Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RESPON NASABAH BPRS TERHADAP ASURANSI SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Dosen Pengampu :

Dr. Muhammad Zen, MA

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Silfina 11210530000007
Evi 11210530000019
Faturrahman Faisal 11210530000045
Firza Tesar Firdaus 11210530000122
Kelas MD 5-A

KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2023

I
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya, tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita tercinta, yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Tidak lupa kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun rohani, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas terstruktur dari mata kuliah Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah yang berjudul “Respon Nasabah Terhadap Asuransi
Syariah”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, apabila di dalam makalah
ini masih terdapat kesalahan dan kekurangannya, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang positif dan membangun dari
pembaca agar dalam pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang
akan datang. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terimakasih.

Jakarta, 21 September 2023

Kelompok 9

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... II

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ III

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 2

C. Tujuan Masalah.................................................................................................................. 2

BAB II........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. Pengertian BPRS dan Asuransi Syariah ............................................................................ 3

B. Landasan Hukum dalam BPRS dan Asuransi Syariah ...................................................... 4

C. Produk BPRS dan Asuransi Syariah .................................................................................. 5

D. Pandangan Nasabah BPRS terhadap Asuransi Syariah ..................................................... 8

BAB III .................................................................................................................................... 10

PENUTUP................................................................................................................................ 10

A. Kesimpulan...................................................................................................................... 10

B. Saran ................................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 11

III
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BPRS adalah singkatan dari "Bank Pembiayaan Rakyat Syariah." Ini adalah jenis bank
yang beroperasi di Indonesia dan mengikuti prinsip-prinsip perbankan syariah atau Islamic
banking. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah lembaga keuangan yang umumnya
berfokus pada pelayanan keuangan untuk masyarakat setempat, terutama untuk usaha kecil dan
menengah serta masyarakat dengan akses terbatas ke lembaga keuangan formal. Sedangkan
asuransi syariah adalah bentuk asuransi yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Islam. Prinsip utama dalam asuransi syariah adalah menghindari unsur-unsur riba (riba) dan
gharar (ketidakpastian) dalam transaksi asuransi, serta memastikan bahwa semua transaksi dan
investasi yang terlibat sesuai dengan nilai-nilai etika dan hukum Islam. Dalam asuransi syariah,
risiko dan manfaat dibagikan bersama antara pemegang polis (nasabah) dan perusahaan
asuransi (takaful operator) sesuai dengan prinsip kerjasama dan saling tolong-menolong.

Seiring berjalannya waktu BPRS semakin berkembang. Dalam hal ini tingkat
pendidikan nasabah dapat mempengaruhi pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip syariah
dan konsep asuransi syariah. Nasabah yang lebih terdidik mungkin memiliki pemahaman yang
lebih baik tentang asuransi syariah dan lebih mungkin menerima produk tersebut. BPRS fokus
pada pelayanan keuangan untuk masyarakat setempat. Mereka sering memberikan kredit kecil
kepada pengusaha kecil, petani, dan pelaku usaha mikro, serta menyediakan produk tabungan
dan layanan perbankan lainnya.

BPRS juga sering memiliki pemahaman yang baik tentang kebutuhan dan karakteristik
ekonomi lokal di daerah tempat mereka beroperasi. Mereka dapat memberikan solusi keuangan
yang lebih sesuai dengan kondisi setempat. BPRS biasanya merupakan lembaga keuangan
dengan skala yang lebih kecil dibandingkan dengan bank konvensional. Mereka melayani
segmen pasar yang sering diabaikan oleh bank besar. BPRS dapat berkontribusi pada
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan memberikan akses keuangan kepada usaha-
usaha kecil dan mikro, yang merupakan tulang punggung banyak ekonomi lokal.

