Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASPEK AKUNTANSI KEPRILAKUAN DALAM AUDITING

Disusun Oleh:
Kelompok 9
1. Angelica Rosyana S 1934031092
2. Anggi Wulandari 1934031017
3. Dyah Ayu A. 1934031036

Dosen Pembimbing: Ivahzada Marella Edgina, SE, M.E.Sy

Ruang: Akuntansi 309 Reguler Pagi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpah rahmat, karunia
dan taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek
Akuntansi Keprilakuan Dalam Auditing” ini dengan tepat waktu.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ivahzada
Marella Edgina, SE, M.E.Sy selaku dosen pembimbing kami yang telah berkenan
mengizinkan pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan terimakasih kami tunjukan kepada
kedua orang tua dan teman-teman kami yang telah memberikan doa, dorongan, serta bantuan
kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Penyusunan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan tetapi kami sangat berharap
semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun
dari segi konteks.
Oleh karena itu kami sangat berharap akan masukan berupa kritik dan saran yang
mungkin bisa membantu penulis dalam penyusunan makalah selanjutnya sehingga menjadi
lebih baik.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Jakarta, 8 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Pembahasan 1
BAB II 2
2. 1 AUDIT INTERNAL 2
2.1.1 Sejarah Audit Internal 2
2.1.2 Pengertian Audit Internal 3
2.1.3 Tujuan Audit Internal 3
2.2 MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT 4
2.3 HUBUNGAN DENGAN GAYA MANAJEMEN 5
2.4 PENGELOLAAN KONFLIK 6
2. 5 MASALAH – MASALAH HUBUNGAN 6
2. 6 KARAKTERISTIK UMUM INDIVIDU 7
2.7 KESADARAN PADA DIRI SENDIRI 8
2.8 OMUNIKASI SECARA EFEKTIF 8
2.9 PELAKSANAAN AUDIT PARTISIPATIF 9
2.10 PENGGUNAAN PENGETAHUAN KEPERILAKUAN DALAM AUDIT 9
BAB III 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnya
aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan danaktivitas-aktivitas auditor
dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambilkeputusan. Terdapat banyak hal yang
dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang
mengarah pada aspek keperilakuan auditor. Salah satu karakteristik yang membedakan
akuntan publik dengan auditor internal berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan
publik terikat dengan catatan-catatansuatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang
dibangun oleh badan profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas-
aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang mencakup Audit Internal?
2) Bagaimana memotivasi pihak yang diaudit?
3) Bagaimana hubungan dengan gaya manajemen?
4) Bagaimana pengelolaan konflik?
5) Bagaimana masalah-masalah hubungan?
6) Bagaimana karakteristik umum individu?
7) Bagaimana kesadaran pada diri sendiri?
8) Bagaimana komunikasi secara efektif?
9) Bagaimana pelaksanaan audit partisipatif?
10) Bagaimana penggunaan pengetahuan keperilakuab dalam audit?

1.3 Tujuan Pembahasan


1) Untuk mengetahui cakupan audit internal.
2) Untuk mengetahui memotivasi pihak yang di audit.
3) Untuk mengetahui hubungan dengan gaya manajemen.
4) Untuk mengetahui pengelolaan konflik.
5) Untuk mengetahui masalah-masalah hubungan
6) Untuk mengetahui karakteristik umum individu
7) Untuk mengetahui kesadaran pada diri sendiri.
8) Untuk mengetahui komunikasi secara efektif
9) Untuk mengetahui pelaksanaan audit partisipatif
10) Untuk mengetahui penggunaan pengetahuan keperilakuan dalam audit

4
BAB II

PEMBAHASAN
2. 1 AUDIT INTERNAL
2.1.1 Sejarah Audit Internal
Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri
pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi
memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Pada awalnya, audit internal
berfungsi sebagai “adik” dari profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada
penilaian atas keakuratan angka-angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah
memisahkan diri menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang
lebih luas. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan
dan penilaian atas control, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan
public maupun privat.

 Audit Internal di Abad-abad Permulaan


Sejarah audit internal menunjukkan bahwa profesi ini telah
berkembang secara sistematik, mengikuti perubahan yang terjadi di dunia
usaha. Ilmu dan profesi audit internal telah dimulai pada 3.500 Sebelum
Masehi. Catatan sejarah mengenai peradaban Mesopotamia menunjukkan
adanya tanda-tanda kecil yang dibuat disamping angka-angka transaksi-
transaksi keuangan. Tanda-tanda seperti titik, tanda silang, dan tanda “ü” yang
ada pada saat itu merupakan potret dari system verifikasi yang telah
dijalankan. Seseorang menyiapkan laporan transaksi; orang lain akan
memverifikasi (memeriksa) laporan tersebut. Control internal, system
verifikasi, dan konsep pembagian tugas kemungkinan telah dilakukan pada
masa-masa itu. Sejarah mencatat bahwa masyarakat Mesir, Cina, Persia, dan
Yahudi pada abad-abad permulaan juga menerapkan system yang sama.

