Anda di halaman 1dari 3

HADIS KE 34

MENYINGKIRKAN KEMUNGKARAN

A. ‫ْت‬ ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫َع ْن َأبِي َس ِعيْد ْال ُخ ْد ِري َر‬
‫ َم ْن َرَأى ِم ْن ُك ْم‬: ‫َرس ُْو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُ ْو ُل‬
‫ فَِإ ْن لَ ْم‬،‫ فَِإ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه‬،‫ُم ْن َكراً فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬
ِ ‫ف ْاِإل ْي َم‬
‫ان‬ ُ ‫ك َأضْ َع‬ َ ِ‫يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذل‬
[‫]رواه مسلم‬
Abu Said Al-Khudry ra. Berkata Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa melihat
kemungkaran, hendaklah merubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan
lisannya; jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itu tingkatan iman
paling lemah”. (H.R Muslim)

Fiqhul hadis (kandungan hadis)


1. Al haq dan al bathil telah ada, dan selalu berpasangan sejak adanya manusia dibumi.
2. Memberantas kemungkaran.
Semua ulama sepakat bahwa memberantas kemungkaran hukumnya wajib.
Karenanya, setiap muslim wajib memberantas kemungkaran yang ada sesuai dengan
kemampuan masing-masing, baik dengan tangan, lisan maupun hatinya.
a. Memberantas kemungkran dengan hatinya
- mengingkari kemungkaran dengan hatinya hanya dilakukan dalam kondisi
lemah, jika seseorang tidak mampu memberantas dengan tangan dan lisannya.
- meridhoi perbuatan dosa adalah dosa besar
b. Memberantas kemungkaran dengan tangan dan lisan.
Dalam masalah ini terdapat dua hukum:
- fardhu kifayah, jika suatu kemungkaran diketahui oleh lebih dari satu orang,
dari masayarakat muslim.
- fardhu ‘ain, hukum ini berlaku bagi seseorang (sendirian) yang mengetahui
kemungkaran, dan ia mampu memberantas kemungkran tersebut.
3. jika kemungkaran tidak diberantas, maka kejahatan akan tersebar luas di muka bumi,
kemaksiatan akan merajalela dan jumlah kemaksiatan akan membengkak.
4. Pemahaman yang harus diubah, jika seseorang melakukan amar ma’ruf nahi munkar,
namun orang yang melakukan kemugkaran tidak mau mendengar, maka ia telah lepas
dari tanggung jawab melakukan kewajiban.
5. Jika seseorang mampu memerantas kemungkaran yang ia ketahui, namun ia sangat
yakin jika itu dilakukan akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada
kemungkaran yang diberantas, maka dalam kondisi ini kewajiban untuk
mempberantas kemungakran telah gugur, sebagai refleksi dari kaidah fiqh yang
menyatakan, “memilih mudharat yang paling ringan dari dua mudharat yang ada”.
6. Para ulama berpendapat bahwa melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar kepada orang
yang diyakini tidak akan menerima adalah wajib. Karena yang diwajibkan hanyalah
menyampaikan, sedang menerima atau menolak bukan menjadi tanggung jawab kita.
(Q.S. Al- Ghasyiyah : 21)
7. Seorang muslim dituntut melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar tanpa harus
memandang siapa yang ia hadapai, siapapun dia dan apapun jabatannya.
8. Amar ma’ruf nahi munkar terhadap para pemimpin
9. Saling menasehati dan bukan membuat kekacauan dan jangan sampai menumpahkan
darah.
10. amar ma’ruf nahi munkar hendaknya dilaksanakan dengan penuh bijaksana, hikmah
dan lemah lembut, kecuali terhadap orang-orang yang sengaja menampakkkan
kemungkaran. Mereka tidak ada kelembutan didalamnya.
11. amar ma’ruf nahi munkar adalah kemualiaan bukan kehinaan.
jabir bin Abdillah berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda:”penghulu para syahid
adalah hamzah bin abdul Muthalib dan orang yang mendatangi pemimpinnya yang
zalim menyuruhnya kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar lalu ia
dubunuh”. (H.R Al-BAzzar)
12. Amar ma’ruf nahi munkar yang telah disepakati para ulama hanyalah terkait perkara-
perkara yang jelas dan disepakati kemungkarannya, seperti: minum-minuman keras,
riba, tidak menutup aurat, meninggalkan shalat, meninggalkan jihad dan lainya.
13. Tanggung jawab amar ma’ruf nahi munkar bersifat umum dan khusus, dimulai dari
ulama dan pemimpin.
14. Niat dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar hendaknya mengharap ridho Allah
Swt. dalam rangka merealisasikan perintah-Nya.
15. amar ma’ruf nahi munkar adalah bukti ubudiyah (penghambaan) yang sesungguhnya.
Dengan keimanannya itu, ia kemudian berusaha untuk menggiring setiap makhluk
untuk meyakini dan menaati Allah Swt.

Ibnu Mas’ud berkata, bahwa Rasaualullah Saw bersabda, “tiada seorang nabi sebelumku
yang di utus Allah untuk umatnya, kecuali memiliki pembela dan pengikut. Mereka
menjalankan ajaran dan perintahnya. Setelah itu muncullah generasi yang mengatakan
sesuatu yang tidak mereka lakukan dan melakukan apa-apa yang tidak diperintahkan.
Barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya ia adalah mukmin, barangsiapa yang
memerangi dengan lisannya, ia adalah mukmin, dan barangsiapa yang memerangi dengan
hartinya, ia adalah mukmin. Di luar itu, maka tidak ada sedikit pun keimanan. (H.R Muslim)

Anda mungkin juga menyukai