Anda di halaman 1dari 15

ETIKA BERTETANGGA DALAM ISLAM

MATA KULIAH : HADIST SOSIAL BUDAYA

DOSEN PEMGAMPU :
Prof. Dr., Ilhyas Husti MPM, M.Ag
Ikram Humaidi, M.Pd

DI SUSUN OLEH :
Abdul Rozak Syahnur ( 12130211987)
Abu Kamil (12130210369)
Alfakhrul Hamdani ( 12130212654)

ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang memiliki segalanya


kesempurnaan. Kita memuji, memohon pertolongan dan ampunan, serta berlindung
kepada-Nya untuk menuju kebahagiaan yang dirindukan, kebahagiaan yang kekal
dan kebahagiaan yang tidak kekal. Dengan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Hadist Sosial Budaya dengan tepat
waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ikram Humaidi M.Pd


selaku dosen pada mata kuliah Hadist Sosial Budaya yang telah memberikan
panduan dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak
luput dari kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran dari
pembaca akan kami terima dengan senang hati untuk pembuatan makalah
kedepannya agar menjadi lebih baik.

Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan
utamanya kepada kami sendiri.

Pekanbaru,06 Oktober 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
A. Hadits Hadits Mengenai Etika Bertetangga............................................................. 3
B. Syarah Hadist Hadist Mengenai Etika Bertetangga ................................................ 6
BAB III ................................................................................................................................ 11
PENUTUP ........................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama


lain yang disebut dengan Homo Socius. Jadi dalam kehidupan sehari hari
manusia selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam
keberlangsungan hidup. Dalam kehidupan manusia juga diajarkan
bagaimana setiap manusia menjalin hubungan persaudaraan dalam hal
bertetangga.
Pengertian tetangga secara umum ialah orang atau rumahnya
berdekatan atau bersebelah sebelahan, yang tempat tinggalnya terletak
berdekatan dengan rumah kita. Pengertian tetangga tidaklah terbatas pada
tempat tinggal saja tetapi juga mencakup ditempat kerja, pasar, kantor.
Tetangga yang paling dekat artinya bahwa tetangga yang ada hubungan
kekerabatan.
Dalam islam menunjukkan keteladanan dalam bersikap baik kepada
tetangga dengan tidak menyakitinya berwasiat (umtuk berlaku terpuji)
kepada tetangganya dan berbuat baik kepadanya terhindar dari terkabulnya
laknat terhadap orang yang menyakiti tetangganya, anjuran untuk perhatian
terhadap tetangga bersikap toleran terhadap tetangganya, orang yang
menyakiti tetangga tidak termasuk mukmin yang sempurna, kemudian
orang yang tidak memberikan keamanan kepada tetangga, tidak akan masuk
surga. 1
Maka dalam penulisan makalah ini kami akan menyampaikan hadits
hadits tentang beretika kepada tetangga.

1
Latifani Wardah Shomita, Penerapan Hadist Nabi SAW tentang Etika Bertetangga ( Studi
Kasus Di Desa Ngadipurwo Kec. Blora Kab. Blora Jawa Tengah), (Skiripsi S1 Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2011), hlm. 1.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja hadits hadits yang menjelaskan beretika kepada tetangga ?


2. Bagaimana penjelasan hadits mengenai etika bertetangga dalam islam ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hadits yang menjelaskan beretika kepada tetangga


2. Untuk mengetahui penjelasan hadits mengenai etika bertetangga dalam
islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits Hadits Mengenai Etika Bertetangga

1. Hadits Mengenai Hak Tetangga Pada Pintu yang Paling Dekat

‫َح َّدثَ َنا َح َّجاج ْبن ِمْنْ َال َح َّدثَ َنا ش ْع َبة قَا َل َأخ َ ََْب ِن َأبو ِ ِْع َر َان قَا َل َ َِس ْعت َطلْ َح َة‬
ِ َّ ‫َع ْن عَائِشَ َة قَالَ ْت قلْت َي َرسو َل‬
‫اّلل ا َّن ِل َج َارْي ِن فَا َل َأ ِ ِّي َما ُأ ْه ِدي قَا َل ا َل‬
ِ ِ ِ
‫َأ ْق َرِبِ ِ َما ِمنْ ِك ََب ًَب‬
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata, telah mengabarkan
kepadaku Abu 'Imran, ia berkata, Aku mendengar Thalhah dari Aisyah, ia
berkata, Aku pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, aku memiliki dua
tetangga, manakah yang lebih dahulu kuberikan hadiah?" Beliau menjawab,
"Yang lebih dekat dengan pintu rumahmu.” ( HR. Bukhari No. 6020 ).