 Audit Internal di Abad-abad Pertengahan


Pada abad ke 13 dimulai pencatatan keuangan melalui system
pembukuan berpasangan (double entry) yaitu setiap transaksi dicatat pada sisi
debit dan kredit. System ini memudahkan mengawasi arus kas masuk dan kas
keluar sehingga seorang auditor mudah untuk memeriksa keuangan
perusahaan maupun keuangan Negara.

 Audit Internal di Masa Revolusi Industri


Dimulai ketika terjadi revolusi industry di Inggris, dimana perusahaan-
perusahaan mulai memperkerjakan akuntan untuk memeriksa catatan
keuangannya melalui jurnal maupun laporan keuangan dan dokumen-
dokumen lainnya sebagai bahan bukti.

5
 Audit Internal di Tahun-tahun Belakangan Ini
Orang-orang kaya Inggris mulai berinvestasi ke lintas Negara seperti
Amerika Serikat dan mereka menginginkan verifikasi keuangan secara
independent atas investasinya melalui aduditor-auditor dari Inggris dengan
memakai metode dan prosedur audit yang bisa diterima oleh pihak-pihak yang
terkait.

 Pencapaian Identitas Diri Auditor Internal


Selama beberapa tahun, auditor eksternal terus memberikan pengaruh
terhadap perkembangan audit Internal. Audit internal modern mulai muncul
pada tahun 1941 ketika Ikatan Auditor Internal-Institute Of Internal Auditors
(IIA) dibentuk. Sejak saat itu para auditor internal memperluas ruang lingkup
audit untuk menilai semua aspek yang berkaitan dengan operasional
perusahaan. Sejak saat itu profesi auditor internal menjadi setara dengan
auditor eksternal
2.1.2 Pengertian Audit Internal
Menurut Sukrisno Agoes (2004:221), internal audit (pemeriksaan
intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit
perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan
dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari
ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di
bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian,
investasi dan lain-lain. Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya
standar akuntansi keuangan.
Definisi audit internal menurut IIA (Institute of Internal auditor) yang
dikutip oleh Boynton (2001:980) yakni: ”Internal auditing is an independent,
objective assurance and consulting activity designed to add value and improve
an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives
by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the
effectiveness of risk management, control, and governance processes”. (Audit
internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan konsultasi yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit
internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan
pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas manajemen resiko, pengendalian dan proses tata kelola).

2.1.3 Tujuan Audit Internal

6
Menurut Hiro Tugiman (2006:11) tujuan pemeriksaan internal adalah
membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya
secara efektif. Untuk itu, pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian,
dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan
pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:222), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh
internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam
melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan
komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan
berikut:
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem
pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional
lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak
terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang
telah ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan
penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat
dipercaya.
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan
oleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektifitas.

2.2 MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT


Sebagaimana diketahui, motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit
internal. Dua dari kebutuhan pokok Maslow adalah kebutuhan untuk menjadi bagian dari
organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat melayani auditor
internal secara baik.
1. Kebutuhan menjadi bagian dari organisasi. Bagian audit merupakan bagian dari
keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut.
Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan
dipertimbangkan untuk dimasukan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna
memperbaiki kondisi operasi organisasi. Para auditor diminta untuk mendekati pihak yang
diaudit dengan bahasa yang memperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta
dengan mempercayai pihak yang diaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas
pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai melalui jaminan

7
dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan dicerminkan secara langsung
ataupun tidak langsung dalam laporan audit.
2. Menghormati diri sendiri dan orang lain. Kebutuhan akan rasa dihormati ini dapat
dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja
sama dengan staf audit untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang bermasalah, membantu
dalam mengidentifikasi kinerja, serta mengembangkan tindakan-tindakan korektif. Aspek
terpenting disini adalah auditor mengidentifikasikan tindakan – tindakan pihak yang
diaudit secara langsung sebagai bagian dari usaha audit. Pihak yang diaudit biasanya akan
menerima rasa hormat dan respons manajemen melalui penerapan audit yang merupakan
bagian dari manajemen yang berpengaruh dalam melakukan perbaikan operasional
manajemen.

2.3 HUBUNGAN DENGAN GAYA MANAJEMEN


Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Empat gaya tersebut
meliputi :
1. Gaya mengarahkan
Gaya mengarahkan berarti pemimpin memberikan intruksi spesifik dan
mengawasi penyelesaian pekerjaan dari dekat. Pada gaya pertama, aturan – aturan
manajemen dipatuhi secara sangat ketat. Auditor seharusnya tidak membuat ikatan –
ikatan dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat
auditor kesulitan untuk memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi,
sehingga harus diambil langkah lain.
2. Gaya melatih
Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan
mengawasi penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan,
menawarkan saran, dan mendukung kemajuan bawahannya.
3. Gaya mendukung
Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya
bawahan untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam pembuatan
keputusan dengan bawahan.
4. Gaya mendelegasikan
Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung jawab
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara relative utuh.