Penting untuk dicatat bahwa konsep BPRS mungkin memiliki variasi dalam praktiknya
di berbagai negara. Di Indonesia, BPRS diatur oleh Badan Pengawas Perbankan dan Lembaga
Keuangan (Otoritas Jasa Keuangan) dan harus mematuhi regulasi dan prinsip-prinsip syariah

1
yang berlaku. Tujuan utama BPRS adalah untuk mempromosikan keuangan inklusif dan
memberikan akses kepada masyarakat yang mungkin sulit dijangkau oleh bank konvensional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BPRS dan asuransi syariah ?
2. Apa saja landasan hukum BPRS dan asuransi syariah ?
3. Produk apa saja yang terdapat dalam BPRS dan asuransi syariah ?
4. Bagaimana pandangan nasabah BPRS terhadap asuransi syariah ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari BPRS dan asuransi syariah.
2. Untuk mengetahui landasan hukum yang ada dalam BPRS dan asuransi syariah.
3. Untuk mengetahui prinsip yang ada dalam BPRS dan asuransi syariah.
4. Untuk mengetahui respon nasabah BPRS terhadap asuransi syariah.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian BPRS dan Asuransi Syariah
1. Pengertian BPRS

Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prisnsip Syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Bentuk hukumnya dapat berupa : Perseroan Terbatas/PT, Koperasi atau
Perusahaan Daerah (Pasal 2 PBI No. 6/17/PBI/2004). Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
menyebutkan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) yaitu Bank Syari’ah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.1

BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) adalah lembaga keuangan yang beroperasi di
Indonesia dan mengkhususkan diri dalam layanan perbankan syariah atau berdasarkan prinsip-
prinsip syariah Islam. BPRS mirip dengan bank konvensional dalam hal menyediakan berbagai
produk dan layanan perbankan seperti tabungan, pembiayaan, investasi, dan transfer dana,
tetapi mereka beroperasi sesuai dengan hukum syariah Islam.

2. Pengertian Asuransi Syariah

Definisi asuransi menurut kitab undang-undang Hukum Dagang pasal 246 adalah suatu
perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seseorang
tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi
karena suatu peristiwa tak tertentu.2

Asuransi sebagai suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak
yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang
mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas
adanya.3

Menurut Musthafa Ahmad Zarqa makna asuransi adalah cara atau metode untuk
memelihara manusia dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan

1
Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi), (Yogyakarta : BPFE Yogayakrta, 2009), hlm. 41.
2
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, (Bandung : Citra Umbara, 2018), hlm. 92.
3
Al Arif Rianto Nurm, Pengantar Ekonomi Syariah, (Bandung : Pustaka Setia, 2015), hlm. .371.

3
terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktifitas ekonominya.
Menurut Husain Hamid Hisan suransi adalah sikap ta’awun yang telah diatur dengan sistem
yang sangat rapi, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu
peristiwa, jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling tolong
menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian yang diberikan oleh
masing-masing peserta. Dengan pemberian tersebut mereka dapat menutupi kerugian-kerugian
yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah.4

Jadi dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa asuransi
syariah adalah sistem asuransi yang dimana ada satu ikatan perjanjian antara pihak yang
menerima janji dan pihak yang menjanjikan berupa sejumlah uang atau barang serta biaya
lainnya untuk digunakan pada suatu saat diperlukan sesuai dengan berdasarkan prinsip-prinsip
hukum Islam (Syariah). Yang mana prinsip utama dari asuransi syariah adalah untuk
memastikan keadilan dan ketidakberpihakan dalam transaksi asuransi, sejalan dengan nilai-
nilai dan ajaran Islam.

B. Landasan Hukum dalam BPRS dan Asuransi Syariah


Landasan hukum dalam Badan Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Asuransi
Syariah di Indonesia adalah sebagai berikut:

Landasan Hukum BPRS:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan


Syariah: Undang-undang ini menjadi landasan hukum utama untuk operasional
perbankan syariah di Indonesia, termasuk BPRS. Ini mengatur prinsip-prinsip dasar dan
regulasi terkait dengan BPRS.
2. Peraturan Bank Indonesia (PBI): Bank Indonesia, sebagai otoritas moneter dan
perbankan di Indonesia, mengeluarkan serangkaian peraturan yang mengatur
operasional BPRS. Ini termasuk PBI tentang Perbankan Syariah dan peraturan-
peraturan lainnya yang berkaitan.

