Anda di halaman 1dari 77

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN

KODING CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) PASIEN


RAWAT INAP DI RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA
MEDAN TAHUN 2023

SKRIPSI

DINA
SYAFITRI
1913363006

PRODI SARJANA TERAPAN MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)
T.A 2022/2023
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN KODING
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) PASIEN RAWAT INAP
DI RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA
MEDAN TAHUN 2023

SKRIPSI

Skripsi Yang Ditulis Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Terapan

Oleh :

DINA SYAFITRI
1913363006

PRODI SARJANA TERAPAN MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)
ii
T.A 2022/2023
LEMBARAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN KODING


CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) PASIEN RAWAT INAP
DI RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA
MEDAN TAHUN 2023

OLEH :

DINA SYAFITRI
1913363006

Penelitian Ini Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Sebagai Persyaratan


Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan Program Studi Manajemen
Informasi Kesehatan Universitas Imelda Medan

Disetujui :

Dosen Pembimbing

( Theresia Hutasiot, SRM., MKM )

Diketahui Oleh
Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Manajemen Informasi Kesehatan

( Puput Melati Hutauruk, SKM., MKM)

iii
DAFTAR RIWAYAT HUDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama : Sindi Juwita Sihombing

Tempat / Tanggal Lahir : Panambean,, 16 November 2001

Agama : Islam

Anak Ke : 4 (Empat)

Alamat : Jln. Panambean

Email : sindijuitasihombing@gmail.com,

II. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Manahan Sihombing,

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Nama Ibu : Nurlinda

Alamat : Jln. Panambean

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : (2007 - 2012)

SMP : (2013 - 2015)

SMA : (2016 – 2018)

Program Studi Sarjana Terapan : (2019-2023)

Manajemen Informasi Kesehatan

iv
LEMBAR PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN KODING


CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) PASIEN RAWAT INAP
DI RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA
MEDAN TAHUN 2023

TUGAS AKHIR

Saya bertanda tangan di bawah ini mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri,
kecuali ada kutipan dan ringkasan yang masing – masing di sebutkan sumbernya

Medan, September 2023

Dina Syafitri
1913363006

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Koding Congestive Heart Failure (CHF)
Pasien Rawat Inap Di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2023”.
Selama penelitian dan terselesainya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materi. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu :
1. dr. H.R.I. Ritonga, M.Sc selaku Ketua Yayasan Imelda Medan.
2. Dr.dr. Imelda L. Ritonga, S.Kp, M.Pd, MN selaku Rektor Universitas
Imelda Medan.
3. Sarida Surya Manurung, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Wakil Rektor I
4. Aureliya Hutagaol, S.Kep., Ns., MPH selaku Wakil Rektor II
5. Mira Indrayani, Am.Kep, SST.,MKM Selaku Wakil Rektor III
6. Puput Melati Hutauruk, SKM, MKM selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Manajemen Informasi Kesehatan, selaku wali kelas yang sering
memberikan arahan selama menempuh pendidikan dan selaku Penguji 3
Universitas Imelda Medan
7. Mei Sryendang Sitorus, Amd. RMIK., SKM, MKM selaku Sekretaris Prodi
Sarjana Terapan Manajemen Informasi Kesehatan dan selaku penguji 1
Universitas Imelda Medan
8. Theresia Hutasoit, SRM., MKM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan masukan dan arahan serta sudah sangat sabar dalam
membimbing, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan baik
dan tepat waktu dan selaku penguji 2 Universitas Imelda Medan
9. Direktur dan seluruh staf pegawai RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan,
terutama kepada Kepala Ruangan Unit Rekam Medis dan Pegawai Bagian
Koding Rawat Inap yang telah banyak membantu penulis dalam
penyelesaian Skripsi.
vi
10. Dosen dan Staf Prodi Sarjana Terapan Manajemen Informasi Kesehatan
Universitas Imelda Medan yang telah membantu penulis selama menjalani
perkuliahan.
11. Teristimewa kepada dua orang hebat dalam hidup saya, yakni Mamak dan
Bapak yang sudah membesarkan saya dengan penuh cinta dan kasih.
Mamak tercinta yang selalu memberikan nasihat terbaik dan membuat
segalanya menjadi mungkin, tidak hanya dukungan moril tetapi juga
dukungan materi. Begitu pula teruntuk Bapak saya tercinta yang sudah
mendukung saya dalam memilih perkuliahan dan harapan besarnya untuk
bisa melihat saya wisuda, dan menyelesaikan Skripsi Ini.
12. Kepada teman-teman seangkatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak
terdapat keterbatasan.

Medan, September 2023

Penulis

vii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN
KODING CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) PASIEN
RAWAT INAP DI RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA
MEDAN TAHUN 2023

Dina Syafitri

ABSTRAK
Latar Belakang: Ketepatan kode sangat diperlukan agar informasi yang
dihasilkan dari diagnosa dan tindakan medis harus tepat. Oleh karena itu,
petugas koding perlu mengikuti pelatihan terkait tata cara penentuan kode
yang tepat dan akurat. Ketepatan dalam memberikan kode diagnosa dan
tindakan medis dipengaruhi oleh petugas pengkode yang menentukan kode
tersebut berdasarkan data yang ada dalam rekam medis. Berdasarkan survey
awal di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan, data yang saya peroleh dari
hasil rekapitulasi laporan diagnosa CHF termasuk 10 penyakit terbesar
berjumlah 62 rekam medis, terhitung dari 3 bulan terakhir dimulai dari bulan
Januari – Maret Tahun 2023 dan semakin meningkat setiap tahunnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan koding CHF yaitu petugas
koding, kelengkapan rekam medis dan ketepatan koding CHF.
Tujuan: penelitian yaitu Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi ketepatan koding Congestive Heart Failure (CHF) pasien
rawat inap di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2023. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif.
Metode: penelitiaan ini menggunakan metode observasi, dilakukan peneliti
untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati atau meninjau secara
langsung tentang faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi ketepatan
koding Congestive Heart Failure (CHF) pasien rawat inap. Berdasarkan
hasil penelitian tentang faktor–faktor yang mempengaruhi ketepatan koding
Congestive Heart Failure (CHF) pasien rawat inap
Hasil: Hasil analisis uji Chi-Square pada kelengkapan asesmen tidak
mempengaruhi ketepatan koding pada rekam medis dengan nilai P Value
>0.05 tetapi kelengkapan pemeriksaan diagnostik dan resume medis sudah
memenuhi kriteria persyaratan hipotesis hubungan, nilai P Value 0.002
<0.05 dan nilai P Value 0.015 < sehingga dapat dinyatakan bahwa
kelengkapan pemeriksaan diagnostik dan resume medis mempengaruhi
ketepatan koding pada rekam medis
Kesimpulan: Ketepatan koding Congestive Heart Failure (CHF) yang tepat
sebanyak 44 berkas (59.7%) dan tidak tepat sebanyak 29 berkas (40.3%).
Kata Kunci : Sistem Kardiovaskular, Ketepatan kodin

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................................1


LEMBARAN PERSETUJUAN.....................................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HUDUP......................................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................................................vi
ABSTRAK…..................................................................................................................................vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................8
2.1 Landasan Teori...........................................................................................................................8
2.1.1 Sistem Kardiovaskular.................................................................................................8
2.1.2 Congestive Heart Failure (CHF)..................................................................................8
2.2 Penetapan Kode Diagnosa........................................................................................................19
2.2.1 Defenisi Koding.........................................................................................................19
2.2.2 Tujuan Koding...........................................................................................................20
2.2.3 Panduan Koding berdasarkan Berita Acara Kesepakatan..........................................20
2.3 Ketepatan Penetapan Kode Diagnosa.......................................................................................21
2.4 Kerangka Konsep.....................................................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................................25
3.1 Jenis Penelitian.........................................................................................................................25
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................................................25
3.2.1 Waktu Penelitian........................................................................................................25
3.2.2 Tempat Penelitian......................................................................................................25
3.3 Populasi dan Sampel................................................................................................................25
3.3.1 Populasi......................................................................................................................25
3.3.2 Sampel........................................................................................................................26
3.4 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional.........................................................................26
3.4.1 Variabel Penelitian.....................................................................................................26
3.5 Defenisi Operasional................................................................................................................27
3.6 Instrumen Dan Cara Pengumpulan Data..................................................................................28
3.6.1 Instrumen Penelitian..................................................................................................28
3.7 Cara Pengumpulan Data...........................................................................................................28
3.8 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data.....................................................................................29
3.8.1 Teknik Pengolahan Data............................................................................................29
ix
3.9 Analisis Data ............................................................................................................................30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................................31
4.1 Hasil Penelitian.........................................................................................................................31
4.1.1 Analisa Univariat.......................................................................................................31
4.1.2 Analisa Bivariat..........................................................................................................34
4.2 Pembahasan ............................................................................................................................39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................41
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................................41
5.2 Saran ............................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................42
LAMPIRAN ..................................................................................................................................45
UJI BIVARIAT...............................................................................................................................50

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Subyek Penelitian (informan)


Tabel 3. 2 Definisi Operasional
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
Menurut Lama Rawatan (LOS)
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ketidaklengkapan Pemeriksaan Diagnostik pada Rekam Medis
dengan
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Ketidaklengkapan Resume Medis pada Rekam Medis dengan
Congestive Heart Failure (CHF)
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Ketepatan Koding dengan Congestive Heart Failure (CHF)
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Karakteristik Pasien Menurut Kelompok Umur dengan Ketepatan
Koding Congestive Heart Failure (CHF) di
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Karakteristik Pasien Menurut Jenis Kelamin dengan Ketepatan Koding
Congestive Heart Failure (CHF)di RSU Imelda Pekerja Indonesia
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Karakteristik Pasien Menurut Lama Rawat (LOS) denganKetepatan
Koding Congestive Heart Failure (CHF) di RSU Imelda Pekerja Indonesia
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Kelengkapan Asesmen Pada Rekam Medik dengan Ketepatan Koding
Congestive Heart Failure (CHF)
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kelengkapan Pemeriksaan Diagnostik Pada Rekam Medik
denganKetepatan Koding Congestive Heart Failure (CHF) di RSU Imelda Pekerja
Indonesia
Tabel 4.12 Tabulasi Silang Kelengkapan Resume Medis Pada Rekam Medik dengan Ketepatan
Koding Congestive Heart Failure (CHF)

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Sitem Ginekologi.............................................................................