Bila audit dilakukan menggunakan pendekatan audit tradisional, maka auditor akan
mempercayai atau mau membantu audit tersebut secara penuh. Auditor sebaiknya
memilih pendekatan yang membuatnya dapat berhubungan dengan kelompok pihak yang
diaudit.Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen
dari manajemen pihak yang diaudit akan menyebabkan audit kesulitan dalam perolehan
bantuan serta kerja sama secara sukarela.

8
Dari empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang
terpenting. Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan
seluruh manajemen dalam proses audit sehingga dapat meyakinkan pihak manajeman
bahwa auditor berada di pihak mereka dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan
desain guna membantu memperbaiki operasi. Pada gaya keempat, auditor seharusnya
mengambil pendekatan bahwa mereka merupakan bagian dari tim manajemen dan
bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan.

2.4 PENGELOLAAN KONFLIK


Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit (Chambers at
al., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak
ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik dapat
terjadi dalam hal – hal seperti berikut:
a. Lingkup - seperti terhadap manajemen.
b. Tujuan - sebagaimana terhadap auditor eksternal.
c. Tanggung jawab - seperti layanan manajemen.
d. Nilai - dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung
mempertahankan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung
mempertahankan lembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang
auditor bekerja pada suatu lembaga bisnis professional, yang dikelilingi oleh suatu
birokrasi, konflik dan hilangnya nilai – nilai serta norma – norma profesionalisme akan
muncul. Di pihak lain, sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan lingkungan anggota
seprofesi sering kali dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang
dimunculkan oleh satu atau beberapa orang professional yang mempertahankan nilai –
nilai profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik.
Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap auditor dan dapat kesimpulan
menyatakan bahwa:
1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi dibandingkan
dengan konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja dilingkungan organisasi
bisnis bukan profesi.
2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding terbalik
dengan posisi individu dalam suatu birokrasi.
3. Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan
berhubungan secara positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja.

2. 5 MASALAH – MASALAH HUBUNGAN


Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk
memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut adalah:

9
1. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu, oleh sebab
itu auditor seharusnya mempertimbangkannya dalam kaitannya dengan karyawan
pihak yang diaudit.
2. Keberagaman perasaan-perasaan dan emosi, sehingga auditor seharusnya
mengidentifikasi keberagaman perasaan dan mencoba menangani hal tersebut
secara efektif.
3. Keberagaman persepsi. Staf pihak yang diaudit tidak memandang dengan cara yang
sama seperti yang dilakukan oleh staf audit.
4. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan. Auditor
diharuskan untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika menghadapi
kelompok yang lebih luas.
5. Pengaruh dari berbagi situasi operasi sebagai suatu variasi akhir. Setiap perubahan
situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang, auditor seharusnya
memasuki variasi ini ke dalam pertimbangannya pada hubungan interpersonal.

2. 6 KARAKTERISTIK UMUM INDIVIDU


Brink dan Witt (1982) juga telah membuat suatudaftar mengenai karakteristik kelompok
individu dari orang-orang yang berada dalam berbagai tingkatan. Auditor seharusnya
mempertimbangkan hal tersebut karena hal ituberpengaruh terhadap kepribadian, sikap,
dan aktivitas. Pengetahuan dan pertimbangan atas perbedaan ini dapat membantu untuk
memastikan hubungan yang lebih harmonis.
Sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individu dari pihak yang diaudit,
meliputi:
1. Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna.
2. Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang dianggap penting.
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu lain.
4. Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dan kebebasan pilihan.
5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.
6. Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji
dibandingkan dengan dikritik.
7. Mencari kepuasan diri sendiri.
8. Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usaha-usahanya.
9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik.
10.Menjadi bagian dari tim yang sukses.
11.Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
12.Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13.Lebih cenderung untuk sensitif dibandingkan dengan membantu orang.

10
2.7 KESADARAN PADA DIRI SENDIRI
Dalam suatu situasi dimana banyak hubungan interpersonal, hal terpenting adalah untuk
menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandang diri sendiri
sebagaimana orang lain memandangnya (Ratcliff et al., 1988). Elemen-elemen utama
tersebut adalah:
1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam hubungan
secara mental, fisik, emosional, dan karakteristik pribadi.
2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalam lingkungan relatif yang dimiliki seseorang,
dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok organisasi yang luas.
4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang lain.
5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang.
6. Suatu perasaan keterpaduan yang berasal dari kepercayaan bahwa seseorang
berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.

