Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM HIGIENE INDUSTRI FAKTOR KIMIA

PENGUKURAN KADAR DEBU DI TEMPAT KERJA

Dosen Pengampu :
Farhana Syahrotun N., S.ST., M.KKK.

Disusun Oleh:
Resantya Adista Maharani
(V8122081 / C)

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. iii
BAB I PEMBUKAAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
D. Manfaat...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4
A. Definisi Debu ............................................................................................ 4
B. Jenis-jenis Debu ........................................................................................ 4
C. Debu sebagai Masalah Lingkungan dan Kesehatan .................................. 5
D. Regulasi Mengenai Debu .......................................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 8
A. Alat dan Bahan ........................................................................................... 8
B. Tata Cara Pengukuran................................................................................. 10
C. Lokasi Pengukuran ..................................................................................... 11
BAB IV HASIL .............................................................................................................. 12
A. Pengukuran Kadar Debu Personal............................................................. 12
B. Pengukuran Kadar Debu Total .................................................................. 13
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................................. 14
A. Pengukuran Kadar Debu Personal............................................................. 14
B. Pengukuran Kadar Debu Total .................................................................. 15
BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 16
A. Kesimpulan................................................................................................ 16
B. Saran .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 19

ii
PENGESAHAN

Laporan Praktikum Higiene Industri Faktor Kimia


Dengan Judul:
PENGUKURAN KADAR DEBU DI TEMPAT KERJA

Resantya Adista Maharani


V8122081
Kelas C

Telah Disahkan Pada:


Hari Selasa, 24 Oktober 2023

Dosen Pengampu, Pembimbing Praktikum

Farhana Syahrotun N., S.ST., M.KKK. Ica Yuniar Sari, S.ST.


NIP. 1995052520200901 NIP. 1990032020161001

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran debu personal dan debu total merupakan komponen penting dalam
praktikum ilmu lingkungan dan keselamatan kerja. Debu adalah partikel-partikel kecil
yang terbentuk dari bahan padat yang dapat tersebar di udara. Pengukuran debu, terutama
di lingkungan kerja, sangat penting karena debu dapat memiliki dampak negatif terhadap
kesehatan manusia.
Debu dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu debu personal dan debu total. Debu
personal adalah partikel-partikel debu yang dihirup oleh individu selama bekerja atau
beraktivitas. Debu ini dapat mencapai saluran pernapasan dan dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan, iritasi mata, dan penyakit paru-
paru kronis.
Sementara itu, debu total adalah total partikel debu yang terdapat di suatu lingkungan,
termasuk debu yang mungkin mengendap di permukaan, debu yang berada di udara, dan
debu yang mungkin terhirup oleh individu. Pengukuran debu total membantu dalam
menilai tingkat paparan debu di suatu lokasi atau ruang kerja, yang dapat digunakan untuk
menilai risiko kesehatan pekerja dan menerapkan langkah-langkah pengendalian debu
yang sesuai.
Pentingnya pengukuran debu personal dan debu total terletak pada perlindungan
kesehatan pekerja dan pemahaman risiko yang terkait dengan eksposur debu di lingkungan
kerja. Oleh karena itu, praktikum pengukuran debu personal dan debu total menjadi
langkah penting dalam mendukung upaya keselamatan kerja, perlindungan kesehatan
pekerja, serta pemahaman lebih lanjut tentang kualitas udara di tempat kerja.
Melalui praktikum ini, peserta akan memahami metode-metode pengukuran debu
personal dan debu total, serta bagaimana menerapkan hasil pengukuran ini untuk menilai
tingkat paparan debu di lokasi kerja. Dengan demikian, laporan praktikum ini akan merinci
prosedur pengukuran, peralatan yang digunakan, serta interpretasi hasil pengukuran
sebagai langkah-langkah konkrit dalam mengelola risiko debu di tempat kerja dan
memastikan keselamatan dan kesehatan pekerja.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pengukuran debu personal dapat digunakan untuk mengevaluasi
tingkat eksposur pekerja terhadap partikel debu di lingkungan kerja, dan apa
dampaknya terhadap kesehatan pekerja?
2. Bagaimana metode pengukuran debu total digunakan untuk mengevaluasi kualitas
udara di lingkungan tertentu, dan apa implikasinya terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia?
C. Tujuan
1. Mengetahui metode pengukuran debu personal yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi tingkat eksposur pekerja terhadap partikel debu di lingkungan kerja, dan
apa dampaknya terhadap kesehatan pekerja.
2. Metode pengukuran debu total digunakan untuk mengevaluasi kualitas udara di
lingkungan tertentu, dan apa implikasinya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
D. Manfaat
Pengukuran debu personal dan debu total memiliki manfaat yang signifikan dalam
berbagai konteks, termasuk lingkungan kerja, kesehatan masyarakat, dan perlindungan
lingkungan.
1. Manfaat Pengukuran Kadar Debu Personal
a. Evaluasi Eksposur Pekerja
Pengukuran debu personal membantu mengukur sejauh mana pekerja terpapar debu
selama bekerja. Ini penting untuk menilai risiko kesehatan pekerja dan menentukan
apakah tindakan pengendalian perlu diimplementasikan.
b. Perlindungan Kesehatan Pekerja
Pengukuran debu personal membantu mengidentifikasi pekerja yang berisiko
terkena dampak kesehatan negatif akibat eksposur debu. Langkah-langkah
pengendalian, seperti penggunaan peralatan pelindung diri (APD) yang sesuai, dapat
diterapkan untuk melindungi kesehatan mereka.
c. Kepatuhan dengan Standar Keselamatan Kerja
Pengukuran debu personal memungkinkan perusahaan untuk memastikan bahwa
mereka mematuhi standar keselamatan kerja yang berlaku, yang sering mengatur
batasan paparan debu di lingkungan kerja.

