Bab Iii Rencana Struktur Ruang
Bab Iii Rencana Struktur Ruang
15
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
16
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
17
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
18
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Jalan arteri primer harus dapat memenuhi ketentuan persyaratan teknis jalan
sebagai berikut:
19
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
20
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Status Penanganan
Panj Kondisi
Titik Lebar Penin Penin
N Nama Titik ang Lebar GSB Pembuat
Pangka Rencan Hirarki Peleb gkata gkata
o Jalan Ujung (km Eksistin (m) Pemeliharaan an Jalan
l a (m) aran n n
) g (m) Baru
Status Fungsi
A Rencana jalan Arteri Kota Pekanbaru
Jalan Sp.
Sp. SM 5,76 Arteri
1 Air Garuda 10 30 20 √ √
Amin 9 Primer
Hitam Sakti
Tugu Arteri
Jalan
Sp. Air Gemar 3,47 Primer
2 SM. 24 30 20 √ √
Hitam Menab 7
Amin
ung
Tugu Arteri
Jembat
Jalan Gemar 4,87 Primer
3 an Siak 12 30 20 √ √
Siak II Menabu 0
II
ng
Sp. Jl. H. Sp. Arteri
Jalan Guru Soekar 0,76 Primer
4 12 12 20 √
RIau Sulaima no 8
n Hatta
21
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
22
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
23
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
24
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Jaringan jalan yang masuk dalam system Jalan Kota terdiri atas:
LAPORAN AKHIR 25
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 26
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
A. Persimpangan Sebidang
a. Kriteria
1) tersedia tata guna lahan;
2) memenuhi persyaratan konstruksi dan perundang-undangan yang berlaku
3) tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
4) memberikan kemudahan bagi pengguna jasa.
LAPORAN AKHIR 27
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 28
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 29
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
d. penetapan prioritas angkutan umum melalui penyediaan lajur atau jalur atau
jalan khusus.
c. Penyediaan sarana dan prasarana angkutan umum pemadu moda (bus line)
dengan jalur yang telah tersedia
e. Penerapan fungsi dan kelayakan kendaraan angkutan umum dengan uji emisi
gas buang;
LAPORAN AKHIR 30
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
a. Kondisi jalur pejalan kaki yang ada pada umumnya belum di lengkapi dengan
sarana dan prasarana pendukung seperti jalur hijau, tempat duduk, shelter,
tempat sampah perambuan, pagar pengaman, zebra cross, pelikan dan fasilitas
untuk penyandang cacat.
b. Ruang jalur pejalan kaki telah banyak yang beralih fungsi menjadi tempat
berdagang para pedagang kaki lima dan tempat parkir kendaraan
c. Dimensi lebar jalur pejalan kaki belum semua sama, begitu juga dengan
kondisi dan kualitas perkerasannya masih belum semua baik
d. Kondisi Jalur pejalan kaki masih terputus-putus meskipun dalan satu ruas
jalan.
e. Tidak semua jalan yang ada di Kecamatan Payung Sekaki telah memiliki jalur
pedestrian
a. Penataan jalur pejalan kaki yang telah ada dengan menambah fasilitas
pelengkap seperti jalur hijau, tempat sampah, tempat duduk, lampu
penerangan, fasilitas untuk penyandang cacat, signage, shelter untuk jalan
yang dilintasi oleh angkutan umum.
LAPORAN AKHIR 31
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 32
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Beberapa lokasi dan kondisi di jalan raya dianggap rawan untuk mobilitas
sepeda, antara lain sebagai berikut:
Dimana jalur ini tidak memiliki bahu jalan sehingga terjadi mobilitas
bersama antara sepeda dan kendaraan bermotor, tanpa pemisah visual
Pada jalan raya yang tidak memiliki jalur sepeda, terkadang sepeda
menggunakan trotoar sebagai lintasan. Hal ini selain mengganggu
pedestrian, juga membahayakan pengendara sepeda karena kondisi
permukaan dan lebar trotoar yang kadang tidak sesuai untuk dilintasi
sepeda.
