Makalah Jabariyah Qadariyah
Makalah Jabariyah Qadariyah
Nurul Hasanah
Email: hasanahnuruldarwis@gmail.com
Nur Fadhilah
Email: nurfadila.afla@gmail.com
ABSTRAK
Makalah ini mendeskripsikan teologis gagasan Jabariyah dan Qadariyah dalam
sejarah teologi Islam dan pandangan tentang wahyu, akal, dan kasb manusia. Dalam
perkembangan dan pertentangan keduanya. Jabariyah dan Qadariyah memiliki
latarbelakang berdirinya. Metode penelitian yang digunakan adalah kepustakaan
dengan berdasarkan pada literatur buku, majalah, dan artikel yang berhubungan
dengan penelitian. Penelitian ini menyimpulkan: pertama, bagi Jabariyah, akal tidak
ada artinya, sebab akal diangap tidak ada gunanya bagi manusia, mereka lebih
dominan tunduk kepada wahyu atau ketentuan Tuhan dalam segala gerak geriknya,
sehingga manusia dalam kondisi menerima saja apa-apa yang telah diberikan oleh
sang Pencipta. Sedang akal bagi Qadariyah adalah sebagai peyeimbang terhadap
ketentuan yang telah Tuhan ciptakan bagi manusia, untuk andil terhadap perbuatan
yang dilakukannya, baik maupun buruk. Berkaitan dengan konsep wahyu, bagi
Jabariyah bahwa wahyu merupakan sumber pokok dan dasar bagi mereka yang
harus diikuti, sebab ayat-ayat yang mereka gunakan adalah ayat mendukung alasan
yang mereka gunakan. Sedang wahyu bagi Qadariyah, dianggap peyeimbang bagi
pendapat mereka, karena Tuhan yang menentukan segala perbuatan manusia tetapi
manusia mempunyai andil di dalamnya untuk dapat berusaha dan memilihnya.
Selanjutnya mengenai kasb Manusia, bagi Jabariyah bahwa tidak ada kasb, sebab
segala perbuatannya telah ditentukan oleh Tuhan. Manusia tidak ada daya untuk
berbuat dalam melakukan sesuatu. Sedang menurut Qadariyah bahwa kasb manusia
ada pada diri manusia itu sendiri dan hasilnya tergantung sesuai apa yang telah
diperbuatnya tanpa ada campur tangan dari Tuhan.
Kata Kunci: Jabariyah, Qadariyah, Akal, Wahyu.
PENDAHULUAN
ini dalam ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika
sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun selama periode ini adalah ayat-
pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu Kalam. Kalam secara
sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata. Mempelajari
teologi akan memberi seseorang keyakinan yang mendasar dan tidak mudah
ada umumnya masih sebatas pada aspek filosofis diluar persoalan keesaan
Allah, keimanan kepada para Rasul, para Malaikat, hari akhir dan berbagai
manusia, kedudukan wahyu dan akal, serta keadilan Tuhan. Perbedaan itu
Jabariyah dan Qadariyah, ajaran aliran Jabariyah dan Qadariyah, serta bentuk
dengan penelitian. Sumber data terdiri dari data primer dan sekunder. Yang
dimaksud sumber data primer dalam penelitian ini adalah data pokok yang
Jabariyah dan Qadariyah yaitu akal dan wahyu tentang kasb manusia yang
yang daerah tempat timbulnya juga tidak berjauhan. Aliran Jabariyah timbul
diperkenalkan oleh Ja’ad Ibn Dirhām kemudian disebarkan oleh Jahm Ibn
Jahm bin Shafwan terkenal sebagai orang tekun dan rajin menyiarkan
daya upaya, tidak ada ikthiar dan tidak ada kasab. Semua perbuatan manusia
dalam Islam yang jiwanya tetap dipengaruhi oleh unsur-unsur agama mereka
Dimasyiqy, dan Ja’ad Ibn Dirham. Mereka inilah tokoh-tokoh Qadariah yang
pertama.
alam Sahara yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap
alam.
dengan keadaan yang bersifat serba sederhana dan jauh dari pengetahuan,
panasnya yang terik serta tanah dan gunungnya yang gundul, Dalam dunia
yang demikian, mereka tidak banyak melihat jalan untuk mengubah keadaan
dirinya lemah dan tak berkuasa dalam menghadapi kesukaran hidup yang
dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan bahwa manusia
Untuk menelusuri sejarah paham Qodariyah ini tentu tidak lepas dari
di kenalkan oleh Ma'bad al-Juhani: seorang Tabi'in yang baik dan temannya
Kristen yang masuk islam di Irak. Ma'bad al-Juhani adalah seorang lelaki
penduduk Bashrah keturunan orang Majusi. Dia adalah seorang ahli hadits
dan tafsir al-Qur'an, tetapi kemudian beliau di anggap sesat dan membuat
dibunuh oleh ‘Abd al-Malik Ibn Marwan pada tahun 80 H. Dia adalah tabai'
yang dapat dipercaya dan pernah berguru pada Hasan al-Basri. Sedangkan
menurut al-Zahabi, Ma'bad adalah orang Tabi'i yang baik, tetapi ia memasuki
nya di Damaskus, tetapi mendapat tantangan dari khalifah Umar ibn 'Abd al-
akhirnya dihukum mati oleh Hisyam 'Abd al-Malik (724- 743M). Sebelum
satunya di Irak dengan bukti gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan al-
Bashri.
sahabat, yaitu ketika timbul perdebatan tentang qadar atau ketetapan Tuhan.