2
d. Identifikasi Sumber Paparan
Hasil pengukuran debu personal dapat membantu mengidentifikasi sumber-sumber
tertentu yang berkontribusi pada eksposur pekerja, sehingga langkah-langkah
perbaikan dapat diambil untuk mengurangi paparan tersebut.
2. Manfaat Pengukuran Kadar Debu Total
a. Evaluasi Kualitas Udara
Pengukuran debu total membantu menilai kualitas udara di suatu wilayah atau
lingkungan. Ini berguna dalam pemantauan lingkungan dan penentuan dampak
polusi debu terhadap udara, tanah, dan air.
b. Penyusunan Kebijakan Lingkungan
Hasil pengukuran debu total digunakan oleh pemerintah dan lembaga pengatur untuk
merancang kebijakan dan regulasi lingkungan yang efektif dalam mengurangi
paparan debu dan melindungi lingkungan alam.
c. Penilaian Risiko Kesehatan Masyarakat
Paparan debu total dapat berdampak pada kesehatan masyarakat. Pengukuran debu
total membantu mengevaluasi risiko kesehatan yang terkait dengan paparan debu
dan memungkinkan pengambilan tindakan pencegahan yang sesuai.
d. Pemantauan Dampak Aktivitas Industri
Pengukuran debu total digunakan dalam pemantauan dampak aktivitas industri
terhadap lingkungan. Ini membantu perusahaan dan pemerintah untuk mengambil
tindakan perbaikan jika diperlukan.
e. Perencanaan Penyelamatan Lingkungan
Data pengukuran debu total seringkali digunakan dalam perencanaan proyek
penyelamatan lingkungan, seperti reklamasi lahan tambang atau pemulihan tanah
tercemar.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Debu
Debu merupakan zat kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis
seperti pengolahan, pengahancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dari
benda baik organik maupun anorganik, yang memiliki diameter antar 0,1 mikron hingga
500 mikron. Menurut Suma’maur (2009), debu adalah partikel-partikel zat padat yang
ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan,
penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-
bahan baik organik maupun anorganik Secara fisik debu dikategorikan sebagai pencemar.
Debu merupakan partikel kecil <100 µm yang dapat menyebabkan gangguan sistem
respirasi kronis (Maradjabessy dkk., 2021). Debu adalah partikel padat yang dapat
dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu
bahan (Mukono, 1997). Sedangkan menurut Hidayat (2000), debu adalah partikel padat
yang terbentuk dari proses penghancuran, penanganan, grinding, impaksi cepat, peledakan
dan pemecahan dari material organik atau anorganik seperti batu, bijih metal, batubara,
kayu dan biji-bijian. Istilah debu yang digunakan di industri adalah menunjuk pada partikel
yang berukuran antara 0,1 sampai 25 mikron.
B. Jenis-Jenis Debu
Jenis debu dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, termasuk sumbernya,
ukuran partikel, komposisi kimia, dan dampak kesehatan. Berikut beberapa klasifikasi
umum dari jenis debu berdasarkan berbagai aspek:
1. Berdasarkan Sumbernya
a. Debu Alami
Debu yang berasal dari alam, seperti debu yang dihasilkan oleh angin yang
mengangkut partikel-partikel dari tanah atau alam sekitarnya.
b. Debu Manusia
Debu yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, seperti industri, konstruksi, atau
penggunaan kendaraan bermotor.
2. Ukuran Partikel
a. Debu Kasar
Partikel debu yang besar dan kasar yang cenderung jatuh dengan cepat dan dapat
terlihat dengan mata telanjang.