LAPORAN AKHIR 33
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Jarak pandang atau penglihatan yang menjadi aspek penting dalam berlalu-
lintas. Permasalahan mengenai jarak pandang ini dapat diatasi melalui desain ruang
yang tepat, dengan menggunakan pendekatan yang dianggap dapat mengakomodasi
kebutuhan jarak pandang pengendara sepeda melalui penandaan atau peringatan
sebelumnya dari desain fisik jalan. (AASHTO, 1994)
LAPORAN AKHIR 34
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
bagi para pengguna sepeda. (AASHTO, 1994). Dalam merencanakan jalur untuk
lintasan sepeda, perlu adanya pertimbangan beberapa hal sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR 35
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Tabel 3.3 Ketentuan Lebar Lintasan Jalur Sepeda Untuk Jalan Arteri
No Kondisi Lebar Jalur Sepeda Sumber
Untuk jalur dua arah terpisah dari AASHTO,
1 2,4 meter
jalur lalu lintas 1994
Untuk jalur satu arah bergabung AASHTO,
2 1,2 meter
dengan jalur lalu lintas tanpa saluran 1994
Untuk jalur satu arah bergabung AASHTO,
3 1,5 meter
dengan jalur lalu lintas tanpa saluran 1994
Untuk jalur satu arah terpisah dengan AASHTO,
4 1,5 meter
jalur lalu lintas 1994
Direktorat
Pada jalan dengan 4 – 6 lajur untuk Jenderal
5 2,5 meter
lalu lintas BinaMarga,
1992
Pedoman
Penentuan
Jalur sepeda
Klasifikasi
Pada jalan dengan 4 lajur dan jalur termasuk dalam
6 Fungsi Jalan di
lambat jalur lambat dengan
Kawasan
lebar 6 m
Perkotaan,
2003
Pedoman
Penentuan
Jalur sepeda
Klasifikasi
Pada jalan dengan bahu jalan pada dialokasikan pada
7 Fungsi Jalan di
tepi jalur lalu lintas bahu jalan dengan
Kawasan
lebar 2 meter
Perkotaan,
2003
8 Pada penyempitan jalan 1 meter Sidi, 2005
Tabel 3.4 Ketentuan Desain dan Kebutuhan Fasilitas Untuk Jalur Sepeda
Item Detail Variabel Keterangan
Desain Jaringan rute Jaringan atau rute yang dilalui harus saling terhubung,
Layout Jalan jalur sepeda antar titiktitik tujuan
Aman dari tempattempat yang berpotensi kecelakaan
LAPORAN AKHIR 36
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 37
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Warning signs
Pada lokasi
Traffic calming sebagai peringatan untuk waspada,
pemberhentian
dapat berupa pembedaan warna atau tekstur paving
(halte)
angkutan umum
Warning signs
LAPORAN AKHIR 38
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
a. Ruang untuk lajur sepeda dicat menggunakan warna hijau/ dibedakan dengan
jalur kendaraan bermotor
b. Pada persimpangan bersinyal disediakan ruang tunggu/berhenti khusus sepeda
untuk menunggu saat sinyal menyala merah.
c. Sepanjang lajur sepeda diberi marka garis putus-putus warna kuning.
d. Pada area persimpangan tanpa sinyal, dimana terdapat titik “crossing”,
menggunakan marka garis putus-putus warna putih. Pada area ini, jalur sepeda
tidak dicat.
LAPORAN AKHIR 39
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Gambar 3.3 Desain Jalur Sepeda Pada Saat On Street Parking dan Pada Saat
Normal
Sumber : Biycicle Facilities Design Course
LAPORAN AKHIR 40
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 42
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
5.2.1
LAPORAN AKHIR 43
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 44
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
4. Kaki tower ada 2 (dua) jenis, yaitu 3 kaki dan 4 kaki sesuai dengan
ketinggian tower;
LAPORAN AKHIR 45
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 46
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 47
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Dengan melihat kondisi yang ada, untuk daerah perencanaan sistem air
bersih yang direncanakan sampai tahun akhir proyeksi akan dibagi menjadi 2 sistem,
yaitu :
Pengertian kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan secara wajar
untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan
berdasarkan pengamanan dari pemakaian air.
Kebutuhan air bersih sistem perpipaan pada saat ini di Kecamatan Payung
Sekaki sebagian di suplai dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Kerja Sama
Pemerintah dan Swasta (KPS) yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang. Kebutuhan air bersih di Kecamatan Payung Sekaki sampai akhir
perencanaan dihitung dengan asumsi berdasarkan standar pelayanan minimum
yaitu:
1) Target pencapaian pelayanan 90%.
2) Standar kebutuhan air bersih untuk kebutuhan domestik adalah 220
liter/orang/hari.
3) Kebutuhan air non domestik diasumsikan 30% dari kebutuhan domestik.
LAPORAN AKHIR 48
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 49
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
a. Rencana Jaringan dan Sistem Aliran: untuk keadaan topografi tanah yang
mempunyai kemiringan sedang, semua sistem pengaliran saluran drainase
masih memakai sistem/cara gravitasi. Untuk daerah yang mempunyai
topografi lebih rendah dari muka air maksimal di badan air, maka
direncanakan sistem polder dilengkapi dengan pompanisasi. Sebagai saluran
pembuang akhir semuanya melalui Kota Pekanbaru lalu bermuara ke laut.