Gambar 2.2 Patofisiologi Congestive Heart Failure (CHF)............................................. 15


Gambar 2.3 Kerangka Konsep

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Surat Survei Awal


Lampiran II. Balasan Surat Survei Awal
Lampiran III. Surat Izin Penelitian
Lampiran IV. Balasan Surat Izin Penelitian
Lampiran V. Uji SPSS
Lampiran VI Master Data
Lampiran VII SPO
Lampiran VIII Lembar Konsultasi
Lampiran IX Dokumentasi

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketepatan kode sangat diperlukan agar informasi yang dihasilkan dari

diagnosa dan tindakan medis harus tepat. Oleh karena itu, petugas koding perlu

mengikuti pelatihan terkait tata cara penentuan kode yang tepat dan akurat.

Ketepatan dalam memberikan kode diagnosa dan tindakan medis dipengaruhi oleh

petugas pengkode yang menentukan kode tersebut berdasarkan data yang ada

dalam rekam medis (Adiputra 2020).

Ketidaktepatan penentuan kode diagnosis pasien berpengaruh terhadap

kelancaran pelayanan kesehatan, seperti kesalahan prosedur medis, terhambatnya

proses klaim, pencatatan angka kesakitan yang tidak tepat, terhambatnya

perencanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan. Ketidaktepatan dalam pengkodean

diagnosis disebabkan oleh beberapa unsur, yaitu unsur metode seperti tersedianya

Standard Operasional Prosedur (SOP) mengenai pengkodean, kemudian unsur

sarana dan prasarana seperti kualitas dokumen rekam medis yang disediakan oleh

pihak rumah sakit dan pihak penyelenggara. Ketersediaan sarana dan sarana

penunjang komunikasi, dan unsur sumber daya manusia seperti tulisan dokter

yang sulit dibaca, penggunaan singkatan yang tidak baku, coder yang tidak

mengerti cara mengkode dan kurang teliti dalam pengkodean (Pertiwi 2019).

Kelengkapan pengisian berkas rekam medis dapat memudahkan tenaga

kesehatan lain dalam memberikan tindakan atau terapi kepada pasien dan sebagai

sumber data pada bagian rekam medis dalam pengolahan data yang dapat menjadi

1
informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk pengembangan pelayanan

kesehatan yang efektif dan efesien, berkas rekam medis yang lengkap dapat

dijadikan sebagai informasi penunjang dalam menentukan keakuratan kode

diagnosis utama (Oktamianiza 2019).

Pengumpulan data pada ketepatan kode diagnosis diperoleh dengan cara

menyesuaikan kode diagnosis utama yang ditemukan pada dokumen rekam medis.

Diagnosis utama merupakan diagnosis yang ditegakkan pada akhir episode

perawatan yang menyebabkan pasien mendapatkan perawatan atau pemeriksaan

lebih lanjut, diagnosis utama tersebut harus dikode secara akurat yang

dilaksanakan oleh petugas rekam medis bagian pengkodingan. Dalam mengkode

diagnosis pasien, pertugas koding menggunakan buku ICD-10 yang sesuai dengan

SK Dirjen YanMed No. HK.00.051.4.00744 tahun 1996 tentang “Penggunaan

klasifikasi internasional mengenai penyakit revisi ke sepuluh (ICD-10) di rumah

sakit”.

Ketepatan pemberian kode diagnosa harus diperhatikan karena sangat

mempengaruhi statistik dan pembayaran pelayanan kesehatan, beserta hal lain

yang berkaitan dengan asuhan pelayanan kesehatan (Maryati, Warsi 2018). Kode

diagnosis sistem organ tubuh manusia yang telah diklasifikasikan berdasarkan

kelompok penyakit tertentu dalam Internasional Statistical Classification of

Disease and Related Health Problems 10 (ICD-10) termasuk diagnosis

Congestive Heart Failure diklasifikasikan pada Bab-IX sistem kardiovaskular.

Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologi yang mana

jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk

2
metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah defenisi gagal

relative terhadap kebtuhan metabolic tubuh sedangkan penekanan arti gagal

ditunjukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. CHF diartikan sebagai

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen sehingga metabolisme mengalami

penurunan. CHF adalah komplikasi yang paling sering dari segala penyakit

jantung kongenital maupun didapat dari kelainan otot jantung, gagal jantung

sering terjadi pada pasien kelainan otot jantung, ini dkarenakan menurunnya

kemampuan pompa/kontrkilitas jantung (Aspiani, 2016).

Berdasarkan penelitian terdahulu yang berjudul Analisis Faktor Penyebab

Ketidaktepatan Kode Diagnosis Penyakit Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit

Umum Haji Surabaya dari hasil analisis diketahui bahwa Hasil dari penelitian

pada dokumen rekam medis pasien Diabetes Mellitus didapatkan bahwa dokumen

yang memiliki kode tidak tepat sebanyak 13 dokumen rekam medis (62%) dan

dokumen yang memiliki kode tepat sebanyak 8 dokumen rekam medis (38%).

Hasil analisis didapatkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab yang

mempengaruhi ketidaktepatan kode seperti kompetensi koder, pengetahuan koder,

serta pengalaman koder dan dokumen rekam medis, baik kelengkapan pengisian

maupun cara pendokumentasiannya. Solusi yang dapat diusulkan peneliti yaitu,

mengikutsertakan koder dan tenaga medis dalam pelatihan dan sosialisasi terkait

penentuan kode diagnosis khususnya penyakit Diabetes Mellitus (Wijayanti,

2029).

3
Berdasarkan penelitian terdahulu yang berjudul Tinjauan Ketepatan Kode

Diagnosis Kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pasien

Rawat Inap Di Rumah Sakit Pertamina Jaya Tahun 2016 dari hasil analisis

diketahui Dari total 59 sampel yang diteliti, terdapat 58 kode NIDDM kurang

tepat (98,31%) dan 1 kode NIDDM tepat (1,69%). Untuk jumlah ketepatan digit

terkecil yaitu ketepatan pada digit ke-4 (komplikasi) sebanyak 4 kode tepat

(6,78%), dan jumlah ketepatan terbesar yaitu pada dagger dan asterisk (etiologi

dan manifestasi) sebanyak 49 kode tepat (83,06%). Pengkodean diagnosis kasus

NIDDM di RS Pertamina Jaya masih masih tergolong rendah. Faktor utama yang

menjadi kendala ketepatan kode adalah faktor pengetahuan petugas rekam medis

bagian koding dengan latar belakang perawat. Sebaiknya petugas koding lulusan

D-III Rekam Medis yang memiliki kompetensi pengkodean diagnosis (Maryati

and Ernawati, 2017).

Berdasarkan penelitian terdahulu yang berjudul Ketepatan pengodean

diagnosis pasien klinik penyakit dalam RSAL Dr. Minthoharjo Jakarta Pusat 2021

tergolong tinggi. Dari total 100 sampel yang diteliti, terdapat 36 % rekam medis

yang tepat dalam pengodean dan juga ada 64% rekam medis yang tidak tepat

dalam pengodean. Beberapa kesalahan dalam pengodean disebabkan karena

ketidakjelasan penulisan diagnosis penyakit, kurang lengkapnya penulisan

diagnosis penyakit, ketidaktepatan dalam menetapkan diagnosis utama, kurangnya

petugas rekam medis bagian koding dengan perawat atau koder (Rachmad et al.

2023).

4
Berdasarkan penelitian terdahulu yang berjudul Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ketidaktepatan Kode Pada Persalinan Sectio Caesarea Di Rumah

Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2018 dari Hasil penelitian

ini ditemukan petugas mengkode dengan tepat sebanyak 10 petugas (32.3%) dan

yang tidak tepat sebanyak 21 petugas (67.7%). Hasil uji bivariate menunjukan

adanya hubungan variabel karakterisik pelatihan, pengetahuan, sikap,

kelengkapan dokumen rekam medis, sarana dan prasarana dengan ketidaktepatan

kode pada persalinan sectio caesarea di RSU IPI Medan. Diharapkan rumah sakit

memeberi kesempatan para petugas rekam medis pelatihan secara

berkesinambungan, serta mengevaluasi kelengkapan dokumen rekam medis

(Erlindai Purba, 2018).

Berdasarkan survey awal di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan, data

yang saya peroleh dari hasil rekapitulasi laporan diagnosa CHF termasuk 10

penyakit terbesar berjumlah 62 rekam medis, terhitung dari 3 bulan terakhir

dimulai dari bulan Januari – Maret Tahun 2023 dan semakin meningkat setiap

tahunnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan koding CHF yaitu petugas

koding, kelengkapan rekam medis dan ketepatan koding CHF. Pada dokumen

rekam medis rawat inap menunjukkan angka kelengkapan 11 rekam medis

(17,7%). dan angka ketidaklengkapan 51 rekam medis (82,3%). Salah satu

penyebab ketidaklengkapan rekam medis CHF adalah petugas kurang hati-hati

dalam melakukan assembling sehingga terdapat formulir yang hilang karena

tercecer, kurang lengkapnya lembar assesmen IGD, kurang lengkapnya lembar

pada observasi obat dan kurang lengkapnya lembar pada resume medis.

