DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II:
DOSEN PENGAMPU :
Dr.ARZAM.M,Ag
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………..…………………….…………………………..ii
Daftar isi…………………………………………………………....…………………………iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….....1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..1
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………......…...3
A. Pengertian Ta’wil…………………………...…………………………………………3
5. Arti dari Penta’wilan Nash Harus Lebih Kuat dari Arti Lahiriah……………...…7
B. Saran………………………………………………………………………………….10
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman terhadap teks-teks yang kompleks, seperti teks sastra, agama, atau
filosofis, seringkali melibatkan upaya untuk mengungkap makna yang mendalam dan
simbolis yang tidak selalu terlihat pada permukaan teks. Salah satu alat yang telah
digunakan oleh para sarjana, pemikir, dan ahli teks sepanjang sejarah adalah "ta'wil".
Oleh karena itu, memahami pengertian ta'wil dan syarat-syarat yang terkait
dengannya akan membantu kita menggali makna yang lebih dalam dalam berbagai jenis
teks dan merangsang diskusi intelektual yang mendalam. Makalah ini akan menguraikan
pengertian ta'wil, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaannya, serta
relevansinya dalam konteks akademik dan budaya saat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok pembahasan dalam
makalah ini yaitu, sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan Ta’wil dan apa pengertian dari Ta’wil?
2. Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan ta'wil dengan benar?
1
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan
dalam makalah ini yaitu, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu ta’wil dan pengertian dari ta’wil
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja syarat-syarat penggunaan ta’wil
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TA’WIL
1. Pengertian ta’wil alquran secara bahasa
Bahasa kata ta’wil berasal dari kata ala-yaulu-aulan yang berarti kembali ke
asal. Ada yang berpendapat ta’wil berasal dari kata iyalah yang berarti
mengatur, seorang mu’awwil (penakwil) seakan-akan sedang mengatur
perkataan dan meletakkan makna yang sesuai dengan tempatnya.1
1
Syarjaya, H.E. Syibli, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam,Jakarta: Rajawali Press,2008.
2
Noor Aisyah, AL-MANBA,Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyrakatan STAI Al-Ma’arif BuntokVol.VIII-
No.1Januari-Juni2023
3
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Ilmu al-Qur’andan Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Setia,
2009. hlm,124
3
a. Lafal ta’wil berarti penjelasan dan penentuan, bahwa penjelasan
ayat-ayat tersebut hanyalah Allah yang mengetahui-Nya terdapat dalam
ayat berikut ini:
b. Lafal ta’wil yang bermakna akibat terakhir dari sesuatu terdapat dalam ayat
berikut ini:
َالخِ ِۗ ِر َٰذلِك
َٰ ْ اّٰلل َوا ْليَ ْو ِم
ِ الرسُ ْو ِل ا ِْن كُ ْنت ُ ْم تُؤْ مِ نُ ْونَ بِ ه ِ ش ْيءٍ فَ ُرد ُّْوهُ اِلَى ه
َّ ّٰللا َو َ فَا ِْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِ ْي
س ُن تَأ ْ ِوي ًْل
َ َْخي ٌْر َّواَح
ط َعا ٌم ت ُ ْرزَ َٰقن ِٓه ا َِّل نَبَّأْتُكُ َما ِبتَأ ْ ِو ْيلِه قَ ْب َل اَ ْن يَّأ ْ ِت َيكُ َما
َ ِۗقَا َل َل َيأ ْ ِت ْيكُ َما
4
d. Lafal ta’wil yang berarti penuturan hasil akhir atau hasil yang terjadi
sesudahnya yaitu penjelasan mengenai apa yang diperbuat Khidhr kepada
Nabi Musa a.s. terdapat dalam ayat berikut ini:
Artinya: Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku
akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan
yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.(QS. Al-Kahfi [18]:
78)4
4
Syarjaya, H.E. Syibli, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam,Jakarta: Rajawali Press,2008., hlm 15-18
5
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Ilmu al-Qur’andan Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Setia,
2009. hlm 155
5
pengertian ta’wil, maka penulis akan memberikan contoh salah satu ayat al-
Qur’anyang bersifat mutasyabihat seperti yang terdapat dalam ayat berikut ini:
Kata yadun di atas tidak dapat diartikan secara bahasa sesuai dengan kaidah
bahasa Arab yaitu tangan, akan tetapi kata yadun lebih layak diartikan sebagai
kekuasaan Allah.6
6
sesuai denga kriteria lafadz agar dalam penta’wilan itu sesuai dengan
pengkajiannya
5. Arti dari Penta’wilan Nash Harus Lebih Kuat dari Arti Lahiriah
Arti dari penta’wilan nash itu harus lebih kuat dari arti lahiriah dengan
menghasilkan bukti yang bisa dikuatkan oleh beberapa dalil. Karena bila didapati
dalil yang mendukungnya lemah, maka dalil tersebut tidak dapat mendukung
pemalingan makna dan tidak dapat diamalkan. Bahkan ta’wil dapat dikatakan
meragukan ketika dalil tersebut mempunyai kekuatan yang sama berdasarkan
dilalah lafadznya dengan makna yang lazim.
