. Tohar Media; 2021.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
24
BAB Kader
Kesehatan
03 Jiwa
A. DESKRIPSI SINGKAT

Dalam program kesehatan jiwa, kader berfungsi untuk


membantu tenaga kesehatan dalam pengelolaan
program desa siaga melalui kegiatan UKBM (upaya
berbasis masyarakat), membantu memantau kegiatan
dan evaluasi desa siaga, membantu mengembangkan
dan mengelola UKBM serta hal yang terkait, membantu
mengidentifikasi dan melaporkan kejadian di
masyarakat yang dapat berdampak pada masyarakat,
membantu dalam memberikan pemecahan masalah
kesehatan yang sederhana kepada masyarakat. Selain
itu, peran kader sangat besar terhadap peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, baik kesehatan fisik
maupun kesehatan mental. Tugas terpenting kader
adalah mempertahankan yang sehat jiwa tetap sehat,
yang resiko menjadi sehat dan yang gangguan menjadi
sembuh atau produktif, maka dari itu pemberdayaan
kader kesehatan jiwa dapat memungkinkan mencapai
seluruh masyarakat.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
25
B. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini, perawat/tenaga kesehatan


dan kader kesehatan sebagai fasilitator diharapkan
mampu memahami hal sebagai berikut ini :

1. pengertian kader kesehatan jiwa


2. tujuan kader kesehatan jiwa
3. penilaian kader kesehatan jiwa
4. peran kader kesehatan jiwa
5. kemampuan kader kesehatan jiwa

C. SASARAN

Materi ini diperuntukkan untuk perawat/tenaga


kesehatan dan kader kesehatan sebagai garda
terdepan dalam penanganan gangguan jiwa berbasis
masyarakat untuk memberikan pemahaman mengenai
kader kesehatan jiwa beserta peran dan tugasnya
dalam menangani masalah kesehatan jiwa yang ada di
masyarakat

D. URAIAN MATERI

Materi kader kesehatan jiwa diharapkan dapat dipahami


oleh perawat/tenaga kesehatan dan kader kesehatan

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
26
dalam upaya deteksi dini gangguan jiwa antara lain
sebagai berikut :

1. Pengertian Kader Kesehatan Jiwa

Kader kesehatan
merupakan sekelompok
orang yang berasal dari
masyarakat yang dipilih
oleh masyarakat sendiri
dan dilatih oleh petugas
kesehatan guna menangani segala bentuk masalah-
masalah kesehatan baik dialami individu, keluarga
maupun masyarakat sehingga marnpu menjalin kerja
sama dengan berkolaborasi dan koordinasi dengan
pelayanan pcmberian kesehatan. (1)

Kader Kesehatan jiwa adalah seorang warga yang


bersedia secara sukarela untuk aktif berpartisipasi
dalam membantu penanganan kesehatan pada
penderita gangguan jiwa di masyarakat. Kader
kesehatan jiwa (KKJ/ Keswa) merupakan sumber daya
masyarakat yang perlu dikembangkan di desa siaga
sehat jiwa.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
27
2. Tujuan Kader Kesehatan Jiwa

Untuk mewuiudkan program pembangunan nasional


yang telah dicanangkan sebelumnya terutama dalam
bidang kesehatan, maka seluruh bentuk pelayanan
kesehatan memiliki arah pada mengembangan prinsip
masyarakat Objek akan tetapi dari program
pembangunan nasional. Dari pernyataan tersebut, maka
dapat dipahami secara bersama-sama bahwa program
pembangunan nasional ini diperuntukkan untuk, dari,
dan oleh masyarakat agar seluruh lapisan masyarakat
berhak sama memperoleh pelayanan kesehatan secara
merata.