Menunjukkan ketepatan 44 rekam medis (59,7%) dan ketidaktepatan 29 rekam

5
medis (40,3%). Salah satu penyebab ketidaktepatan koding CHF adalah

anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, tidak dilakukan pemeriksaan penunjang berupa

echocardiography karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan, dan observasi

obat yang tidak sesuai dengan keluhan. Mengingat pentingnya ketepatan koding

yang dihasilkan dan sebagai salah satu tolak ukur pengendalian kualitas bagian

pengkodean rekam medis, maka saya mengangkat kasus penelitian yaitu Faktor-

faktor yang mempengaruhi ketepatan koding Congestive Heart Failure (CHF)

Pasien Rawat Inap di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2023.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk meninjau

lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan koding

Congestive Heart Failure (CHF) Pasien Rawat Inap di RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan Tahun 2023, diantaranya :

1. Apakah ada hubungan karakteristik dengan ketepatan koding Congestive Heart

Failure (CHF) Pasien Rawat Inap di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan?

2. Apakah ada hubungan kelengkapan dokumen rekam medis dengan ketepatan

koding Congestive Heart Failure (CHF) Pasien Rawat Inap di RSU Imelda

Pekerja Indonesia Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan koding

Congestive Heart Failure (CHF) pasien rawat inap di RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik terhadap ketepatan koding

6
diagnosa Congestive Heart Failure (CHF) pasien rawat inap di RSU Imelda

Pekerja Indonesia Medan Tahun 2023

b. Untuk mengetahui pengaruh kelengkapan rekam medis terhadap ketepatan

koding diagnosa Congestive Heart Failure (CHF) pasien rawat inap di RSU

Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 20

1.4 Manfaat Penelitian.

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan untuk pengambilan kebijakan dalam penentuan

ketepatan kode diagnosa di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan

Tahun 2023.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa,

khususnya program studi Manajemen Informasi Kesehatan.

3. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan dan referensi mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi ketepatan koding Congestive Heart Failure (CHF) pasien

rawat inap di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2023.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

2.1.1 Sistem Kardiovaskular

Sistem kardiovaskuler merupakan suatu sistem organ yang bertugas dalam

hal pemindahan suatu zat yang ada pada tubuh kemudian diteruskan menuju ke

sel-sel tubuh manusia. Sistem kardiovaskular inilah sistem yang termasuk bagian

dari homeostatis atau keseimbangan yang ada pada tubuh. Sistem kardiovaskular

juga bisa mengalami kerusakan yang menyebabkan suatu penyakit

kardiovaskular (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).

2.1.2 Congestive Heart Failure (CHF)

Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologi yang mana

jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk

metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah defenisi gagal

relative terhadap kebtuhan metabolic tubuh sedangkan penekanan arti gagal

ditunjukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. CHF diartikan sebagai

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen sehingga metabolisme mengalami

penurunan. CHF adalah komplikasi yang paling sering dari segala penyakit

jantung kongenital maupun didapat dari kelainan otot jantung, gagal jantung

sering terjadi pada pasien kelainan otot jantung, ini dkarenakan menurunnya

kemampuan pompa/kontrkilitas jantung (Aspiani 2016).

8
1. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi Congestive Heart Failure (CHF)

Sumber : Aspiani 2016

Jantung terdiri dari 3 lapisan :

1. Lapisan luar disebut epikardium/perikardium, yang terdiri dari 2 lapisan:

a. Perikardium Perietalis yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang

dada dan lapisan paru.

b. Perikardium Viseralis yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri

yang juga disebut epikardium.

2. Lapisan tengah yang merupakan lapisan yang berotot disebut miokardium.

3. Lapisan paling dalam disebut endocardium.

Struktur Jantung :

1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah dari seluruh tubuhdengan

rendah oksigen. Darah tersebut mengalir dari vena cavasuperior, vena cava

inferior, serta sinus coronarius yang berasal dari jantung sendiri.

9
2. Atrium kiri berfungsi sebagai menerima darah yang kaya oksigen dari kedua

paru- parumelalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah menuju

ventrikel kiri,dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.

3. Ventrikel kanan berfungsi sebagai menerima darah dari atrium kanan dan di

pompakan ke paru- paru melalui arteri pulmonal.

4. Ventrikel kiri berfungsi sebagai menerima darah dari atrium kiri dan di

pompakan keseluruh tubuh melalui aorta. Memiliki 2-3 kali lebih tebal dari

ventrikel kanan.

5. Aorta adalah pembuluh darah utama dan terbesar di tubuh manusia. Pembuluh

ini berfungsi untuk mengalirkan darah yang kaya oksigen dari jantung ke

seluruh tubuh. Aorta memiliki dinding yang tebal sehingga bisa

mempertahankan bentuknya meski tekanan darah di dalamnya cukup tinggi.

6. Arteri Pulmonalis merupakan pembuluh darah yang keluar dari dekstra

menuju ke paru-paru, arteri pulmonalis membawa darah dari ventrikel dekstra

ke paru-paru.

7. Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atrium

dekstra.

Katup-katup Jantung :

1. Katup atrioventrikuler Menghubungkan atrium dengan ventrikel, yaitu

katub trikuspidalis dankatub bikuspidalis atau katub mitral.

2. Katup semilunar Menghubungkan ventrikel dengan sirkulasi sistemik

dan sirkulasi pulmonal, yaitu katub semilunar aorta (katub aorta) dan

katub semilunar pulmonal (katub pulmonal).

10
2. Fisiologi

a. Siklus jantung

Siklus jantung adalah urutan peristiwa yang terjadi selama satu kontraksi dan

relaksasi jantung. Siklus jantung terbagi atas 2 fase : sistol, dimana jantung

berkontraksi dan memompa darah keluar ke tubuh, dan diastol, dimana

jantung rileks dan terisi darah. Fase sistolik dimulai dengan kontraksi atrium,

yang menyebabkan darah dipompa ke ventrikel. Ini dikenal dengan sistol

atrium. Kontraksi ventrikel, yang dikenal dengan sistol ventrikel, kemudian

mengikuti. Selama sistol ventrikel, ventrikel berkontraksi dengan kuat,

mengeluarkan darah keluar dari jantung dan masuk ke aorta dan arteri

pulmonalis. Ini dikenal dengan fase ejeksi siklus jantung. Fase sistolik

berakhir dengan penutupan katup aorta dan paru-paru. Siklus jantung terkait

erat dengan curah jantung yang merupakan jumlah darah yang dipompa

jantung per menit (Sherwood 2012).

b. Sistem konduksi

Sistem konduksi adalah otot-otot jantung khusus yang termodifikasi dan

mampu menghasilkan aktivitas listrik secara spontan dan menghantarkannya

ke seluruh bagian otot jantung. Listrik yang dihasilkan akan dihantarkan ke

seluruh bagian otot jantung secara cepat dan terkoordinasi. Sistem konduksi

jantung terdiri dari Nodus Sinoatrial (SA node), Nodus Atrioventricular (AV

node), berkas His, dan serabut Purkinje. SA node terletak di sudut kanan atas

atrium kanan yang berfungsi untuk mengatur ritme jantung. AV node terletak

dekat interatrial septum bagian bawah, di atas sinus koronarius, di belakang

11
katup trikuspid yang berfungsi untuk memperlambat kecepatan konduksi.

Sistem kondisi jantung bukan merupakan suatu sistem tunggal tapi merupakan

sistem sirkuit yang cukup kompleks yang terdiri dari sel yang identik. Seluruh

sel miosit di dalam sistem konduksi jantung memiliki beberapa kesamaan

yang membedakan dengan sel otot yang bekerja untuk fungsi pompa. Pada

manusia, komponen yang berfungsi pada sistem konduksi jantung dapat dibagi

menjadi sistem yang berfungsi untuk menghasilkan impuls dan sistem yang

berfungsi untuk menjalarkan impuls. Hal ini terdiri dari nodus sinoatrial

(nodus SA), nodus atrioventrikuler (nodus AV), dan jaringan konduksi cepat

(sistem His-Purkinje) (Park DS, Fishman GI. 2011).

c. Curah jantung

Curah jantung merupakan faktor utama dalam sirkulasi yang mempunyai

peranan penting dalam transportasi darah yang mengandung berbagai nutrisi.

Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan

ventrikel kanan sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan

darah di tempat tertentu, misalnya bila jumlah darah yang di pompakan

ventrikel dekstra lebih besar dari ventrikel sinistra. Jumlah darah tidak dapat

diteruskan oleh ventrikel kiri ke peredaran darah sistemik sehingga terjadi

penumpukan darah di paru. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama,

tergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung akan meningkat pada

waktu kerja berat, stres, peningkatan suhu lingkungan, sedangkan curah

jantung menurun ketika waktu tidur (Syaifuddin, 2012).

12
3. Penyebab

a. Gagal jantung seringkali berkembang akibat adanya kondisi tertentu yang

merusak atau melemahkan jantung

b. Penyakit penyempitan pembuluh darah jantung (koroner)

c. Tekanan darah tinggi

d. Kerusakan katup jantung

e. Kerusakan otot jantung

f. Radang otot jantung

g. Irama jantung yang tidak normal

h. Kelainan jantung bawaan

i. Penyakit kronis lainnya seperti diabetes, anemia berat, kekurangan

dan kelebihan dari hormon tiroid (Aspiani 2016).