Alur-alur drainase alami yang sekarang lingkungannya masih belum terbuka
dan nantinya akan dipakai sebagai wilayah pengembangan maka alur-alur
alami tersebut dijadikan saluran drainase kota. Direncanakan kolam retensi
sebagai penahan aliran air. Di daerah yang akan berkembang dan belum ada
saluran drainasenya disarankan untuk menambah saluran-saluran drainase
baru.
b. Garis sepadan saluran / kolam retensi : garis sempadan untuk saluran primer
disarankan minimal 2.00 m, sedangkan saluran sekunder dan tersier minimal
1.50 m di kiri kanan saluran.
c. Operasi pemeliharaan : adanya dana operasional dan pemeliharaan secara
rutin setiap tahunnya. Dana ini akan dikelola oleh instansi yang berwenang
untuk pengelolaan drainase di Kota Pekanbaru mengacu pada masterplan
drainase Kota Pekanbaru maka untuk kedepannya konsep sistem drainase
yang diusulkan adalah sistem drainase yang berwawasan lingkungan. Prinsip
dasarnya adalah mengatur pengaliran air hujan agar sesedikit mungkin air
hujan masuk ke saluran drainase dan memberikan kesempatan kepada tanah
untuk menyerap air. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat kantong-
kantong air berskala kecil di atap-atap rumah, sumursumur resapan di
halaman-halaman, tanah-tanah kosong, tamantaman, tempat-tempat parkir
dan lain-lain. Selain itu penataan
kembali saluran drainase yang ada terutama agar berfungsi secara
LAPORAN AKHIR 50
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 51
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Ada 4 (empat) bentuk saluran yang bisa dipakai untuk zona perumahan, yaitu:
Single Box culvert, U Ditch dengan penutupnya, Saluran berbentuk trapesium dan
gorong-gorong bulat. Penataan dan pengembangan sistem drainase Kecamatan
Payung Sekaki terdiri dari:
LAPORAN AKHIR 52
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Dan parit merupakan salah satu teknik bangunan panen air dengan
membendung dan menampung air hujan dan aliran permukaan dengan volume
tertentu dalam suatu jalur aliran berupa parit atau anak sungai.
Filosofi metode kolam retensi ini adalah mencegah air yang mengalir dari
hulu dengan membuat kolam-kolam retensi (retarding basin) sebelum masuk ke hilir.
a. Normalisasi sungai
b. Pengamanan sempadan sungai
c. Pengembangan polder/kolam retensi di setiap kelurahan
LAPORAN AKHIR 54
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
mm, dilengkapi dengan manhole untuk setiap jarak 50 meter. Letak pipa utama
ini akan berada pada satu sisi jalan atau bila tidak memungkin akan diletakkan
di bahu atau badan jalan. Sistem pengalirannya diusahakan semaksimal
mungkin secara gravitasi, namun apabila tidak memungkinkan akan
dilengkapi dengan bangunan rumah pompa atau lift pump.
iv. Rumah pompa atau liftpump; fungsinya adalah menaikkan elevasi air limbah,
sehingga dapat mengalir kembali secara gravitasi menuju IPAL. Bangunan
rumah pompa ini dapat berupa manhole yang dilengkapi dengan pompa (lift
pump), atau berupa bangunan rumah dengan bak penampung ukuran besar
yang berada pada kedalaman lebih dari 7 meter. Pada unit rumah pompa akan
dilengkapi dengan panel listrik (PLN) atau dengan kelengkapan generator
listrik.
IPAL, atau Instalasi Pengolahan Air Limbah, yang merupakan unit pengolah
air limbah biologis dengan kapasitas pengolahan antara minimal 1000 sambungan,
hingga 50.000 sambungan, lebih besar dari ini, sudah dikategorikan sebagai sistem
skala kota (city wide), dan biasanya akan memerlukan biaya operasi yang lebih mahal,
oleh karena akan terdapat multi stage pemompaan pada jaringan pipa primer/induk.
Mengingat keterbatasan lahan yang tersedia di daerah perkotaan, maka jenis IPAL
yang digunakan akan berupa proses pengolahan air limbah secara biologis, yang
secara bilogis secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni :
(1) proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture) dapat berupa;
proses lumpur aktif standar atau konvesional (standard activated sludge),
sistem aerasi berlanjut (extended aeration system), sistem aerasi bertahap
(step aeration), sistem aerasi berjenjang (tappered aeration), system
stabilisasi kontak (contact stabilization system), sistem oksidasi parit
(oxydation ditch), sistem lumpur aktif kecepatan tinggi (high rate activated
sludge), dan sistem lumpur aktif dengan oksigen murni (pureoxygen activated
sludge),
(2) proses biologis dengan biakan melekat (attached culture), dapat berupa;
trickling filter, biofilter tercelup, reaktor kontak biologis putar (rotating
biological contactor, BC), contact aeration/oxidation(aerasi kontak) dan,
LAPORAN AKHIR 55
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
(3) proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam berupa; kolam aerasi
atau kolam stabilisasi (stabilization pond). Beberapa pertimbangan untuk
pemilihan proses tersebut antara lain; jumlah air limbah yang akan diolah,
beban organik, kualitas air olahan yang diharapkan, lahan yang diperlukan,
kemudahan operasi, sumber energi, serta biaya operasi dan perawatan
diupayakan serendah mungkin. Pemilihan jenis IPAL secra biologis ini akan
lebih rinci dikaji dalam studi detail design masing-masing zona selanjutnya.