Dengan demikian, adanya pembentukan kader


kesehatan di komunitas maka dapat meniadi
perpanjangtanganan dari petugas kesehatan dalam
memelihara, meningkatkan, dan mencegah munculnya
berbagai macam penyakit yang ada di masyarakat,
Selain itu, adanya kader juga dapat mendeteksi
kondisi kesehatan masyarakat khususnya pada
gangguan jiwa sehingga dapat memberikan perawatan
dan pengobatan sejak dini. Kondisi ini maka dapat
menekan angka mortilitas.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
28
Selain itu, Pendidikan kesehatan tentang upaya
pencegahan covid-19 pada orang gangguan jiwa
melalui kader kesehatan jiwa diberikan kepada para
kader kesehatan jiwa dalam proses pengembangan
kognitif, sehingga jika diberikan pendidikan kesehatan,
kader kesehatan jiwa akan memiliki pengetahuan
tentang upaya pencegahan covid-19 bagi pasien
gangguan jiwa. (2)

3. Penilaian Kader Kesehatan Jiwa

Penilaian kinerja kader kesehatan jiwa dilakukan untuk


memantau dan mengevaluasi kemampuan kader dalam
melaksanakan program kesehatan jiwa komunitas.
Penilaian kinerja kader dilakukan melalui supervisi
langsung (observasi) dan tidak langsung (dokumentasi
laporan). Perawat CMHN melakukan supervisi kinerja
kader kesehatan jiwa satu kali seminggu, disesuaikan
dengan kegiatan yang dilakukan. Penilaian kinerja
didasarkan pada standar kinerja yang ditentukan yaitu
kemampuan kader dalam melaksanakan program
CMHN. Kemampuan yang dinilai disini adalah
kemampuan dalam: (3)

a. Deteksi pada keluarga; sehat, resiko dan


gangguan

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
29
b. Menggerakkan keluarga sehat untuk mengikuti
penyuluhan sehat jiwa sesuai dengan usia anak.
c. Menggerakkan keluarga yang beresiko untuk
mengikuti penyuluhan risiko gangguan jiwa
d. Menggerakkan keluarga pasien gangguan jiwa
untuk penyuluhan tentang cara merawat pasien
e. Menggerakkan pasien jiwa untuk mengikuti
kegiatan TAK dan rehabilitasi
f. Melakukan kunjungan rumah ke keluarga pasien
gangguan jiwa yang telah mandiri
g. Merujuk
h. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan
4. Peran Kader Kesehatan Jiwa

Kader kesehatan jiwa memiliki peran sebagai berikut :

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
30
1) Pencegahan Primer

b) Mengidentifikasi kelompok resiko tinggi, situasi


stress kejadian yang berpotensi terjadinya sakit
jiwa.
c) Pemberian pendidikan kesehatan kepada
komunitas dengan memanfaatkan strategi
koping untuk mengatasi stress dan cara
memecahkan masalah.
d) Menguatkan kemampuan individu dengan
menurunkan stress, tekanan, cemas yang bisa
menyebabkan sakit jiwa.

2) Pencegahan Sekunder

a) Skrinning atau deteksi dini untuk menemukan


kasus masalah kesehatan jiwa di masyarakat
b) Menggerakkan individu, keluarga dan
masyarakat untuk mengikuti kegiatan
kesehatan jiwa yang dilaksanakan di komunitas

3) Pencegahan Tersier

a) Membantu dalam proses rehabilitasi dan


mencegah komplikasi dari gangguan jiwa
b) Melakukan pendampingan kepada pasien dan
keluarga terkait pengobatan

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
31
c) Merujuk klien ke agen kesehatan professional.

5. Kemampuan Kader Kesehatan Jiwa

Kemampuan (ability) adalah menunjukkan potensi


orang untuk melaksanakan pekerjaan, mungkin
kemampuan itu dimanfaatkan atau mungkin juga tidak.
Kemampuan berhubungan erat dengan kemampuan
fisik dan mental yang dimiliki orang untuk melaksanakan
pekerjaan dan bukan yang ingin melaksanakannya.
Seorang kader kesehatan harus memiliki kemampuan
dalam melakukan deteksi dini gangguan jiwa sehingga
peran dan fungsi kader kesehatan dapat berjalan
dengan baik. (4)

Jenis Kemampuan pada hakekatnya tersusun dari dua


perangkat faktor yaitu: (5)

1) Kemampuan intelektual

Kemampuan intelektual adalah


kemampuan yang diperlukan
untuk menjalankan kegiatan
terutama terkait dengan deteksi
dini gangguan jiwa. Tujuh
indikator yang membentuk
kemampuan intelektual adalah:

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
32
a) Kecerdasan angka yaitu kemampuan melakukan
perhitungan dengan cepat dan tepat.

b) Pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami


apa yang dibaca atau didengar serta hubungan kata
satu sama lain.

c) Kecepatan persepsi yaitu kemampuan mengenai


kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat.

d) Penalaran induktif yaitu kemampuan mengenali


suatu urutan logis dalam suatu masalah dan kemudian
memecahkan masalah itu.

e) Penalaran deduktif yaitu kemampuan


menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu
argumen.

f) Visualisasi spasial yaitu kemampuan


membayangkan bagaimana sebuah objek akan terlihat
bila posisinya dalam ruang diubah.

g) Daya ingat yaitu kemampuan menahan dan


mengenang kembali kenangan masa lalu.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
33
2) Kemampuan fisik

Kemampuan yang diperlukan


untuk melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, kecekatan,
kekuatan dan keterampilan yang
harus dimiliki oleh seorang kader
kesehatan. kemampuan dasar
yang tercakup dalam kinerja dari tugas-tugas fisik.

a) Faktor kekuatan

(1) Kekuatan dinamis, yaitu kemampuan menggunakan


kemampuan otot secara berulang atau terus menerus.

(3) Kekuatan statis, yaitu kemampuan menggunakan


kemampuan terhadap objek eksternal.

(3) Kekuatan eksplosif, yaitu kemampuan


mengeluarkan energy maksimum dalam satu atau
serangkaian tindakan eksplosif.

b) Faktor fleksibilitas

(1) Fleksibilitas luas, yaitu kemampuan menggerakkan


tubuh dan otot punggung sejauh mungkin.

(2) Fleksibilitas dinamis, yaitu kemampuan membuat


gerakan-gerakan lentur yang cepat dan berulang-ulang.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
34
c) Faktor Lainya

(1) Koordinasi tubuh, yaitu kemampuan untuk


mengkoordinasikan tindakan secara bersamaan dari
bagian-bagian tubuh yang berbeda.

(2) Keseimbangan, yaitu kemampuan


mempertahankan keseimbangan meskipun terdapat
gaya yang mengganggu keseimbangan.

(3) Stamina, yaitu Kemampuan menggerakkan upaya


maksimum yang membutuhkan usaha berkelanjutan.

G. RANGKUMAN

Kader kesehatan jiwa menjadi hal yang penting dalam


memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Hal ini dapat mengurai stigma mengenai gangguan jiwa
yang ada di masyarakat serta mengurangi angka
kejadian gangguan jiwa di masyarakat terutama pada
usia produktif. Kader kesehatan jiwa diharapkan dapat
memberikan dukungan dan keberlanjutan program
kesehatan jiwa berbasis masyarakat melalui peran,
penilaian serta kemampuan kader kesehatan dalam
melakukan deteksi dini gangguan jiwa.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
35
H. REFERENSI

1. Isnawati IA, Yunita R. Buku Ajar Konsep Pembentukan Kader


Kesehatan Jiwa di Masyarakat. I ed. Sutte , editor. Takalar:
Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia; 2019.

2. Hidayati E, Rahayu DA, Mubin FM, Warsono , Ratnasari PL,


Widyawati E. Upaya Menghadapi Covid-19 Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) Melalui Kader Kesehatan Jiwa. Saluta :
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 2021 Desember; 1: 5.

3. Sahriana. Peran Kader Kesehatan Jiwa Dalam Program


Kesehatan Jiwa Komunitas di Masyarakat. Perpustakaan
Universitas Airlangga. 2018.

4. Hasibuan MS. Manajemen Sumber Daya Manusia. Revisi ed.


Jakarta: Bumi Akhsara; 2017.

5. Coulter M, Robbins SP. Manajemen. 13th ed. Jakarta: Erlangga;


2016.

6. Sutini T, Hidayati ON. Gambaran Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Di


Desa Ranjeng Dan Cilopang Kabupaten Sumedang.
Keperawatan BSI. 2017 April; 5: 5.

7. Yusuf A. Stigma Masyarakat tentang Gangguan Jiwa. Surabaya:


Universitas Airlangga, Fakultas Keperawatan; 2017.

