Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HADITS TARBAWI

“Peserta Didik Perspektif Hadis”


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
Yang dibimbing oleh Dosen Enik Nur Faizah, MM

Disusun oleh :
Nama : Rizal Ilhamsyah
Nim : 22020028

MANAJEMEN PENDIDIKA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH HIDAYATULLAH
BATAM
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahai wabarakatuh..

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah ‫ﷻ‬, atas rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungkan kita
Rasulullah Muhammad ‫ﷺ‬, sehingga penyusunan makalah yang berjudul
“Peserta Didik Dalam Perspektif Hadis” dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.

Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan
selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan yang tidak dapat disebutkan satu-satu, kami ucapkan terima
kasih.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Batam, 03 Oktober 2023


Penulis

Rizal Ilhamsyah

I
Daftar isi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................I
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................2
A. Latar Belakang.....................................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan Masalah.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Peserta Didik.....................................................................................3
B. Syarat-syarat Peserta didik...............................................................................10
C. Karakteristik Peserta Didik..................................................................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................15
Kesimpulan.................................................................................................................15
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik


adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Abudin nata mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan orang
yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia mengalami proses
tumbuh dan berkembangtahap demi tahap. Begitu pula kejadian alam semesta ini
diciptakan oleh Tuhan dala proses setingkat demi setingkat. Tidak ada satu
makhluk ciptaan Tuhan di atas dunia ini dapat mencapai kesempurnaan dan
kematangan hidup tanpa melalui proses.

Demikian pula pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan tidak hanya
berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Pendidikan tidak hanya
terbatas pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia, melainkan juga
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia untuk menjadi yang
sempurna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud peserta didik dalam hadits?
2. Bagaimana hadist tentang peserta didik ?
3. Apa pengertian dari peserta didik ?
4. Bagaimana sifat-sifat dan karakter dari peserta didik ?
5. Bagaimana kode etik dari peserta didik ?
6. Bagaimana syarat-syarat peserta didik ?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Untuk mengetahui dan mengerti hadist tentang peserta didik.
2. Untuk mengetahui dan mengerti tentang pengertian dari peserta didik.

2
3. Untuk mengetahui dan mengerti sifat-sifat serta karakter dari peserta didik.
4. Untuk mengetahui dan mengerti tentang kode etik dari peserta didik.
5. Untuk mengetahui dan mengerti tentang syarat-syarat peserta didik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah orang yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan, bisa
disebut sebagai murid, santri ataupun mahasiswa. Dilihat dari segi kedudukannya,
anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan
dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah optimal kemampuan fitrahnya.
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz
( jamaknya ) adalah Talamidz, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah
“orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga
dengan istilah Thalib, (jamaknya) adalah Thullab, yang artinya adalah “mencari”,
maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”. Ini sesuai dengan sabda
Rasulullah ‫ﷺ‬:“Siapa yang menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah
mencatat baginya dua bagian”. (HR. Thabrani)
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang
pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi
yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau
seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun
juga tidak mengenali potensi yang dimilikinya.
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Abudin nata mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan orang
yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan

3
Sehubungan dengan itu, samsul nizar[1]1 memberikan kriteria peserta didik
kepada lima kriteria:
1. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasatetapi memiliki dunia sendiri.
2. Peserta didik memiliki periodesasi perkembangan dan pertmbuhan.
3. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik
di sebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungandimana ia berada
4. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rihani, unsur jasmani
memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal, hati nurani dan
nafsu.
5. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

Sementara di pihak lain, Oemar Hmalik mengemukakan beberapa aspek yang


perlu diketahuiuntuk mengenal peserta didik.
a. Latar belakang masyarakat.
b. Latar belakang keluarga.
c. Tingkat inteligensi.
d. Hasil belajar.
e. Kesehatan badan.
f. Hubungan-hubungan antar pribadi.
g. Kebuthan-kebutuhan emosiional.
h. Sifat-sifat kepribadian.
i. Bermacam-macam minat belajar.2
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah setiap orang
yang meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik
adalah orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik
secara fisik maupun psikis. Dengan demikian ia tidak bisa disamakan dengan
orang dewasa yang berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri.
Rasulullah ‫ﷺ‬, sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan. Sehingga ditemukan hadits-hadits yang membicarakan tentang