4
Sula, Muhamad Syakir, Asuransi syariah life and General, (Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 30.

4
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK): OJK mengeluarkan peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan pengawasan dan regulasi perbankan syariah, termasuk BPRS. BPRS
wajib mematuhi peraturan-peraturan OJK.5

Landasan Hukum Asuransi Syariah:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian:


Undang-undang ini menjadi dasar hukum utama untuk industri asuransi, termasuk
asuransi syariah. Ini mengatur prinsip-prinsip dasar asuransi syariah dan peraturan
terkait.
2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK): OJK mengeluarkan berbagai peraturan terkait
dengan asuransi syariah, termasuk peraturan mengenai persyaratan modal minimum,
tata kelola, dan perlindungan konsumen.
3. Peraturan Menteri Keuangan: Kementerian Keuangan juga memiliki peraturan yang
berkaitan dengan asuransi syariah.
4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI): Asuransi syariah harus sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam. Oleh karena itu, fatwa dari MUI seringkali dijadikan pedoman
oleh perusahaan asuransi syariah dalam mengembangkan produk dan operasionalnya.

Penting untuk dicatat bahwa landasan hukum di bidang perbankan syariah dan asuransi
syariah dapat berubah dari waktu ke waktu, sehingga perusahaan BPRS dan asuransi syariah
di Indonesia harus selalu mengikuti perkembangan terbaru dalam peraturan dan ketentuan yang
berlaku. Selain itu, mereka juga harus mematuhi prinsip-prinsip syariah dalam semua aspek
operasional mereka sesuai dengan panduan dari MUI dan otoritas yang berwenang.

C. Produk BPRS dan Asuransi Syariah


1. Produk BPRS

Secara garis besar Produk Penghimpunan Dana BPR syariah adalah sebagai berikut :6

a) Simpanan Amanah

5
Hendro SP., Tri, Conny Tjandra Raharja., Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di Indonesia,
(Yogyakarta : UPP STIM YKPN, (2014)), hlm. 235.
6
Karnaen Pepwataatmadja, Bank Islam, Dana Bhakti Wakaf, (Yogyakarta : 1992), hlm. 104.

5
Bank menerima titipan amanah (trustee account) berupa dana infaq, Shadaqah, dan
zakat, karena bank dapat menjadi perpanjangan tangan baitul maal dalam menyimpan dan
menyalurkan dana umat agar dapat bermanfaat secara optimal.

b) Tabungan Wadiah

Bank menerima tabungan (saving account), baik pribadi maupun badan usaha dalam
bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan dana ini Wadi’ah: yaitu titipan-titipan yang tidak
menanggung resiko kerugian, serta bank akan memberikan kadar profit kepada penabung
sejumlah tertentu dari bagi hasil yang didapat bank dalam pembiayaan kredit pada nasabah,
yang diperhitungan secara harian dan dibayar setiap bulan.

c) Deposito Wadi’ah atau Deposito Mudharabah

Bank menerima deposito berjangka (time and investment account) baik pribadi maupun
badan / lembaga. Akad penerimaan deposito adalah Wadi’ah, atau mudharabah dimana Bank
menerima dana masyarakat berjangka 1, 3, 6,12 bulan dan seterusnya, sebagai penyertaan
sementara pada bank.