• Mufrodat
Telah menceritakan ‫َح َّدثَنَا‬
telah mengabarkan ‫َأخ َ ََْب ِن‬
Aku mendengar ‫َ َِس ْعت‬
dua tetangga ‫َج َارْي ِن‬

3
Yang lebih dekat dengan pintu ‫َأ ْق َرِبِ ِ َما ِمنْ ِك ََب ًَب‬
rumahmu

• Asbabul Wurud
Dari hadistnya juga kita bisa mengetahui bahwasanya penyebab
hadist ini turun adalah karna ‘Aisyah radhiallahu ‘anha kebingungan
ketika ingin memberikan hadiah kepada tetangganya, sedangkan
beliau memiliki 2 tetangga, maka di jawablah oleh Rasulullah
dengan memberikan kepada tetangga yang lebih dekat dengan ointu
rumahnya.

• Riwayat Sanad
Aisyah binti Abu bakar Ash-Shiddiq (Sahabat, Wafat tahun 58 H) >
Thalha bin Abdullah bin Utsman bin Ubaidillah bin Ma’mar ( tabi’in
kalangan pertengahan) > Abdul Malik bin Habib (tabi’in kalangan
biasa, wafat tahun 128 H) > Syu’bah bin Hajjaj bin Al Warad (
Tabi’ut Tabi’in kalangan tua, wafat tahun 160 H) > Hajjaj bin Al
Minhal ( Tabi’ut Tabi’in kalangan biasa, wafat tahun 217 H).2

2. Hadits Mengenai Barang Siapa Beriman Kepada Allah dan Hari Akhir
Jangan Menyakiti Tetangganya

‫َح َّدثَ ِن َح ْر َم َل ْبن َ َْي َي َأنْ َبأَنَ ا ْبن َوهْب قَا َل َأخ َ ََْب ِن يونس َع ْن ا ْب ِن ِشهَاب‬
ِ َّ ِ‫َع ْن َأ ِب َسلَ َم َة ْب ِن َع ْب ِد َّالر ْ َْح ِن َع ْن َأ ِب ه َرْي َر َة َع ْن َرسول‬
‫اّلل َص َّّل َّاّلل‬
‫عَلَ ْي ِه َو َس َّ َّل قَا َل َم ْن ََك َن ي ْؤ ِمن َِب َّ ِّلل َوالْ َي ْو ِم ْالآ ِخ ِر فَلْ َيق ْل خ ْ ًَْيا َأ ْو ِل َي ْصم ْت‬
‫َو َم ْن ََك َن ي ْؤ ِمن َِب َّ ِّلل َوالْ َي ْو ِم ْالآ ِخ ِر فَلْي ْك ِر ْم َج َاره َو َم ْن ََك َن ي ْؤ ِمن َِب َّ ِّلل‬
‫َوالْ َي ْو ِم ْالآ ِخ ِر فَلْي ْك ِر ْم ضَ ْي َفه‬

2
Ensiklopedia Hadist.

4
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya, telah
memberitakan kepada kami Ibnu Wahab dia berkata, telah mengabarkan
kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari
Abu Hurairah dari Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau bersabda, "Barang siapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan
yang baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan
tamunya." (HR. Muslim No. 67)

• Mufrodat
Telah menceritakan kepada kami ‫َح َّدثَ ِن‬
telah memberitakan kepada kami ‫َأخ َ ََْب ِن‬
beriman kepada Allah ‫ي ْؤ ِمن َِب َّ ِّلل‬
dan hari akhir ‫َوالْ َي ْو ِم ْالآ ِخ ِر‬
memuliakan tetangganya ‫فَلْي ْك ِر ْم َج َاره‬

• Riwayat Sanad
Abdur Rahman bin Shakhr ( Sahabat, wafat tahun 57 H) > Dzakwan
( tabiin kalangan pertengahan, wafat tahun 101 H) > Utsman bin
Ashim bin Hushain ( Tabi’in kalangan biasa, wafat tahun 128 H) >
Salam bin Sulaim ( Tabi’ut Tabi’in kalangan tua, wafat tahun 179 H)
> Quthaibah bin Sa’id bin Jamil bin Tharif bin Abdullah ( Tabi’ut
Atba’ kalangan tua, wafat tahun 240 H).3

