Anda di halaman 1dari 117

BAB II LANDASAN

TEORI

2.1 Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai jumlah gaya tiap satuan luas. Apabila gaya
terdistribusi secara merata pada suatu luasan, maka tekanan dapat ditentukan dengan
membagi gaya dengan luas, yang diberikan oleh bentuk berikut ini (Triatmodjo, 1993).
F
P=
A …Pers(2.1)
Keterangan :
2 2
P = Tekanan (kgf/m atau N/m )
F = Gaya (kgf atau N)
2
A = Luas (m )

Suatu plat dengan luas A terletak pada lantai (gambar 2.1.a). Apabila di atas
plat bekerja gaya F, maka plat akan memberikan tekanan ke lantai sebesar P = F/A.
Demikian juga suatu benda dengan berat W dan tampang lintang A akan
memberikan tekanan pada lantai sebesar P = W/A (Triatmodjo, 1993).

Gambar 2.1 Gaya dan Tekanan


Sumber : Triatmodjo, 1993

Dalam sistem satuan MKS, gaya dan luas mempunyai satuan kgf (kilogram
2
gaya) dan m sehingga tekanan mempunyai satuan kilogram gaya per meter persegi
2
(kgf/m ). Sedang dalam sistem satuan SI, gaya dan luas mempunyai satuan Newton
2
(N) dan meter persegi (m ) sehingga tekanan adalah dalam Newton per meter persegi
2 2
(N/m ). Tekanan sebesar 1 N/m dikenal sebagai 1 Pascal (Pa),
2
1 N/m = 1 Pa
2 2
1 kN/m = 1 kPa = 1000 N/m
Apabila gaya yang bekerja tidak merata pada bidang, maka tekanan p
diberikan dalam bentuk berikut :

dF
P= …Pers(2.2)
dA

Apabila tekanan pada suatu luasan diketahui, maka gaya tekanan yang
bekerja pada luasan adalah :

F = P. A …Pers(2.3)

2.2 Hukum Archimedes


Jika suatu benda dicelupkan ke dalam zat cair makan benda tersebut akan
mendapat tekanan ke atas yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang
terdesak oleh benda tersebut. Benda-benda yang dimasukkan ke dalam fluida
mempunyai berat yang lebih kecil dari pada saat berada di luar fluida tersebut.
Hukum Archimedes berlaku untuk semua fluida (zat cair atau gas). Vbf = volume
silinder yang tercelup dalam fluida. Jika benda tercelup semuanya, Vbf = volume
benda. Tetapi jika benda hanya tercelup sebagiannya, Vbf = volume benda yang
tercelup dalam fluida saja (Alda Rahayu, 2021).
Dengan demikian gaya apung pada silinder sama dengan berat fluida yang
dipindahkan oleh silinder tersebut. Hal ini merupakan penemuan Archimedes (218-
212 SM) dan disebut sebagai prinsip atau hukun Archimedes yang menyatakan
bahwa : “Jika sebuah benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam suatu
fluida, maka benda tersebut mengalami gaya apung atau gaya ke atas yang besarnya
sama dengan berat fluida yang dipindahkan.” (Alda Rahayu, 2021). Secara matematis,
hukum Archimedes dapat ditulis sebagai berikut :

FA = ρ. Va. g …Pers. (2.4)


Keterangan :
FA = Gaya angkat ke atas pada benda (N)
3
ρ = Massa jenis zat cair (kg/m )
3
Va = Volume zat cair yang terdesak (m )
2
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s )

2.3 Tekanan Pada Suatu Titik


Di dalam zat cair diam tidak terjadi tegangan geser dan gaya yang bekerja
pada suatu bidang adalah gaya tekanan yang bekerja tegak lurus pada bidang
tersebut. Tekanan pada setiap titik di dalam zat cair diam adalah sama dalam segala
arah. Untuk membuktikan hal ini, dipandang suatu elemen zat cair berbentuk prisma
segitiga sangat kecil dengan lebar satu satuan panjang (tegak lurus bidang gambar),
panjang dan tinggi adalah dx dan dy yang berada dalam keadaan diam seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 2.2 (Triatmodjo, 1993).

Gambar 2.2 Elemen Zat Cair Diam


Sumber : Triatmodjo, 1993

Dalam gambar tersebut p adalah tekanan, px dan py adalah tekanan dalam


arah horizontal dan vertikal. Sisi-sisi segitiga tersebut mempunyai hubungan berikut :

dx = ds cos α …Pers(2.5)

dy = ds sin α …Pers(2.6)
Berat prisma segitiga zat cair adalah :
dy
W = γ (dx 1) …Pers(2.7)
2

Oleh karena tidak ada tegangan geser maka gaya-gaya yang bekerja hanya
gaya tekanan dan gaya berat. Gaya tekanan (F) adalah tekanan (p) kali luas bidang
yang mengalami tekanan (A) (Triatmodjo, 1993). Gaya tekanan yang bekerja pada
permukaan adalah:

Fx = px dy 1 = px dy …Pers(2.8)

Fy = py dx 1 = py dx …Pers(2.9)

Fs = p ds 1 = p ds …Pers(2.10)

Persamaan kesetimbangan untuk arah x adalah :

Fx = Fs sin α …Pers(2.11)

px dy = p ds sin α …Pers(2.12)

px ds sin α = p ds sin α …Pers(2.13)

sehingga
px = p …Pers(2.14)

Sedang untuk arah y :

Fy – W – Fs cos α = 0 …Pers(2.15)

dy
py dx − γ dx − p ds cos α = 0 …Pers(2.16)
2
atau
1
py ds cos α - γ dy ds cos α - p ds cos α = …Pers(2.16)
0
2

1
py − γ dy − p = 0 …Pers(2.17)
2

Oleh karena prisma adalah sangat kecil sehingga dy mendekati nol, maka
suku kedua dari persamaan di atas dapat diabaikan, sehingga :

py = p …Pers(2.18)

Dari persamaan (2.14) dan (2.18) didapat :

px = py = p …Pers(2.19)

yang berarti bahwa tekanan dalam berbagai arah yang bekerja pada suatu titik dalam
zat cair diam adalah sama (Triatmodjo, 1993).
Besarnya gaya tekanan yang bekerja pada suatu bidang diberikan oleh
bentuk berikut ini.

F= p dA …Pers(2.20)
A

F=pA …Pers(2.21)

Keterangan :
F = Gaya (N)
2
p = Tekanan (N/m atau Pa)
2
A = Luas (m )
2.4 Tekanan Atmosfer, Relatif dan Absolut
Telah diketahui bahwa udara di atmosfer ini mempunyai berat. Karena
mempunyai berat maka udara tersebut bisa menimbulkan tekanan pada permukaan
bumi. Rapat massa udara tidak konstan, yang bergantung pada ketinggian,
temperatur dan kelembapan. Oleh karena itu tekanan atmosfer, yang disebabkan oleh
berat atmosfer atau udara di atas permukaan bumi, sulit (tidak bisa dihitung).
Tekanan atmosfer dapat diukur berdasarkan tinggi kolom zat cair yang bisa ditahan.
2
Dipermukaan laut, tekanan yang ditimbulkan oleh kolom udara seluas 1 cm dan
setinggi atmosfer adalah sebesar 1,03 kgf. Dengan kata lain tekanan atmosfer pada
2
permukaan laut adalah 1,03 kgf/cm , atau dapat ditunjukkan oleh 10,3 m air atau 76
cm air raksa (Hg). Tekanan atmosfer akan berkurang dengan elevasi/ketinggian
tempat (Triatmodjo, 1993).
Tekanan relatif atau tekanan terukur adalah tekanan yang diukur
berdasarkan tekanan atmosfer. Tekanan ini bisa lebih besar atau lebih kecil dari
tekanan atmosfer. Tekanan relatif dari zat cair yang berhubungan dengan udara luar
(atmosfer) adalah nol, sehingga tekanan relatif adalah positif bila lebih besar dari
tekanan atmosfer dan negatif apabila lebih kecil (Triatmodjo, 1993).
Seandainya udara di atmosfer tidak mempunyai berat maka udara tidak
memberikan tekanan pada permukaan bumi, atau tekanan pada permukaan bumi
adalah nol. Tekanan nol tersebut dikenal dengan tekanan nol absolut. Tekanan
absolut diukur terhadap tekanan nol absolut. Dengan kata lain, tekanan absolut
merupakan jumlah dari tekanan atmosfer dengan tekanan relatif. Apbila tekanan
relatif adalah negatif, maka tekanan absolut adalah tekanan atmosfer dikurangi
tekanan relatif (Triatmodjo, 1993).
Gambar 2.3 Tekanan atmosfer, relatif, dan absolute
Sumber : (Triatmodjo, 1993)

Tekanan atmosfer di suatu tempat dapat diukur dengan menggunakan


barometer air raksa (gambar 2.4). Barometer ini terdiri dari tabung kaca cukup
panjang yang pada salah satu ujungnya tertutup dan diisi penuh dengan air raksa,
sedang pada ujung lainnya yang terbuka dimasukkan ke dalam air raksa. Pada
kondisi setimbang, permukaan air raksa di dalam tabung akan turun sampai tinggi
kolom air raksa di dalam tabung adalah h. Ruangan di atas air raksa mengandung uap
air raksa (Triatmodjo, 1993).