Sedangkan Produk Pembiayaan Dana adalah sebagai berikut :

a) Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah adalah suatu perjanjian pembiayaan antar bank dengan


pengusaha, dimana baik pihak bank maupun pihak pengusaha secara bersama menbiayai suatu
usaha atau proyek yang dikelola secara bersama pula, atas dasar bagi hasil sesuai dengan
penyertaan.7

b) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usahaantara antara dua belah pihak,
yang mana pihak pertama (shahibul maal) yang menyediakan seluruh modalnya dan pihak yang
lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha dari pembiayaan tersebut dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

7
Karnaen Pepwataatmadja, hlm. 106.

6
c) Pembiayaan Bai Bithaman Ajil

Pembiayaan Bai Bithaman Ajil adalah suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati
antara bank dengan nasabahnya, dimana bank menyediakan dana untuk pembelian barang/asets
yang dibutuhkan nasabah untuk mendukung suatu usaha.

d) Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah adalah suatu perjanjian yang disepakati antara bank dengan
nasabah, dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja
lainya yang dibutuhkan nasabah.

e) Pembiayaan Qardhul Hasan

Pembiayaan qardhul hasan adalah perjanjian pembiayaan antara bank dengan nasabah
yang dianggap layak menerima yang diprioritaskan bagi pengusaha kecil pemula yang
potensial akan tetapi tidak mempunyai modal apapun selain kemampuan berusaha.

2. Produk Asuransi Syariah

Saat ini sudah sangat beragam produk dari asuransi syariah, berikut ini produk asuransi
syariah yang beredar pada umumnya :8

a. Asuransi jiwa. Dimana perusahaan asuransi akan memberikan manfaat berupa uang
pertanggungan kepada ahli waris apabila peserta asuransi meninggal dunia.
b. Asuransi pendidikan syariah. Dengan asuransi ini dana pendidikan akan telah
disepakati akan diberikan kepada penerima hibah (Anak) sesuai dengan jenjang
pendidikan. Ahli waris juga tetap akan mendapatkan manfaat dana pendidikan apabila
peserta asuransi meninggal dunia.
c. Asuransi kesehatan syariah. Asuransi yang akan memberikan santunan atau
penggantian jika peserta asuransi sakit, atau kecelakaan.
d. Asuransi dengan investasi (unit link) syariah. Produk yang memberikan manfaat
asuransi dan manfaat hasil investasi. Sebagian premi yang dibayar dalam investasi ini
dialokasikan untuk dana tabarru’ dan sebagian dialokasikan sebagai investasi peserta.
e. Asuransi kerugian syariah. Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung
atas kerugian harta benda yang dipertanggungjawabkan.

8
Asuransi Syariah, https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20564, diakses pada tanggal
21 September 2023.

7
f. Asuransi syariah berkelompok. Asuransi ini dirancang khusus untuk peserta kumpulan
seperti perusahaan, organisasi, maupun komunitas. Dengan jumlah peserta yang lebih
banyak asuransi ini lebih murah bila dibandingakan dengan asuransi syariah individu.
g. Asuransi haji dan umroh. Asuransi ini memberikan perlindungan finansial bagi jama’ah
haji/umroh atas musibah yang terjadi selama menjalankan ibadah haji/umroh. Khusus
asuransi haji telah diatur melalui fatwa MUI nomor 39/DSN-MUI/X/2002 tentang
asuransi haji agar para jamaah mendapatkan ketenangan selama menjalankan ibadah
haji.
D. Pandangan Nasabah BPRS terhadap Asuransi Syariah
Pandangan nasabah BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) terhadap asuransi
syariah dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk pemahaman mereka tentang
konsep asuransi syariah, kebutuhan perlindungan, dan pengalaman dengan produk-produk
asuransi syariah yang mereka miliki. Berikut adalah beberapa respon yang mungkin dialami
nasabah BPRS terhadap asuransi syariah :