1
Syamsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam,Pendekatan Historis,Teoritas dan Praktis (Jakarta,Ciputat
Press,2005),Cet.Ke-2 h 48-50
2
Omar Hamalik,Proses Belajar Mengajar,(Jakarta PT.bumi Aksara,2001)cet ke 1.h.101-105

4
mencari ilmu pengetahuan. Perhatian yang demikian tinggi, karena rasulullah juga
menyatakan dirinya sebagai pendidik. Rasulullah lebih mengutamakan majlis
orang yang belajar dari pada majlis ahli ibadah. Diantara hadits yang
membicarakan tentang peserta didik adalah sebagai berikut.
‫ عن عبد الرحمن بن ابي بكرة عن ابيه ق>>ال‬,‫ عن ابن سبرين‬,‫ حدثنا ابن عون‬,‫حدثنا بشر قال‬,‫حدثنا مسدد قال‬
( 3‫" (رواه يالبخار‬.‫ "من يرد هللا به خيرا يفقهه هللا وانما العلم بالتعلم‬,‫النبي‬
Artinya : menceritakan kepada kami musaddad, berkata menceritakan kepada
kami bysr, ia berkata, menceritakan kepada kami ibn ‘aub, dari ibn sirin, dari
abdurrahman ibn abu bakrah dari ayahnya. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “ barang siapa
dikehendaki baik dari Allah, maka ia dikaruniai kepahaman agama.
Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar.(HR. Bukhari)
,‫ ح>دثني اس>ماعيل بن ابى خال>د على غ>ير م>ا ح>دثناه نب>يزهري ق>ال‬,‫ حدثنا سفيان قال‬,‫حدثنا الحميد قال‬
‫" الحس>>د إال‬,‫ قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬,‫ سمعت عبد هللا بن مسعودقال‬,‫سمعت بن قيس بن ابي حازم قال‬
".‫ ورجل اتاه هللا الحكمة فهويقضى بها ويعلمه>>ا‬,‫الحق‬4‫ رجل اتاه هللا ما ال فسلط على هلكته في‬:‫في اثنتين‬
,‫(رواه البخاري)الحق‬

Artinya : menceritakan kepada kami humaid, ia berkata, menceritakan kepada


kami sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku isma’il ibn abu khalid atas
selain yang kami ceritakan olehnya al-zuhriy, ia berkata, “ aku mendengar ibn
qais ibn abu hazim, ia berkata, aku mendengar ‘abdullah ibn mas’ud berkata,
nabi ‫ ﷺ‬bersabda,” tidak boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-laki
yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu di kuasakan penggunaannya dalam
kebenaran, dan seorang laki-laki di beri hikmah oleh Allah dimana ia
memutuskan perkara dan mengajar dengannya.” (HR. Bukhari)

‫ ابى مرية قال حدثنا سعيد بن‬,‫اخبرنا نافع بن عمر‬,‫قال‬,‫حدثنى ابن ابي مليكة‬,
,‫اخبرنا نافع بن‬,‫عمر‬,‫قال‬,‫حدثنى ابن ابي مليكة‬,‫ان عائشة زوجة‬, ‫النبي صلى هللا‬
(5 ‫وسلم‬,‫ (رواه‬... ‫البخارىكانت التسمع شيئا إال راجعت فيه جتى تعرفه‬
Artinya : menceritakan kepada kami sa’id ibn abi maryam, ia berkata,
memberitakan kepada kami na’fi ibn umar, ia berkata, menceritakan kepadaku

3
Abi abdillah,Muhammad ibnnIsmail ibn Ibrahim ibn al-Mughirat ibn Bardzat al Bukhari al-Ju’fi,cip.h.30
4
Ibid, h.31
5
Ibid,h.3