8. Kusumawaty I, Yunike , Pastari M. Penyegaran Kader


Kesehatan Jiwa Mengenai Deteksi Dini Gangguan Jiwa dan
Cara Merawat Penderita GangguanJiwa. Journal of Community
Engagement in Health. 2020 Maret; 3: 4.

9. Wicaksono YI. Gejala Gangguan Jiwa dan Pemeriksaan Psikiatri


dalam Praktek Klinis. I ed. Publishing M, editor. Malang: Media
Nusa Creative; 2016.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
36
10. Widiyawati W. Keperawatan Jiwa. I ed. Ariyanto A, editor.
Malang: Literasi Nusantara; 2020.

11. Buanasari A. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Kelompok


Usia Remaja Makasar: CV. Tohar Media; 2021.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
37
DESKRIPSI SINGKAT
BAB Deteksi Dini
Gangguan Jiwa Di
04 Masa Pandemi
A. DESKRIPSI SINGKAT

Untuk menghindari terjadinya gangguan jiwa, maka


perlu upaya sedini mungkin untuk mengenal kondisi
jiwa, maka dari itu harap diketahui faktor-faktor yang
menimbulkan gangguan jiwa dan gejala-gejalanya
sebagai bentuk deteksi diagnosis. Deteksi yang biasa
dilakukan ialah mengenali gejala-gejala abnormalitas
(ketidakwajaran) pada mental atau pada jiwa.
Pendekatan diagnosis ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya kekalutan mental yang lebih parah yang dapat
merusak kepribadian. Hal tersebut dapat membantu
individu dalam mengembangkan cara berfikir, cara
berperasaan, dan cara berperilaku yang baik dan benar.

Tujuan deteksi dini ialah untuk memberikan


pengetahuan dan pemahaman serta perhatian terhadap
kondisi psikologis, yakni kondisi mental dan jiwa spiritual
yang ada dalam diri individu untuk menghindari dan
menanggulangi akan terjadinya gangguan-gangguan
jiwa (mental). Deteksi dini juga sebagai bentuk

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
38
preventive (pencegahan) sejaka wal terhadap indikasi-
indikasi akan terjadinya gangguan mental dan kejiwaan.
Karena manusia hidup itu memiliki tanggung jawab yang
besar terhadap relasi dalam berhubungan, baik yang
berkaitan individu dengan Tuhannya, individu dengan
dirinya sendiri, keluarganya, lingkungannya sosialnya
dan lingkungan alam sekitarnya. Hal ini mustahil bisa
dilakukan apabila tidak didukung oleh kondisi diri yang
sehat, yakni sehat jasmani(fisiologis) dan sehat ruhani
(mental-spiritual) atau psikologis.

B. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini, perawat/tenaga kesehatan


dan kader kesehatan sebagai fasilitator diharapkan
mampu melakukan hal sebagai berikut ini :

1. Deteksi dini gangguan jiwa menggunakan SDQ


2. deteksi masalah emosional pada remaja
3. deteksi masalah perilaku pada remaja
4. deteksi masalah hiperaktif pada remaja
5. deteksi masalah teman sebaya pada remaja
6. deteksi prososial pada remaja
7. evaluasi pelaksanaan deteksi dini gangguan jiwa
remaja

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
39
C. SASARAN

Materi ini diperuntukkan untuk perawat/tenaga


kesehatan dan kader kesehatan sebagai garda
terdepan dalam penanganan gangguan jiwa berbasis
masyarakat untuk memberikan pemahaman mengenai
kader kesehatan jiwa dalam melakukan deteksi dini
gangguan jiwa pada kelompok remaja di masa pandemi.

D. DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA REMAJA


DENGAN SDQ (Strengths & Difficulties
Questionnaire)

Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) adalah


sebuah instrumen skrining perilaku singkat untuk anak
dan remaja (3-17 tahun) yang memberikan gambaran
singkat dari perilaku yang berfokus pada kekuatan dan
juga kesulitan mereka. Kuesioner singkat sangat
berguna ketika digunakan dalam survei berskala besar
dimana aitem sebaiknya terbatas untuk memastikan
adanya respon yang dicari. Hal ini merupakan kelebihan
SDQ karena jumlah aitemnya yang sedikit dan relatif
sederhana.

