Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BULAN MUHARRAM DAN BULAN NISFU SYA’BAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Ke-NU-an II”

Semester Gasal/Tahun 2021

Dosen Pengampu :

Ali Romdhoni, S.Fill.ll, MAg

Oleh :

1. Ahan Farhan Jazila 21102011043


2. Riko Adi Saputro 21102011058
3. Khanifah Nurul Khasanah 21102011054

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
2021
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-
sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang
membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala hormat saya sampaikan
rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini
Bapak Ali Romdhoni, S.Fill.ll, MAg.
2. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi
dalam penyelesaian makalah.
Dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif, sehingga bisa diperbaiki
seperlunya. Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan
saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa
Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Sejarah Bulan Muharraam .................................................................................3


B. Keutamaan Bulan Muharram ............................................................................3
C. Kesesatan dan Kebid’ahan Bulan Muharram ..................................................4
D. Pandangan Masyarakat dan Islam Tentang Pernikahan di Bulan
Muharram .............................................................................................................5
E. Makna Filosofis Bulan Sya’ban .........................................................................7
F. Peristiwa Sejarah Penting Pada Bulan Sya’ban ...............................................8
G. Makna Malam Nisfu Sya’ban...............................................................................10
H. Amalan-Amalan Malam Nisfu Sya’ban ..............................................................10

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 13

A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muharram, karena sejak zaman dulu, pada bulan ini dilarang berperang dan
membunuh. Larangan itu terus berlaku hingga masa Islam. Bahkan bulan
Muharram termasuk salah satu bulan haram.
Masyarakat Indonesia terutama orang Jawa mengangap Bulan Muharam atau
Suro sebagai bulan yang sakral dimana pada masa lalu banyak terjadi peristiwa
perang maupun meninggalnya cucu kesanyangan Rasullulah. Masyarakat Jawa
percaya melangsungakn acara yang salah satunya pernikahan pada Bulan
Muharram akan menimbulkan musibah, kecuali untuk para priyayi. Bulan
Muharram lebih banyak diisi dengan kegiatan berdoa dan berubadaha memita
keselamatan.
Bulan Sya‟ban dalam penanggalan Hijriyah merujuk pada bulan kedelapan.
Istilah Sya‟ban adalah istilah dalam bahasa Arab, sementara bagi masyarakat
Jawa atau Sunda bulan ini biasa disebut juga sebagai Bulan Ruwah atau
Rewah.
Sebagian masyarakat muslim Indonesia juga sering kali menyelenggarakan
pembacaan Surah Yasin sebanyak 3 kali sebelum membaca doa nisfu syaban.
Membaca Al Quran adalah amalan baik yang memiliki ganjaran besar, terlepas
dari membaca surah apapun.Surah Yasin sendiri merupakan salah satu surah di
dalam Al Quran yang sangat populer dan kerap dibaca oleh umat Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah, keutamaan, kesesatan, dan kebi‟adahan Bulan
Muharram ?.
2. Bagaimana pandangan masyarakat dan Islam tentang pernikahan di Bulan
Muharram ?.
3. Bagaimana makna filosofis dan sejarah penting pada Bulan Sya‟ban ?.
4. Bagaimana makna dari malam Nisfu Sya‟ban ?.

1
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah Bulan Muharram .
2. Paham tentang pandangan masyarakat dan Islam tentang pernikahan di
Bulan Muharram..
3. Mengetahui makna filosofis dan sejarah penting pada Bulan Sya‟ban.
4. Mengetahui makna dari malam Nisfu Sya‟ban.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Bulan Muharram