2.8 KOMUNIKASI SECARA EFEKTIF


Komunikasi terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, dan laporan tertulis.
Bahasa yang menggunakan aksioma (pernyataan) seharusnya jelas, ringkas, bebas
akronim (singkatan), dalam struktur gramatikal yang baik, dan mengungkapkan isi dalam
aturan sederhana yang logis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kominikasi yang efektif adalah:
1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari
manajemen.
2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahn-kesalahan kerja
dari pihak yang diaudit.
3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara verbal atau
tertulis.
4. Pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit ketika memberi saran.
5. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
6. Jangan berargunen mengenai moralitas.
7. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuanya.
8. Sepanjang proses penyusunan laporan mengizinkan pihak yang diaudit untuk
mengungkapkan pendapatnya.
9. Sopan dengan seluruh karyawan pihak yang diaudit dan menyambut manajemen pihak
yang diaudit dengan rasa hormat.

11
10.Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit.
11.Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang
diaudit.

2.9 PELAKSANAAN AUDIT PARTISIPATIF


Audit Partisipatif, yaitu proses yang melibatkan bantuan klien dalam mengumpulkan
data, mengevaluasi operasi, dan mengoreksi masalah. Jadi audit ini merupakan kemitraan
untuk menyelesaikan masalah, sehingga terkadang disebut audit kemitraan.
Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami
budaya organisasi. Porter et al. (1985) mengatakan bahwa budaya organisasi
mempengaruhi sikap dan perilaku auditor.
Elemen-elemen keperilakuan dalan audit partisipasi:
1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diaudit bidang mana yang akan diaudit.
2. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai
pemrograman dan pelaksanaan audit.
3. Peroleh persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi.
4. Dapatkan persetujuan atas isi laporan.
5. Memasukkan informasi nyata pada laporan audit. Partisipasi didalam audit membantu
memecahkan berbagai permasalahan dan mengordinasikan tindakan korektif.Seluruh
keberhasilan diatas tergantung pada kredibilitas auditor atas kekejujuran.

2.10 PENGGUNAAN PENGETAHUAN KEPERILAKUAN DALAM AUDIT


Secara umum penanganan keperilakuan organisasi adalah akibat dari berbagai hal
berikut:
1. Kondisi, pada umumnya kualitas dri struktur pengendalian internal.
2. Motivasi atau kebutuhan dari karyawan kantor untuk membentuk etika dan
kejujuran.
3. Sikap atas dasar karakteristik pribadi dari seluruh tingkatan karyawan.
Diasumsikan bahwa para auditor internal dalam setiap pekerjaannya selalu berhubungan
dengan karyawan – karyawan yang ada diorganisasi. Kedekatan ini menghasilkan posisi
evaluative yang memungkinkan karyawan untuk menerima atau menolak auditor, di
mana hal tersebut akan berdampak pada tingkat kebebasan auditor. Pengalaman dan
pemahaman atas aspek keperilakuan serta pertimbangan terkait memberikan kepada
auditor alat audit yang kuat. Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal
juga perlu memahami budaya organisasi. Porter et al (1985) dikatakan bahwa budaya
organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku auditor. Untuk budaya organisasi, unsure –
unsure tercermin, antara lain :
1) Komitmen karyawan

12
2) Kualitas pelatihan dan Pengembangan staf
3) Identitas perusahaan seperti kebijakan.
4) Pembuatan keputusan.
5) Fokus manajemen.
Oleh karena itu, suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika laporan audit dapat
diterima dan di implementasikan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya
dibicarakan tentang teknik – teknik audit tetapi juga bagaimana auditor mengambil
kebijakan untuk menentukan suatu fakta. Sering kali, pertimbangan – pertimbangan yang
diambil oleh auditor menjadi penentu dalam memutuskan suatu masalah, terutama dalam
hal menetapkan pendapat. Untuk itu, sikap, persepsi, dan perilaku menjadi acuan dalam
pembahasan mengenai pertimbangan seorang auditor, baik auditor internal maupun
eksternal.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah menjaga komunikasi antar bagian dalam perusahaan
agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar, khususnya sistem pengendalian yang
dijalankan oleh perusahaan dapat selalu berjalan dengan bai dan menjalankan pekerjaan
sesuai dengan deskripsi pekerjaan (job description) yang telah ditentukan supaya
pekerjaan dapat tetap terstruktur yang akan berpengaruh pada sistem pengendalian yang
juga akan tetap berjalan dengan baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://yann-achmad.blogspot.com/2012/04/auditor.html
http://kurniatynawawi.blogspot.com/2012/06/aspek-keperilakuan-dalam-audit.html
Lubis, Arfan Ikhsan. 2016. Akuntansi Multiparadigma, Jakarta : Salemba Empat
https://missyustikaratu.blogspot.com/2019/09/makalah-akuntansi-keperilakuan-aspek.html

15

Anda mungkin juga menyukai