5
ibn abu mulaikah, bahwasanya ‘Aisyah istri Nabi ‫ﷺ‬, tidak pernah mendengar
sesuatu yang tidak diketahuinya melainkan ia mengulangi lagi sehingga ia
mengetahuinya benar-benar (HR. Bukhari).
____‫حدثنا عبد هللا بن يوسف قال‬,‫قال حدثني‬,‫قال الليث حدثني‬,‫سعيد حدثني‬
‫ الى مكةانه قال لعمروبن سعيد ___ وهويبعث المبعوث‬,,‫ئذن لي ايها االمير‬,
‫ ووعاه‬,‫ سمعته اذناي‬,‫احدث قوال قام به النبي صلى هللا عليه وسلم الغدمن يوم الفتح‬
‫ وابص‬,‫قلبي‬
‫ " ان مكة حرمها هللا‬,‫ ثم قال‬,‫ حين تكلم به حمد هللا واثنى عليه‬,‫رته عيناي‬
‫ وال يعضد‬,‫ فال يحل ألمرىء يؤ من باهلل واليوم االخر ان يسفك دما‬,‫وال يحرمها للناس‬
,‫ فإن احد ترخص لقتال لرسوا هللا صلى هللا عليه وسلم فيها سلعة من نهار‬,‫بها شجرة‬
6
.)‫" (رزاه البخارى‬.‫ وليبلغ الشاهد الغائب‬,‫ثم عادت حرمتها اليوم كحرمتها باألمس‬

Artinya : menceritakan kepada kami ‘Abdullah ibn yusuf, ia berkata,


menceritakan kepadaku laits, ia berkata, menceritakan kepadaku sa’id dari abu
suraih, bahwanya ia berkata, kepada amr bin sa’id, ketika ia mengirim pasukan
ke makkah, “izinkanlah saya wahai amir untuk menyampaikan kepadamu suatu
pekerjaan yang di sabdakan nabi ‫ﷺ‬. Pada pagi hari pembebasan (mekah).
Sabda beliau itu terdengar oleh kedua telinga saya, dan hati saya
memeliharanya, serta dua mata saya melihat ketika beliau menyabdakannya.
Beliau memuja Allah dan menyanjungNya, kemudian beliau bersabda,
“sesungguhnya makkah itu di mulyakan oleh Allah ta’ala dan manusia tidak
memulyakannya, maka tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah
dan hari akhir menumpahkan darah di makkah, dan tidak halal menebang
pepohonan di sana. Jika seseornag memandang ada kemurahan (untuk
berperang) berdasarkan peperangan rasulullah ‫ﷺ‬. Disana, maka katakanlah
[kepadanya], sesungguhnya Allah telah mengizinkan bagi rasulNya, tetapi tidak
mengizinkan bagimu, dan Allah hanya mengizinkan bagikusesaat di suatu siang
hari, kemudian kembali kemuliaannya (diharamkannya) pada hari itu seperti
haramnya kemarin.” Orang yang hadir hendaklah menyampaikannya kepada
yang tidak hadir (ghaib). (HR. Bukhari) Menceritakan kepada kami ali ibn
abdullah, ia berkata, menceritakan kepada kami sufyan, ia berkata, menceritakan