Gambar 2.4 Barometer


Sumber : (Triatmodjo, 1993)

Apabila berat jenis air raksa adalah γ, dan tekanan uap air raksa dan tekanan
atmosfer adalah pu dan pa, maka :
Pa = h γ + pu …Pers(2.22)

Oleh karena tekanan uap air raksa pada temperatur 20°C adalah kecil, hanya
-6 2 2
1,6 × 10 kgf/cm (0,16 N/m ), maka biasanya diabaikan, sehingga :

Pa = h γ …Pers(2.23)
pa
h= …Pers(2.24)
γ = 760 mm air

Tekanan atmosfer juga bisa dinyatakan dalam tinggi air, yang besarnya
adalah 10,33 m.

2.5 Distribusi Tekanan


Gambar 2.5 menunjukkan beberapa tangki berisi zat cair yang sama dalam
keadaan diam. Zat cair mempunyai permukaan horizontal. Kedalaman zat cair adalah
h1, h2, dan h3. Luas dasar semua tangki adalah sama yaitu A (Triatmodjo, 1993).
Apabila berat jenis zat cair adalah γ maka berat zat cair di atas dasar masing-masing
tangki adalah :

W1 = berat zat cair di atas dasar tangki = γ × volume zat cair

W 1 = γ × V1 = γ A …Pers(2.25)

Gambar 2.5 Tangki berisi zat cair


Sumber : (Triatmodjo, 1993)
Dengan cara yang sama,

W 2 = γ A h2 …Pers(2.26)

W3 = γ A h3 …Pers(2.27)

Tekanan yang bekerja pada masing-masing dasar tangki adalah :

W1
p1 = = γ A h1 …Pers(2.28)
A A

p1 = γ h1 …Pers(2.29)

Dengan cara yang sama untuk kedua tangki yang lain,

p1 = γ h2 …Pers(2.30)

p1 = γ h3 …Pers(2.31)

Dari ketiga bentuk persamaan di atas terlihat bahwa tekanan pada dasar
tangki yang ditimbulkan oleh zat cair dalam keadaan diam tergantung pada
kedalaman vertikal titik tersebut dari permukaan zat cair dan berat jenis zat cair.
Untuk zat cair yang sama, berat jenis γ yang ada dalam persamaan tersebut adalah
konstan. Dengan demikian tekanan P hanya tergantung pada variabel h (kedalaman
zat cair) ; dengan kata lain tekanan merupakan fungsi dari kedalaman zat cair, p =
f(h) (Triatmodjo, 1993). Secara umum persamaan (2.29), (2.30), dan (2.31) dapat
ditulis dalam bentuk berikut ini :

p= γ h …Pers(2.32)
Dalam sistem satuan SI dimana lebih sering digunakan rapat massa (ρ) dari
pada berat jenis (γ) maka persamaan (2.32) ditulis menjadi :

p= ρgh …Pers(2.33)

Tekanan p seperti dalam persamaan (2.32) dan (2.33) disebut dengan


tekanan hidrostatis.
Apabila di atas permukaan zat cair terdapat tekanan po, maka tekanan yang
bekerja pada dasar tangki adalah :

p = γ h + po …Pers(2.34)

atau
p = ρ g h + po …Pers(2.35)

Apabila permukaan zat cair terbuka ke udara luar, tekanan di atas zat cair
adalah tekanan atmosfer, po = pa, sehingga tekanan absolut (sub bab 2.4) :

p = γ h + pa …Pers(2.36)

atau

p = ρ g h + pa …Pers(2.37)

Untuk tekanan relatif atau terukur, pa = 0 sehingga :

p= γh …Pers(2.38)

atau

p= ρgh …Pers(2.39)
Karena tekanan hanya tergantung pada kedalaman zat cair h, maka untuk
kedalaman yang sama akan memberikan tekanan yang sama meskipun bentuk tangki
berbeda. Seperti yang ditunjukkan dalam gambar (2.6), untuk keempat tangki
berbeda tetapi dengan luas dasar A, tinggi h dan berat jenis zat cair γ yang sama,
akan menimbulkan tekanan pada dasar yang sama pula (Triatmodjo, 1993).

Gambar 2.5 Tekanan hidrostatis pada kolam dengan bentuk berbeda


Sumber : (Triatmodjo, 1993)

Tekanan pada dasar untuk masing-masing tangki adalah :

p= γh …Pers(2.40)

Gaya pada dasar F = tekanan × luas = p × A

F= γhA …Pers(2.41)
atau
F= ρghA …Pers(2.42)

Keterangan :
F = Gaya pada dasar (N)
3
ρ = Rapat massa (kg/m )
2
g = Percepatan gravitasi (m/s )
h = Tinggi air di dalam tangki (m)
2
A = Luas dasar tangki (m )
Jadi, walaupun berat zat cair di dalam masing-masing kolam adalah
berbeda, tetapi tekanan dan gaya pada dasar masing-masing kolam adalah sama yang
tergantung pada h (Triatmodjo, 1993).

2.6 Tekanan Dalam Zat Tinggi Cair


Tekanan zat cair pada suatu titik dengan kedalaman h adalah :

p = γ h + pa …Pers(2.43)

Biasanya untuk mengukur tekanan digunakan tekanan atmosfer sebagai


referensi, sehingga pada persamaan di atas pa adalah nol,

p= γh …Pers(2.44)

Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk :

𝑝
ℎ= …Pers(2.45)
𝛾

atau

p
h= …Pers(2.46)
ρg

Parameter h adalah penting di dalam mekanika fluida dan hidraulika, yang


disebut dengan tinggi tekanan. Tinggi tekanan h menunjukkan kedalaman zat cair
yang diperlukan oleh zat cair dengan berat jenis γ (rapat massa ρ ) untuk
menghasilkan tekanan p (Triatmodjo, 1993).
Gambar 2.6.a. adalah tangki terbuka berisi zat cair yang dihubungkan
dengan tabung yang ujung atasnya berhubungan dengan udara luar (atmosfer).
Dalam keadaan ini zat cair akan naik di dalam tabung sampai permukaannya sama
dengan yang ada di dalam tangki. Tinggi kenaikan zat cair di dalam tabung dari suatu
titik yang ditinjau A adalah hA yang sama dengan pA/γ, dengan pA adalah tekanan zat
cair pada titik tersebut. Nilai pA adalah sama dengan kedalaman titik tersebut dari
permukaan zat cair di dalam tangki kali berat jenis zat cair, pA = γ hA (pA = ρ g hA).
Dalam gambar 2.6.b. tangki adalah tertutup dan udara di atas permukaan zat cair di
dalam tangki berada dalam tekanan (tekanan lebih besar dari tekanan atmosfer), yaitu
sebesar pο. Tekanan pada titik A yaitu p A adalah sama dengan jumlah tekanan udara
(pο) ditambah tekanan yang disebabkan oeh zat cair di atas titik tersebut (p1). Zat cair
di dalam tabung naik setinggi hA yang sama dengan (pο + p1)/γ. Parameter hο dan h1
adalah tinggi tekanan untuk tekanan pο dan p1. Besar tekanan udara di atas zat cair
adalah sama dengan selisih tinggi tekanan dikalikan dengan berat jenis zat cair,
γ(hA − h1 ) atau ρg(hA − h1 ) (Triatmodjo, 1993).

Gambar 2.6 Tekanan dinyatakan dalam tinggi zat cair


Sumber : (Triatmodjo, 1993)

2.7 Gaya Tekanan Pada Bidang Terendam


2.7.1 Bidang Datar
Dipandang suatu bidang datar berbentuk segiempat yang terletak miring
dengan sudut α terhadap bidang horizontal (permukaan zat cair). Bidang tersebut
terendam dalam zat cair diam dengan berat jenis γ seperti yang ditunjukkan dalam
gambar (2.7). Dibuat bidang khayal yang merupakan perluasan bidang perluasan
bidang tersebut sehingga memotong permukaan zat cair pada titik O. Luas bidang
adalah A dan pusat beratnya adalah G yang terletak pada hο di bawah permukaan zat
cair. Akan dicari gaya hidrostatis pada bidang tersebut dan letak titik tangkap gaya
tersebut pada bidang. Titik tangkap gaya tersebut terletak pada titik P yang dikenal
dengan pusat tekanan. Jarak searah bidang miring terhadap permukaan (titik O)
dinyatakan dalam y, sedang jarak vertikal terhadap permukaan zat cair adalah h.
Karena pertambahan tekanan adalah linier terhadap kedalaman, maka pusat gaya
tekanan F terletak di bawah pusat berat bidang G. Dipandang suatu pias horizontal
yang sejajar terhadap permukaan zat cair dengan tebal dy dan berjarak vertikal h dari
permukaan (Triatmodjo, 1993). Apabila luas pias adalah dA, maka besarnya gaya
tekanan pada pias tersebut adalah :

dF = p dA …Pers(2.47)
atau
dF = h γ dA …Pers(2.48)

Karena h = y sin α, maka :

dF = y sin α γ dA …Pers(2.49)

Gaya tekanan total adalah :

F= γ sin α y dA = γ sin α y dA …Pers(2.50)

dengan γ dA adalah momen statis bidang A terhadap sumbu x yang besarnya sama
dengan A yο, dimana yο adalah jarak pusat berat luasan (bidang) terhadap sumbu x.
Sehingga :
F = y sin α A yο …Pers(2.51)

F = A γ ho …Pers(2.52)

Keterangan :
F = Gaya tekanan hidrostatis (N)
2
A = Luas bidang tekanan (m )
Pο = Tekanan hidrostatis pada pusat berat bidang
hο = Jarak vertikal antara pusat benda dan permukaan zat cair.
Gambar 2.7 Gaya Tekanan Pada Bidang Datar Terendam
Sumber : (Triatmodjo, 1993)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa gaya hidrostatis adalah sama


dengan perkalian antara luas bidang dan tekanan pada pusat berat yang bekerja tegak
lurus pada bidang (Triatmodjo, 1993).
Gaya hidrostatis tersebut bekerja pada pusat tekanan P. Misalnya pusat
tekanan terletak pada jarak yp dari titik sumbu O. Momen gaya hidrostatis terhadap
titik O adalah sama dengan jumlah momen gaya tekanan pada seluruh luasan
terhadap titik O, sehingga :

Fyp = p dA y = γ h dA y = γ y sin α dA y …Pers(2.53)


A A A

Fyp = γ sin α y dA y = γ sin α y2 …Pers(2.54)


dA
A A

γ sin α A yo yp = γ sin α y2 …Pers(2.55)


dA
A

γ sin α A y 2 dA …Pers(2.56)
yp =
γ sin α A yo
atau
y 2 dA
yp = A …Pers(2.57)
A yo

Keterangan :
A
y 2 dA = Momen inersia bidang A terhadap sumbu x yang diberi notasi I
A yo = Momen statis bidang A terhadap sumbu x yang diberi notasi S.