4. Gejala dan Tanda

a. Pembesaran jantung

b. Terjadinya penumpukan cairan pada lapisan dinding jantung

c. Adanya oedema pada tungkai & mata kaki

d. Sesak terutama setelah aktifitas

e. Naiknya berat badan akibat terjadinya penimbunan cairan / oedema

f. Manifestasi yang sering terjadi pada CHF akibat supply darah tidak

adekuat, anoreksia, nausea, rasa kenyang, konstipasi, malabsorbsi,

pembesaran hati, organ hati teraba lunak.

g. Mudah lelah

h. Berkeringat banyak walaupun tidak beraktivitas berat

13
i. Terbangun di malam hari karena sesak

j. Nyeri dada

k. Bengkak daerah kaki

l. Ketidaknyamanan di perut kanan atas (Aspiani 2016).

14
5. Patofisiologi CHF.

Congestive heart failure

Penurunan curah jantung

Peningkatan
Renin Aktivasi sistem syaraf tekanan
simpatik pengisian
jantung

Angiotensin I
Vasokontriksi

Angiotensin II

Aldosteron Retensi air dan


garam

Cardiac remodeling
(Perubahan pada jantung)

Gambar 2.2 Patofisiologi Congestive Heart Failure (CHF)

Sumber : Majid, 2018

15
Perjalanan penyakit Congestive Heart Failure (CHF) :

a. Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan (failure)

1. Gagal jantung kiri (Left-Sided Heart Failure) bagian ventrikel kiri

jantung kiri tidak dapat memompa dengan baik sehingga keadaan

tersebut dapat menurunkan aliran dari jantung sebelah kiri keseluruh

tubuh. Akibatnya, darah akan mengalir balik ke dalam vaskulator

pulmonal. Pada saat terjadinya aliran balik darah kembali menuju

ventrikular pulmonaris, tekanan kapiler paru akan meningkat (>10

mmHg) melebihi tekanan kapiler osmotik (>25 mmHg). Keadaan ini

akan menyebabkan perpindahan cairan intravaskular ke dalam

interstitium paru dan menginisiasi edema (Majid, 2018).

2. Gagal jantung kanan (Right-Sided Heart Failure)

Disfungsi ventrikel kanan dapat dikatakan saling berkaitan dengan

disfungsi ventrikel kiri pada gagal jantungapabila dilihat dari kerusakan

yang diderita oleh kedua sisi jantung, misalnya setelah terjadinya infark

miokard atau tertundanya komplikasi yang ditimbulkan akibat adanya

progresifitas pada bagian jantung sebelah kiri. Pada gagal jantung

kanan dapat terjadi penumpukan cairan di hati dan seluruh tubuh

terutama di ekstermitas bawah (Majid, 2018).

b. Mekanisme neurohormonal

Istilah neurohormon memiliki arti yang sangat luas, dimana neurohormon

pada gagal jantung diproduksi dari banyak molekul yang diuraikan oleh

neuroendokrin (Mann, 2012). Renin merupakan salah satu neurohormonal

16
yang diproduksi atau dihasilkan sebagai respon dari penurunan curah jantung

dan peningkatan aktivasi sistem syaraf simpatik (Majid, 2018).

c. Aktivasi sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS)

Pelepasan renin sebagai neurohormonal oleh ginjal akan mengaktivasi RAAS.

Angiotensinogen yang diproduksi oleh hati dirubah menjadi angiotensin I

dan angiotensinogen II. Angiotensin II berikatan dengan dinding pembuluh

darah ventrikel dan menstimulasi pelepasan endotelin sebagai agen

vasokontriktor. Selain itu, angiotensin II juga dapat menstimulasi kelenjar

adrenal untuk mensekresi hormon aldosteron. Hormon inilah yang dapat

meningkatkan retensi garam dan air di ginjal, akibatnya cairan didalam tubuh

ikut meningkat. Hal inilah yang mendasari timbulnya edema cairan pada

gagal jantung kongestif (Majid, 2018).

d. Cardiac remodeling

Cardiac remodeling merupakan suatu perubahan yang nyata secara klinis

sebagai perubahan pada ukuran, bentuk dan fungsi jantung setelah adanya

stimulasi stress ataupun cedera yang melibatkan molekuler, seluler serta

interstitial (Majid, 2018).

6. Pemeriksaan Penunjang Diagnosa CHF

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien gagal jantung adalah elektrolit,

laju filtrasi glomerulus (GFR), kreatinin, tes fungsi hati, glukosa, darah perifer

lengkap (hemoglobin, trombosit, leukosit) dan urinalis (Perki, 2015).

17
b. EKG (Elektrokardiogram)

EKG untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut jantung, untuk

mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan, aksis, iskemia dan

kerusakan pula mungkin terlihat (Majid, 2018).

c. Ekokardiogram

Ekokardiogram merupakan alat pemeriksaan jantung yang menggunakan

gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung, serta menilai

keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung yang sangat bermanfaat untuk

menegakkan diagnosis gagal jantung (Majid, 2018). Parameter untuk menilai

fungsi jantung adalah fraksi ejeksi (EF) nilai normal EF lebih besar 60 %. Jika EF

lebih kecil 40 % ini berarti fungsi jantungnya sudah menurun (Samiadi, 2017).

d. Foto Rontgen Dada

Foto rontgen dada adalah alat pemeriksaan dengan sinar X-ray digunakan

untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan cairan di paru-paru,

atau penyakit paru lainnya (Majid, 2018).

e. Katerisasi Jantung

Untuk mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru, mengetahui

saturasi oksigen di jantung (Sjamsuhidajat, 2012).

7. Pengobatan

a. Perawatan gaya hidup yang lebih sehat.

b. Obat-obatan, meliputi diuretik, inhibitor aldosteron, ACE inhibitor, glikosida,

antikoagulan, obat penenang, dan beta-blocker.

c. Prosedur operasi (Aspiani 2016).

18
8. Pencegahan

a. Mengonsumsi makanan sehat, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian

utuh, ikan, dan daging. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh,

seperti gorengan, mentega, es krim dan daging olahan.

b. Batasi asupan gula dan garam.

c. Batasi konsumsi minuman keras.

d. Jika kamu memiliki tingkat tekanan darah dan kolesterol yang tinggi, segera

lakukan penanganan. Kedua kondisi ini bisa meningkatkan risiko terkena

gagal jantung.

e. Jaga berat badan pada batasan sehat dan lakukan langkah-langkah penurunan

berat badan jika diperlukan.

f. Berhenti merokok jika kamu seorang perokok. Jika kamu bukan perokok,

jauhi asap rokok agar tidak menjadi perokok pasif.

g. Lakukan aktivitas atau olahraga yang dapat membuat jantung sehat, seperti

bersepeda atau berjalan kaki, minimal dua setengah jam per minggu (Aspiani

2016).

2.2 Penetapan Kode Diagnosa

2.2.1 Defenisi Koding

Koding adalah pemberian kode diagnosa penyakit berdasarkan klasifikasi

penyakit yang berlaku. Kegiatan koding adalah pemberian kode diagnosa

penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang berlaku. Rumah sakit belum

membuatkan standar waktu untuk pelaksanaan di bagian koding dan indeksing

(Talib, 2022).

19
Pengkodean merupakan kegiatan pemberian kode klasifikasi klinis sesuai

dengan klasifikasi internasional penyakit dan tindakan medis yang terbaru

International Statistical of Disease and Related Health Problems, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI Nomor 24

Tahun 2022).

2.2.2 Tujuan Koding

Tujuan Coding Selain digunakan untuk klaim asuransi kesehatan, kode

pada data digunakan untuk evaluasi proses dan hasil perawatan kesehatan. Kode

data juga digunakan oleh pihak internal dalam institusi untuk aktifitas kualitas

manajemen, casemix, perencanaan, pemasaran, administrasi lain dan penelitian.

2.2.3 Panduan Koding berdasarkan Berita Acara Kesepakatan

Berdasarkan Berita Acara Kesepakatan Tahun 2020 dari hasil pertemuan

kedua belah pihak pada pembahasan Panduan Penatalaksanaan Solusi

Permasalahan Klaim INA-CBG Tahun 2020 telah disepakati diagnosis dan

tindakan prioritas yang terdiri atas aspek koding, medis dan administrasi. Hasil

kesepakatan dalam lampiran berita acara ini menjadi acuan bersama bagi BPJS

Kesehatan dan Rumah Sakit dalam penyelesaian kasus-kasus yang dinyatakan

sebagai kasus klaim dispute dan pending serta proses verifikasi klaim INA-

CBG. Demikian Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani secara bersama-

sama oleh para pihak secara sukarela tanpa ada paksaan apapun. Berdasarkan

panduan manual koding untuk kategori ketepatan koding CHF dilihat dari

Berita Acara Kesepakatan bersama pada tahun 2020 apabila sudah

20
ditemukannya tanda-tanda CHF maka menggunakan kode tunggal I50.0 sesuai

dengan pemeriksaan penunjang berupa Pemeriksaan Echocardiography paling

lama 1 tahun dan EKG (Kemenkes, 2020).

2.3 Ketepatan Penetapan Kode Diagnosa

1. Ketepatan

Ketepatan kode sangat diperlukan agar informasi yang dihasilkan dari

diagnosa dan tindakan medis harus tepat. Oleh karena itu, petugas koding perlu

mengikuti pelatihan terkait tata cara penentuan kode yang tepat dan akurat.

Ketepatan dalam memberikan kode diagnosa dan tindakan medis dipengaruhi oleh

petugas pengkode yang menentukan kode tersebut berdasarkan data yang ada

dalam rekam medis (Adiputra 2020).