4
b. Debu Halus
Partikel debu yang sangat kecil dan melayang di udara dalam waktu lama. Debu
halus dapat memiliki dampak kesehatan yang lebih serius karena mudah terhirup ke
dalam paru-paru.
3. Berdasarkan Komposisi Kimia
a. Debu Organik
Debu yang berasal dari bahan-bahan organik seperti serbuk kayu, serbuk sari, atau
serbuk tumbuhan lainnya.
b. Debu Anorganik
Debu yang berasal dari bahan-bahan non-organik seperti logam, mineral, atau bahan
kimia anorganik.
4. Berdasarkan Dampak Kesehatan
a. Debu Beracun
Debu yang mengandung zat-zat beracun seperti logam berat, asbes, atau senyawa
kimia berbahaya lainnya.
b. Debu Alergen
Debu yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada individu yang peka terhadapnya,
seperti serbuk sari tumbuhan atau serbuk tungau.
5. Berdasarkan Lokasi Penemuan
a. Debu Lingkungan
Debu yang ditemukan di alam terbuka atau dalam lingkungan umum di luar ruangan.
b. Debu Industri
Debu yang dihasilkan dalam lingkungan industri sebagai akibat dari proses produksi
atau aktivitas industri lainnya.
6. Berdasarkan Metode Pengukuran
a. Debu Total
Total partikel debu yang ada di suatu lingkungan, termasuk debu yang mungkin
mengendap di permukaan dan debu di udara.
b. Debu Personal
Partikel debu yang dihirup oleh individu selama bekerja atau beraktivitas.
C. Debu sebagai Masalah Lingkungan dan Kesehatan
Debu dapat menjadi masalah lingkungan dan kesehatan yang serius. Beberapa dampak
debu terhadap kesehatan manusia antara lain:

5
1. Paparan debu timbal
Debu timbal (PM 10) dapat mencemari udara, tanah, dan darah anak-anak di sekitar
lokasi peleburan aki bekas baik ilegal maupun legal. Pencemaran timbal akibat
peleburan aki bekas bukanlah hal baru, dan penelitian telah menunjukkan bahwa debu
timbal dapat mengontaminasi darah anak-anak dan berdampak buruk bagi kesehatan.
2. Ancaman kesehatan pekerja industri keramik
Proses pembuatan keramik menghasilkan debu-debu berbahaya bagi pekerja. Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ukuran debu berbahaya adalah debu yang
berukuran 0,1 hingga 10 mikron. Pekerja yang terpapar debu ini selama delapan jam
setiap harinya dapat mengalami masalah kesehatan di kemudian hari.
3. Dampak paparan debu pembangunan
Paparan debu pembangunan, seperti yang terjadi selama pembangunan PLTU, dapat
berdampak buruk bagi kesehatan fisik, mental, sosial, dan ekonomi masyarakat.
Penelitian di Desa Suak Puntong, Nagan Raya, menunjukkan bahwa paparan debu
pembangunan PLTU 3 dan 4 berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat.
4. Masalah kesehatan pada pekerja industri mebel kayu
Pekerja industri mebel kayu rentan terpapar debu, terutama debu dari serbuk kayu.
Paparan debu ini dapat menyebabkan masalah kesehatan pernapasan, dan penelitian
telah dilakukan untuk menganalisis kadar debu respirabel terhadap keluhan kesehatan
pada pekerja industri mebel kayu.
Untuk mengatasi masalah debu sebagai masalah lingkungan dan kesehatan, perlu
dilakukan pengendalian debu di tempat kerja, pengawasan terhadap industri yang
menghasilkan debu berbahaya, dan perlindungan kesehatan masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi yang terpapar debu. Kebijakan yang mendukung penanganan pencemaran
debu juga perlu diterapkan oleh pemangku kepentingan terkait.
D. Regulasi Mengenai Debu
Regulasi yang mengatur debu di tempat kerja di Indonesia meliputi beberapa peraturan
pemerintah dan peraturan menteri. Beberapa di antaranya adalah:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Peraturan ini juga mengatur tentang pengendalian debu di tempat kerja, termasuk baku
mutu emisi dan ambang batas emisi gas buang.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Peraturan