SDQ terdiri dari 25 aitem yang dialokasikan pada lima


subskala. Keempat subskala termasuk ke dalam
kelompok subskala kesulitan, yaitu subskala emotional,

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
40
subskala conduct problem, subskala hyperactivity-
inattention, dan subskala peer problem. Sedangkan
subskala yang kelima termasuk dalam kelompok
subskala kekuatan, yaitu subskala prosocial. Masing-
masing subskala SDQ terdiri dari lima aitem. Masing-
masing aitem diskor dalam kriteria tiga poin yaitu 0=tidak
benar, 1=agak benar, 2=sangat benar. Skor dari
masing-masing subskala dapat dihitung dengan
menjumlahkan skor dari masing-masing aitem yang
relevan pada subskala tersebut. Skor tertinggi dari
masing-masing subskala adalah 10 dan skor terendah
adalah 0.

Studi di Belanda menyatakan kuesioner sebaiknya


diberikan sesuai dengan bahasa ibu atau jika
memungkinkan bahasa lain yang familiar untuk
digunakan subjek. Pada Youth In Mind, situs resmi
SDQ, diketahui bahwa SDQ telah diterjemahkan ke
dalam lebih dari 40 bahasa dan bebas digunakan untuk
kepentingan nonkomersial adapun link dapat diakses
melalui http://www.sdqinfo.org/.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
41
Aspek atau dimensi dari SDQ ini adalah :

1. deteksi masalah emosional pada remaja

Aspek gejala emosi


mengarah pada suatu
perasaan dalam
pikiran yang khas,
suatu keadaan
biologis dan
psikologis dalam serangkaian kecenderungan
bertindak. Gangguan emosi merupakan
ketidakmampuan yang ditandai oleh perasaan dan
pikiran yang tidak sesuai dengan usia, budaya atau
norma-norma etis yang berdampak buruk secara
emosional dengan merespon perilaku dalam program-
program pembelajaran sangat nyata pada akademis,
sosial, keterampilan dan kepribadian.

Anak atau remaja dengan gangguan emosi dan perilaku


memiliki karakteristik yang kompleks dan seringkali ciri-
ciri perilakunya juga dilakukan oleh anak-anak sebaya
lain, seperti banyak bergerak, mengganggu teman
sepermainan, perilaku melawan, dan adakalanya
perilaku menyendiri.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
42
2. Deteksi masalah perilaku pada remaja

Masalah perilaku (Conduct problem). Dari aspek


perilaku mengganggu atau mengacau adalah suatu pola
yang negatif, permusuhan dan perilaku menentang yang
terus-menerus tanpa adanya pelanggaran serius
terhadap norma sosial atau hak orang lain. Masalah
perilaku ini merupakan permasalahan yang paling
sering ditunjukkan oleh anak seperti memukul,
berkelahi, mengejek, menolak untuk menuruti
permintaan orang lain

3. deteksi masalah hiperaktif pada remaja

Aspek hyperactivity yaitu suatu pola perilaku pada


seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam,
tidak menaruh perhatian, dan impulsif atau semaunya
sendiri. Anak yang memiliki perilaku ini biasanya sulit
diatur atau dikontrol. Perilaku yang tampak biasanya
adalah:

a. Tidak dapat duduk dengan tenang, terlihat


gelisah.
b. Sering meninggalkan bangku tanpa alasan yang
jelas.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
43
c. Berlari, memanjat tidak pada tempatnya, pada
usia dewasa lebih ditunjukkan dengan sikap
gelisah.
d. Kesulitan dalam menikmati kegiatan atau
permainan yang tenang dan membawa relaksasi.
e. Berkeinginan untuk selalu bergerak aktif.
f. Cerewet, suka berbicara yang terkadang tidak
sesuai dengan konteks
4. deteksi masalah teman sebaya pada remaja