Ketepatan kode dipengaruhi

a. Anamnesa (Keluhan)

Kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter sebagai pemeriksa

dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit yang

diderita dan informasi lainnya yang berkaitan sehingga dapat mengarahkan

diagnosis penyakit pasien. Dimana pasien datang berobat ke rumah sakit dengan

keluhan nyeri pada ulu hati, sesak nafas, dan lemas.

b. Pemeriksaan Fisik

Salah satu prosedur yang biasa dilakukan dokter untuk mendiagnosis penyakit.

Hasil pemeriksaan ini kemudian digunakan untuk merencanakan perawatan

lanjutan. Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan secara sistematis. Mulai dari

kepala hingga kaki (head to toe) yang dilakukan dengan empat cara, yaitu

21
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk

memeriksa kondisi tubuh dan membantu dokter mendiagnosis penyakit. Bahkan

jika tidak sakit, pemeriksaan ini perlu dilakukan rutin, agar risiko penyakit bisa

diketahui lebih awal. Dilakukan pemeriksaan fisik di rumah sakit dengan TD :

150/100 mmHg, HR : 107 x/i, RR : 25 x/i, Temp: 36’C.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan yang dilakukan

oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya

dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat

penyakit pada pasien.

1) Echocardiography merupakan pemeriksaan medis yang dilakukan dengan

menggunakan gelombang suara untuk mengetahui gerak jantung. Melalui

hasil gambar tersebut, dokter mengetahui ukuran dan bentuk jantung

apakah normal atau tidak. Pemeriksaan ini juga bisa dokter minta guna

mengetahui kinerja bilik maupun katup jantung. Dilakukan pemeriksaan

penunjang berupa Echocardiography untuk mendeteksi gangguan

fungsional dan anatomis yang menyebabkan gagal jantung yang dilakukan

kepada pasien dengan hasil terdapat katup-katup jantung (tidak tampak

kelainan), fungsi sistolik LV Preserved dan fungsi diastolik yang abnormal

(terganggu), LVH konsentrik.

2) Rontgen Dada merupakan pemeriksaan dengan menggunakan radiasi

gelombang elektromagnetik untuk menampilkan gambaran bagian dalam

dada. Melalui pemeriksaan ini, kamu dapat melihat gambaran jantung,

22
paru-paru, saluran pernapasan, pembuluh darah dan nodus limfa. Rontgen

dada juga dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan dapat

menunjukkan dilatasi/hipertrofi bilik atau perubahan pembuluh darah

mencerminkan peningkatan tekanan pulmonalis. Dilakukan Foto Thorax

(PA) terdapat kardiomegali, CTR 65,3%, LA, LV, aorta dilatasi dan

kalsifikasi, pulmo: corakan bronkhovaskuler meningkat, Sinus dan

diafragma normal.

d. Obat-obatan

Obat-obatan merupakan lembar catatan yang berisi tentang pemberian obat

yang telah diberikan kepada pasien sesuai dengan waktu dan rute penggunaan

yang ditentukan. Untuk obat yang diberikan oleh dokter di RSU Imelda

Pekerja Indonesia adalah furosemide, metoclopramide/metolon inj, ranitidin,

dan spironolakton.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan koding (Erlindai, 2018)

a. Karakteristik

1) Umur

Lama hidup seseorang yangdihitung sejak lahir hingga batas terakhir masa

hidupnya.

2) Jenis kelamin

Perbedaan bentuk, sifat danfungsi biologis.

3) Lama Rawatan

b. Kelengkapan Dokumen Rekam Medis

Kelengkapan dokumen rekam medis secara kualitatif dan kuantitatif

23
1) Asesmen

2) Resume

3) Pemeriksaan penunjang

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan

diukur maupun diamati dalam suatu penelitian. Sebuah kerangka konsep

haruslah dapat memperlihatkan hubungan antara variable-variabel yang

akan diteliti (Ircham 2022).

Faktor-faktor yang mempengaruhi


ketepatan koding
1. Karakteristik
Ketepatan koding Congestive
a. Umur
Heart Failure (CHF)
b. Jenis Kelamin
c. Lama Dirawat
2. Kelengkapan Dokumen Rekam
Medis
a. Asesmen
b. Resume
c. Pemeriksaan Penunjang

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, merupakan

sebuah metode penelitian yang menggunakan banyak angka dan menggambarkan

variabel secara apa adanya didukung dengan data-data yang dihasilkan dari

keadaan sebenarnya (Sugiyono, 2015). Metode penelitian yang digunakan adalah

metode observasi, dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara

mengamati atau meninjau secara langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan

informasi ketepatan koding Congestive Heart Failure (CHF) pasien rawat inap di

RSU Imelda Pekerja Indonesia.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus Tahun 2023.

3.2.2 Tempat Penelitian

Tempat lokasi penelitian dilaksanakan di RSU Imelda Pekerja Indonesia

yang beralamat di Jl. Bilal No. 24, Pulo Brayan Darat I, Kec. Medan Timur, Kota

Medan, Sumatera Utara 20239.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan atau agregat sebagai wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang

25
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2018). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

rekam medis diagnosa Congestive Heart Failure (CHF) rawat inap pada bulan

Juni 2023 adalah 62 rekam medis.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah 62 rekam

medis. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sampling jenuh (Sugiyono, 2017).

3.4 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan

penelitian, dimana didalamnya terdapat faktor-faktor yang berperan dalam

peristiwa yang akan diteliti (Sugiyono, 2012). Adapun variabel dalam penelitian

ini adalah Variabel terikat yang merupakan variable respon atau output antara

Faktor-faktor ketepatan dengan koding Congestive Heart Failure (CHF).

a. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel Dependen merupakan variabel yang menjadi pusat perhatian utama

penelitian, variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,

konsekuen atau variabel terikat. Variabel dependen (terikat) adalah variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketepatan koding Congestive

Heart Failure (CHF) (Sugiyono, 2012).

26
b. Variabel Independen

Variabel Independen merupakan variable yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya dan timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

ketepatan koding (Sugiyono, 2012).

3.5 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah batasan dan cara pengukuran variable yang

akan diteliti c). Maka defenisi operasional dan penelitian ini adalah :

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Skala Nilai Hasil Ukur


Ukur
1. Karakteristik Karakteristik
mencakup umur,
jenis kelamin, masa
kerja, tingkat
pendidikan.
a. Umur Lama hidup Observasi 1. 25-44
seseorang yang Tahun
dihitung sejak lahir 2. 45-64
hingga batas terakhir Tahun
masa hidupnya. 3. >64
b. Jenis Kelamin Perbedaan bentuk, Observasi 1. Perempuan
sifat dan fungsi 2. Laki-laki
biologis.

c. Lama Rawat Jumlah hari pasien Observasi 1. 1-5 Tahun


dirawat di rumah 2. 6-10 Tahun
sakit, mulai hari 3. >10 Tahun
masuk sampai
dengan hari keluar
atau pulang dan di
gunakan rumah sakit
sebagai indikator
pelayanan
2. Kelengkapan Kelengkapan rekam 1. Observasi 1. Lengkap
medis secara 2. Checklist 2. Tidak
kuantitatif Lengkap
3. Ketepatan koding Koding Congestive 1. Observasi 1. Tepat
Congestive Heart Failure Heart Failure (CHF) 2. Checklist 2. Tidak Tepat
(CHF) yang sesuai dengan

27
kaidah ICD-10

28
3.6 Instrumen Dan Cara Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada dasarnya alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian (Yogi 2017) Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara, angket dan observasi atau pengamatan

langsung di lapangan untuk mengetahui suatu kegiatan yang sedang berjalan.

3.7 Cara Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Pedoman observasi adalah proses pemerolehan data informasi dari tangan

pertama, dengan cara melakukan pengamatan. Penelitian ini menggunakan

observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada kajian rekam

medis Congestive Heart Failure (CHF).

b. Checklist

Pedoman yang berisi aspek-aspek untuk memberi tanda centang dan untuk

menentukan ada atau tidaknya sesuatu berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi ketepatan koding Congestive Heart Failure (CHF)

2. Sumber Data

a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui

pengamatan langsung (observasi) untuk mengetahui informasi atau

keterangan data yang diperlukan oleh peneliti yaitu petugas koder.

29
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumbernya. Data sekunder dalam penelitian ini di dapat dari dokumen

rekam medis terkait Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan koding

Congestive Heart Failure (CHF) pasien rawat inap di RSU Imelda

Pekerja Indonesia Medan Tahun 2023.

3.8 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

3.8.1 Teknik Pengolahan Data

1. Editing yaitu dengan melakukanpengecekan isian formulir (angket dan

kuisioner) apakah jawaban sudah jelas dan konsisten.

2. Coding yaitu dengan merubah data yang sudah berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka

3. Entry (Processing) yaitu memasukan jawaban-jawban dari responden

dalam bentuk kode (angka atau huruf) kedalam program atau software

computer.

4. Tabulasi data merupakan proses pengoolahan data yang dilakukn

dengan cara memasukkan data kedalam tabel ataupenyajian data dalam

bentuk tabel dan daftar untuk memudahkan dalam pengamatan dan

evaluasi.

5. Cleaning yaitu melakukan pembersihan data dengan cara memeriksa

data-data yang telah ditentukan sebelumnya.

30
3.9 Analisis Data

1. Analisis Univariat,

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik dari setiap

variabel penelitian. Analisis univariat digunakan untuk

mendeskripsikan distribusi dari masing-masing variabel yang diteliti

baik itu variabel dependen maupun variabel independen dengan tujuan

untuk memperoleh data, mendeskripsikan, meringkas dan menganalisis

(Notoatmodjo, 2018).