Terkait penolakan terhadap qadar ini, para ulama salaf dan para imam telah
kemudian masuk islam dan akhirnya menjadi Nasrani lagi. Dari orang inilah
Qodariyah. Menurut Abu Zahrah, para ahli sejarah ilmu pemikiran Islam
telah meneliti dan mengkaji lebih jauh mengenai siapakah yang pertama kali
mengajarkan paham ini, di daerah mana timbul dan berkembang. Hanya saja
umat Islam sangat berlebihan dalam meniadakan hak memilih bagi umat
murni keinginan manusia yang terlepas dari keinginan atau kehendak Tuhan.
Ma'bad al-Junani adalah orang yang pertama kali dikalangan kaum muslimin
Pemikiran Jabariyah
Tuhan.
manusia bagaikan bulu yang bergerak karena ditiup angin, diam karena
Orang yang pertama menyebarkan paham ini dari kalangan umat Islam
adalah Ja’ad Ibn Dirham dari Syam. Basrah adalah tempat menyebarkan
paham tersebut dan diantara pengikutnya adalah Jahm bin Sharwan (w. 131
Meskipun ada beberapa paham yang diajarkan oleh Jahm bin Shafwan,
akan tetapi yang besar pengaruhnya adalah paham yang yang tidak
Pemikiran Qadariyah
manusia sendiri, bukan ciptaan atau pilihan Tuhan. Hal ini didasarkan atas
berbuat buruk.
seorang penduduk Irak yang beragama Kristen. Dari dialah Ma’bad al-Juhani
di Syam dan mendapat tantangan dari khalifah Umar bin Abdul Azis.
meraihnya. Ia termasuk salah seorang tokoh aliran Murji’ah aliran sekte al-
Salihiah. Meskipun demikian, Qadariah hanya diidentikkan dengan manusia
perbuatan, sehingga dikenal juga dengan sebutan free will dan free act.
Adapun ayat yang menjadi pegangan paham ini adalah surah al-Kahfi (18):
29
ٰ ق م ْن َّربِّ ُك ۗم فَم ْن َش ۤاء فَ ْليُْؤ م ْن َّوم ْن َش ۤاء فَ ْلي ْكفُ ۚرْ انَّٓا اَ ْعتَ ْدنَا ل
ا-َۗ َرا ِدقُه- اطَ بِ ِه ْم ُس--ار ًۙا اَ َح--َلظّلِ ِم ْينَ ن ِ ِ َ َ َ ِ َ َ ْ ِ ُّ َوقُ ِل ْال َح
٢٩ ت ُمرْ تَفَقًا ۗ س ال َّش َر
ْ ابُ َو َس ۤا َء َ يُغَاثُوْ ا بِ َم ۤا ٍء َك ْال ُمه ِْل يَ ْش ِوى ْال ُوجُوْ ۗهَ بِْئ-َواِ ْن يَّ ْست َِغ ْيثُوْ ا
“Katakanlah; kebenaran itu datangnnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah
ia kafir.”
semua yang diperoleh adalah hasil usaha sendiri tanpa ada kaitannya dengan
Allah Swt.
terletak pada penempatan porsi akal dan wahyu, mana yang lebih
yang ditempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi maka lebih akan lebih
dijadikan skala prioritas, maka bukan hal yang mustahil akan menempatkan
turunan dari aliran ini adalah Mu’tazilah yang juga menempatkan posisi akal
aliran ini memberikan sumbangsi yang cukup besar dalam ranah pemikiran
Islam, karena penggunaan akal sangat diperlukan dalam proses ijtihadi atau
agar tidak tertutup atau tidak konservatif dalam hal pemikiran. Dengan kata
Namun, pada sisi yang lain penggunaan akal yang tidak berpijak sama
ini akan sangat berbahaya bagi umat Islam secara mayoritas, apalagi
sekedar statemen saja tanpa landasan. Akan tetapi mereka juga melegitimasi
KESIMPULAN
Paham Jabariyah pertama kali diperkenalkan oleh Ja’ad bin Dirham
kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Dalam sejarah
teologi Islam. Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran Jahmiah
dalam kalangan Murji’ah. Ia adalah sekertaris Suraih bin al-Haris dan selalu
lainnya al-Husain Ibn Muhammad, al-Najjar dan Ja’d Ibn Dirham. Adapun
Untuk menelusuri sejarah paham Qodariyah ini tentu tidak lepas dari
setelah islam di anut oleh berbagai bangsa, maka faham Jabariyah dan
semua telah ditentukan oleh Tuhan. Tuhan telah menetapkan bagi manusia
menetapkan siksaan bagi pelakunya. Dengan kata lain, pahala, siksa dan
ciptaan dan pilihan manusia sendiri, bukan ciptaan atau plihan Tuhan. Hal
turunan dari aliran ini adalah Mu’tazilah yang juga menempatkan posisi akal
Dan mendudukkan teks pada posisi tinggi, bersandar secara mutlak pada
menentukan kehendaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Khaidir, M. A., Tahrim, T., Purnomo, D., Zaki, A., Pitriani Nasution, M. P.,
Makmur, Z., A, D., & Nur, A. (2020, October 26). Perempuan dalam Tubuh
https://doi.org/10.31219/osf.io/x36c8
Patue, Kabupaten Bone. Jurnal Khitah: Kajian Islam, Budaya dan Humaniora, 1(1)
(2020): 1-16.
Paris, S., Jusmawati, J., Alam, S., Jumliadi, J., & Arsyam, M. “UPAYA
MAKASSAR.” Bina Gogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 8(1)
(2021).
Syam, M. T., Makmur, Z., & Nur, A. “Social Distance Into Factual Information
Tim ekslopedia Islam. Jabariyah. Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997.