Bulan Muharram (‫)ال محرم‬ berasal dari kata haram (‫)حرم‬ yang
artinya suci atau terlarang. Dinamakan Muharram, karena sejak zaman dulu, pada
bulan ini dilarang berperang dan membunuh. Larangan itu terus berlaku hingga
masa Islam. Bahkan bulan Muharram termasuk salah satu bulan haram.
Pada tahun ketiga masa pemerintahan Umar bin Khattab radhiyallahu „anhu,
datang satu masalah yang dialami oleh pejabat pemerintah. Ketiadaan angka
tahun membuat sebagian pejabat pemerintah kesulitan. Salah satunya adalah
Gubernur Basrah Abu Musa Al Asy‟ari radhiyallahu „anhu.
Atas aduan Abu Musa, Umar kemudian menerbitkan kalender Islam. Setelah
bermusyawarah dengan para sahabat terkemuka, Umar memutuskan bahwa awal
kalender Islam dimulai dari tahun hijrahnya Rasulullah. Karenanya kalender
Islam dikenal dengan nama Kalender Hijriyah.
Selanjutnya, bulan apa yang dijadikan bulan pertama tahun hijriah? Utsman
bin Affan mengusulkan Muharram. Mengapa? Sebab sejak dulu orang Arab
menganggap Muharram adalah bulan pertama. Kedua, umat Islam telah
menyelesaikan ibadah haji pada bulan Dzulhijjah. Ketiga, bulan Muharram
merupakan bulan munculnya tekad hijrah ke Madinah setelah pada Dzulhijjah
terjadi Baiat Aqabah II.

B. Keutamaan Bulan Muharram


Muharam merupakan bulan yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta‟ala dengan
beberapa keutamaan yang dimilikinya. Berikut ini tiga keutamaan Bulan
Muharram :
a. Bulan Haram, Empat bulan haram yang dimaksud dalam Surat At Taubah
ayat 36 ini adalah bulan Dzulqidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Ashurul haram (bulan haram), termasuk bulan Muharam ini adalah bulan
yang dimuliakan Allah. Bulan-bulan ini memiliki kesucian, dan karenanya

3
menjadi bulan pilihan. Di antara bentuk kesucian dan kemuliaan bulan-bulan
ini adalah kaum muslimin dilarang berperang, kecuali terpaksa; jika diserang
oleh kaum kafir. Kaum muslimin juga diingatkan agar lebih menjauhi
perbuatan aniaya pada bulan haram.
b. Bulan Allah, Az Zamakhsyari menjelaskan, ”Bulan Muharram disebut
syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah ‟Allah‟ untuk
menunjukkan mulia dan agungnya bulan ini. Sebagaimana kita
menyebut ‟Baitullah‟ (rumah Allah) atau ‟Ahlullah‟ (keluarga Allah) ketika
menyebut Quraisy. Penyandaran yang khusus di sini dan tidak kita temui
pada bulan-bulan lainnya, ini menunjukkan adanya keutamaan pada bulan
ini.” Sedangkan Al Hafizh Abul Fadhl Al ‟Iraqiy menjelaskan, Muharram
disebut syahrullah karena pada bulan ini diharamkan pembunuhan dan ia
merupakan bulan pertama dalam setahun.
c. Waktu Puasa Tasu’a dan Asyura, Kemuliaan ketiga dari bulan ini adalah,
disunnahkannya puasa tasu‟a dan ayura. Bahkan puasa tasu‟a dan asyura
serta puasa sunnah lainnya (senin kamis, ayamul bidh, puasa daud), nilainya
menjadi puasa yang paling mulia setelah Ramadhan.

C. Kesesatan dan Kebid’ahan di Bulan Muharram


Selain banyaknya keutamaan yang dimiliki oleh bulan Muharam ini,
sayangnya masih banyak sekali kesesatan dan kebid‟ahan yang dilakukan
sebagian kaum muslimin pada bulan ini. Baik itu bergembira ria, memakai celak,
mengenakan baju baru, bakti sosial, ataupun menjadikan hari kesepuluh, hari
Asyura sebagai hari kesedihan atas wafatnya Husein bin Ali radhiyallahu
‘anhuma. Sungguh kesemuanya itu jelas merupakan kebid‟ahan yang tidak ada
contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Kesesatan
pada hari Asyura sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Sholeh
Fauzan hafidzhahullah secara umum terbagi menjadi 2 :
a. Yang pertama adalah kelompok yang menyerupai orang-orang Yahudi;
dimana mereka menjadikan hari Asyura sebagai hari perayaan dan hari