6
ini mengatur tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja, termasuk pengendalian
debu di tempat kerja.
3. SNI 7325:2009 tentang Metoda Pengukuran Kadar Debu Respirabel di Udara Tempat
Kerja secara Perseorangan. SNI ini mengatur tentang metode pengukuran kadar debu
respirabel di udara tempat kerja secara perseorangan.
4. SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja. SNI
ini mengatur tentang pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.19/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Baku Mutu Emisi Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Industri. Peraturan ini menetapkan baku mutu emisi bagi usaha
dan/atau kegiatan industri, termasuk baku mutu emisi debu.
6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Regulasi-regulasi tersebut bertujuan untuk mengendalikan debu di tempat kerja dan
mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada pekerja yang terpapar debu. Beberapa
persyaratan yang diatur dalam regulasi tersebut antara lain pengukuran kadar debu,
pengendalian debu, penggunaan alat pelindung diri, dan persyaratan kesehatan lingkungan
kerja.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


1. Pengukuran Kadar Debu Personal

8
2. Pengukuran Kadar Debu Total

9
B. Tata Cara Pengukuran
1. Pengukuran Kadar Debu Personal
a. Menyimpan filter PVC di dalam Vacum Desicator selama 24 jam agar mendapatkan
kondisi stabil.
b. Menimbang filter PVC kososng sampai memperoleh berat konstan. Mencatat berat
filtern blanko dan filter contoh masing-masing dengan B1 (mg) dan W1 (mg).
c. Menaruh masing-masing filter yang telah ditimbang ke dalam two stage cassette
holder yang telah dialasi dengan cellulose support pad, kemudian memberi nomor
(kode) dengan kertas label.
d. Menyiapkan filter blanko
e. Menghubungkan personal vacum pump, melakukan kalibrasi dengan flowrate 1,9
l/menit.
f. Melakukan pengambilan sampel selama 15 menit secara terus menerus.
g. Menimbang filter blanko dan filter sampel menggunakan timbangan analitik yang
sama, sehingga memperoleh berat filter blanko dan filter sampel masing-masing B2
(mg) dan W2 (mg).
h. Mencatat hasil penimbangan berat filter blanko dan filter contoh sesudah
pengukuran.
i. Menghitung kadar debu responsible dengan rumus:
(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)
𝑪= × 𝟏𝟎𝟑 𝒎𝒈/𝒎𝟑
𝑽
𝑽 = 𝒇𝒍𝒐𝒘𝒓𝒂𝒕𝒆 × 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 (𝒍𝒊𝒕𝒆𝒓)
Keterangan
C : Kadar Debu Responsibel (mg/m3)
W2 : Berat filter contoh setelah pengambilan contoh (mg)
W1 : Berat filter contoh sebelum pengambilan contoh (mg)
B2 : Berat filter blanko setelah pengambilan contoh (mg)
B1 : Berat filter blanko sebelum pengambilan contoh (mg)
V : Volume udara pada waktu pengambilan contoh (l)
2. Pengukuran Kadar Debu Total
a. Meletakkan HVS pada titik pengukuran dengan tripod kira-kira setinggi zona
pernafasan pekerja.