2. Analisis bivariat adalah salah satu jenis teknik analisis data statistik

digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua

kumpulan nilai yang melibatkan variabel X dan Y. Hasil dari analisis

bivariat dapat disimpan dalam tabel data dua kolom. Dalam penelitian

ini analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square

yang bertujuan untuk menguji hubungan atau pengaruh dua variabel

nominal serta mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu

dengan variabel lainnya (Notoatmodjo, 2018).

31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisa Univariat

4.1.1.1 Karakteristik Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di RSU

Imelda Pekerja Indonesia Medan

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien dengan Congestive


Heart Failure (CHF) Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur Frekuensi Persentase


(tahun) (f) (%)
25-44 10 16.1
45-64 35 56.5
>64 17 27.4
Total 62 100.0

Dari tabel 4.1 di atas diketahui bahwa dari 62 pasien rawat inap

dengan CHF, paling banyak pada kelompok umur 45-64 tahun yaitu

sebanyak 35 orang (56.5%) dan paling sedikit pada kelompok umur 25-44

tahun sebanyak 10 orang (16.1%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien dengan Congestive


Heart Failure (CHF) Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase


Laki-laki 28 45.2
Perempuan 34 54.8
Total 62 100.0

Dari tabel 4.2 di atas diketahui bahwa dari 62 pasien rawat inap

dengan CHF, paling banyak dengan jenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 34 orang (54.8%).

32
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF) Menurut Lama Rawatan (LOS)

Lama Rawatan (LOS) Frekuensi Persentase


(hari) (f) (%)
1-5 31 50
6-10 26 41.9
>10 5 8.1
Total 61 100.0

Dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa dari 62 pasien rawat inap

dengan CHF, paling banyak lama rawatan (LOS) 1-5 hari yaitu sebanyak

31 orang (50%) dan paling sedikit lama rawatan (LOS) > 10 hari sebanyak

5 orang (8.1%).

4.1.1.2 Ketidaklengkapan Berkas Rekam Medis dengan Congestive Heart

Failure (CHF) di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Ketidaklengkapan Asesmen


pada Rekam Medis dengan Congestive Heart Failure
(CHF)

Lama Rawatan (LOS) Frekuensi Persentase


(hari) (f) (%)
Tidak lengkap 11 17.7
Lengkap 51 82.3
Total 62 100.0

Dari tabel 4.4 di atas diketahui bahwa dari 62 pasien rawat inap

dengan CHF, formulir asesmen pada rekam medis dengan Congestive Heart

Failure (CHF) yang lengkap sebanyak 51 berkas (82.3 %) dan tidak lengkap

sebanyak 11 berkas (17.7%).

33
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ketidaklengkapan Pemeriksaan
Diagnostik pada Rekam Medis dengan
Congestive Heart Failure (CHF)

Lama Rawatan (LOS) Frekuensi Persentase


(hari) (f) (%)
Tidak lengkap 11 17.7
Lengkap 51 82.3
Total 62 100.0

Dari tabel 4.5 di atas diketahui bahwa dari 62 pasien rawat inap

dengan CHF, formulir pemeriksaan diagnostik pada rekam medis dengan

Congestive Heart Failure (CHF) yang lengkap sebanyak 51 berkas (82.3 %)

dan tidak lengkap sebanyak 11 berkas (17.7%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Ketidaklengkapan Resume Medis


pada Rekam Medis dengan Congestive Heart Failure (CHF)
Lama Rawatan (LOS) Frekuensi (f) Persentase
(hari) (%)
Tidak lengkap 19 30.6
Lengkap 43 69.4
Total 62 100.0

Dari tabel 4.6 di atas diketahui bahwa dari 62 pasien rawat inap

dengan CHF, formulir resume medis pada rekam medis dengan Congestive

Heart Failure (CHF) yang lengkap sebanyak 43 berkas (69.4 %) dan tidak

lengkap sebanyak 19 berkas (30.6%).

34
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Ketepatan Koding dengan
Congestive
Heart Failure (CHF)

Ketepatan Koding Frekuensi Persentase


(f) (%)
Tidak Tepat 29 40.3
Tepat 44 59.7
Total 62 100.0

Dari tabel 4.7 di atas diketahui bahwa dari 62 pasien rawat inap

dengan CHF, ketepatan koding Congestive Heart Failure (CHF) yang tepat

sebanyak 44 berkas (59.7%) dan tidak tepat sebanyak 29 berkas (40.3%).

4.1.2 Analisa Bivariat


.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat penelitian diketahui

bahwa penyebab ketidaktepatan kode diagnosa Congestive Heart Failure (CHF)

pasien rawat inap di RSU Imelda Pekerja Indonesia yaitu karakteristik pasien dan

ketidaklengkapan berkas rekam medis. Karakteristik meliputi : umur, jenis

kelamin, dan lama rawatan (LOS), sedangkan ketidaklengkapan berkas rekam

medis meliputi: ketidaklengkapan hasil pemeriksaan tes diagnostik,

ketidaklengkapan pengisian formulir asesmen dan ketidaklengkapan pengisian

resume medis.

35
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Karakteristik Pasien Menurut Kelompok Umur
dengan Ketepatan Koding Congestive Heart Failure (CHF) di
RSU Imelda Pekerja Indonesia

Kelompok Koding Koding tepat Jumlah P Value


umur Tidak tepat
(tahun) F % f % f %
25-44 4 6.5 6 9.7 10 16.1
45-64 14 22.6 21 33.9 35 56.5
>64 7 11.3 10 16.1 17 27.4 0.996
Total 25 40.3 37 59.7 62 100

Berdasarkan tabel 4.8 diatas didapatkan bahwa terdapat 25 rekam medis

(40.3%) yang tidak tepat kodingnya dan 37 (59.7%) rekam medis yang sudah

tepat kodingnya.

Analisis uji Chi-Square :

Hasil analisis ini tidak memenuhi kriteria persyaratan hipotesis hubungan, dimana

nilai P Value 0.996 > 0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa umur tidak

mempengaruhi ketepatan koding pada rekam medis.

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Karakteristik Pasien Menurut Jenis Kelamin


dengan Ketepatan Koding Congestive Heart Failure (CHF)di RSU
Imelda Pekerja Indonesia

Jenis Koding Koding Jumlah P Value


kelamin tidak tepat tepat
f % f % F %
Laki-laki 12 19.4 16 25.8 28 45.16
Perempuan 13 21 21 33.9 34 54.8 0.712
25 40.4 37 59.7 62 100

Berdasarkan tabel 4.9 diatas didapatkan bahwa terdapat 25 rekam medis

(40.3%) yang tidak tepat kodingnya dan 37 (59.7%) rekam medis yang sudah

tepat kodingnya.

36
Analisis uji Chi-Square :

Hasil analisis ini tidak memenuhi kriteria persyaratan hipotesis hubungan, nilai

P Value 0.712 > 0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa jenis kelamin tidak

mempengaruhi ketepatan koding pada rekam medis.

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Karakteristik Pasien Menurut Lama Rawat


(LOS) denganKetepatan Koding Congestive Heart Failure (CHF) di
RSU Imelda Pekerja Indonesia

Lama Koding Koding Jumlah P Value


rawat tidak tepat tepat
(hari) f % F % F %
1-5 14 22.6 17 27.4 31 50
6-10 8 12.9 18 29 26 41.9 0.351
>10 3 4.8 2 3.2 5 8.1
25 40.3 37 59.7 62 100

Berdasarkan tabel 4.10 diatas didapatkan bahwa terdapat 25 rekam medis

(40.3%) yang tidak tepat kodingnya dan 37 (59.7%) rekam medis yang sudah

tepat kodingnya. Analisis uji Chi-Square : Hasil analisis ini tidak memenuhi

kriteria persyaratan hipotesis hubungan, nilai P Value 0.351 > 0.05 sehingga

dapat dinyatakan bahwa lama rawat (LOS) tidak mempengaruhi ketepatan koding

pada rekam medis.

37
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Kelengkapan Asesmen Pada Rekam Medik
dengan Ketepatan Koding Congestive Heart Failure (CHF)
di RSU Imelda Pekerja Indonesia

Lama rawat Koding Koding Jumlah P Value


(hari) tidak tepat tepat
F % f % F %
Tidak lengkap 5 8.1 6 9.7 11 17.7
Lengkap 20 32.2 31 50 51 82.3 0.702
25 40.3 37 59.7 62 100

Berdasarkan tabel 4.10 diatas didapatkan bahwa terdapat 25 rekam medis

(40.3%) yang tidak tepat kodingnya dan 37 (59.7%) rekam medis yang sudah

tepat kodingnya.

Analisis uji Chi-Square : Hasil analisis ini tidak memenuhi kriteria

persyaratan hipotesis hubungan, nilai P Value 0.702 > 0.05 sehingga dapat

dinyatakan bahwa kelengkapan asesmen tidak mempengaruhi ketepatan koding

pada rekam medis.

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kelengkapan Pemeriksaan Diagnostik


Pada Rekam Medik denganKetepatan Koding Congestive Heart
Failure (CHF) di RSU Imelda Pekerja Indonesia

Lama rawat Koding Koding Jumlah P Value


(hari) tidak tepat tepat
F % f % F %
Tidak lengkap 9 14.5 2 3.2 11 17.7
Lengkap 16 25.8 35 56.5 51 82.3 0.002
25 40.3 37 59.7 62 100

Berdasarkan tabel 4.11 diatas didapatkan bahwa terdapat 25 rekam medis

(40.3%) yang tidak tepat kodingnya dan 37 (59.7%) rekam medis yang sudah

38
tepat

kodingnya. Analisis uji

Chi-Square :

Hasil analisis ini memenuhi kriteria persyaratan hipotesis hubungan, nilai P Value

0.002 < 0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa kelengkapan pemeriksaan

diagnostik mempengaruhi ketepatan koding pada rekam medis.