4
bergembira. Mereka menyemir rambut, memakai celak, membagikan angpau
untuk keluarga, memasak makanan di luar kebiasaan, dan yang semisalnya
dari perbuatan orang-orang bodoh, yang menyikapi kebid‟ahan dengan
kebid‟ahan lainnya.
b. Yang kedua adalah kelompok yang menjadikan hari Asyura sebagai hari
kesedihan dan ratapan karena terbunuhnya Alhusein bin Ali radhiyallahu
anhuma. Di mana pada hari tersebut mereka menampakkan kebiasaan-
kebiasaan orang jahiliyah baik itu menampar pipi, merobek kerah baju,
melantunkan bait-bait kesedihan, serta menceritakan kisah-kisah yang penuh
dengan kebohongan. Tentu tujuan dari semua itu adalah membuka pintu
fitnah dan perpecahan di antara umat. Inilah perbuatan orang-orang tersesat,
yang menganggap bahwa apa yang telah mereka lakukan adalah perbuatan
baik. Mereka adalah orang-orang yang lebih buruk dari khawarij yang mudah
menumpahkan darah dan merekalah yang disebutkan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.

D. Pandangan Masyarakat dan Islam tentang Pernikahan di Bulan


Muharram
Masyarakat Indonesia terutama orang Jawa mengangap Bulan Muharam atau
Suro sebagai bulan yang sakral dimana pada masa lalu banyak terjadi peristiwa
perang maupun meninggalnya cucu kesanyangan Rasullulah. Masyarakat Jawa
percaya melangsungakn acara yang salah satunya pernikahan pada Bulan
Muharram akan menimbulkan musibah, kecuali untuk para priyayi. Bulan
Muharram lebih banyak diisi dengan kegiatan berdoa dan berubadaha memita
keselamatan.
Dalam hukum Islam sebenarnya penyelenggaraan akan nikah dan pesta
pernikahan tidak ada batasan-batasan tertentu, seperti larangan pelaksanaannya
pada waktu atau bulan tertentu dan lain sebagainya. Yang lebih ditekankan pada
akad nikah menurut Islam adalah pemenuhan syarat dan rukunnya. Sebab yang

5
menentukan sah tidaknya sebuah akad adalah absah tiidaknya jika dikembalikan
pada syarat dan rukun.
Sebagaimana ulasan di atas bahwa rukun nikah adalah sebagai berikut :
Pertama, mempelai pria dan wanita Kedua, wali Ketiga, dua orang saksi Keempat,
sighat atau redaksi akad.
Sehingga dalam pelaksanaan akad nikah maka harus memperhatikan keempat
faktor tersebut. Selain itu harus dilakukan kualifikasi pada masing-masing
keempat rukun tersebut. Seperti mempelai wanita dipastikan bahwa dia tidak
terikat pada ikatan nikah, dalm artian bukan istri orang lain. Si wali cukupo layak
secara syariat untuk menikahkan. Kemudian kedua saksi harus laki-laki dan
dipastikan cukup layak menjadi saksi secara faktor „adalah (adil dan tidak fasik).
Redaksi akadnya apak terbaca fasih atau ada salah baca/ salah ucap, Dan
seterusnya.
Pertimbangan-pertimbangan inilah yang menjadi titik fokus hukum Islam
dalam pelaksanaan akad nikah. Tidak terkait dengan bulan apa akad nikah
tersebut dilaksanakan. Hanya saja memang ada bulan-bulan tertentu pelaksanaan
akad nikah yang dilakukan oleh Rasul saw dan para ulama yang kemudian dicatat
oleh sejarah sehingga dikuti masyarakat. Hanya saja hal itu tidak bersifat wajib,
hanya anjuran saja.
Menurut ulama Syafiiyah, bulan yang paling utama untuk melangsungkan
pernikahan adalah bulan Syawal. Namun jika tidak memungkinkan, maka boleh
melangsungkannya di selain bulan Syawal, seperti bulan Dzulqa‟dah, Dzulhijjah,
Muharram, Shafar dan bulan lainnya. Ini sebagaimana disebutkan
dalam Hawasyi Al-Syarwani berikut;
“Perkataan „disunnahkan menikah di bulan Syawal‟, artinya jika hal itu bisa
dilakukan di bulan Syawal dan selain bulan Syawal secara setara. Namun jika
ditemukan sebab yang mendorong pernikahan di selain bulan Syawal, maka
hendaknya dia melangsungkan pernikahan. Telah sah adanya anjuran menikah di
bulan Shafar juga berdasarkan hadis riwayat yang bersumber dari Al-Zuhri,