3
Ensiklopedia Hadist.

5
B. Syarah Hadist Hadist Mengenai Etika Bertetangga

1. Hadits Mengenai Hak Tetangga Pada Pintu yang Paling Dekat

Dalam bab ini, disebutkan hadist Aisyah “Aku berkata, wahai Rasulullah
sesungguhnya aku memiliki 2 tetangga, kepada siapa diantara keduanya yang
aku beri hadiah?”. Beliau bersabda, “kepada yang paling dekat pintu rumahnya
kepadamu”.Sanad hadist ini sudah dijelaskan pada pembahasan tentang
Syuf’ah.

‫ ( َأ ْق َرِبِ ِ َما‬paling dekat di antara keduanya). Hikmahnya adalah bahwa orang


yang paling dekat pintunya dapat melihat hadiah atau lainnya yang masuk ke
rumah tetangganya, berbeda dengan orang yang jauh pintunya. Di samping itu,
orang yang paling dekat pintunya lebih cepat memberikan respon atas apa yang
terjadi pada tetangganya, khususnya pada waktu-waktu sepi. Ibnu Abi Jamrah
berkata, “Memberi hadiah kepada yang dekat adalah disukai, karena pada
dasarnya hadiah itu bukan wajib”. Dari hadist ini disimpulkan bahwa
mengamalkan yang lebih utama adalah sikap yang sangat baik. Di sini terdapat
pula dalil mendahulukan ilmu atas perbuatan.

Selanjutnya, terjadi perbedaan tentang batasan tetangga. Disebutkan dari Ali


Radhiallahu ‘anhu, “Barangsiapa mendengar seruan, maka dia tetangga”.
Dikatakan pula, “Barangsiapa shalat Subuh bersamamu di masjid, maka dia
adalah tetangga”. Kemudian dari Aisyah, “batasan tetangga adalah empat puluh
rumah dari semua arah.” Serupa dengannya dinukilkan pula dari Al Auza’i.
Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab Al-Adab Al Mufrad sama seperti itu
dari Al Hasan. Ath Thabari meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Ka’ab
bin Malik, yang nisbatkan kepada Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam,
(ketahuilah, sesungguhnya empat puluh rumah adalah tetangga). Ibnu Wahab
meriwayatkan dari Yunus, dari Ibnu Syihab, “Empat puluh rumah dari kanan
dan kiri, belakang dan depan”. Hal ini mengandung kemungkinan

6
seperti yang pertama, tetapi mungkin pula jumlah itu dibagi kepada setiap arah
sehingga masing-masing arah sepuluh rumah.4

2. Hadits Mengenai Barang Siapa Beriman Kepada Allah dan Hari Akhir Jangan
Menyakiti Tetangga

‫ فَلْي ْك ِر ْم َج َاره‬, maka janganlah dia menyakiti tetangganya. Dalam hadist Abu
Syuraih disebutkan hendaklah memuliakan tetangganya. Imam Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah melalui Al A’masy, dari Abu shalih hendaklah
berbuat baik kepada tetangganya, Kalimat memuliakan tetangga dan berbuat baik
kepadanya disebutkan dalam sejumlah hadist yang diriwayatkan Ath Thabarani dari
Bahz bin Hakim, dari bapaknya dari kakeknya dan Al Khara’ithi pada pembahasan
tentang akhlak yang mulia dari hadist Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari
kakeknya. Begitu pula Abu Syaikh pada pembahasan tentang celaan dari hadist
mu’azd bin Jabal, : “Mereka berkata: Wahai Rasulullah, apa hak tetangga terhadap
tetangganya? Beliau bersabda: Jika dia berutang kepadamu maka berilah utang
kepadanya, jika dia minta tolong kepadamu maka tolonglah, jika dia sakit maka
jenguklah, jika dia butuh maka berilah, jika masih butuh maka engkau kembali
memberinya, jika dia mendapatkannya kebaikan maka ucapkan selamat
kepadanya, jika dia ditimpa musibah maka hiburlah dia, apabila dia mati maka
layatlah jenazahnya, jangan meninggikan bangunanmu melebihi bangunannya
sehingga menghalangi angin untuk sampai kepadanya kecuali atas izinnya, jagan
pula engkau mengganggunya dengan bau periukmu kecuali engkau memberinya,
jika engkau membeli buah-buahan berilah, apabila engkau tidak melakukannya
masukkan ke dalam rumah secara rahasia dan jangan sampai anakmu keluar
membawanya untuk membuat iri anaknya”. Redaksi riwayat-riwayat mereka tidak
jauh berbeda. Adapun redaksi yang disebutkan di sini umumnya menurut versi Amr
bin Syu’aib. Dalam hadist Bazh bin Hakim disebutkan (Apabila dia melakukan
kekeliruan, maka engkau menutupinya). Sanad riwayat-riwayat ini cukup lemah,
tetapi adanya perbedaan sumber mengisyaratkan bahwa hadist ini memiliki dasar.