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Kelengkapan Resume Medis Pada Rekam Medik
dengan Ketepatan Koding Congestive Heart Failure (CHF)
di RSU Imelda Pekerja Indonesia

Lama rawat Koding Koding Jumlah P Value


(hari) tidak tepat tepat
f % f % f %
Tidak lengkap 12 19.3 7 11.3 21 33.9
Lengkap 13 21 30 48.4 41 66.1 0.015
25 40.3 37 59.7 62 100

Berdasarkan tabel 4.12 diatas didapatkan bahwa terdapat 25 rekam medis

(40.3%) yang tidak tepat kodingnya dan 37 (59.7%) rekam medis yang sudah

tepat kodingnya.

Analisis uji Chi-Square :

Hasil analisis ini memenuhi kriteria persyaratan hipotesis hubungan, nilai P Value

0.015 < 0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa kelengkapan resume medis

mempengaruhi ketepatan koding pada rekam medis.

39
4.2 Pembahasan

Hasil penelitian diketahui bahwa pasien CHF paling banyak pada

kelompok umur 45-64 tahun yaitu sebanyak 35 orang (56.5%) dan paling sedikit

pada kelompok umur 25-44 tahun sebanyak 10 orang (16.1%), dan paling banyak

dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 34 orang (54.8%). Kemudian

umuk lama rawatan (LOS) paling banyak lama rawatan (LOS) 1-5 hari yaitu

sebanyak 31 orang (50%) dan paling sedikit lama rawatan (LOS) > 10 hari

sebanyak 5 orang (8.1%). Untuk Kelengkapan formulir asesmen yang lengkap

sebanyak 51 berkas (82.3 %), formulir pemeriksaan diagnostik yang lengkap

sebanyak 51 berkas (82.3 %) dan formulir resume medis yang lengkap sebanyak

43 berkas (69.4 %). Adapun untuk ketepatan koding Congestive Heart Failure

(CHF) yang tepat sebanyak 44 berkas (59.7%) dan tidak tepat sebanyak 29 berkas

(40.3%).

Penyebab ketidaktepatan kode diagnosa Congestive Heart Failure (CHF)

pasien rawat inap di RSU Imelda Pekerja Indonesia yaitu karakteristik pasien dan

ketidaklengkapan berkas rekam medis. Karakteristik meliputi : umur, jenis

kelamin, dan lama rawatan (LOS), sedangkan ketidaklengkapan berkas rekam

medis meliputi: ketidaklengkapan hasil pemeriksaan tes diagnostik,

ketidaklengkapan pengisian formulir asesmen dan ketidaklengkapan pengisian

resume medis. Hasil analisis uji Chi-Square kelompok umur, jenis kelamin dan

lama rawat (LOS) tidak mempengaruhi ketepatan koding pada rekam medis

dengan nilai P Value > 0.05. Hasil analisis uji Chi-Square pada kelengkapan

asesmen tidak mempengaruhi ketepatan koding pada rekam medis dengan nilai P

40
Value > 0.05 tetapi kelengkapan pemeriksaan diagnostik dan resume medis sudah

memenuhi kriteria persyaratan hipotesis hubungan, nilai P Value 0.002 < 0.05

dan nilai P Value 0.015 < sehingga dapat dinyatakan bahwa kelengkapan

pemeriksaan diagnostik dan resume medis mempengaruhi ketepatan koding pada

rekam medis.

Berdasarkan wawacara peneliti dengan petugas pengkodingan memang

dikatakan bahwa ketepatan koding itu lebih banyak dipengaruhi SDM dan

kelengkapan berkas. Petugas tersebut menyatakan bahwa dalam berkas rekam

medis masih sering ditemukan ada hasil pemeriksaan diagnostic yang tidak

lengkap bahkan tidak ada. Tentunya hal ini kemungkinan besar disebabkan

kelalaian petugas sehingga ada formulir yang tidak lengkap bahkan tidak terisi

sama sekali.

41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan judul “Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Ketepatan Koding Congestive Heart Failure (CHF) Pasien

Rawat Inap Di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2023” dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik pasien CHF paling banyak pada kelompok umur 45-64 tahun,

paling banyak jenis kelamin perempuan, lama rawatan (LOS) paling banyak

lama rawatan (LOS) 1-5 hari.

2. Kelengkapan formulir asesmen yang lengkap sebanyak 51 berkas (82.3 %),

formulir pemeriksaan diagnostik yang lengkap sebanyak 51 berkas (82.3 %)

dan formulir resume medis yang lengkap sebanyak 43 berkas (69.4 %).

3. Ketepatan koding Congestive Heart Failure (CHF) yang tepat sebanyak 44

berkas (59.7%) dan tidak tepat sebanyak 29 berkas (40.3%).

4. Hasil analisis uji Chi-Square kelompok umur, jenis kelamin dan lama rawat

(LOS) tidak mempengaruhi ketepatan koding pada rekam medis dengan nilai P

Value > 0.05.

5. Hasil analisis uji Chi-Square pada kelengkapan asesmen tidak mempengaruhi

ketepatan koding pada rekam medis dengan nilai P Value >0.05 tetapi

kelengkapan pemeriksaan diagnostik dan resume medis sudah memenuhi kriteria

persyaratan hipotesis hubungan, nilai P Value 0.002 <0.05 dan nilai P Value 0.015 <

sehingga dapat dinyatakan bahwa kelengkapan pemeriksaan diagnostik dan resume

medis mempengaruhi ketepatan koding pada rekam medis.

42
5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran-saran dari peneliti yaitu :

1. Perlu sosialisasi Standar Prosedur Opearasional (SPO) yang sudah ada yaitu

SPO Pengkodingan dan SPO Kelengkapan Rekam Medis.

2. Petugas koding sebaiknya mengikuti pelatihan-pelatihan terkait Kodefikasi

Diagnosa dan Tindakan khususnya untuk kepentingan pengklaiman.

3. Petugas rekam medis perlu mengikuti pelatihan tentang kelengkapan rekam

medis dan kodifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2018. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Rumah Sakit Yogyakarta.”
43
Adiputra, P. A. 2020. “Dampak Pandemi Covid-19 Pada Pelayanan Pasien Kanker Di
Rumah Sakit.”
Aspian. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta
buku kedokteran ECG.
kementrian republic Indonesia. 2017. “Anatomi Fisiologi.” Wahyuningsih.
Kurnianingsih, Widya. 2020. “Hubungan Pengetahuan Coder Dengan Keakuratan Kode
Diagnosis Pasien Rawat Jalan BPJS Berdasarkan ICD – 10 Di Rumah Sakit
Nirmala Suri Sukoharjo.” Jurnal Manajemen Informasi dan Administrasi
Kesehatan (JMIAK) 3(01).
Maryati, W. 2019. “Keakuratan Kode Diagnosis Gastroenteritis Acute Di Rumah Sakit
Umum Assalam Gemolong.” . Smiknas 208–16.
Maryati, H. 2018. “).Gambaran Waktu Tunggu Pelayanan Obat Instalasi Farmasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor Tahun 2018.” . Jurnal Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat, 1(1), p.
Oktamianiza. 2021. “Tinjauan Pustaka Sistem Pendaftaran Online Berbasis SMS
Gateway.” Dalam Proceeding International Conference on Medical Record (Vol.
1, N.
“Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 Tentang
Rekam Medis.”
Perki. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. . Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Pertiwi. 2019. “). Keterkaitan Antara Bimbingan Belajar Orang Tua Dan Minat Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Gugus Setia Budi Juana Pati.” Fakultas
Universitas Negeri Semarang.
Rachmad, Y. E., Agnesiana, B., Agama, I., AmbonRachmad, Y. E., Agnesiana, B.,
Agama, I., Ambon, K. N., Sukmawati, E., Ramli, A., Islam, U., Sultan, N.,
Muhammad, A., Samarinda, I., Sandra, R., & Zebua, Y K. N., Sukmawati, E.,
Ramli, A., Islam, U., Sultan, Y. 2023. “The Analysis of Parenting Patterns in
Instilling Morals of Early Childhood.” . JCD: Journal of Childhood Development
CommonsAttribution-ShareAlike,.
Rsu, Icd- D I, Tangerang Selatan, and Zulfikar Adha. 2022. “EDU RMIK Journal.” 1(1):
15–25.
Sherwood. 2016. Fisiologi Manusia. ed. Halaman 211-224 Edisi 6, EGC : Jakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: CV


Alfabeta.
Syafriani, Devi. 2020. “Literature Review : Ketepatan Kode Diagnosis Obstetri
Berdasarkan ICD 10 Pada Berkas Rekam Medis.” Journal of Chemical Information
and Modeling 21(1): 1–9.

44
Syaifuddin. “Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan
& Kebidanan.” 2012 Edisi 4. J.
Utari Dwi, and Wariyanti Astri Sri. 2016. “Akurasi Kode Diagnosis Chronic Kidney
Disease Berdasarkan Icd-10.” Akurasi Kode Diagnosis Chronic Kidney Disease
Berdasarkan Icd-10 3: 1–8.
Wirajaya, M. 2019. “Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Rekam
Medis Pasien Pada Rumah Sakit Di Indonesia.” Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia Vol 7 No.
Siagian, H. J. (2023). Re-Admisi Rumah Sakit Pada Penderita Stroke: Sistematika
Review. Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana Of Journal Public
Health), 7(1), 96-104.
TETUKO, H. (2020). Analisis Kuantitatif Penggunaan Obat-Obat Kardiovaskular Untuk
Pasien Rawat Inap Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Selama Periode 2018-
2019 Dengan Metode ATC/DDD Dan DU90%.
Anwar, R. S. D. S. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rehospitalisasi Pasien Gagal
Jantung Yang Dirawat Di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar-Malang.
RINA, E. W. (2018). Studi Kasus Penatalaksanaan Diet Pada Penyakit Jantung
Koroner Di Ruang Rawat Inap Rsu Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2018 (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
Baskoro, C. A. Asuhan Keperawatan Pasien Congestive Heart Failure Pada Tn. Sg Dan
Tn. Sd Dengan Masalah Keperawatan Kelebihan Volume Cairan Di Ruang Melati
RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018.