7
6. Penggunaan ta’wil dalam pemahaman hadits
Langkah awal dalam melakukan ta’wil adalah menemukan qarinah
(indikasi) yang mengharuskan seseorang menarik makna lain diluar makna aslinya.
Seperti kata kucing besar ditakwilkan dengan harimau, ini dapat diterima karena
kedua kata tersebut berkaitan, dimana kucing besar adalah makna majazi dari
harimau. Tetapi kucing besar apa bila ditakwilkan dengan gajah maka ini tidak
dapat diterima karena tidak terkait sama sekali.
Contoh pertama:
Artinya: Dari Anas bin Malik r.a bahwa saya mendengar Rasulullah
SAW bersabda, siapa yang ingin di lapangkan rizkinya dan
dipanjangkan umurnya hendaklah dia bersilaturrahim. (H.R.Bukhori dan
Muslim)7
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW bersabda: sesungguhnya
shilaturrahim itu mendatangkan rasa cinta pada keluarga dan menamba
harta dan memperpanjang usia. (H.R.Tirmidzi)8
Sebagian ulama sulit memahami kalimat َويُ ْن َسأ َ لَهُ فِي أَثَ ِر ِهdan َو َم ْن َسأَة ٌ فِى
اْألَثَرdengan makna diakhirkan ajalnya. Qarinahnya adalah bila dipahami dengan
makna ashlinya maka akan bertentangan dengan ayat al Quran yang menjelaskan
ajal tidak dapat dimajukan atau ditunda (QS Al A’raf :34).
َعةً َّو َل َي ْستَ ْق ِد ُم ْون َ ََو ِلكُ ِل ا ُ َّم ٍة اَ َج َۚ ٌل فَ ِاذَا َج ۤا َء اَ َجلُ ُه ْم َل َي ْستَأْخِ ُر ْون
َ سا
7 Al Maktabah Asy Syamilah, Shahih Bukhari, Bab man ahabba al bashatha fi ar rizq,juz7, hal 228.
8
Al Maktabah Asy Syamilah, Sunan at Turmudzi, Bab ta‟lim an nasab,juz7 hal 247
8
Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah datang
waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan
tidak dapat (pula) memajukannya. (Q.S. Al-A’raf:34).
b. Makna kalimat itu juga bisa dipahami makna kekal namanya dalam
keharuman, sepertinya dia belum mati karena masih dikenang di
dalam ingatan masyarakat.9
9
Maizuddin. (2008). Metodologi Pemahaman Hadits. Padang, Hayfa Press. cet 1, hal 97
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, kita telah menjelajahi pengertian dan syarat penggunaan
ta'wil sebagai alat penting dalam interpretasi teks-teks yang kompleks. Hasil
penelusuran ini menggambarkan pentingnya ta'wil dalam pemahaman teks-teks yang
mungkin memiliki lapisan makna yang lebih dalam, simbolik, atau bermakna ganda.
Dalam penggunaan ta'wil, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar proses
interpretasi ini dapat dilakukan dengan benar dan efektif. Pengetahuan yang mendalam
tentang konteks, bahasa, dan budaya teks yang akan diinterpretasikan adalah kunci.
Selain itu, metode yang tepat, etika yang baik, dan konsistensi dengan nilai-nilai
mendasar teks juga diperlukan. Konteks, baik historis maupun budaya, juga memainkan
peran penting dalam proses ta'wil. Terakhir, konsultasi dengan sesama ahli dan pemikir
seringkali diperlukan untuk memastikan interpretasi yang lebih tepat dan komprehensif.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus menjelajahi dan menghormati konsep
ta'wil dalam upaya kita untuk memahami warisan intelektual dan budaya kita yang
kaya.
B. Saran
10
Daftar Pustaka
Al Maktabah Asy Syamilah, Shahih Bukhari, Bab man ahabba al bashatha fi ar-rizq.
11