4
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari (Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari), ( Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008), hlm.1160-161.

7
Perintah memuliakan berbeda-beda sesuai perbedaan individu dan kondisi.
Terkadang berupa fardhu ‘ain( kewajiban individu) dan terkadang fardhu kifayah
(kewajiban kolektif) dan terkadang pula mustahab (disukai), Namun, semuanya
termasuk akhlak yang mulia.5

1. Berlaku baik kepada tetangga.

Di antara tanda kesempurnaan Iman dan Islam adalah berlaku baik kepada
tetangga dan tidak menyakitinya. Dalam firman-Nya, Allah swt. telah
mensejajarkan perintah berbuat baik kepada tetangga dengan perintah untuk
beribadah hanya kepada-Nya.

َْٰ َ ٰ ْ ُْ ً َ ْ ْ َ َ ْ َّ ًٔ ْ َ ُ ُْ َ ‫ه‬ ْ َ
ٰ َّ ْ َ ‫اع ُب ُدوا‬
‫اّٰلل َولا تش ِركوا ِب ٖه شيـا و ِبالوالِدي ِن ِاحسانا و ِب ِذى القربى واليتمى‬ ‫۞ و‬

ْ َ َ َ َ َ ْ َّ ْ َ ْۢ ْ َ ْ َّ َ ُ ُ ْ َْ َ ٰ ْ ُ ْ َْ َ ْ ٰ َ ْ َ
‫اح ِب ِبالجن ِب واب ِن الس ِبي ِلِۙوما ملكت‬
ِ ‫والمس ِكي ِن والج ِار ِذى القربى والج ِار الجن ِب والص‬

ً ْ ُ َ ً َ ْ ُ َ َ ْ َ ُّ ُ َ َ ‫َ ْ َ ُ ُ ْ َّ ه‬
ِۙ‫يحب من كان مختالا فخورا‬ ِ ‫ايمانكم ِان اّٰلل لا‬

"Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah menyekatukan-Nya dengan


sesuatu pun. Berbuat baiklah terhadap orang tua, kerabat dekat, anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat." (An-Nisa':
36).

Berbuat baik terhadap tetangga merupakan keharusan. Bahkan perhatian yang


diberikan oleh Islam terhadap masalah ini, tidak ditemui pada peradaban lain.
Lihatlah apa yang diriwayatkan oleh Bukhari, dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah
saw. bersabda, "Jibril terus mewasiatiku perihal tetangga. Hingga saya menyangka
bahwa tetangga akan menjadi ahli waris."

2. Menyakiti tetangga merupakan penyakit iman yang dapat menyebabkan


kehancuran.