6
Abi’Abdilah Muhammad ibn Ismail ibn al Mughirat Ibn Bardazat al Bukhari al Ju’fi,op.cit.h.38

6
kepadaku umar, ia berkata, memberitakan kepadaku wahabibn munabbih, ia
berkata, aku mendengar abu hurairat berkata, “ tiada seorangpun dari sahabat
nabi ‫ ﷺ‬yang lebih banyak meriwayatkan hadits yang diterima dari beliau ‫ﷺ‬
dari pada saya, melainkan apa yang didapat dari abdullah bin amr, sebab ia
mencatat hadits sedang saya tidak mencatatnya,” (HR. Bukhari)7
Menceritakan kepada kami abu nu’aim fadhlu ibn dukain, ia berkata,
menceritakan kepada kami syaiban dari yahya, dari abi salamat, dari abu
hurairat:.... seorang laki-laki datang dari yaman, dan berkata, “tuliskan untukku ya
rasulullah! Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “tuliskanlah untuk ayah si fulan.” (HR.
Bukhari).8
Menceritakan kepada kami musaddad, ia berkata, menceritakan kepada kami
bisyr, ia berkata, menceritakan kepada kami ibn ‘Aub, dari Ibn sirin, dari
abdurrahman ibn abu bakrah dari ayahnya... rasulullah bersabda, “ siapa yang
berusaha mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga.”
(HR. Bukhari)9
Menceritakan kepada kami ahmad ibn abu bakar al-shiddiq abu masg’aub, ia
berkata, menceritakan kepada kami muhammad ibn ibrahim ibn dinar, dari ibn
abi dzi’bu, dari sa’id al-maqburiy, dari abu hurairat, ia berkata, aku berkata
kepada rasulullah ‫ﷺ‬, “ wahai rasulullah, sesungguhnya aku banyak mendengar
hadits dari engkau, lalu aku lupa?” rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “ hilangkan perkara
yang burukmu,” lalu aku menghilangkannya.... lalu rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “
hapalkanlah,” lalu aku menhapalkannya,” setelah itu aku tidak melupakan suatu
hadits pun setelah itu,” (HR. Bukhari).10
Menceritakan kepada kami isma’il, ia berkata, menceritakan kepadaku
saudaraku, dari ibn abi dazi’bu, dari sa’id al-maqburiy, dari abu hurairat, ia
berkata, “saya hafal dari nabi dua tempat. Adapun salah satu dari keduanya,
maka saya siarkan (hadits itu). Seandainya yang lain saya siarkan, niscaya
terputuslah tenggoro’an ini”. (HR. Bukhari)11

7
Abi’Abdilah Muhammad ibn Ismail ibn al Mughirat Ibn Bardazat al Bukhari al Ju’fi,op.cit.h.39
8
Ibid,h.38
9
Abi’Abdilah Muhammad ibn Ismail ibn al Mughirat Ibn Bardazat al Bukhari al Ju’fi,op.cit.h.30
10
[Ibid,h.40
11
[Abi’Abdilah Muhammad ibn Ismail ibn al Mughirat Ibn Bardazat al Bukhari al Ju’fi,op.cit.h.42

7
Berkata mujahid, “pemalu dan sombong tidak akan dapat mempelajari
pengetahuan agama.”aisyat berkata, “sebaik-baik kaum wanita adalah kaum
wanita anshar, mereka tidak di halang-halangi rasa malu untuk mempelajari
pengetahuan yang mendalam tentang agama. (HR. Bukhari).12

Menceritakan kepada kami hajjaj, berkata, menceritakan kepada kami syu’bat


berkata, menceritakan kepadaku ‘Ali ibn mudrik, dari abi zur’ah, dari jarir bin
abdullah, mengatakan bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda kepadanyapada waktu
mengerjakan haji wada’, “diamkanlah manusia!” lalu beliau bersabda, “sesudahku
nanti janganlah kamu menjadi kafir, dimana sebagian kamu memotong leher
sebagian yang lain.” (HR. Bukhari).13

Dari uraian hadits diatas, untuk mewujudkan peserta didik yang berkualitas
berdasarkan tinjauan hadits dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Rasulullah ‫ ﷺ‬menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan
belajar. Artinya, seseorang tidak bisa hanya bercita-cita, akan tetapi harus di
iringi dengan ikhtiar. Orang-orang yang berikhtiar untuk belajar, kelak akan
dikaruniai kepahaman agama yang pada akhirnya akan menghantarnya
menuju kemuliaan dan kebaikan.
b. Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki ilmu
pengetahuan yang luas, sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut ilmu
pengetahuan, sehingga dengan semangat menuntut ilmu itu, diharapkan akan
menyebar ilmu pengetahuan di muka bumi.
c. Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya,
sehingga betul-betul menguasai materi yang telah disampaikan oleh
pendidik. Hal ini bertujuan agar ia dapat menggunakan ilmu tersebut
kapanpun dibutuhkan, sesuai dengan kondisi yang ada.
d. Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk
menyampaikan ilmu kepada orang-orang yang tidak hadir. Hendaknya
dengan hati-hati yang tulus mengajarkan ilmu tersebut kepada orang yang
tidak sempat hadir.
12
bid,h,42
13
bid,h,40