10
b. Menghidupkan pompa udara penghisap dan melakukan pengambilan contoh dengan
flowrate 10 l/menit.
c. Mengambil contoh selama 15 menit.
d. Setelah selesai mengambil contoh, membersihkan debu pada bagian luar holder unuk
menghindari kontaminasi.
e. Memindahkan filter menggunakan pinset ke kaset filter dan memasukkan ke dalam
desikator selama 24 jam.
f. Menimbang filter blanko dan filter sampel menggunakan timbangan analitik yang
sama, sehingga memperoleh berat filter blanko dan filter sampel masing-masing B2
(mg) dan W2 (mg).
g. Mencatat hasil penimbangan berat filter blanko dan filter contoh sesudah
pengukuran.
h. Menghitung kadar debu responsible dengan rumus:
(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)
𝑪= × 𝒎𝒈/𝒍
𝑽
𝒂𝒕𝒂𝒖
(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)
𝑪= × 𝟏𝟎𝟑 𝒎𝒈/𝒎𝟑
𝑽
Keterangan
C : Kadar Debu Responsibel (mg/m3)
W2 : Berat filter contoh setelah pengambilan contoh (mg)
W1 : Berat filter contoh sebelum pengambilan contoh (mg)
B2 : Berat filter blanko setelah pengambilan contoh (mg)
B1 : Berat filter blanko sebelum pengambilan contoh (mg)
V : Volume udara pada waktu pengambilan contoh (l)
C. Lokasi Pengukuran
1. Pengukuran Debu Personal
Pengukuran kadar debu personal dilakukan di halaman Gedung E Fakultas Kedokteran
UNS deng probandus petugas kebersihan.
2. Pengukuran Debu Total
Pengukuran kadar debu total dilakukan di halaman parkir Fakultas Teknik UNS.

11
BAB IV
HASIL

A. Pengukuran Debu Personal


Nama Lokasi Filter Contoh Filter Blanko Flowrate Kadar Debu Total
Kosong Terisi Kosong Terisi
Nasywa Halaman 14894,2 14894,5 1,7 11,76 mg/m3 (15 menit)
Salsabila Gedung E 0,5 mg/m3 (6 jam)
FK UNS

1. Perhitungan selama 15 menit


(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)
𝑪= × 𝟏𝟎𝟑 𝒎𝒈/𝒎𝟑
𝑽
(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)
𝑪= × 𝟏𝟎𝟑 𝒎𝒈/𝒎𝟑
𝒇𝒍𝒐𝒘𝒓𝒂𝒕𝒆 × 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖
(𝟏𝟒𝟖𝟗𝟒, 𝟓 − 𝟏𝟒𝟖𝟗𝟒, 𝟐)
𝑪= × 𝟏𝟎𝟑
𝟏, 𝟕 × 𝟏𝟓
𝟎, 𝟑
𝑪= × 𝟏𝟎𝟑
𝟐𝟓, 𝟓
𝑪 = 𝟏𝟏, 𝟕𝟔 𝒎𝒈/𝒎𝟑

2. Perhitungan selama 6 jam


(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)
𝑪= × 𝟏𝟎𝟑 𝒎𝒈/𝒎𝟑
𝑽
(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)
𝑪 = × 𝟏𝟎𝟑 𝒎𝒈/𝒎𝟑
𝒇𝒍𝒐𝒘𝒓𝒂𝒕𝒆 × 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖
(𝟏𝟒𝟖𝟗𝟒, 𝟓 − 𝟏𝟒𝟖𝟗𝟒, 𝟐)
𝑪= × 𝟏𝟎𝟑
𝟏, 𝟕 × 𝟑𝟔𝟎
𝟎, 𝟑
𝑪= × 𝟏𝟎𝟑
𝟔𝟏𝟐
𝑪 = 𝟎, 𝟓 𝒎𝒈/𝒎𝟑

12
B. Pengukuran Debu Total
Lokasi Alat Filter Contoh Filter Blanko Flowrate Kadar Debu
Kosong Terisi Kosong Terisi Total
Halaman HVS 478,4 487,1 477,4 485,6 1 0,03 mg/l
Parkir
FT UNS

(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)


𝑪= 𝒎𝒈/𝒍
𝑽
(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)
𝑪= 𝒎𝒈/𝒍
𝒇𝒍𝒐𝒘𝒓𝒂𝒕𝒆 × 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖
(𝟒𝟖𝟕, 𝟏 − 𝟒𝟕𝟖, 𝟔) − (𝟒𝟖𝟓, 𝟔 − 𝟒𝟕𝟕, 𝟒)
𝑪= 𝒎𝒈/𝒍
𝟏 × 𝟏𝟓
𝟖, 𝟔 − 𝟖, 𝟐
𝑪= 𝒎𝒈/𝒍
𝟏𝟓
𝟎, 𝟒
𝑪= 𝒎𝒈/𝒍
𝟏𝟓
𝑪 = 𝟎, 𝟎𝟑 𝒎𝒈/𝒍