1. Adanya Penerimaan Positif. Beberapa nasabah BPRS mungkin memiliki pemahaman


yang baik tentang prinsip-prinsip syariah yang mendasari asuransi syariah, seperti
prinsip keadilan, kerjasama, dan ketiadaan unsur riba (riba). Mereka mungkin merasa
nyaman dengan produk asuransi syariah dan merasa bahwa ini adalah cara yang sah
dan etis untuk melindungi diri dan keluarga mereka.
2. Tingkat Kepercayaan. Nasabah yang telah menggunakan produk asuransi syariah untuk
jangka waktu yang lama dan tidak pernah mengalami masalah klaim atau ketidaksetiaan
kontrak mungkin memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap produk dan
penyedia asuransi syariah mereka.
3. Tingkat Kepuasan. Jika nasabah merasa bahwa produk asuransi syariah mereka telah
memberikan manfaat yang nyata, seperti perlindungan finansial dalam situasi darurat
atau krisis, mereka mungkin merasa puas dengan produk tersebut.
4. Pemahaman Terbatas. Beberapa nasabah BPRS mungkin memiliki pemahaman yang
terbatas tentang asuransi syariah dan prinsip-prinsip syariah yang mendasarinya. Dalam
kasus ini, mereka mungkin merasa perlu untuk lebih mendalami pengetahuan mereka
tentang produk asuransi syariah agar dapat membuat keputusan yang lebih baik.
5. Keberatan Terhadap Premi. Seperti asuransi konvensional, premi asuransi syariah juga
harus dibayar secara berkala. Nasabah mungkin merasa terbebani oleh premi ini,
terutama jika situasi keuangan mereka kurang stabil.

8
6. Pengalaman Negatif. Jika nasabah pernah mengalami masalah dengan penyedia
asuransi syariah mereka, seperti penundaan klaim atau ketidakjelasan dalam kontrak,
ini dapat menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap produk dan
penyedia asuransi syariah.
7. Pilihan Alternatif. Beberapa nasabah mungkin juga mempertimbangkan produk
asuransi konvensional sebagai alternatif, terutama jika mereka merasa bahwa produk
tersebut lebih mudah diakses atau lebih murah.
8. Penting untuk diingat bahwa setiap nasabah adalah individu dengan kebutuhan dan
preferensi yang berbeda, dan respons terhadap asuransi syariah dapat bervariasi dari
satu individu ke individu lainnya. Untuk meningkatkan penerimaan dan kepuasan
nasabah terhadap asuransi syariah, penyedia asuransi perlu memberikan edukasi yang
baik, transparansi dalam produk, dan layanan pelanggan yang baik.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kesimpulannya, respon nasabah BPRS terhadap asuransi syariah dipengaruhi
oleh berbagai faktor, termasuk pemahaman tentang prinsip syariah, edukasi, kepercayaan
terhadap BPRS, harga produk, dan pengalaman dengan klaim asuransi. Untuk meningkatkan
adopsi asuransi syariah, BPRS perlu terus memberikan edukasi yang baik kepada nasabah,
menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dan memastikan layanan yang
transparan dan adil. Oleh karena itu, BPRS dan perusahaan asuransi syariah perlu terus
berusaha untuk memberikan edukasi yang baik kepada nasabah mereka dan mengembangkan
produk yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai nasabah yang berbasis pada prinsip-
prinsip syariah Islam.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan. Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Asuransi Syariah, https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20564, diakses pada
tanggal 21 September 2023.
Hendro SP., Tri dan Conny Tjandra Raharja. 2014. Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di

Indonesia. Yogyakarta : UPP STIM YKPN

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. 2018. Bandung : Citra Umbara.


Pepwataatmadja, Karnaen. 1992. Bank Islam, Dana Bhakti Wakaf. Yogyakarta.

Rianto Nurm, Al Arif. 2015. Pengantar Ekonomi Syariah. Bandung : Pustaka Setia.

Sula dan Muhamad Syakir. 2004. Asuransi syariah life and General. Jakarta : Gema Insani.
Umam, Khotibul. 2009. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi). Yogyakarta : BPFE
Yogayakrta.

11

Anda mungkin juga menyukai