8
e. Peserta didik hendaknya menuliskan, ilmu yang disampaikan oleh pendidik,
sehingga terjaga. Sekiranya terlupakan masih bisa dilihat catatannya dan
mengulangi kembali pelajaran yang telah diberikan pendidik meskipun
dalam jangka waktu yang lama.
f. Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia
berada dalam ridho Allah ‫ﷻ‬, dan mempermudah baginya jalan menuju
syurga.
g. Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya
untuk disebarkan dan diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi
dirinya dan bagi orang lain.
h. Peserta didik tidak boleh malu belajar, karena orang yang malu dan
sombong tidak akan dapat mempelajari ilmu agama. Sebaik-baik pelajar
adalah yang tidak malu bertanya, apabila sesuatu yang belum dipahaminya
selama tidak melanggar etika peserta didik.
i. Peserta didik hendaknya diam dan tenang, tidak ribut pada saat belajar,
karena dapat mengurangi ketenangan belajar dan mengganggu konsentrasi
guru pada saat mengajar.
Berkaitan dengan sifat-sifat peserta didik, al-ghazali merumuskan adab peserta
didik dalam menuntut ilmu sebagai berikut:
1. Mengawali langkah dengan menyucikan hati dari prilaku yang buruk dan
sifat-sifat tercela.
2. Mengurangi dari segala keterkaitan dengan kesibukan-kesibukan duniawi
dan menjauhkan dari keluarga dan kota tempat tinggal.
3. Hendaknya ia tidak bersikap angkuh terhadap ilmu dan tidak pula
menonjolkan kekuasaan terhadap guru yang mengajarinya, tetapi
menyerahkan bulat-bulat kendali dirinya kepadanya dan mematuhi segala
nasihatnya.
4. Bagi seorang pemula dalam upaya menuntut ilmu, ialah tidak memalingkan
perhatiannya sendiri untuk mendengar pendapat-pendapat manusia yang
bersimpang siur, baik ilmu yang sedang ia pelajari termasuk ilmu-ilmu
dunia atau ilmu-ilmu umum.

9
5. Menunjukkan perhatiannya yang sungguh-sungguh kepada tiap-tiap
disiplin ilmu yang terpuji, agar dapat mengetahui tujuan masing-masing.
6. Hendaknya ia tidak melibatkan diri didalam berbagai macam ilmu
pengetahuan secara bersamaam, melainkan melakukan dengan menjaga
urutan posisinya, yakni melalui ilmu yang paling penting.
7. Hendaknya ia tidak melibatkan diri dalam suatu bagian ilmu sebelum
menguasai bagian yang sebelumnya. Sebab, semua ilmu berurutan secara
teratur.
8. Hendaknya ia berusaha mengetahui apa kiranya yang menjadi sesuatu
menjadi semulia-mulia ilmu.
Hal ini dapat diketahui dengan memperhatikan dua hal;
 Kemuliaan buah dari ilmu tersebut.
 Kemantapan dan kekuatan dalil yang menopangnya.
9. Hendaknya penuntut ilmu menjadikan tujuannya yang segera, demi
menghiasi batinnya dengan segala aspek kebijakan. Sedangkan tujuan
selanjutnya, demi mendekatkan diri kepada Allah

B. Syarat-syarat Peserta didik


1. Peserta Didik harus Ikhlas
Ikhlas menurut bahasa adalah jujur dan tulus. Kata ikhlas berasal dari
masdar akhlasa, yukhlisu, ikhlasan yang berarti murni dan tampa campuran.
Dari defenisi tersebut maka ikhlas dapa di artikan dengan pemurnian niat yang
di kotori oleh ambisi pribadi dan sifat ingin dipuji orang lain kepada niat
semata-mata untuk mengharap ridho Allah ‫ ﷻ‬dalam melakukan
perbuatan.
Ikhlas merupakan syarat yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik,
karena dengan ikhlas peserta didik akan lebih mudah menerima dan
memahami pelajaran yang di berikan oleh pendidik. Sebaliknya jika peserta
didik tidak memiliki keikhlasan maka ilmu yang akan merasa sulit dipahami
bahkan Rasulullah mengatakan tidak akan mencium bau sorga, sebagaimana
sabdanya yang berbunyi:

10
Dari Mu'az ibn Jabal, Rasulullah ‫ﷺ‬. bersabda: Siapa yang menuntut ilmu
karena ingin merasa bangga sebagai ulama, menipu orang bodoh di majlis
tidak akan mencium aroma sorga
Dari malik, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬. bersabda: Siapa
yang menuntut ilmu karena ingin bangga sebagai alim atau menipu orang-
orang bodoh atau menarik perhatian orang, Allah akan memasukkannya ke
dalam neraka.
Dari dua hadis di atas dapat pemakalah pahami bahwa, begitu pentingnya
keikhlasan yang harus dimiliki oleh peserta didik. Sehingga pada hadis
pertama menyebutkan peserta didik yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu
tidak akan mencium aroma sorga, dan pada hadis kedua dia akan di masukkan
kedalam api neraka.
2. Menghormati Guru
Guru merupakan orang tua kedua setelah yang melahirkan kita, karena
dialah yang mendidik kita dengan penuh kesabaran sehingga kita menjadi
orang yang berilmu. Maka sebagai peserta didik haruslah menghargai dan
menghormati pendidiknya. Keharusan menghormati pendidik tersebut
tergambar dalam hadis Rasulullah, yaitu:
Ubadah ibn Shamit meriwayatkan bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬. bersabda:
Tidaklah termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang-orang
dewasa, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengenal hak-hak orang alim
(guru).
Dalam hadis di atas jelaslah bahwa peserta didik harus menghormati
pendidiknya, sehingga Rasulullah mengatakan bahwa peserta didik yang tidak
menghargai dan menghormati pendidiknya bukanlah umatnya.

C. Karakteristik Peserta Didik


1. Memiliki potensi

Semua manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama
mengatakan bahwa fitrah tersebut adalah potensi beragama. Sebagaimana hadis
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang berbunyi:

11
Abi Hurairah ‫ رض>ي هللا عن>ه‬meriwayatkan bahwa Nabi ‫ﷺ‬. bersabda “Setiap
anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua
orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi
bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan
padanya?

Dari hadis di atas ada dua hal yang dapat di pahami yaitu

 pertama: setiap mannusia yang lahir memiliki potensi, baik potensi


beragama potensi menjadi orang baik, potensi menjadi orang jahat dan
potensi yang lainya.
 Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang
tua karena merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam
menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani dan majusi.

Konsep hadis tersebut sesuai dengan teori konvergensi pada perkembangan


peserta didik, yang berpendapat bahwa setiap anak yang lahir, dalam
perkembangannya di pengaruhi oleh keturunan dan lingkungan. Yaitu setiap anak
yang lahir akan di pengaruhi oleh keturunannya, contoh anak yang terlahir dari
keluarga yang baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta di
pengaruhi oleh ingkungannya. Hanya saja dalam konsep hadis di atas secara
umum manusia lahir memiliki potensi yang sama.

2. Memiliki Kemuliaan (Martabat)

Sehubungan dengan ini ditemukan hadis antara lain: Dari Anas, saya
mendengarkan Rasulullah ‫ﷺ‬. bersabda: muliakanlah anak-anakmu dan
baguskanlah pendidikannya.

Hadis tersebut memang perintah kepada orangtua untuk memuliakan dan


mendidik anaknya dengan bagus, akan tetapi dapat juga kita pahami dari hadis
tersebut tertuju kepada peserta didik, dimana seorang peserta didik harus memiliki
kemulian atau martabat.

Adapun diantara membaguskan pendidikan anak pada hadis diatas menurut hemat
pemakalah yaitu: memberikan pemahaman-pemahaman kepada anak, memberikan

12
teladan, memilihkan lembaga pendidikan yang baik bagi perkembangan
anaknnya serta memilihkan teman sebaya yang tidak akan menjerumuskan
anaknya kepada jalan yang tidak baik.