Dengan demikian bentuk di atas dapat ditulis menjadi :


I
yp = …Pers(2.58)
S

Selain itu mengingat bahwa :

I = Io + A yο 2 …Pers(2.59)

maka :
Io + A yο 2 …Pers(2.60)
yp =
A yο 2

atau
Io
yp = yo + …Pers(2.61)
A yo

Keterangan :
yp = Jarak searah bidang antara pusat tekanan dan permukaan zat cair
yo = Jarak searah bidang antara pusat berat bidang dan permukaan zat cair
Io = Momen inersia bidang A terhadap sumbu yang melalui pusat berat
bidang tersebut

2.7.2 Bidang Lengkung


Tekanan hidrostatis yang bekerja pada setiap titik di bidang lengkung
mempunyai arah yang berubah, sehingga hitungan gaya tekanan total menjadi sulit.
Untuk itu gaya-gaya tekanan dihitung dengan memproyeksikan gaya tersebut pada
bidang vertikal dan horizontal. Resultan gaya tekanan yang terjadi dapat dihitung
berdasarkan kedua komponen gaya tersebut (Triatmodjo, 1993).
Gambar 2.8 menunjukkan bidang lengkung dengan lebar tegak lurus bidang
gambar adalah satu satuan panjang yang berada di dalam zat cair. Tekanan yang
bekerja pada setiap titik adalah tegak lurus dengan bidang di mana tekanan tersebut
bekerja. Dipandang suatu elemen kecil dengan luas dA dan berada pada kedalaman h
dari permukaan zat cair. Pada elemen tersebut bekerja gaya dF yang tegak lurus pada
elemen (Triatmodjo, 1993).
Tekanan pada elemen adalah p = h γ dimana h adalah jarak vertikal dari
elemen ke permukaan zat cair.
Komponen gaya pada arah sumbu x dan y adalah :

dFx = dF sin α = p dA sin α = h γ dA sin …Pers(2.62)


α

…Pers(2.63)
dFy = dF cos α = p dA cos α = h γ dA cos
α

Proyeksi elemen bidang lengkung pada bidang vertikal adalah :

𝑑��𝑦 = 𝑑𝐴 sin 𝛼 …Pers(2.64)

sedang pada bidang horizontal adalah :

dAx = dA cos α …Pers(2.65)

sehingga komponen gaya pada arah x adalah :

Fx = dFx = h γ dA sin α = γ h dAy …Pers(2.66)

Fx = γ hο Ay …Pers(2.67)

Komponen gaya pada arah y adalah :


…Pers(2.68)
Fy = dFy = h γ dA cos α = γ h dAx = γ dV

Fy = γ V …Pers(2.69)

Gambar 2.8 Tekanan hidrostatis pada bidang lengkung


Sumber : (Triatmodjo, 1993)

Dalam kedua persamaan di atas, hο adalah kedalaman pusat berat dari


bidang proyeksi pada sumbu x sedang V adalah volume air di atas bidang lengkung.
Komponen horizontal gaya hidrostatis pada bidang lengkung adalah sama dengan
gaya hidrostatis yang bekerja pada proyeksi bidang lengkung pada bidang vertikal.
Gaya hidrostatis tersebut bekerja pada pusat tekanan. Komponen vertikal adalah
sama dengan berat volume zat cair di atas bidang lengkung (ABCD). Dengan
demikian gaya total pada permukaan lengkung adalah sama dengan resultan dari
gaya Fx dan Fy (Triatmodjo, 1993).

2 2
F= Fx + Fy …Pers(2.70)

Gaya F tersebut mempunyai arah dengan membentuk sudut φ terhadap horizontal


sebesar :
Fy
φ = tg −1 ( )
Fx …Pers(2.71)
2.8 Water Vessel
2.8.1 Posisi Water Vessel (0°)
1. Menentukan pusat tekanan pada posisi 0°

Gambar 2.9 Water Vessel 0°


Sumber : Panduan Praktikum 2009 Laboratorium Mekanika Fluida

Untuk tinggi muka air yang kurang dari (s) < 100 mmmaka rumus yang
digunakan untuk profil triangular adalah :
1
Ip = 200 mm − s …Pers(2.72)
3

1
e= s …Pers(2.73)
6

Keterangan :
e = Jarak pusat tekanan (m)
S = Tinggi air (m)
Ip = Pusat tekanan
Untuk resultan gaya pada muka air S < 100 mm dalam profil triangular yaitu
sebagai berikut :
P= ρg S …Pers(2.74)
2
Aact = S b …Pers(2.75)

Keterangan :
P = Tekanan (N/m)
2
ρ = Massa jenis fluida (m/s )
2
g = Percepatan gravitasi (m/s )
S = Tinggi air (m)
b = Lebar (m)

Untuk S > 100 mm (profil trapezoidal), besar tekanannya dapat dihitung


dengan rumus berikut :

PC = P g (S – 50) …Pers(2.76)

Keterangan :
S = Tinggi muka air (m)
2
A = Luas (m )
2
PC = Tekanan (N/m )
3
ρ = Massa jenis (kg/m )
2
g = Percepatan gravitasi (m/s )

Sehingga besar resultan gaya yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Fp = P s . A …Pers(2.77)

Keterangan :
Fp = Gaya Tekanan (N)
2
Ps = Tekanan (N/m )
2
Aact = Luas penampang (m )
2. Menentukan momen posisi 0°
Persamaan momen posisi 0° adalah sebagai berikut :

ετ = 0 …Pers(2.78)

FG . I = Fp . LD …Pers(2.79)

Keterangan :
𝜏 = Momen gaya (Nm)
FG = Gaya ke arah bawah (N)
I = Lebar (m)
FP = Gaya ke arah kiri (N)
LD = Pusat tekanan

2.8.2 Posisi Water Vessel dengan Sudut Tertentu

Gambar 2.10 Water vessel dimiringkan


Sumber : Panduan Praktikum 2009 Laboratorium Mekanika Fluida

Untuk level air S < Sh (profil triangular), pusat tekanannya adalah :


S − St
h= …Pers(2.80)
cos α

1 …Pers(2.81)
e= h
6
1
Ip = 200 mm − h
3 …pers(2.82)

Keterangan :
h = Ketinggian (m)
S = Tinggi muka air (m)
e = Jarak pusat (m)

Untuk level air S > Sh (profil trapezoidal), pusatnya yaitu :


1 (100 mm)2
e = S − St
…Pers(2.83)
12 cos α 50 mm

I = 150 mm + e
…Pers(2.84)

Keterangan :
s = Tinggi air (m)
e = Jarak pusat tekanan dan pusat bidang datar (m)
Ip = Pusat tekanan

Pada level air S < Sh (profil triangular), besar tekanannya dirumuskan :

S − St …Pers(2.85)
PC = ρ g
2

Keterangan :
PC = Tekanan hidrostatis (N/m)
3
ρ = Massa jenis (kg/m )
2
g = Percepatan gravitasi (N/m )
S = Tinggi muka air (m)
b = Lebar (m)
h = Ketinggian (m)
2
A = Luas (m )

Sedangkan untuk level air S > Sh (profil trapezoidal), besar tekanannya :

Pc = ρ g S − St − (50 mm cos …Pers(2.86)


α)

Keterangan :
2
PC = Tekanan hidrostatis (N/m )
3
ρ = Massa jenis (kg/m )
2
g = Percepatan gravitasi (N/m )
S = Tinggi air (m)
α = Sudut yang terbentuk (°)
b = Lebar (m)

Sehingga resultan gaya yang dihasilkan :

Fp = P c . A …Pers(2.87)

Keterangan :
Fp = Resultan gaya (N)
2
Pc = Tekanan hidrostatis (N/m )
2
A = Luas (m )

2.8.3 Posisi Water Vessel (90°)


Posisi water vessel pada sudut 90° dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.11 Water vessel posisi 90°
Sumber : Panduan Praktikum 2009 Laboratorium Mekanika Fluida

Pusat tekanan untuk level air pada sudut 90° adalah e = 0 mm dan Io = 150
mm. Resultan gaya :

Fp = ρ g S − St . (100 mm . b) …Pers(2.88)

Keterangan :
FP = Resultan gaya (N)
e = Jarak pusat tekanan dan pusat bidang datar (mm)
Io = Pusat tekanan (m)
3
ρ = Massa jenis (kg/m )
2
g = Percepatan gravitasi (m/s )
s = Tinggi air (m)

2.9 Menentukan Momen Pada Tiap Sudut


Momen gaya atau torsi dapat didefinisikan dengan beberapa pengertian :
1. Torsi adalah gaya pada sumbu putar yang dapat menyebabkan benda
bergerak melingkar atau berputar.
2. Torsi disebut juga momen gaya.
3. Momen gaya/torsi benilai positif untuk gaya yang menyebabkan benda
bergerak melingkar atau berputar searah dengan putaran jam, dan
sebaliknya.
4. Setiap gaya yang arahnya tidak berpusat pada sumbu putar benda atau titik
massa benda dapat dikatakan memberikan torsi pada benda tersebut.