LAPORAN AKHIR 56
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Sistem Individual
Daur Ulang Air Limbah Bekas Cucian dan Kamar Mandi (Grey Water)
LAPORAN AKHIR 57
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Dalam upaya penghematan air dan pemanfatan kembali air bekas cucian dan
kamarmandi, maka dilakukan proses daur ulang air. Pemanfaatan air hasil daur ulang
digunakan untuk keperluan menyiram tanaman, membersihkan rumah dan
keperluan lainnya selain untuk minum dan memasak. Jenis pengolahan yang
dilakukan dapat mempergunakan sistem penyaringan atau filterisasi dengan melalui
proses klarifikasi, adsorpsi penghilangan nutrien, rekarbonisasi, demineralisasi
dengan reserve osmosis serta ozonisasi atau klorinasi.
LAPORAN AKHIR 58
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 59
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 60
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
C. Pengolahan sampah berbasis komunitas dikembangkan dalam blok dan sub blok.
Model pengolahan sampah ini akan dilaksanakan pada cluster-cluster tertentu.
Cluster ini dapat dibentuk di tingkat RW atau di tingkat kelurahan. Secara prinsip
pengolahan ini akan memanfaatkan berbagai jenis sampah yang dihasilkan setiap
hari, dengan klasifikasi sebagai berikut:
1) Sampah kardus/plastik/besi/kayu, jenis sampah ini dimanfaatkan untuk daur
ulang. Metoda ini dapat menghasilkan nilai ekonomis untuk pengelolaan
sampah.
2) Sampah Kertas tipis, sampah jenis ini dapat dimanfaatkan untuk kertas daur
ulang/ barang-barang yang bernilai ekonomis.
3) Sampah sisa, jenis sampah ini merupakan materi yang sudah tidak dapat
dimanfaatkan lagi, misal sisa bongkaran. Sisa sampah ini harus dibuang ke
TPA
LAPORAN AKHIR 61
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Model ini dalam setiap cluster akan terdiri dari kelompok masyarakat yang
melakukan pengelolaan secara bersama-sama. Sampah dari masing-masing
sumbernya di pilah menjadi sampah sesuai dengan klasifikasi diatas. Sesuai
dengan jenisnya akan dilakukan penanganan baik untuk dijual, dilakukan daur
ulang maupun dengan sistem pembuatan pupuk. Dengan pengolahan ini maka
hanya 20% sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pola pewadahan ada 2 (dua) pola yaitu pola individual dan pola komunal.
Pola individual, ditempatkan di daerah formal, yaitu di lokasilokasi dengan
jumlah penduduk rendah, dimana perbandingan jumlah rumah terhadap
luas persil adalah kecil, luas lahan besar dan jalan-jalan besar sehingga
dapat dilalui/ dijangkau oleh kendaraan roda empat.
LAPORAN AKHIR 62
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
Cara pengambilan wadah sampah dapat dilakukan dengan cara manual atau
secara mekanik. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu standarisasi ukuran
dan bentuk serta perlengkapannya. Ukuran wadah dengan menggunakan
tenaga orang (manual) misalnya harus dirancang sedemikian rupa sehingga
mudah diangkat dan beratnya diperhitungkan mampu bagi seseorang untuk
mengangkatnya. Sedangkan wadah yang menggunakan tenaga mekanik,
ukuran dan berat penuhnya disesuaikan dengan spesifikasi kendaraan
angkutannya (load-haul atau compactor truck).
c. Pengumpulan
Cara pengumpulan dapat disesuaikan dengan kawasan yang akan dilayani oleh
sistem persampahan. Untuk kawasan pasar, kawasan komersil dan perumahan
sepanjang jalur jalan protokol, pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas
khusus dari Dinas Kebersihan. Sedangkan untuk kawasan perumahan yang
tidak dilewati truk pengangkut sampah, pengumpulan dilakukan oleh petugas
dari RW setempat ataupun oleh petugas Seksi Kebersihan setempat, dengan
LAPORAN AKHIR 63
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 64
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 65
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 66
Penyusunan RDTR, PZ dan KLHS Kecamatan Payung Sekaki
LAPORAN AKHIR 67