3. Memiliki Kesamaan Derajat

Adapun kesamaan derajat yang di maksud di sini adalah tidak adanya


perbedaan antara jenis kelamin, perbedaan suku, warna kulit dll dalam menuntut
ilmu. Setiap manusia sama hanya saja perbedaannya pada tingkat ketakwaannya.
Sebagaimana hadis Rasulullah ‫ﷺ‬, yaitu:

Jabir ibn Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬. berkhutbah di depan


kami pada pertengahan hari tasyri', beliau bersabda: Wahai manusia! Ketahuilah
sesungguhynya Tuhanmu Esa, nenek moyangmu satu. Ketehauilah bahwa tidak
ada kelebihan bagi orang Arab dari orang non Arab, tidak pula ada kelebihan
orang non Arab dari orang Arab, tidk ada kelebihan orang yang berkulit merah
dari yang berkulit hitam dan tidak pula sebaliknya, kecuali karena takwanya.
Bukankah telah saya sampaikan?

4. Memiliki Perbedaan Kecerdasan

Diriwayatkan dari Abu Musa ‫ رضي هللا عنه‬bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah


berkata: “Sesungguhnya perumpamaan hidayah (petunjuk) dan ilmu Allah ‫ﷻ‬
yang menjadikan aku sebagai utusan itu seperti hujan yang turun ke Bumi. Di
antara Bumi itu terdapat sebidang tanah subur yang menyerap air dan sebidang
tanah itu rumput hijau tumbuh subur. Ada juga sebidang tanah yang tidak
menumbuhkan apa-apa, walaupun tanah itu penuh dengan air.

Padahal, AlIah ‫ ﷻ‬menurunkan air itu agar manusia dapat meminumnya,


menghilangkan rasa haus, dan menanam. Ada juga sekelompok orang yang
mempunyai tanah gersang yang tidak ada air dan tidak tumbuh apa pun di tanah
itu. Gambaran tersebut seperti orang yang mempunjai ilmu agama Allah ‫ﷻ‬
dan mau memanfaatkan sesuatu yang telah menyebabkan aku diutus oleh Allab
‫ ﷻ‬kemudian orang itu mempelajari dan mengerjakannya.Dan seperti orang
yang sedikitpun tidak tertarik dengan apa yang telah menjebabkan aku diutus oleh

13
Allah ‫ﷻ‬. Ia tidak mendapat petunjuik dari Allah ‫ ﷻ‬yang karenanya aku
menjadi utusan-Nya.

Hadis ini memggambarkan perbedaan antara manusia dalam kemampuan


belajar, memahami dan mengingatnya. Menurut Muhammad Utsman Najati,
ketiga kemampuan ini tergolong dalam pengertian intelektualitas. berdasrkan
hadis ini maka dapat di pahami bahwa intelektualitas manusia dapat di
kualifikasikan dalam tiga golongan, yaitu: Seperti tanah subur, Yang berarti orang
dalam golongan ini mampu belajar, menghafal, da mengajarkan ilmu yang ia
miliki kepada orang lain.

Seperti tanah gersang, yang berarti orang dalam golongan ini mampu
menjaga dan mengajarkannya kepada orang lain, tetapi ilmu yang dia miliki tidak
bermamfaat pada dirinya sendiri. Seperti tanah tandus, orang dalam golongan ini
tidak tertarik , apalagi menghafal dan mengajarkan kepada orang lain.

Dengan demikian sebagai seorang pendidik memang harus bisa memahami


perbedaan kecerdasaan peserta didik, sehingga pendidik dapat memilih metode,
pendekatan dan media yang tepat sehingga semua peserta didik dapat mencerna
materi pelajaran dengan baik. hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan
mengaplikasikan metode pembelajaran yang bervariasi dan media yanng
beragam.