Torsi atau momen gaya dirumuskan dengan :

τ=r.F …Pers(2.89)

Keterangan :
τ = Torsi atau momen (Nm)
r = Lengan gaya (m)
F = Gaya yang diberikan tegak lurus (N)

Jika gaya yang bekerja pada lengan gaya tidak tegak lurus, maka besar
torsinya adalah :
τ = r F sin θ …Pers(2.90)

Keterangan :
τ = Torsi atau momen (Nm)
r = Lengan gaya (m)
F = Gaya yang diberikan (N)
θ = Sudut antara gaya dengan lengan gaya (°)
2.10 Aplikasi Tekanan
1) Kapal Selam

Gambar 2.11 Kapal Selam


Sumber : Google Images

Kapal selam juga merupakan contoh aplikasi tekanan hidrostatis. Manusia


tidak mampu menyelam terlalu dalam, sehingga dibuatlah kapal selam yang terbuat
dari bahan yang sangat kokoh dan kuat serta memiliki bentuk hampir bulat. Hal ini
dimaksudkan untuk mengatasi besarnya tekanan hidrostatis di dalam kapal selam
(Ramadhana, 2015).

2) Bendungan

Gambar 2.11 Bendungan


Sumber : (Afdan, 2021)

Dalam mekanika fluida, bendungan dibuat di bagian bawahnya lebih tebal


karena tekanan air makin dalam makin besar. Hal ini merupakan prinsip tekanan
hidrostatis, dimana tekanan zat cair berbanding lurus dengan dengan kedalamannya.
Ketika membangun bendungan, tembok atau dinding penahan bagian bawahnya akan
dibuat lebih tebal dari pada bagian atas. Hal ini bertujuan agar dasar bendungan
mampu menahan tekanan air yang besar. Tekanan air semakin ke dalam semakin
besar karena berat air yang terletak di atasnya makin besar. Sehingga, semakin dalam
zat cair maka tekanan yang diberikan pada dinding bendungan akan semakin besar
(Afdan, 2021).

3) Kapal Laut

Gambar 2.12 Kapal Laut


Sumber : Google Images

Kapal laut dapat mengapung di permukaan air karena adanya rongga di


dalam tubuh kapal. Rongga yang berisi udara ini mampu memindahkan volume air
yang cukup besar, kapal akan mendapat gaya ke atas yang menyamai berat kapal
walaupun ada tekanan. Gaya tersebut mampu menahan kapal laut tetap berada di
permukaan (Alda Rahayu, 2021).
BAB III METODOLOGI
PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Waktu
Adapun waktu pelaksanaan praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka pada
percobaan Tekanan Hidrostatik adalah sebagai berikut:
Hari, tanggal : Minggu, 13 November 2022
Pukul : 09.00 – 11.00 WITA

3.1.2 Tempat
Adapun tempat pelaksanaan praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka pada
percobaan Tekanan Hidrostatik di Laboratorium Keairan dan Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

Gambar 3.1 Laboratorium Keairan dan Teknik Lingkungan


Sumber : Google Earth, 2022
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Hidrolika dan Saluran
Terbuka pada percobaan Tekanan Hidrostatik adalah sebagai berikut:
1. Hydrostatic Pressure Apparatus

Gambar 3.2 Hydrostatic Pressure Apparatus


Sumber : Modul Praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka

Fungsi dari Hydrostatic Pressure Apparatus adalah untuk mengetahui


ketinggian air, ketinggian air terendah terhadap permukaan aktif, serta ketinggian air
tertinggi terhadap permukaan aktif dengan ukuran lengan beban, beban dan sudut
yang sudah ditentukan.

2. Spoit

Gambar 3.3 Spoit


Sumber : Google Images, 2022

Fungsi dari spoit adalah untuk menghisap air sedikit demi sedikit dari
bejana air jika terjadi dirasa berlebihan.
3. Selang

Gambar 3.4 Selang


Sumber : Google Images, 2022

Fungsi dari selang adalah untuk menghisap air dari dalam bejana air, dalam
jumlah banyak.

4. Ember

Gambar 3.5 Ember


Sumber : Google Images, 2022

Fungsi dari ember adalah sebagai wadah untuk menyimpan air yang akan
digunakan dalam praktikum.
5. Gelas Plastik

Gambar 3.6 Gelas Plastik


Sumber : Google Images, 2022

Fungsi dari gelas plastic yaitu untuk menuangkan air dari ember ke bejana
air sesuai kebutuhan.

6. Kanebo

Gambar 3.7 Kanebo


Sumber : Kelompok 8 Sipil, 2022

Fungsi dari kanebo yaitu untuk mengelap alat Hydrostatic Pressure


Apparatus hingga kering.
7. Nivo

Gambar 3.8 Nivo


Sumber : Kelompok 8 Sipil, 2022

Fungsi dari nivo adalah untuk memastikan lengan beban dan tangki air
berada dalam keadaan seimbang dengan melihat gelembung air berada tepat di
tengah nivo.

3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Hidrolika dan Saluran
Terbuka pada percobaan Tekanan Hidrostatik adalah air dan zat pewarna.

3.3 Sketsa Alat Uji

Gambar 3.2 Alat percobaan aliran pada tata pipa


Sumber : Kelompok 8 Sipil, 2022
Keterangan Gambar :
1. Bejana air berfungsi sebagai tempat penampung air yang akan diamati.
2. Penahan berfungsi untuk mengunci perangkat bejana air pada derajat
tertentu.
3. Slider berfungsi sebagai penyeimbang nivo.
4. Stop pin berfungsi sebagai pengunci.
5. Skala ketinggian air berfungsi untuk mengatur skala dari ketinggian air yang
dimasukkan ke bejana air.
6. Rider berfungsi untuk mengukur skala pada mistar.
7. Beban berfungsi sebagai pembeban.
8. Tangkai pegangan berfungsi untuk mengangkat dan memindahkan alat.

3.4 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan dari praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka
pada percobaan Tekanan Hidrostatik adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan .
2. Memasukkan air ke dalam ember.
3. Mencampurkan pewarna makanan dengan air yang akan menjadi sampel uji.
4. Mengatur gelembung nivo pada area tekanan hidrostatik agar seimbang,
kemudian mengamati pergerakannya lengan rider.

3.4.1 Prosedur Percobaan Untuk 𝛂 = 0°


1. Mengukur skala pada mistar beban.
2. Mengatur kemiringan pada bejana air dengan sudut 0˚, kemudian
menguncinya dengan penahan.
3. Mengatur gelembung air nivo pada alat hingga gelembung berada di tengah.
4. Menggantung beban pertama pada rider, sehingga gelembung nivo bergerak
condong kearah bejana air.
5. Memasukkan air sedikit demi sedikit menggunakan gelas plastik atau
suntik, hingga nivo dalam keadaan seimbang kembali. Jika gelembung nivo
bergerak condong kearah beban, air dalam bejana harus dikurangi
menggunakan suntik agar nivo menjadi seimbang.
6. Mencatat skala yang tercatat pada rider.
7. Mencatat ketinggian air yang tertera pada skala ketinggian air, serta
mencatat nilai St dan Sh.
8. Menambah beban kedua, sehingga nivo menjadi tidak seimbang. Kemudian
mengulang langkah 5 sampai 7.
9. Mengulangi langkah 8 secara bertahap dengan menambahkan beban sampai
beban akhir yang telah ditentukan.
10. Mengeluarkan air yang terdapat pada bejana air ke dalam ember
menggunakan selang dan melepas beban yang tergantung pada rider.

3.4.2 Prosedur Percobaan Untuk α = 10°


1. Mengatur bejana air pada kemiringan 10°, kemudian mengunci
menggunakan penahan.
2. Menggantung beban pertama pada rider, sehingga gelembung nivo bergerak
condong ke arah bejana air.
3. Memasukan air sedikit demi sedikit menggunakan gelas plastik atau spoit,
sehingga nivo dalam keadaan seimbang kembali.
4. Mencatat skala yang tercatat pada rider.
5. Mencatat ketinffian air yang tertera pada skala ketinggian air, serta mencatat
nilai St dan Sh.
6. Menambah beban kedua, sehingga nivo menjadi tidak seimbang. Kemudian
mengulang langkah 3 sampai 5.
7. Mengulangi langkah pada point ke enam pada beban ketiga.
8. Mengeluarkan air yang terdapat pada bejana air ke dalam ember
menggunakan selang dan melepas beban yang tergantung pada rider.
3.4.3 Prosedur Percobaan Untuk α = 20°
1. Mengatur bejana air pada kemiringan 20°, kemudian mengunci
menggunakan penahan.
2. Menggantung beban pertama pada rider, sehingga gelembung nivo bergerak
condong ke arah bejana air.
3. Memasukan air sedikit demi sedikit menggunakan gelas plastik atau spoit,
sehingga nivo dalam keadaan seimbang kembali.
4. Mencatat skala yang tercatat pada rider.
5. Mencatat ketinffian air yang tertera pada skala ketinggian air, serta mencatat
nilai St dan Sh.
6. Menambah beban kedua, sehingga nivo menjadi tidak seimbang. Kemudian
mengulang langkah 3 sampai 5.
7. Mengulangi langkah pada point ke enam pada beban ketiga.
8. Mengeluarkan air yang terdapat pada bejana air ke dalam ember
menggunakan selang dan melepas beban yang tergantung pada rider.