45
LAMPIRAN

46
Lampiran 1
Uji Statistik
(SPSS)

UJI UNIVARIAT

Kelompok Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 25-44 10 11.9 16.1 16.1

45-64 35 41.7 56.5 72.6

>=65 17 20.2 27.4 100.0

Total 62 73.8 100.0

Missing System 22 26.2

Total 84 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki - laki 28 33.3 45.2 45.2

Perempuan 34 40.5 54.8 100.0

Total 62 73.8 100.0

Missing System 22 26.2

Total 84 100.0

47
Lama Rawat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1-5 hari 31 36.9 50.0 50.0

6-10 hari 26 31.0 41.9 91.9

>10 hari 5 6.0 8.1 100.0

Total 62 73.8 100.0

Missing System 22 26.2

Total 84 100.0

Kelengkapan Asesmen

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak lengkap 11 13.1 17.7 17.7

Lengkap 51 60.7 82.3 100.0

Total 62 73.8 100.0

Missing System 22 26.2

Total 84 100.0

48
Kelengkapan Resume Medis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak lengkap 19 22.6 30.6 30.6

Lengkap 43 51.2 69.4 100.0

Total 62 73.8 100.0

Missing System 22 26.2

Total 84 100.0

Kelengkapan Pemeriksaan Diagnostik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak lengkap 11 13.1 17.7 17.7

Lengkap 51 60.7 82.3 100.0

Total 62 73.8 100.0

Missing System 22 26.2

Total 84 100.0

Ketepatan Koding

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak tepat 25 29.8 40.3 40.3

Tepat 37 44.0 59.7 100.0

Total 62 73.8 100.0

Missing System 22 26.2

Total 84 100.0

49
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Asesmen * Ketepatan 62 73.8% 22 26.2% 84 100.0%


Koding

50
UJI BIVARIAT

Asesmen * Ketepatan Koding Crosstabulation

Count

Ketepatan Koding

Tidak tepat Tepat Total

Asesmen Tidak lengkap 5 6 11

Lengkap 20 31 51

Total 25 37 62

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .146a 1 .702

Continuity Correctionb .002 1 .965

Likelihood Ratio .145 1 .703

Fisher's Exact Test .744 .477

Linear-by-Linear Association .144 1 .704

N of Valid Cases 62

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.44.

b. Computed only for a 2x2 table

51
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

P.Diagnostik * Ketepatan 62 73.8% 22 26.2% 84 100.0%


Koding

P.Diagnostik * Ketepatan Koding Crosstabulation

Count

Ketepatan Koding

Tidak tepat Tepat Total

P.Diagnostik Tidak lengkap 9 2 11

Lengkap 16 35 51

Total 25 37 62

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.569a 1 .002

Continuity Correctionb 7.587 1 .006

Likelihood Ratio 9.733 1 .002

52
Fisher's Exact Test .005 .003

Linear-by-Linear Association 9.415 1 .002

N of Valid Cases 62

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.44.

b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Resume Medis * Ketepatan 62 73.8% 22 26.2% 84 100.0%


Koding

Resume Medis * Ketepatan Koding Crosstabulation

Count

Ketepatan Koding

Tidak tepat Tepat Total

Resume Medis Tidak lengkap 12 7 19

Lengkap 13 30 43

Total 25 37 62

53
Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.937a 1 .015

Continuity Correctionb 4.647 1 .031

Likelihood Ratio 5.902 1 .015

Fisher's Exact Test .024 .016

Linear-by-Linear Association 5.841 1 .016

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.66.

b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur Pasien * Ketepatan 62 73.8% 22 26.2% 84 100.0%


Koding

54
Umur Pasien * Ketepatan Koding Crosstabulation

Count

Ketepatan Koding

Tidak tepat Tepat Total

Umur Pasien Laki - laki 12 16 28

Perempuan 13 21 34

Total 25 37 62

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .136a 1 .712

Continuity Correctionb .012 1 .913

Likelihood Ratio .136 1 .712

Fisher's Exact Test .797 .456

Linear-by-Linear Association .134 1 .714

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.29.

b. Computed only for a 2x2 table

55
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Ketepatan 62 73.8% 22 26.2% 84 100.0%


Koding

Jenis Kelamin * Ketepatan Koding Crosstabulation

Count

Ketepatan Koding

Tidak tepat Tepat Total

Jenis Kelamin 25-44 4 6 10

45-64 14 21 35

>64 7 10 17

Total 25 37 62

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square .007a 2 .996

Likelihood Ratio .007 2 .996

Linear-by-Linear Association .005 1 .944

56
N of Valid Cases 62

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 4.03.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Lama Rawat * Ketepatan 62 73.8% 22 26.2% 84 100.0%


Koding

Lama Rawat * Ketepatan Koding Crosstabulation

Count

Ketepatan Koding

Tidak tepat Tepat Total

Lama Rawat 1-5 hari 14 17 31

6-10 hari 8 18 26

>10 hari 3 2 5

Total 25 37 62

57
Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 2.092a 2 .351

Likelihood Ratio 2.102 2 .350

Linear-by-Linear Association .043 1 .835

N of Valid Cases 62

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2.02.

58
Lampiran Master Data Pasien Rawat Inap dengan
Congestive Heart Failure (CHF) di RSU Imelda
Pekerja Indonesia

Lama
Nama Rawat Jenis Umur
No. RM (inisial) (LOS) Kelamin (tahun) Ruangan
1 **8614 SM 6 Lk 54 ICU
2 **8257 SO 3 Pr 52 Melati
3 **8912 AS 12 Pr 46 Melati
4 **9093 MN 5 Pr 62 Kemuning
5 **9040 SP 4 Lk 63 Mawar
6 **9203 RHT 4 Pr 54 Sakura
7 **9652 AKP 5 Lk 56 Anggrek
8 **0011 S 2 Lk 44 Sakura
9 **0414 H 9 Lk 39 Anggrek
10 **0668 PH 10 Lk 47 Anggrek
11 **0987 MT 9 Lk 57 Sakura
12 **7180 R 14 Pr 71 Sakura
13 **8385 MP 17 Pr 68 Kemuning
14 **8307 S 7 Pr 67 Sakura
15 **8226 SB 9 Lk 53 Anggrek
16 **8771 ZU 6 Lk 52 Sakura
17 **9006 TS 5 Lk 42 Anggrek
18 **8856 YU 7 Pr 47 Mawar
19 **9544 JS 5 Pr 61 Melati
20 **9650 TD 4 Pr 35 Sakura
21 **9888 RM 9 Pr 78 ICU
22 **0404 NS 3 Pr 70 Sakura
23 **1128 RMS 7 Pr 56 Sakura
24 **0978 MY 6 Lk 55 Anggrek
25 **1277 JS 6 Pr 68 Kemuning
26 **7984 LS 2 Pr 51 Sakura
27 **8299 ZR 2 Pr 51 Melati
28 **8171 SR 4 Lk 61 Anggrek
29 **8760 NU 2 Pr 55 Mawar
30 **8796 KOA 9 Lk 53 Anggrek
31 **8990 YT 9 Pr 65 Sakura
32 **9074 SIH 5 Pr 76 ICU
33 **9756 MH 4 Lk 63 Mawar
34 **9879 S 3 Pr 57 Anggrek
35 **0071 B 2 Lk 45 Anggrek
36 **0471 S 4 Pr 62 ICU

59
Nama Lama Rawat Jenis Umur
No. RM (inisial) (LOS) Kelamin (tahun) Ruangan
37 **0545 SS 6 Pr 35 Melati
38 **7938 AH 6 Lk 21 Anggrek
39 **8118 HS 6 Pr 27 Melati
40 **8622 SH 9 Pr 80 Tulip
41 **8742 GM 8 Lk 61 Anggrek
42 **8975 FT 4 Pr 51 Melati
43 **9065 MR 13 Lk 68 Mawar
44 **9220 JM 5 Lk 66 Anggrek
45 **9868 MS 6 Lk 54 Sakura
46 **0061 KON 4 Lk 53 Anggrek
47 **0138 S 3 Lk 52 Anggrek
48 **0452 N 8 Pr 57 Sakura
49 **5029 A 6 Pr 66 Mawar
50 **5153 JDD 5 Pr 68 ICU
51 **5435 SP 4 Lk 63 Anggrek
52 **5269 EWG 8 Pr 32 Sakura
53 **5949 KOP 4 Lk 53 Anggrek
54 **6380 M 5 Lk 66 Kemuning
55 **6320 JN 6 Lk 61 Melati
56 **6587 MS 7 Pr 60 Mawar
57 **6865 LD 3 Pr 51 Sakura
58 **7106 SN 11 Pr 37 Sakura
59 **7384 AS 5 Pr 80 Mawar
60 **7249 HB 4 Lk 83 ICU
61 **4746 AH 7 Pr 64 Sakura
62 **4930 JH 5 Lk 26 Anggrek

60
61
62
63
64

Anda mungkin juga menyukai