Masalah dengan teman sebaya ini dimana anak kurang


bisa bersosialisasi dengan teman teman sebayanya
baik di lingkungan rumah atau di sekolah. Kesulitan
anak dalam bersosialisasi ini seringkali membuat anak
kurang diterima oleh teman sebayanya, hal ini bisa
membatasi anak untuk berinteraksi secara aktif dalam
kelompok sebaya.

a. populer (mereka yang disukai banyak teman dan di


benci hanya beberapa teman)
b. pengabaian (mereka yang tidak disukai dan tidak
juga tidak disukai)
c. kontroversi (mereka yang disukai banyak teman dan
juga tidak disukai oleh bayak teman)
d. Ditolak (mereka yang disukai hanya Oleh beberapa
orang dan tidak disukai Oleh banyak orang)

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
44
e. rata-rata (mereka yang termasuk kelompok yang
biasa-biasa saja).
5. deteksi prososial pada remaja

Perilaku prososial merupakan sikap alamiah yang


dimiliki oleh manusia disebabkan manusia tidak dapat
hidup secara individualis dan termasuk makhluk sosial
yang selalu membutuhkan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. mengatakan bahwa perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang
menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan
suatu keuntungan langsung pada orang yang
melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan
melibatkan suatu risiko bagi orang yang menolong.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
45
Berikut ini Formulir/Kuesioner SDQ :

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
46
E. CARA INTERPRETASI FORMULIR SDQ

25 item dalam SDQ terdiri dari 5 skala yang masing-


masing terdiri dari 5 item. Biasanya paling mudah untuk
menilai semua 5 skala terlebih dahulu sebelum
menghitung skor kesulitan total. 'Agak Benar' selalu
diberi skor 1, tetapi skor 'Tidak Benar' dan 'Tentu Benar'
bervariasi menurut item, seperti yang ditunjukkan di
bawah skala. Untuk masing-masing dari 5 skala skor
dapat berkisar dari 0 sampai 10 jika semua item
diselesaikan.

Tidak Agak Pasti


benar Benar Benar
Skala masalah emosional
ITEM 3:Sering mengeluh sakit kepala… (sakit kepala 0 1 2
banyak…)
ITEM 8:Banyak kekhawatiran… (Saya sangat khawatir) 0 1 2
ITEM 13:Seringkali tidak bahagia, putus asa… (Saya sering
tidak bahagia…) 0 1 2
ITEM 16:Gugup atau lekat dalam situasi baru… (Saya gugup 0 1 2
dalam situasi baru situasi…)
ITEM 24:Banyak ketakutan, mudah takut (saya punya banyak 0 1 2
ketakutan…)
Skala Masalah Perilaku
ITEM 5:Sering tantrum atau mudah marah (saya sangat 0 1 2
marah)
ITEM 7:Umumnya patuh… (Saya biasanya melakukan apa 2 1 0
yang diperintahkan)
ITEM 12:Sering berkelahi dengan anak lain… (Saya sering 0 1 2
bertengkar)
ITEM 18:Sering berbohong atau menipu (saya sering dituduh 0 1 2
berbohong atau selingkuh)

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
47
ITEM 22:Mencuri dari rumah, sekolah, atau tempat lain (saya 0 1 2
mengambil Item yang bukan Milikku)
Skala hiperaktif
ITEM 2:Gelisah, terlalu aktif… (Saya gelisah…) 0 1 2
ITEM 10:Terus-menerus gelisah atau menggeliat (saya terus- 0 1 2
menerus gelisah….)
ITEM 15:Mudah teralihkan, konsentrasi mengembara (saya 0 1 2
mudah teralihkan)
ITEM 21:Memikirkan sesuatu sebelum bertindak (saya 2 1 0
berpikir sebelum melakukan sesuatu)
ITEM 25:Melihat tugas sampai akhir… (Saya menyelesaikan 2 1 0
pekerjaan yang saya lakukan)
Skala masalah teman sebaya
ITEM 6:Agak soliter, cenderung bermain sendiri (biasanya 0 1 2
saya sendiri)
ITEM 11:Memiliki setidaknya satu teman baik (saya punya 2 1 0
satu teman yang salah atau lebih)
ITEM 14:Umumnya disukai oleh anak-anak lain (Orang lain 2 1 0
seusia saya umumnya seperti saya)
ITEM 19:Ditindas atau diganggu oleh anak-anak lain… (Anak- 0 1 2
anak lain atau muda orang memilih saya)
ITEM 23:Menjadi lebih baik dengan orang dewasa daripada 0 1 2
dengan anak-anak lain (saya menjadi lebih baik dengan orang
dewasa dibandingkan dengan orang seusia saya)
Skala prososial
ITEM 1:Memperhatikan perasaan orang lain (saya mencoba 0 1 2
bersikap baik kepada orang lain rakyat)
ITEM 4:Berbagi dengan mudah dengan anak-anak lain… 0 1 2
(Saya biasanya berbagi dengan orang lain)
ITEM 9:Bermanfaat jika seseorang terluka… (Saya membantu 0 1 2
jika seseorang terluka…)
ITEM 17:Baik kepada anak yang lebih kecil (Saya baik 0 1 2
kepada anak yang lebih kecil)
ITEM 20:Sering menjadi sukarelawan untuk membantu orang 0 1 2
lain… (Saya sering menjadi sukarelawan untuk membantu
orang lain)