3.4.4 Prosedur Percobaan Untuk α = 30°


1. Mengatur bejana air pada kemiringan 30°, kemudian mengunci
menggunakan penahan.
2. Menggantung beban pertama pada rider, sehingga gelembung nivo bergerak
condong ke arah bejana air.
3. Memasukan air sedikit demi sedikit menggunakan gelas plastik atau spoit,
sehingga nivo dalam keadaan seimbang kembali.
4. Mencatat skala yang tercatat pada rider.
5. Mencatat ketinffian air yang tertera pada skala ketinggian air, serta mencatat
nilai St dan Sh.
6. Menambah beban kedua, sehingga nivo menjadi tidak seimbang. Kemudian
mengulang langkah 3 sampai 5.
7. Mengulangi langkah pada point ke enam pada beban ketiga.
8. Mengeluarkan air yang terdapat pada bejana air ke dalam ember
menggunakan selang dan melepas beban yang tergantung pada rider.
3.4.5 Prosedur Percobaan Untuk α = 90°
1. Mengatur bejana air pada kemiringan 90°, kemudian mengunci
menggunakan penahan.
2. Menggantung beban pertama pada rider, sehingga gelembung nivo bergerak
condong ke arah bejana air.
3. Memasukan air sedikit demi sedikit menggunakan gelas plastik atau spoit,
sehingga nivo dalam keadaan seimbang kembali.
4. Mencatat skala yang tercatat pada rider.
5. Mencatat ketinffian air yang tertera pada skala ketinggian air, serta mencatat
nilai St dan Sh.
6. Menambah beban kedua, sehingga nivo menjadi tidak seimbang. Kemudian
mengulang langkah 3 sampai 5.
7. Mengulangi langkah pada point ke enam pada beban ketiga.
8. Mengeluarkan air yang terdapat pada bejana air ke dalam ember
menggunakan selang dan melepas beban yang tergantung pada rider.
BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Data Pengamatan untuk L = 0,24 m
Tabel 4.1 Data Pengamatan Tekanan Hidrostatik untuk L = 0,24 m
Beban Sudut Ketinggian Air
No St (mm) Sh (mm)
F (N) α (°) S (mm)
1 2 3 4 5 6
1. 0.5 74
2. 1.5 98
3. 2.5 0° 120 0 0
4. 4.5 160
5. 6 194
1. 0.5 70
2. 1.5 94
3. 2.5 10° 106 5 104
4. 4.5 160
5. 6 192
1. 0.5 82
2. 1.5 110
3. 2.5 30° 130 32 118
4. 4.5 172
5. 6 204
1. 0.5 240
90° 204 0
2. 1.5 262
Sumber : Data Pengamatan Kelompok 8 Sipil, 2022
4.1.2 Data Pengamatan untuk L = 0,15 m
Tabel 4.2 Data Pengamatan Tekanan Hidrostatik untuk L = 0,15 m
Beban Sudut Ketinggian Air
No St (mm) Sh (mm)
F (N) α (°) S (mm)
1 2 3 4 5 6
1. 0.5 75
2. 1.5 100
3. 2.5 0° 122 0 0
4. 4.5 164
5. 6 198
1. 0.5 102
2. 1.5 124
3. 2.5 30° 146 28 112
4. 4.5 190
5. 6 224
1. 0.5 70
2. 1.5 98
3. 2.5 20° 116 18 100
4. 4.5 188
5. 6 204
1. 0.5 234
90° 200 0
2. 1.5 266
Sumber : Data Pengamatan Kelompok 8 Sipil, 2022
4.2 Analisa Data
4.2.1 Untuk α = 0° dengan L = 0,24 m
1) Untuk data 1
Dik :
α = 0°
L = 0,24 m
S = 0,074 m
Fg = 0,5 N
St =0m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
1
e = S
6
1
= . 0,074
6
= 0,0123 m

1
Ld = 0,2 ˗ S
3
1
= 0,2 ˗ 3 . 0,0074
= 0,175 m
b) Resultan gaya
s
Pc =ρ.g. 2

0,074
= 1000 . 9,81 .
2
2
= 362,97 N/m

Aact = s . b
= 0,074 . 0,075
2
= 0,0056 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 362,97 . 0,0056
= 2,014 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 0,5 . 0,24
= 0,12 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 2,014 . 0,175
= 0,353 Nm

2) Untuk data 2
Dik :
α = 0°
L = 0,24 m
S = 0,098 m
Fg = 1,5 N
St =0m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
1
e = S
6
1
= . 0,098
6
= 0,0123 m

1
Ld = 0,2 ˗ S
3
1
= 0,2 ˗ 3 .0,098
= 0,167 m

b) Resultan gaya
s
Pc =ρ.g. 2

0,12
= 1000 . 9,81 .
2
2
= 588,6 N/m
Aact = s . b
= 0,098 . 0,075
2
= 0,0074 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 480,69 . 0,0074
= 3,533 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 1,5 . 0,24
= 0,36 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 3,533 . 0,167
= 0,591 Nm

3) Untuk data 3
Dik :
α = 0°
L = 0,24 m
S = 0,12 m
Fg = 2,5 N
St =0m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m
Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
0,01
e =
12 (S - 0,5)
0,01
=
12 (0,12 - 0,5)
= 0,0119 m

Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0119
= 0,162 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S – 0,05)
= 1000 . 9,81 . (0,12 – 0,05)
2
= 686,7 N/m

Aact = s . b
= 0,12 . 0,075
2
= 0,009 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 686,7 . 0,009
= 6,180 N
c) Momen
m =0
= Fg . L
= 2,5 . 0,24
= 0,6 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 6,180 . 0,162
= 1,001 Nm

4) Untuk data 4
Dik :
α = 0°
L = 0,24 m
S = 0,16 m
Fg = 4,5 N
St =0m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen
Peny :
a) Titik pusat tekanan
0,01
e =
12 (S - 0,5)
0,01
=
12 (0,16 − 0,5)

= 0,0076 m

Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0076
= 0,158 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S – 0,05)
= 1000 . 9,81 . (0,16 – 0,05)
2
= 1079,1 N/m

Aact = s . b
= 0,16 . 0,075
2
= 0,012 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 1079,1 . 0,012
= 12,949 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 4,5 . 0,24
= 1,08 Nm
m =0
= Fp . Ld
= 12,949 . 0,158
= 2,040 Nm

5) Untuk data 5
Dik :
α = 0°
L = 0,24 m
S = 0,194 m
Fg =6N
St =0m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
0,01
e =
12 (S − 0,5)
0,01
=
12 (0,194 − 0,5)

= 0,0058 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0058
= 0,158 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S – 0,05)
= 1000 . 9,81 . (0,194 – 0,05)
2
= 1412,64 N/m

Aact = s . b
= 0,194 . 0,075
2
= 0,015 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 1412,64 . 0,015
= 12,949 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 6 . 0,24
= 1,44 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 12,949 . 0,158
= 3,202 Nm
4.2.2 Untuk α = 10° dengan L = 0,24 m
1) Untuk data 1
Dik :
α = 10°
L = 0,24 m
S = 0,07 m
Fg = 0,5 N
St = 0,005 m
Sh = 0,104 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,07 – 0,005
=
cos 10
= 0,066 m

1
e = h
6
1
= 0,066
6
= 0,011 m
1
Ld = 0,2 ˗ h
3
1
= 0,2 ˗ 3 .0,066
= 0,178 m

b) Resultan gaya
S - St
Pc =ρ.g. 2
0,065
= 1000 . 9,81 .
2
2
= 318,825 N/m

Aact = h . b
= 0,066 . 0,075
2
= 0,005 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 318,825 . 0,005
= 1,578 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 0,5 . 0,24
= 0,12 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 1,578 . 0,178
= 0,281 Nm
2) Untuk data 2
Dik :
α = 10°
L = 0,24 m
S = 0,094 m
Fg = 1,5 N
St = 0,005 m
Sh = 0,104 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,094 – 0,005
=
cos 10
= 0,09 m

1
e = h
6
1
= 0,09
6
= 0,015 m
1
Ld = 0,2 ˗ h
3
1
= 0,2 ˗ 3 . 0,09
= 0,17 m

b) Resultan gaya
S - St
Pc =ρ.g. 2
0,089
= 1000 . 9,81 .
2
2
= 436,545 N/m

Aact = h . b
= 0,09 . 0,075
2
= 0,0068 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 436,545 . 0,0068
= 2,959 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 1,5 . 0,24
= 0,36 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 2,959 . 0,17
= 0,503 Nm
3) Untuk data 3
Dik :
α = 10°
L = 0,24 m
S = 0,106 m
Fg = 2,5 N
St = 0,005 m
Sh = 0,104 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,106 – 0,005
=
cos 10
= 0,103 m