6
bahwa Rasulullah Saw menikahi Aisyah di bulan Syawal dan menikahkan
putrinya, Fatimah, dengan Sayidina Ali di bulan Shafar.”
Adapun anggapan bahwa menikah di bulan Muharram akan tertimpa nasib
buruk dan kesialan, maka hal itu anggapan yang tidak dibenarkan dalam Islam.
Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Mausu’ah Ahsan Al-Kalam fi Al-Fatawa
wa Al-Ahkam berikut;
“Dengan demikian, tidak dianjurkan merasa nahas atau sial dengan pernikahan
di hari atau bulan apapun, apakah Syawal, Muharram, Shafar atau yang lain,
ketika memang tidak ada dalil yang melarang pernikahan tersebut selain saat
ihram untuk haji atau umrah.”
Dalam artian bahwa pernikahan yang dilakukan pada bulan muharram sah-sah
saja asal memenuhi syarat dan rukun pernikahan, seperti halnya wali, dua saksi
dan lainnya. Begitu pula meski akad nikah dilakukan pada bulan dzulhijjah
misalnya, tapi kurang pas secara atau meragukan secara syarat dan rukun
nikahnya maka tetap saja pernikahan tersebut dianggap tidak sah.

E. Makna Filosofis Bulan Sya’ban


Bulan Sya‟ban dalam penanggalan Hijriyah merujuk pada bulan kedelapan.
Istilah Sya‟ban adalah istilah dalam bahasa Arab, sementara bagi masyarakat
Jawa atau Sunda bulan ini biasa disebut juga sebagai Bulan Ruwah atau
Rewah. Lalu apa makna dan nilai nilai filosofisnnya bulan Sya‟ban atau bisa
disebut juga Bulan Ruwah ini?
Pertama, disebutkan bahwa bulan ini disebut sebagai Sya‟ban karena pada
bulan ini bercabang-cabang (yatasya‟ab) banyak kebaikan. Pengertian ini
menjadi tambahan motivasi bagi kita untuk memperbanyak ibadah dan amal
kebaikan. Selanjutnya, disebutkan juga bahwa Sya‟ban berasal dari frasa
sya‟a ban, artinya terpancarnya keutamaan. Dengan kata lain, bulan Sya‟ban
memiliki nilai spesial yang membedakannya dengan bulan-bulan lain.
Pengertian lain, dikatakan bahwa Sya‟ban berasal dari kata asy-syi‟bu
yang merujuk pada sebuah jalan di gunung, yaitu thariqul khair atau jalan

7
kebaikan. Ini menekankan makna filosofis bulan ini sebagai salah satu bulan
utama dalam Islam.
Lalu sebagian ulama juga mengatakan bahwa Sya‟ban berasal dari kata
asy-sya‟bu, artinya menambal. Makna filosofis bulan sya‟ban menurut
pengertian ini adalah pada bulan ini Allah Swt menambal kegundahan hati
para hamba-hamba-Nya. Sementara itu, bulan Sya‟ban biasa disebut juga
sebagai bulan Ruwah atau Rewah dalam khazanah lokal. Nama ini biasa
disambungkan dengan istilah arwah. Ruwah dikatakan berasal dari frasa
meruhui arwah. Frasa tersebut merunjuk pada kebiasaan orang-orang pada
bulan ini untuk berziarah pada makam Orang tua, keluarga, ataupun leluhur.
Ziarah kubur sendiri merupakan salah satu momen untuk mengirimkan
doa kepada orang-orang yang sudah meninggal. Biasannya moment ziarah
juga menjadi momen membersihkan makam,mengenang jasa-jasa orang yang
sudah meninggal, dan lain sebagainya.
Selain itu, makna filosofis lainnya adalah bulan ini menjadi momen
pengingat bahwa kita semua pada akhirnya akan mati. Istilah ini dalam Islam
adalah dzikrul maut. Dengan mengingat kematian maka kita akan lebih
termotivasi untuk memperbanyak ibadah dan amal kebaikan.

