Anda di halaman 1dari 3

Filipina : dari Nasionalisme hingga Macapagal

Nama: Rhamadhan Ardhi Wiranata


NIM: 22407141034
Kelas A

Perkembangan nasionalisme di Filipina yang berusaha melawan penjajahan telah


menciptakan kisah yang panjang dan penuh tantangan. Dibandingkan dengan negara-negara
tetangga di Asia Tenggara, perjuangan menuju kemerdekaan Filipina memang memakan
waktu yang cukup lama dan melibatkan sejumlah faktor penting. Di antara faktor-faktor ini
adalah sistem pendidikan modern yang telah lama ada di Filipina, serta gerakan nasional awal
yang dikomandoi oleh Jose Rizal, yang memainkan peran kunci dalam menggalang semangat
perjuangan. Namun, peran Spanyol dan Amerika Serikat dalam sejarah kolonial Filipina juga
berpengaruh besar terhadap perkembangan nasionalisme ini. Salah satu elemen penting
dalam perjalanan nasionalisme Filipina adalah sistem pendidikan modern yang sudah
diterapkan di negara ini sejak lama. Ini adalah salah satu sistem pendidikan paling tua di luar
Eropa yang telah memengaruhi pemikiran rakyat Filipina. Liga Filipina, yang didirikan pada
tahun 1880 dan dipimpin oleh Jose Rizal, adalah gerakan nasional pertama di Filipina yang
menjadi tonggak penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme. Rizal menggunakan
literatur sebagai alat untuk menyebarkan propaganda yang menentang pemerintahan Spanyol
yang saat itu memerintah di Filipina.
Pada tahun 1890-an, gerakan nasional Filipina mulai mengambil arah yang lebih
radikal dan berubah menjadi pergolakan yang lebih kuat. Selama masa penjajahan Spanyol
yang berlangsung dari tahun 1571 hingga 1898, Filipina menyaksikan sekitar 100
pemberontakan melawan pemerintahan kolonial tersebut. Puncak perjuangan ini adalah
deklarasi kemerdekaan Filipina pada tanggal 12 Juni 1898. Sayangnya, upaya ini digagalkan
oleh Amerika Serikat yang tidak mengakui kemerdekaan Filipina karena tujuan mereka untuk
mengambil alih kekuasaan atas wilayah tersebut. Ketika berhadapan dengan penjajahan oleh
Amerika Serikat, Filipina memilih untuk menempuh jalur diplomasi. Mereka mendirikan
Partido Nacionalista (Partai Nasionalis) yang dipimpin oleh Sergio Osmena, Manuel Quezon,
dan Manuel Roxas sebagai wadah untuk upaya diplomasi mereka. Meskipun perjuangan
nasionalisme Filipina mengalami kendala, mereka tetap berusaha melalui seni, pertunjukan,
dan upaya diplomasi langsung kepada pemerintah Amerika Serikat untuk mempengaruhi
pengakuan kemerdekaan Filipina. Akhirnya, pada tanggal 4 Juli 1946, Amerika Serikat
mengakui kemerdekaan Filipina setelah peristiwa Perang Dunia II.
Singkatnya, munculnya semangat nasionalisme di Filipina adalah hasil dari pengaruh
kolonialisme Barat di wilayah ini. Kesadaran akan nasib bangsa Filipina dimulai dengan
berdirinya Liga Filipina pada tahun 1880 sebagai gerakan nasional pertama yang dipimpin
oleh Jose Rizal. Meskipun mereka menghadapi penjajahan Spanyol dan kemudian Amerika
Serikat, Filipina terus berjuang untuk meraih kemerdekaan mereka. Barulah pada tahun 1946,
Filipina mendapatkan pengakuan atas kemerdekaannya dari Amerika Serikat melalui upaya
diplomasi yang gigih. Perjalanan panjang ini merupakan bukti tekad dan semangat
nasionalisme yang kuat di kalangan bangsa Filipina.
Perjuangan ini pun dilanjutkan oleh Manuel Roxas yang menjabat sebagai presiden
pada masa bakti 1946-1948. Masa pemerintahan Manuel Roxas adalah awal dari era kemerdekaan
nasional sejati Filipina setelah berakhirnya Perang Dunia II dan penjajahan Amerika Serikat. Roxas,
yang menjadi Presiden pertama setelah kemerdekaan pada tahun 1946, menghadapi tugas berat untuk
membangun kembali bangsa yang hancur akibat perang. Fokus utama pemerintahannya adalah
memulihkan perekonomian nasional yang terpuruk. Selama masa ini, Filipina mencoba untuk
mengukuhkan identitas nasionalnya dengan mempromosikan penggunaan bahasa Tagalog
sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Ini adalah langkah penting dalam membangun
fondasi budaya yang kuat untuk mendukung nasionalisme. Selain itu, Presiden Roxas bekerja
untuk memperkuat pemerintahan yang baru merdeka dengan membangun institusi-institusi
nasional yang kuat. Selanjutnya perkembangan nasionalisme Filipina dilanjutkan oleh Elpidio
Quirino yang menjabat sebagai presiden sejak 1948 hingga 1953. Masa pemerintahan Elpidio