1 2
e =
12
. 0,1
(h - 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,103 - 0,05)
= 0,0085 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0085
= 0,1585 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,101 ˗ 0,05) . cos 10
2
= 492,7092 N/m

Aact = h . b
= 0,103 . 0,075
2
= 0,0077 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 492,7092 . 0,0077
= 3,790 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 2,5 . 0,24
= 0,6 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 3,790 . 0,1585
= 0,601 Nm
4) Untuk data 4
Dik :
α = 10°
L = 0,24 m
S = 0,16 m
Fg = 4,5 N
St = 0,005 m
Sh = 0,104 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S − St
h =
cos α
0,16 – 0,005
=
cos 10
= 0,157 m

1 0,12
e =
12
.
(h − 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,157 − 0,05)
= 0,0054 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0054
= 0,1554 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,155 ˗ 0,05) . cos 10
2
= 1014,401 N/m

Aact = h . b
= 0,157 . 0,075
2
= 0,012 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 1014,401 . 0,012
= 11,974 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 4,5 . 0,24
= 1,08 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 11,974 . 0,1554
= 1,861 Nm
5) Untuk data 5
Dik :
α = 10°
L = 0,24 m
S = 0,192 m
Fg =6N
St = 0,005 m
Sh = 0,104 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,192 – 0,005
=
cos 10
= 0,19 m

1 2
e =
12
. 0,1
(h - 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,19 - 0,05)
= 0,0045 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0045
= 0,1545 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,187 ˗ 0,05) . cos 10
2
= 1323,552 N/m

Aact = h . b
= 0,19 . 0,075
2
= 0,014 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 1323,552 . 0,014
= 18,849 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 6 . 0,24
= 1,44 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 18,849 . 0,1545
= 2,912 Nm
4.2.3 Untuk α = 30° dengan L = 0,24 m
1) Untuk data 1
Dik :
α = 30°
L = 0,24 m
S = 0,082 m
Fg = 0,5 N
St = 0,032 m
Sh = 0,118 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,082 – 0,032
=
cos 30
= 0,058 m

1
e = h
6
1
= 0,058
6
= 0,010 m
1
L d
= 0,2 - 3 h
1
= 0,2 - 3 . 0,058
= 0,181 m

b) Resultan gaya
S - St
Pc =ρ.g. 2
0,05
= 1000 . 9,81 .
2
2
= 245,25 N/m

Aact = h . b
= 0,058 . 0,075
2
= 0,0043 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 245,25 . 0,0043
= 1,062 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 0,5 . 0,24
= 0,12 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 1,062 . 0,181
= 0,192 Nm
2) Untuk data 2
Dik :
α = 30°
L = 0,24 m
S = 0,11 m
Fg = 1,5 N
St = 0,032 m
Sh = 0,118 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,11 – 0,032
=
cos 30
= 0,09 m

1
e = h
6
1
= 0,09
6
= 0,015 m
1
Ld = 0,2 - h
3
1
= 0,2 -
3
.0,09
= 0,170 m

b) Resultan gaya
S - St
Pc =ρ.g. 2
0,078
= 1000 . 9,81 .
2
2
= 382,59 N/m

Aact = h . b
= 0,09 . 0,075
2
= 0,0068 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 382,59 . 0,0068
= 2,584 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 0,5 . 0,24
= 0,12 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 1,062 . 0,181
= 0,192 Nm
3) Untuk data 3
Dik :
α = 30°
L = 0,24 m
S = 0,13 m
Fg = 2,5 N
St = 0,032 m
Sh = 0,118 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,13 – 0,032
=
cos 30
= 0,113 m

1 2
e =
12
. 0,1
(h - 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,103 - 0,05)
= 0,0076 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0076
= 0,1576 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,098 ˗ 0,05) . cos 30
2
= 407,794 N/m

Aact = h . b
= 0,113 . 0,075
2
= 0,0085 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 407,794 . 0,0085
= 3,461 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 2,5 . 0,24
= 0,6 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 3,461 . 0,1576
= 0,546 Nm
4) Untuk data 4
Dik :
α = 30°
L = 0,24 m
S = 0,172 m
Fg = 4,5 N
St = 0,032 m
Sh = 0,118 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,172 – 0,032
=
cos 30
= 0,162 m

1 2
e =
12
. 0,1
(h - 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,162 - 0,05)
= 0,0053 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0053
= 0,1553 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,14 ˗ 0,05) . cos 30
2
= 764,614 N/m

Aact = h . b
= 0,162 . 0,075
2
= 0,012 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 764,614 . 0,012
= 9,270 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 4,5 . 0,24
= 1,08 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 9,270 . 0,1553
= 1,440 Nm
5) Untuk data 5
Dik :
α = 30°
L = 0,24 m
S = 0,204 m
Fg =6N
St = 0,032 m
Sh = 0,118 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,204 – 0,032
=
cos 30
= 0,199 m

1 0 ,1 2
e = 12 .(ℎ − 0,05)
1 0,01
=
12
. (0,199 − 0,05)
= 0,0043 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0043
= 0,1543 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,172 ˗ 0,05) . cos 30
2
= 1036,477 N/m

Aact = h . b
= 0,199 . 0,075
2
= 0,015 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 1036,477 . 0,015
= 15,439 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 6 . 0,24
= 1,44 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 15,439 . 0,1543
= 2,382 Nm
4.2.4 Untuk α = 90° dengan L = 0,24 m
1) Untuk data 1
Dik :
α = 90°
L = 0,24 m
S = 0,24 m
Fg = 0,5 N
St = 0,204 m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
e =0m
Ld = 0,15 m

b) Resultan gaya
Fd = ρ . g . (S – St) . (0,1 . b)
= 1000 . 9,81 . 0,036 . (0,1 . 0,075)
= 2,649 N
c) Titik pusat tekanan
m =0
= Fg . L
= 0,5 . 0,24
= 0,12 Nm

m =0
= Fd . Ld
= 2,649 . 0,15
= 0,397 Nm

2) Untuk data 2
Dik :
α = 90°
L = 0,24 m
S = 0,262 m
Fg = 1,5 N
St = 0,204 m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen
Peny :
a) Titik pusat tekanan
e =0m
Ld = 0,15 m

b) Resultan gaya
Fd = ρ . g . (S – St) . (0,1 . b)
= 1000 . 9,81 . 0,058 . (0,1 . 0,075)
= 4,267 N

c) Titik pusat tekanan


m =0
= Fg . L
= 1,5 . 0,24
= 0,36 Nm

m =0
= Fd . Ld
= 4,267 . 0,15
= 0,640 Nm

4.2.5 Untuk α = 0° dengan L = 0,15 m


1) Untuk data 1
Dik :
α = 0°
L = 0,15 m
S = 0,075 m
Fg = 0,5 N
St =0m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
1
e = S
6
1
= . 0,075
6
= 0,0125 m

1
Ld = 0,2 - S
3
1
= 0,2 - 3 . 0,0075
= 0,175 m

b) Resultan gaya
S
Pc =ρ.g. 2

= 1000 . 9,81 . 0,075


2
2
= 367,875 N/m

Aact = S . b
= 0,075 . 0,075
2
= 0,0056 m
Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 367,875 . 0,0056
= 2,069 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 0,5 . 0,15
= 0,075 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 2,069 . 0,175
= 0,362 Nm

2) Untuk data 2
Dik :
α = 0°
L = 0,15 m
S = 0,1 m
Fg = 1,5 N
St =0m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m
Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
1
e = S
6
1
= . 0,1
6
= 0,0167 m

1
Ld = 0,2 - s
3
1
= 0,2 - 3 . 0,1
= 0,167 m

b) Resultan gaya
s
Pc = ρ .g .
2
0,1
= 1000 . 9,81 .
2
2
= 490,5 N/m

Aact = s . b
= 0,1 . 0,075
2
= 0,0075 m
Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 490,5 . 0,0075
= 3,679 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 1,5 . 0,15
= 0,225 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 3,679 . 0,167
= 0,613 Nm

3) Untuk data 3
Dik :
α = 0°
L = 0,15 m
S = 0,122 m
Fg = 2,5 N
St =0m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m
Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
0,01
e =
12 (S - 0,5)
0,01
=
12 (0,122 - 0,5)
= 0,0116 m

Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0116
= 0,1616 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S – 0,05)
= 1000 . 9,81 . (0,122 – 0,05)
2
= 706,32 N/m

Aact = S . b
= 0,122 . 0,075
2
= 0,0092 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 706,32 . 0,0092
= 6,463 N
c) Momen
m =0
= Fg . L
= 2,5 . 0,24
= 0,4 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 6,463 . 0,162
= 1,044 Nm

4) Untuk data 4
Dik :
α = 0°
L = 0,15 m
S = 0,164 m
Fg = 4,5 N
St =0m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen
Peny :
a) Titik pusat tekanan
0,01
e =
12 (S - 0,5)
0,01
=
12 (0,164 − 0,5)
= 0,0073 m

Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0073
= 0,1573 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S – 0,05)
= 1000 . 9,81 . (0,164 – 0,05)
2
= 1118,34 N/m

Aact = S . b
= 0,164 . 0,075
2
= 0,012 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 1118,34 . 0,012
= 13,756 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 4,5 . 0,15
= 0,675 Nm
m =0
= Fp . Ld
= 13,756 . 0,157
= 2,164 Nm

5) Untuk data 5
Dik :
α = 0°
L = 0,15 m
S = 0,198 m
Fg =6N
St =0m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
0,01
e =
12 (S - 0,5)
0,01
=
12 (0,198 - 0,5)