F. Peristiwa Sejarah Penting Pada Bulan Sya’ban


Beberapa peristiwa penting pada Bulan Sya‟ban sebagai berikut :
 Peristiwa Penting Dalam Bulan Sya’ban
Pada bulan Sya‟ban, Kiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina ke
Ka‟bah, Makkah al Mukarromah. Nabi Muhammad SAW menanti-nanti
datangnya perpindahan ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari
Beliau tidak lupa menengadahkan muka ke langit, menanti datangnya wahyu
dari Rabbnya. Sampai akhirnya Allah SWT mengabulkan penantiannya.
Wahyu Allah SWT turun:

8
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah: 144).

 Ladang Amal Manusia


Salah satu keistimewaan bulan Sya‟ban adalah waktu diangkatnya amal-amal
manusia pada bulan ini ke langit. Dari Usamah bin Zaid ra mengatakan,

“Saya berkata: „Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dari
bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya‟ban. Maka beliau
bersabda: Itu bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan
Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-
amalan kepada rabbul „alamin. Dan saya menemukan amal saya diangkat,
sementara saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa‟i).

 Turun Ayat Shalawat Nabi SAW


Salah satu keutamaan bulan Sya‟ban adalah diturunkannya ayat tentang
anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW pada bulan ini,
yaitu ayat:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya-bershalawat kepada Nabi. Hai


orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan manual.” (QS. Al Ahzab; 56).

9
G. Makna Malam Nisfu Sya’ban
Malam nisfu syaban adalah malam jelang tanggal 15 di bulan Syaban
berdasarkan penanggalan Hijriah. Amalan nisfu syaban yang umum dilakukan
oleh umat Islam di Indonesia di antaranya memperbanyak doa, juga
memperbanyak membaca dua kalimat syahadat dan istighfar. Di samping itu,
umat Islam juga dapat menjalankan amalan lain layaknya membaca Al Quran
dan mendirikan salat nisfu syaban.
Syaban merupakan salah satu bulan yang berperan penting bagi umat Islam.
Bulan ke-8 berdasarkan kalender Hijiriah ini diapit oleh dua waktu penting,
yakni Rajab dan Ramadan.
Syaban sering kali dilalaikan oleh umat Islam, padahal di dalamnya terdapat
banyak keutamaan. Hal ini dijelaskan dalam hadis, bahwa Rasulullah saw.
bersabda, "Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara
Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan ketika amal-amal diangkat menuju Allah.
Saya (Nabi) ingin ketika amal saya diangkat dalam kondisi berpuasa.” (HR An-
Nasa‟i dan Ahmad).
Di samping itu, bulan Syaban juga memiliki satu malam yang istimewa bagi
umat Islam, yaitu malam nisfu syaban. Malam ini juga disebut sebagai malam
maghfirah atau pengampunan, karena Allah Swt. membuka pintu-pintu taubat
bagi hamba-Nya. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Baihaqi sebagai
berikut:

“[Rahmat] Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Syaban. Dia akan
mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam
hatinya tersimpan kebencian [kemunafikan],” (H.R. Baihaqi).