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
48
Meskipun skor SDQ dapat digunakan sebagai variabel
kontinu, terkadang lebih mudah untuk mengkategorikan
skor. Banding awal yang disajikan untuk skor SDQ
adalah 'normal', 'borderline' dan 'abnormal'. Banding ini
didefinisikan berdasarkan survei Inggris berbasis
populasi, mencoba untuk memilih titik potong sehingga
80% anak mendapat skor 'normal', 10% 'batas' dan 10%
'abnormal'.
Tabel 2 : Mengkategorikan skor SDQ untuk usia 11-17
tahun (tidak divalidasi untuk 18+)
Kategorisasi 3
Normal Borderli Abnormal
ne

SDQ yang diselesaikan sendiri


Skor kesulitan total 0-15 16-19 20-40
Skor masalah emosional 0-5 6 7-10
Masalah Perilaku 0-3 4 5-10
Skor hiperaktif 0-5 6 7-10
Skor masalah teman sebaya 0-3 4-5 6-10
Skor prososial 6-10 5 0-4

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
49
F. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA MENGGUNAKAN
STRENGTH AND DIFFICULTIES QUESTIONNAIRE (SDQ)
PADA ANAK USIA 11-17 TAHUN
No. Dokumen : No. Revisi: Halaman:
Standar Tanggal terbit: Ditetapkan Oleh :
Prosedur
Operasional
Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa merupakan upaya
penemuan kasus gangguan jiwa secara dini oleh tenaga
kesehatan yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan
pelayanan dasar lainnya di Puskesmas maupun jaringannya.
Untuk deteksi pada kelompok usia remaja menggunakan
Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) yaitu sebuah
PENGERTIAN instrumen skrining perilaku singkat untuk anak dan remaja (3-
17 tahun) yang memberikan gambaran singkat dari perilaku
yang berfokus pada kekuatan dan juga kesulitan mereka
Alat ukur atau skala yang terdiri dari 25 item dengan lima aspek
mengenai kekuatan dan kelemahan remaja yang akan diukur
yaitu gejala emosional, masalah perilaku, hiperaktivitas,
masalah teman sebaya dan prososial.
1. Mengetahui masalah yang berhubungan dengan
emosional dan perilaku pada anak-anak dan remaja,
TUJUAN
2. Mengetahui tingkat kesiapan belajar pada anak
3. Mengetahui kesehatan mental anak
KEBIJAKAN
1. PERSIAPAN ALAT
a. Masker
b. Alat Tulis
c. Lembar Kuesioner
d. Handsanitizer/Cuci Tangan

2. FASE ORIENTASI
PROSEDUR a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur
d. Menanyakan Kesediaan klien
e. Cuci tangan