= 0,0056 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0056
= 0,1556 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S – 0,05)
= 1000 . 9,81 . (0,198 – 0,05)
2
= 1451,88 N/m

Aact = S . b
= 0,198 . 0,075
2
= 0,015 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 1451,88 . 0,015
= 21,56 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 6 . 0,15
= 0,9 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 21,560 . 0,1556
= 3,355 Nm
4.2.6 Untuk α = 30° dengan L = 0,15 m
1) Untuk data 1
Dik :
α = 30°
L = 0,15 m
S = 0,102 m
Fg = 0,5 N
St = 0,028 m
Sh = 0,112 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,102 – 0,005
=
cos 30
= 0,085 m

1
e = h
6
1
= 0,085
6
= 0,014 m
1
Ld = 0,2 - h
3
1
= 0,2 - 3 . 0,085
= 0,172 m

b) Resultan gaya
S - St
Pc =ρ.g. 2
0,074
= 1000 . 9,81 .
2
2
= 362,97 N/m

Aact = h . b
= 0,085 . 0,075
2
= 0,0064 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 362,97 . 0,0064
= 2,326 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 0,5 . 0,15
= 0,075 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 2,326 . 0,172
= 0,399 Nm
2) Untuk data 2
Dik :
α = 30°
L = 0,15 m
S = 0,124 m
Fg = 1,5 N
St = 0,028 m
Sh = 0,112 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,124 – 0,028
=
cos 30
= 0,111 m

1 2
e =
12
. 0,1
(h - 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,111 - 0,05)
= 0,0078 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0078
= 0,1578 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,096 ˗ 0,05) . cos 30
2
= 390,8026 N/m

Aact = h . b
= 0,111 . 0,075
2
= 0,0083 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 390,8026 . 0,0083
= 3,249 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 1,5 . 0,15
= 0,25 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 3,249 . 0,1578
= 0,513 Nm
3) Untuk data 3
Dik :
α = 30°
L = 0,15 m
S = 0,146 m
Fg = 2,5 N
St = 0,028 m
Sh = 0,112 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S − St
h =
cos α
0,146 – 0,028
=
cos 30
= 0,136 m

1
e = . 0,12
12
(h − 0,05)
1 0,01
=
12
. (0,136 − 0,05)
= 0,0063 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0063
= 0,1563 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,118 ˗ 0,05) . cos 30
2
= 577,708 N/m
Aact = h . b
= 0,136 . 0,075
2
= 0,0102 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 577,708 . 0,0102
= 5,904 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 2,5 . 0,15
= 0,4 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 5,904 . 0,1563
= 0,923 Nm
4) Untuk data 4
Dik :
α = 30°
L = 0,15 m
S = 0,19 m
Fg = 4,5 N
St = 0,028 m
Sh = 0,112 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m
Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,19 – 0,028
=
cos 30
= 0,187 m

1 2
e =
12
. 0,1
(h - 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,187 - 0,05)
= 0,0046 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0046
= 0,1546 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,162 ˗ 0,05) . cos 30
2
= 951,52 N/m

Aact = h . b
= 0,187 . 0,075
2
= 0,014 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 951,52 . 0,014
= 13,349 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 4,5 . 0,15
= 0,675 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 13,349 . 0,1546
= 2,063 Nm
5) Untuk data 5
Dik :
α = 30°
L = 0,15 m
S = 0,224 m
Fg =6N
St = 0,028 m
Sh = 0,112 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,224 – 0,028
=
cos 30
= 0,226 m

1 2
e =
12
. 0,1
(h - 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,226 - 0,05)
= 0,0038 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0038
= 0,1538 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,196 ˗ 0,05) . cos 30
2
= 1240,37 N/m

Aact = h . b
= 0,226 . 0,075
2
= 0,017 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 1240,37 . 0,017
=21,054 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 6 . 0,15
= 0,9 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 18,849 . 0,1545
= 3,237 Nm
4.2.7 Untuk α = 20° dengan L = 0,15 m
1) Untuk data 1
Dik :
α = 20°
L = 0,15 m
S = 0,07 m
Fg = 0,5 N
St = 0,018 m
Sh = 0,1 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S − St
h =
cos α
0,07 – 0,018
=
cos 20
= 0,055 m

1
e = h
6
1
= 0,055
6
= 0,009 m
1
L = 0,2 - 3 h
d
1
= 0,2 - 3 .0,055
= 0,182 m

b) Resultan gaya
S - St
Pc = ρ .g . 2
0,052
= 1000 . 9,81 .
2
2
= 255,06 N/m

Aact = h . b
= 0,055 . 0,075
2
= 0,0042 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 255,06 . 0,0042
= 1,059 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 0,5 . 0,15
= 0,075 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 1,059 . 0,182
= 0,192 Nm
2) Untuk data 2
Dik :
α = 20°
L = 0,15 m
S = 0,098 m
Fg = 1,5 N
St = 0,018 m
Sh = 0,1 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,098 – 0,018
=
cos 20
= 0,085 m

1
e = h
6
1
= 0,085
6
= 0,014 m
1
L d
= 0,2 - 3 h
1
= 0,2 - 3 . 0,085
= 0,172 m

b) Resultan gaya
S - St
Pc = ρ .g . 2
0,08
= 1000 . 9,81 .
2
2
= 392,4 N/m

Aact = h . b
= 0,085 . 0,075
2
= 0,0064 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 392,4 . 0,0064
= 2,506 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 1,5 . 0,15
= 0,225 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 2,506 . 0,172
= 0,430 Nm
3) Untuk data 3
Dik :
α = 20°
L = 0,15 m
S = 0,116 m
Fg = 2,5 N
St = 0,018 m
Sh = 0,1 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,116 – 0,018
=
cos 20
= 0,104 m

1 2
e =
12
. 0,1
(h - 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,104 - 0,05)
= 0,0083 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0083
= 0,1583 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,098 ˗ 0,05) . cos 20
2
= 442,48 N/m

Aact = h . b
= 0,104 . 0,075
2
= 0,008 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 442,48 . 0,0078
= 3,461 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 2,5 . 0,15
= 0,375 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 3,461 . 0,1583
= 0,548 Nm
4) Untuk data 4
Dik :
α = 20°
L = 0,15 m
S = 0,188 m
Fg = 4,5 N
St = 0,018 m
Sh = 0,1 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,188 – 0,018
=
cos 20
= 0,181 m

1 2
e =
12
. 0,1
(h - 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,181 - 0,05)
= 0,0047 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0047
= 0,1547 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,17 ˗ 0,05) . cos 20
2
= 1106,21 N/m

Aact = h . b
= 0,181 . 0,075
2
= 0,014 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 1106,21 . 0,014
= 15,009 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 4,5 . 0,15
= 0,675 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 15,009 . 0,1547
= 2,322 Nm
5) Untuk data 5
Dik :
α = 20°
L = 0,15 m
S = 0,204 m
Fg =6N
St = 0,018 m
Sh = 0,1 m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
S - St
h =
cos α
0,204 – 0,018
=
cos 20
= 0,198 m

1 2
e =
12
. 0,1
(h - 0,05)
1
=
12
. 0,01
(0,198 - 0,05)
= 0,0043 m
Ld = 0,15 + e
= 0,15 + 0,0043
= 0,1543 m

b) Resultan gaya
Pc = ρ . g . (S ˗ St ˗ 0,05) . cos α
= 1000 . 9,81 . (0,186 ˗ 0,05) . cos 20
2
= 1253,7 N/m

Aact = h . b
= 0,198 . 0,075
2
= 0,015 m

Sehingga
Fp = Pc . Aact
= 1253,7 . 0,015
= 18,612 N

c) Momen
m =0
= Fg . L
= 6 . 0,15
= 0,9 Nm

m =0
= Fp . Ld
= 18,612 . 0,1543
= 2,872 Nm
4.2.8 Untuk α = 90° dengan L = 0,15 m
1) Untuk data 1
Dik :
α = 90°
L = 0,15 m
S = 0,234 m
Fg = 0,5 N
St = 0,2 m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen

Peny :
a) Titik pusat tekanan
e =0m
Ld = 0,15 m

b) Resultan gaya
Fd = ρ . g . (S – St) . (0,1 . b)
= 1000 . 9,81 . 0,066 . (0,1 . 0,075)
= 2,502 N
c) Titik pusat tekanan
m =0
= Fg . L
= 0,5 . 0,15
= 0,075 Nm

m =0
= Fd . Ld
= 2,502 . 0,15
= 0,375 Nm

2) Untuk data 2
Dik :
α = 90°
L = 0,15 m
S = 0,266 m
Fg = 1,5 N
St = 0,2 m
Sh =0m
ρ = 1000 kg/m3
2
g = 9,81 m/s
b = 0,075 m