Quirino menjadi sangat menantang karena adanya pemberontakan komunis yang dikenal
sebagai Hukbalahap. Pemberontakan ini menciptakan ketidakstabilan politik dan ekonomi
yang serius di Filipina. Quirino berusaha untuk meredakan pemberontakan ini dan
menjalankan kebijakan reformasi agraria untuk mendukung petani Filipina yang selama ini
terpinggirkan. Selama masa pemerintahan Quirino, nasionalisme Filipina juga mendapat
dukungan dari kalangan intelektual dan seniman yang mempromosikan bahasa dan budaya
nasional melalui karya sastra dan seni. Ini membantu memperkuat rasa nasionalisme di
kalangan rakyat Filipina dan membangun identitas yang lebih kuat. Kemudian pada masa
pemerintahan Presiden Ramon Magsaysay pada tahun 1953 sampai dengan 1957 dianggap sebagai
salah satu periode paling penting dalam sejarah nasionalisme Filipina. Magsaysay dikenal sebagai
"Presiden Manusia" karena mendapat dukungan rakyat dalam perjuangannya melawan korupsi dan
pemberontakan komunis Hukbalahap. Dia menerapkan kebijakan yang lebih pro-rakyat dan pro-
transparansi dalam pemerintahan. Selama masa ini, upaya untuk memperkuat identitas nasional
Filipina semakin kuat. Kebijakan-kebijakan yang menekankan partisipasi rakyat dalam pemerintahan
dan reformasi agraria membantu membangun kembali kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Narasi pemerintahan yang bersahabat dan anti-korupsi semakin memperkuat nasionalisme Filipina.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Presiden Carlos P. Garcia pada 1957 hingga 1961 , ia
mempopulerkan konsep "Filipinization," yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh asing di
Filipina, termasuk perusahaan asing dan militer Amerika Serikat. Upaya ini mencerminkan tekad
Filipina untuk mempertahankan kedaulatannya dan meraih kemandirian nasional yang lebih besar.
Selama masa pemerintahan Garcia, klaim Filipina atas wilayah Sabah dari Malaysia menjadi
perhatian utama. Upaya diplomatik terus berlanjut untuk memperjuangkan klaim Filipina atas wilayah
tersebut, meskipun belum berhasil sepenuhnya hingga hari ini. Fokus pada kemandirian nasional
semakin memperkuat semangat nasionalisme Filipina. Adapun pada masa pemerintahan Presiden
Diosdado Macapagal merupakan pemimpin yang menggeser peringatan Hari Kemerdekaan Filipina
dari tanggal 4 Juli (tanggal kemerdekaan dari Amerika Serikat) menjadi tanggal 12 Juni (tanggal
kemerdekaan sebenarnya dari Spanyol). Langkah ini dimaksudkan untuk mengukuhkan kesadaran
nasional dan menghormati perjuangan para pahlawan nasional Filipina yang melawan penjajahan
Spanyol. Selama masa Macapagal, konflik dengan Malaysia terkait wilayah Sabah tetap menjadi
perhatian. Upaya diplomatik terus berlanjut, menegaskan tekad Filipina untuk mempertahankan
kedaulatannya dan wilayahnya. Masa pemerintahan Macapagal menjadi tonggak penting dalam
sejarah nasionalisme Filipina yang semakin mengukuhkan identitas nasional yang kuat. Dalam
kesimpulan, sejarah nasionalisme Filipina dari masa Roxas hingga Macapagal adalah perjalanan
panjang yang melibatkan berbagai tantangan dan perubahan. Para pemimpin dan peristiwa dalam
periode ini membantu membangun fondasi nasionalisme yang kuat dan identitas nasional yang
bersifat progresif. Meskipun perjuangan untuk klaim wilayah Sabah masih berlanjut hingga hari ini,
nasionalisme Filipina tetap hidup dan menjadi bagian integral dari sejarah dan budaya negara ini.

Pertanyaan: dalam perkembangan nasionalisme, apakah terdapat gerakan separis di thailand


kala itu?

DAFTAR PUSTAKA

Dolan, R. E. & Library Of Congress. Federal Research Division. (1993) Philippines: A Country
Study. Washington, D.C.: Federal Research Division, Library of Congress: For sale by the
Supt. of Docs., U.S. G.P.O. [Pdf] Retrieved from the Library of Congress,
https://www.loc.gov/item/92039812/.
Maulidya, M.D. (2023, 14 Juni). Nasionalisme Di Asia Tenggara Muncul Dari Adanya Kolonialisme
Bangsa Barat. Kumparan. Diakses melalui
https://kumparan.com/mayamaulidya028/nasionalisme-di-asia-tenggara-muncul-dari-adanya-
kolonialisme-bangsa-barat-20VTdXWzpkA/2
Ricklefs, M, dkk. (2013). Sejarah Asia Tenggara: Dari Masa Prasejarah hingga Kontemporer.
Jakarta:Komunitas Bambu.
Susanto, H. (2016). Kolonialisme Dan Identitas Kebangsaan Negara-Negara Asia Tenggara. Sejarah
Dan Budaya, 145-153.

Anda mungkin juga menyukai