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
50
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA MENGGUNAKAN
STRENGTH AND DIFFICULTIES QUESTIONNAIRE (SDQ)
PADA ANAK USIA 11-17 TAHUN
No. Dokumen : No. Revisi: Halaman:
3. FASE KERJA
a. Kader Kesehatan mengatur posisi duduk klien
berhadapan dengan kader sesuai dengan protokol
kesehatan
Posisi duduk sesuai dengan komunikasi terapeutik
yaitu berhadapan dan saling memandang. Atur
posisi duduk senyaman mungkin.
b. Memberikan lembar kuesioner dan alat tulis kepada
klien
c. Menjelaskan tata cara pengisian kuesioner dari awal
sampai akhir
d. Memperhatikan pengisian kuesioner oleh klien
e. Menjawab pertanyaan yang diajukan klien apabila
mengalami kesulitan dalam pengisian
f. Memastikan seluruh kuesioner terisi dengan baik
g. Memberikan skoring atau nilai dari hasil kuesioner
Meliputi masalah emosional, masalah perilaku,
hiperaktivitas, masalah teman sebaya dan
prososial.
h. Menjelaskan nilai atau hasil kuesioner kepada klien

4. FASE TERMINASI
a. Evaluasi klien
b. Rencana tindak lanjut klien
c. Berpamitan
d. Cuci tangan
e. Dokumentasi

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
51
G. RANGKUMAN

Kader kesehatan jiwa harus memiliki kemampuan dalam


melakukan deteksi dini gangguan jiwa pada remaja.
Deteksi ini menggunakan instrumen yang dinamakan
SDQ. Diharapkan kader kesehatan jiwa dapat
melaksanakan deteksi dengan formulir ini serta dapat
melakukan intrepretasi hasil screnning. Selain itu juga
dapat memberikan tindak lanjut dari hasil atau temuan
dalam melakukan deteksi dini gangguan jiwa remaja di
masa pandemi.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
52
H. REFERENSI

1. Isnawati IA, Yunita R. Buku Ajar Konsep Pembentukan Kader


Kesehatan Jiwa di Masyarakat. I ed. Sutte , editor. Takalar:
Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia; 2019.

2. Hidayati E, Rahayu DA, Mubin FM, Warsono , Ratnasari PL,


Widyawati E. Upaya Menghadapi Covid-19 Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) Melalui Kader Kesehatan Jiwa. Saluta :
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 2021 Desember; 1: 5.

3. Sahriana. Peran Kader Kesehatan Jiwa Dalam Program


Kesehatan Jiwa Komunitas di Masyarakat. Perpustakaan
Universitas Airlangga. 2018.

4. Hasibuan MS. Manajemen Sumber Daya Manusia. Revisi ed.


Jakarta: Bumi Akhsara; 2017.

5. Coulter M, Robbins SP. Manajemen. 13th ed. Jakarta: Erlangga;


2016.

6. Sutini T, Hidayati ON. Gambaran Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Di


Desa Ranjeng Dan Cilopang Kabupaten Sumedang.
Keperawatan BSI. 2017 April; 5: 5.

7. Yusuf A. Stigma Masyarakat tentang Gangguan Jiwa. Surabaya:


Universitas Airlangga, Fakultas Keperawatan; 2017.

8. Kusumawaty I, Yunike , Pastari M. Penyegaran Kader


Kesehatan Jiwa Mengenai Deteksi Dini Gangguan Jiwa dan
Cara Merawat Penderita GangguanJiwa. Journal of Community
Engagement in Health. 2020 Maret; 3: 4.

9. Wicaksono YI. Gejala Gangguan Jiwa dan Pemeriksaan Psikiatri


dalam Praktek Klinis. I ed. Publishing M, editor. Malang: Media
Nusa Creative; 2016.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
53
10. Widiyawati W. Keperawatan Jiwa. I ed. Ariyanto A, editor.
Malang: Literasi Nusantara; 2020.

11. Buanasari A. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Kelompok


Usia Remaja Makasar: CV. Tohar Media; 2021.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
54
BIBLIOGRAPHY

Noor Chandiq Kurniawan, S.Kep., Ns., lahir di


Kudus pada tahun 1991. Penulis lulusan gelar
sarjana keperawatan pada tahun 2013, dari
STIKES Muhammadiyah Kudus dan
menyelesaikan program profesi di STIKES Widya
Husada Semarang pada tahun 2014.

BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
55
BUKU PEDOMAN
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Remaja di Masa Pandemi
56

Anda mungkin juga menyukai