Dit :
a) Titik pusat tekanan
b) Resultan gaya
c) Momen
Peny :
a) Titik pusat tekanan
e =0m
Ld = 0,15 m

b) Resultan gaya
Fd = ρ . g . (S – St) . (0,1 . b)
= 1000 . 9,81 . 0,066 . (0,1 . 0,075)
= 4,856 N

c) Titik pusat tekanan


m =0
= Fg . L
= 1,5 . 0,15
= 0,0728 Nm

m =0
= Fd . Ld
= 4,856. 0,15
= 0,728 Nm
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan L = 0,24 m
Titik Pusat Tekanan Resultan Gaya Momen
Beban Sudut S St Sh
No. Aact 𝛴m 𝛴m
(N) (°) (m) (m) (m) h (m) Ld (m) e (m) Pc (N) 2 Fp (N)
(m ) (Nm) (Nm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 0,5 0.074 0.175 0.0123 362.97 0.0056 2.014 0.12 0.353
2 1,5 0.098 0.167 0.0163 480.69 0.007 3.533 0.36 0.591
3 2,5 0 0.12 0 0 0.162 0.0119 686.70 0.009 6.180 0.60 1.001
4 4,5 0.16 0.158 0.0076 1079.10 0.012 12.949 1.08 2.040
5 6 0.194 0.156 0.0058 1412.64 0.015 20.554 1.44 3.202
1 0,5 0.07 0.066 0.178 0.011 1.578 0.005 1.578 0.12 0.281
2 1,5 0.094 0.090 0.170 0.0151 2.959 0.007 2.959 0.36 0.503
3 2,5 10 0.106 0.005 0.104 0.103 0.158 0.0085 3.790 0.008 3.790 0.6 0.601
4 4,5 0.16 0.157 0.155 0.0054 11.974 0.012 11.974 1.08 1.861
5 6 0.192 0.190 0.154 0.0045 18.849 0.014 18.849 1.44 2.912
1 0,5 0.082 0.058 0.181 0.010 245.25 0.0043 1.062 0.12 0.192
2 1,5 0.11 0.090 0.170 0.015 382.59 0.0068 2.584 0.36 0.439
3 2,5 30 0.13 0.032 0.118 0.113 0.1576 0.0076 407.794 0.0085 3.461 0.6 0.546
4 4,5 0.172 0.162 0.1553 0.0053 764.614 0.012 9.270 1.08 1.440
5 6 0.204 0.199 0.154 0.0043 1036.48 0.015 15.439 1.44 2.382
1 0,5 0.24 0.15 0 2.649 0.12 0.397
2 1,5 90 0.262 0.204 0 0.15 0 4.267 0.36 0.640
Sumber : Hasil Perhitungan Kelompok 8 Sipil, 2022
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan L = 0,15 m
Titik Pusat Tekanan Resultan Gaya Momen
Beban Sudut S St Sh
No. Aact 𝛴m 𝛴m
(N) (°) (m) (m) (m) h (m) Ld (m) e (m) Pc (N) 2 Fp (N)
(m ) (Nm) (Nm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 0,5 0.075 0.175 0.0125 367.875 0.0056 2.069 0.075 0.362
2 1,5 0.1 0.167 0.0167 490.5 0.0075 3.679 0.225 0.613
3 2,5 0 0.122 0 0 0.1616 0.0116 706.32 0.0092 6.463 0.4 1.044
4 4,5 0.164 0.1573 0.0073 1118.34 0.012 13.756 0.675 2.164
5 6 0.198 0.156 0.0056 1451.88 0.015 21.560 0.9 3.355
1 0,5 0.102 0.085 0.172 0.014 362.97 0.0064 2.326 0.075 0.399
2 1,5 0.124 0.111 0.1578 0.0078 390.803 0.0083 3.249 0.225 0.513
3 2,5 30 0.146 0.028 0.112 0.136 0.1563 0.0063 577.708 0.0102 5.904 0.4 0.923
4 4,5 0.19 0.187 0.1546 0.0046 951.52 0.014 13.349 0.675 2.063
5 6 0.224 0.226 0.154 0.0038 1240.37 0.017 21.054 0.9 3.237
1 0,5 0.07 0.055 0.182 0.009 255.06 0.0042 1.059 0.075 0.192
2 1,5 0.098 0.085 0.172 0.014 392.4 0.0064 2.506 0.225 0.430
3 2,5 20 0.116 0.018 0.1 0.104 0.1583 0.0083 442.48 0.0078 3.461 0.375 0.548
4 4,5 0.188 0.181 0.1547 0.0047 1106.21 0.014 15.009 0.675 2.322
5 6 0.204 0.198 0.154 0.0043 1253.7 0.015 18.612 0.9 2.872
1 0,5 0.234 0.15 0 2.502 0.075 0.375
2 1,5 90 0.266 0.2 0 0.15 0 4.856 0.225 0.728
Sumber : Hasil Perhitungan Kelompok 8 Sipil, 2022
4.3 Analisa Grafik
4.3.1 Analisa Grafik Untuk L = 0,24 m
1) Grafik Momen pada Posisi Sudut 0°

Gambar 4.1 Grafik Momen Pada Posisi 0°


Sumber : Analisa Perhitungan Kelompok 8 Sipil, 2022

2) Grafik Momen pada Posisi 10°

Gambar 4.2 Grafik Momen Pada Posisi 10°


Sumber : Analisa Perhitungan Kelompok 8 Sipil, 2022
3) Grafik Momen pada Posisi 30°

Gambar 4.3 Grafik Momen Pada Posisi 30°


Sumber : Analisa Perhitungan Kelompok 8 Sipil, 2022

4) Grafik Momen pada Posisi 90°

Gambar 4.4 Grafik Momen Pada Posisi 90°


Sumber : Analisa Perhitungan Kelompok 8 Sipil, 2022
4.3.2 Analisa Grafik Untuk L = 0,15 m
1) Grafik Momen pada Posisi 0°

Gambar 4.5 Grafik Momen Pada Posisi 0°


Sumber : Analisa Perhitungan Kelompok 8 Sipil, 2022

2) Grafik Momen pada Posisi 30°

Gambar 4.6 Grafik Momen Pada Posisi 30°


Sumber : Analisa Perhitungan Kelompok 8 Sipil, 2022
3) Grafik Momen pada Posisi 20°

Gambar 4.7 Grafik Momen Pada Posisi 20°


Sumber : Analisa Perhitungan Kelompok 8 Sipil, 2022

4) Grafik Momen pada Posisi 90°

Gambar 4.8 Grafik Momen Pada Posisi 90°


Sumber : Analisa Perhitungan Kelompok 8 Sipil, 2022
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagainberikut:
1. Untuk mengetahui distribusi tekanan di sepanjang area aktif dalam fluida cair,
salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan manometer.
Manometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan dalam suatu
sistem, terutama dalam fluida cair. Manometer dapat berupa manometer tabung
U atau manometer Bourdon.
2. Tekanan hidrostatik adalah gaya yang diberikan oleh fluida jenis cair pada
benda yang ditempatkan di dalamnya. Gaya ini merupakan hasil dari tekanan
hidrostatik yang diberikan oleh fluida cair pada benda yang ditempatkan di
dalamnya. Amplitudo gaya lateral adalah gaya yang bekerja pada suatu benda
karena tekanan hidrostatik yang diberikan oleh fluida cair. Gaya ini adalah
gaya yang bekerja pada arah gerak benda. Dengan demikian, besarnya gaya
kesamping dapat diketahui dengan mengetahui besarnya gaya tekan hidrostatik
dan sudut antara gaya tekan hidrostatis dengan arah gaya kesamping.
3. Penentuan pusat tekanan dapat dilakukan dengan memperhatikan tinggi muka
air atau dapat dikatakan pusat tekanan berbanding terbalik dengan tinggi air,
tetapi jika tinggi air melewati atau lebih tinggi dari Sh, maka pusat tekanannya
berbanding terbalik dengan ketinggian air. Oleh karena itu, titik pusat tekanan
akan mengecil jika permukaan air naik.
4. Gaya resultan dapat diperoleh dengan melihat tekanan hidrostatik dari pusat
bidang ke permukaan air dan ketinggian air, atau dapat juga dikatakan gaya
resultan berbanding lurus dengan ketinggian air. Semakin tinggi permukaan
air, semakin besar resultan gaya dan sebaliknya.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan pada Percobaan Tekanan Hidrostatik adalah
agar menambah atau memperbanyak alat praktikum agar praktikan dan asisten tidak
lama menunggu giliran. Jika ada alat yang sedang bermasalah, sebaiknya cepat
diperbaiki sehingga tidak menghambat kegiatan praktikum. Untuk asisten praktikum,
tetap menjadi asisten yang baik hati dan selalu memberikan motivasi dan kepada
praktikan supaya lebih semangat lagi mengerjakan laporan tersebut hingga selesai.
DAFTAR PUSTAKA

Afdan. (2021, 3 1). Penjelasan Fisika Bagian Bawah Bendungan Dibuat Lebih
Tebal. Retrieved 12 4, 2022, from fisika:
https://www.fisika.co.id/2021/03/bagian-bawah-bendungan-tebal.html
Alda Rahayu, W. R.-l. (2021). Laporan Praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka.
Kendari: Self Publish.
Ramadhana, A. (2015, April 5). Pelajaran IPA ini punya banyak manfaat dalam
kehidupan. Retrieved 12 3, 2022, from Brilio.net:
https://www.brilio.net/news/pelajaran-ipa-ini-punya-banyak-manfaat-dalam-
kehidupan-tekanan-hidrostatis-1504051.html
Triatmodjo, B. (1993). Hidraulika 1. Yogyakarta: Beta Offset.
L
A
M
P
I
R
A
N
PRAKTIKUM HIDROLIKA DAN SALURAN TERBUKA
TEKANAN HIDROSTATIK
Lampiran 1
Dokumentasi Saat Praktikum
Lampiran 2
Dokumentasi Setelah Praktikum
Lampiran 3
Dokumentasi Saat Kerja Kelompok
Lampiran 4
Dokumentasi Foto Selfie/Random

Anda mungkin juga menyukai