5. Memiliki Perbedaan Emosional

Dari Abi Sa'id al-Khudriy, ia berkata, Rasulullah ‫ﷺ‬. bersabda: Ingatlah,


di antara anak Nabi Adam itu ada yang lambat marah dan cepat terkendali. Ada
pula yang cepat marah dan cepat pula terkendali. Ingatlah, di antara anak Nabi
Adam Alayhissalam itu ada yang cepat marah dan lambat terkendali. Ingatlah,
sebaik-baik mereka ialah yang lambat marahnya dan cepat terkendalinya.
Ingatlah, seburuk-buruk anak Nabi Adam ialah yang cepat marahnya dan lambat
terkendalinya.

Berdasarkan hadis di atas, Muhammad Utsman Najasi mengelompokkan


tingkat emosi kemarahan manusia kedalam tiga tingkatan. Pertama, orang yang
emosi kemarahannya lambat, jarang mengepresikan kemarahannya, kalaupun ia

14
marah ia akan cepat mengendalikan emosinya kemarahannya. Orang semacam ini
dikategorikan sebagai manusia yang sangat mulia. Kedua,orang yang emosi
kemarahannya terlalu cepat tetapi ia juga cepat mengendalikannya. Ketiga, orang
yang emosi kemarahannya terlalu cepat muncul, dia sulit mengendalikannya
kecuali dalam waktu yang lama. Orang semacam inilah dikategorikan sebagai
manusia yang paling buruk.

Perbedaan pada peserta didik perlu dipahami oleh seorang pendidik agar
jangan terlalu gegabah dalam merespon aksi peserta didiknya. Pendidik tidak
boleh mengatasi gejolak emosi peserta didik dengan luapan emosi pula. Ia harus
dapat memperlihatkan kesabaran, ketulusan dan kasih sayangnya tampa
menyimpan rasa dendam. Hal ini agar peserta didik bisa menghargai dan
menghormati pendidiknya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk
belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada
dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun
psikis. Dengan demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang
berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri
Dari uraian hadits diatas, untuk mewujudkan peserta didikyang
berkualitas berdasarkan tinjauan hadits dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Rasulullah ‫ ﷺ‬menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh
dengan belajar.
2. Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki
ilmu pengetahuan yang luas, sebagai cambuk untuk rakus dalam
menuntut ilmu pengetahuan.
3. Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi
pelajarannya, sehingga betul-betul menguasai materi yang telah
disampaikan oleh pendidik.

15
4. Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk
menyampaikan ilmu kepada orang-orang yang tidak hadir.
5. Peserta didik hendaknya menuliskan, ilmu yang disampaikan oleh
pendidik, sehingga terjaga.
6. Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu
tersebut, ia berada dalam ridho Allah ‫ﷻ‬, dan mempermudah
baginya jalan menuju syurga.
7. Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang
diperolehnya untuk disebarkan dan diajarkan kepada orang lain agar
bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
8. Peserta didik tidak boleh malu belajar, karena orang yang malu dan
sombong tidak akan dapat mempelajari ilmu agama.
9. Peserta didik hendaknya diam dan tenang, tidak ribut pada saat
belajar.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Badawi, A. Zaki, Mu’jam Musthalahat al-‘Ulum al-Ijtima’iyat, Beirut: Maktabah Libnan,


1982.

Baihaqi, H., Mendidik Anak Dalam Kandungan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Asqalâni, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fâdhil. Fâthul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri.
Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379

H. Bukhâri, Abu Abdullah bin Muhammad Ismâil. Al-Jâmi’ al-Shahĩh al-Mukhtasar, Juz
1. Beirut: Dâr Ibnu Kaşir al-Yamâmah, 198.

Grendler, Bell E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir. Jakarta:


Rajawali, 1991.

Hamd, Ibrahim, Muhammad. Maal Muallimîn, terj. Ahmad Syaikhu. Jakarta: Dârul Haq,
2002.

16
Lathîb, Muhammad Syamsy al-Hâq al-’Azhîm ‘Abadi. ‘Aunu al-Ma’būd Syarh Sunan
Abi Dâud. Beirut: Dâr al-Kutub al-’Ilmiyah, cet 1, 1401 H.

Lembar Diskusi

Kelompok Pertanyaan

1.

2.

17
3.

4.

5.

6.

18

Anda mungkin juga menyukai