5
Ibid, hlm. 156-157.

8
Islam melarang kita menyakiti tetangga, dan mengkategorikannya sebagai dosa
besar yang akan berbuah siksa yang pedih. Menyakiti tetangga juga merupakan
penghalang untuk mencapai kesempurnaan iman.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud ra. bahwa ketika
Rasulullah saw, ditanya tentang dosa yang paling besar. Beliau menjawab,
"Menjadikan Allah sekutu, padahal Dia yang menciptakanmu." Beliau ditanya lagi.
"Kemudian apa?", Beliau menjawab, "Engkau membunuh anakmu, karena engkau
takut ia akan makan bersamamu," Beliau ditanya lagi. "Lalu apa?" Beliau
menjawab, "Engkau berzina dengan istri tetanggamu." Yakma, merayu
istritetanggamu hingga ia bersedia melakukan zina denganmu. Bukhari
meriwayatkan dari Abi Syarih ra. bahwa Nabi saw. bersabda, "Demi Allah, tidak
sempurna imannya.". "Demi Allah, tidak sempurna imannya." "Demi Allah, tidak
sempurna imannya." Rasulullah saw. ditanya, "Siapa yang tidak sempurna imannya,
Ya Rasul?" Rasulullah saw. menjawab, "Seseorang yang tetangganya tidak merasa
aman dari kejahatannya."Imam Ahmad dan Hakim meriwayatkan dari Abu
Hurairah ra.. bahwa seseorang berkata kepada Rasulullah saw., "Ya Rasulullah,
Fulanah selalu shalat malam dan puasa di siang harinya. Akan tetapi ia sering
mencela tetangganya." Rasulullah menjawab, "Ia tidak baik, dan tempatnya adalah
neraka." Disebutkan kepada Nabi saw., bahwa Fulanah hanya melaksanakan shalat
wajib, puasa Ramadhan, dan bershadaqah secuil keju. Akan tetapi tidak pernah
menyakiti tetangganya." Rasulullah saw bersabda, "la masuk surga.

3. Cara berbuat baik kepada tetangga. Ada banyak cara, di antaranya:

a. Membantu kebutuhannya.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Umar ra. Berkata, “Jangan sampai


seorang mukmin kenyang sedang tetangganya kelaparan.” Hakim meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tidaklah sempurna iman orang yang tidur dalam
keadaan kenyang sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia mengetahui.” Imam
Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar ra. Bahwa Rasulullah saw. Pernah berpesan
kepadanya, “Jika kamu memasak masakan yang berkuah, maka banyakkanlah
airnya. Lalu berilah mereka bagian.”

9
b. Memberikan sesuatu yang bermanfaat.

Meskipun harus mengorbankan haknya. Bukhari dan Muslim


meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Jangan
sampai kamu melarang tetanggamu memasang kayu pada dindingmu.”

c. Memberi hadiah.

Memberi hadiah termasuk cara untuk berbuat baik kepada tetangga.


Terutama dalam event-event tertentu. Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra.,
bahwa Rasulullah saw.. bersabda, “Janganlah merendahkan hadiah kepada tetangga
meskipun hanya tulang yang sedikit sekali dagingnya.” Hadits ini merupakan
anjuran untuk memberi hadiah kepada tetangga dalam keadaan apapun.6

6
Musthafa Dieb Al-Bugha, Menjelaskan Makna 40 Hadits Rasulullah: Syarah Kitab
Arba’in An-nawawiyah, ( Jakarta: Al- I’tishom, 2003), hlm. 104-106,

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedua Hadist diatas membahas tentang keutamaan etika bertetangga dalam


agama Islam . Kita sebagai seorang muslim wajib hidup bertetangga dengan baik
dengan sesama muslim juga sesama individu lain ( umat agama lain) yang ada di
lingkungan kawasan rumah kita terutama yg terdekat dan apabila tetangga yang
sedang terkena musibah, kita wajib menolongnya, sebab itu keutaman kita sebagai
tetangga yang baik yang mengetahui etika etika dalam bertetangga.

Kita dapat mengetahui hak hak dan kewajiban kita sebagai muslim berbuat baik
dengan kerabat dekat maupun yang jauh begitu juga jangan suka menyebarkan
suatu isu yang tidak baik ataupun yang tidak benar atau menyebarkan fitnah kepada
tetangga kita yang ada di sekitar kita. Dan dengan mengetahui dan mengamalkan
etika dalam bertetangga akan mewujudkan lingkungan yang aman, tentram dan
Sejahtera.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dieb Al-Bugha, Musthafa, Menjelaskan Makna 40 Hadits Rasulullah: Syarah


Kitab Arba’in An-nawawiyah, Jakarta: Al- I’tishom, 2003.
Ensiklopedia Hadist.
Hajar Al-Asqalani, Ibnu, Fathul Baari (Penjelasan Kitab Shahih Al
Bukhari),Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.
Wardah Shomita, Latifani, Penerapan Hadist Nabi SAW tentang Etika Bertetangga
( Studi Kasus Di Desa Ngadipurwo Kec. Blora Kab. Blora Jawa Tengah),
Skiripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta: 201.

12

Anda mungkin juga menyukai