H. Amalan-Amalan Malam Nisfu Sya’ban


Sebagai malam yang memiliki banyak keutamaan, nisfu syaban sebaikanya
disambut dengan mengerjakan berbagai amalan. Sayyid Muhammad Alawi Al
Maliki dalam kitab Madza fi Sya’ban merincikan 3 amalan yang penting untuk

10
dilakukan pada malam nisfu syaban, yaitu memperbanyak doa, memperbanyak
membaca dua kalimat syahadat, dan memperbanyak istigfar.
Sebagian masyarakat muslim Indonesia juga sering kali menyelenggarakan
pembacaan Surah Yasin sebanyak 3 kali sebelum membaca doa nisfu syaban.
Membaca Al Quran adalah amalan baik yang memiliki ganjaran besar, terlepas
dari membaca surah apapun.
Surah Yasin sendiri merupakan salah satu surah di dalam Al Quran yang
sangat populer dan kerap dibaca oleh umat Islam. Surah Yasin memiliki
keutamaan agung, sebab inti dari Al Quran terletak di sana.
Rasulullah saw. bersabda,

"Sungguh setiap sesuatu memiliki jantung, dan jantung Al-Quran adalah surah
Yasin. Barangsiapa yang membacanya, niscaya Allah akan mencatat [pahala]
untuknya [seperti pahala] membaca Al-Quran sebanyak 10 kali,” (HR. Tirmidzi).

Setiap selesai membaca Surah Yasin sebanyak satu kali tersebut, umat
Islam kemudian akan membaca doa seperti meminta umur panjang, rezeki yang
berkah, dan husnul khatimah.
Di samping itu, terdapat amalan lain yang dapat dilaksanakan oleh umat
Islam, yakni salat nisfu syaban. Ibnu Taimiyah dalam kitab Makmu’
Fatawa menjelaskan terkait salat yang dapat dijalankan ketika malam nisfu
syaban sebagai berikut:

“Adapun [salat] pada malam nisfu Syaban, maka banyak hadis serta atsar dari
sahabat yang menyebutkan keutamaannya. Dikutip dari segolongan ulama salaf
bahwa mereka melakukan salat pada malam nisfu Syaban"

Akan tetapi, kesunahan menyelenggarakan salat nisfu syaban hanya


berlandaskan kepada hadis hasan lighairihi dari Imam Tirmidzi. Sehingga,

11
sebagian ulama lain mengganggap dalilnya belum sampai derajat hadis shahih
dan mengharamkan pelaksanaannya.
Meskipun begitu, Jumhur ulama bersepakat bahwa hadis hasan maupun
hadis daif dalam hal tertentu boleh dipraktikkan jika untuk keutamaan amalan.
Maka dari itu, menyelenggarakan salat nisfu syaban boleh dilakukan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pandangan masyarakat bahwa larangan melaksanakan akad nikah pada bulan
muharram sejatinya hanya berdasar pada anggapan dan keyakinan mereka saja.
Dan sebenarnya menurut hukum Islam larangan tersebut tidak ada. Karena hukum
Islam lebih mengedepankan keterpenuhan rukun dan syarat dalam pelaksanaan
akad nikah tersebut.
Syaban merupakan salah satu bulan yang berperan penting bagi umat Islam.
Bulan ke-8 berdasarkan kalender Hijiriah ini diapit oleh dua waktu penting, yakni
Rajab dan Ramadan.
Sebagian masyarakat muslim Indonesia juga sering kali menyelenggarakan
pembacaan Surah Yasin sebanyak 3 kali sebelum membaca doa nisfu syaban.
Membaca Al Quran adalah amalan baik yang memiliki ganjaran besar, terlepas
dari membaca surah apapun.

B. Saran
Sangat diharapkan kritik dan sarannya terhadap tulisan ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Maarif, Syamsul Dwi. 2022. Apa Itu Malam Nisfu Syaban, Kapan, & Apa Saja Amalan
Nisfu Syaban URL :
https://tirto.id/apa-itu-malam-nisfu-syaban-kapan-apa-saja-amalan-nisfu-syaban-
gpUU. Diakses 10 Oktober 2023

Juriyanto, Moh. 2021. Benarkah Menikah di Bulan Muharram Terlarang.. URL :


https://bincangsyariah.com/khazanah/benarkah-menikah-di-bulan-muharram-
terlarang/. Diakses 10 Oktober 2023.

Fauziah, Novie. 2019. Menikah Pada Bulan Muharram ?. URL :


https://muslim.okezone.com/read/2019/09/05/614/2101162/menikah-pada-bulan-
muharam-haram. Diakses 10 Oktober 2023.

14

Anda mungkin juga menyukai