13
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pengukuran Kadar Debu Personal


Pengukuran kadar debu personal di tempat kerja adalah proses yang digunakan untuk
menentukan jumlah partikel debu yang dihirup oleh individu selama bekerja di lingkungan
kerja. Tujuannya adalah untuk mengukur paparan pekerja terhadap debu tertentu yang
dapat memiliki dampak kesehatan, seperti debu silika, debu logam berat, debu organik,
dan lainnya. Pengukuran kadar debu personal penting dalam pengendalian risiko paparan
debu di tempat kerja dan perlindungan kesehatan pekerja.
Pengukuran kadar debu personal kali ini dilakukan di halaman Gedung E Fakultas
Kedokteran UNS dengan menggunakan alat Personal Dust Sampler. Pengukuran ini
dilakukan pada 10 Oktober 2023 pukul 09.30-10.00. Pengukuran dilakukan dengan
pengambilan sampel dengan menggunakan Personal Dust Sampler yang dipasang pada
probandus yaitu Nasywa Salsabila yang sedang melakukan aktivitas menyapu selama 15
menit.
Sebelum dilakukan pengambilan sampel, filter contoh ditimbang dan menunjukkan
berat filter 14894,2 mg. Setelah dilakukan pengambilan sampel selama 15 menit,
didapatkan debu yang menempel pada filter contoh seberat 14894,5 mg. Selanjutnya,
untuk mendapatkan nilai kadar debu personal dilakukan pengukuran dengan rumus :
(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)
𝑪= × 𝒎𝒈/𝒍
𝑽
Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai kadar debu personal sebesar 11,76 mg/m3.
Kemudian, kami juga melakukan perhitungan kadar debu personal di tempat kerja dengan
waktu 6 jam, tetapi dengan berat filter contoh yang sama, didapatkan kadar debu personal
sebesar 0,5 mg/m3.
Menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja, Nilai Ambang Batas kadar debu di tempat kerja yaitu 0,4 mg/m3. Dari
hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa kadar debu personal dalam pengukuran yang
telah peneliti lakukan, memiliki nilai di atas nilai ambang batas, sehingga dapat dilakukan
pengendalian. Berikut adalah beberapa tindakan yang dapat diambil untuk mengendalikan
kadar debu personal yang melebihi nilai ambang batas:
a. Penggunaan Peralatan Pelindung Diri (APD)
b. Perubahan Prosedur Kerja

14
c. Ventilasi yang Baik
d. Kontrol Lingkungan
e. Pendidikan dan Pelatihan
f. Pemantauan Rutin
g. Evaluasi dan Perbaikan:
h. Kerjasama dengan Pakar Kesehatan dan Keselamatan
B. Pengukuran Kadar Debu Total
Pengukuran kadar debu total di lingkungan kerja adalah pengukuran dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat paparan debu di lingkungan kerja. Pengukuran kadar
debu total pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel di halaman parkir
Fakultas Teknik UNS. Halaman parkir Fakultas Teknik UNS sedang ada pembangunan
fasilitas kampus yang mana menimbulkan banyak debu. Pengukuran dilakukan pada 10
Oktober 2023 pukul 09.00 – 09.30. Pengambilan sampel debu dilakukan dengan
menggunakan alat High Volume Sampler selama 15 menit.
Sebelum dilakukan pengambilan sampel, filter contoh dan filter blanko. Berat filter
contoh sebelum diambil sampel senilai 478,6 mg dan berat filter blanko sebelum diambil
sampel senilai 477,4 mg. Setelah dilakukan pengambilan sampel selama 15 menit, berat
filter contoh yaitu 487,1 dan berat filter blanko yaitu 485,6. Selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan hasil kadar debu total dengan menggunakan rumus:
(𝑾𝟐 − 𝑾𝟏) − (𝑩𝟐 − 𝑩𝟏)
𝑪= 𝒎𝒈/𝒍
𝑽
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, diperoleh nilai kadar debu total
sebesar 0,03 mg/l. Menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, Nilai Ambang Batas kadar debu di tempat kerja yaitu
10 mg/m3, yang mana dapat diketahui bahwa kadar debu total di halaman parkir Fakultas
Teknik UNS masih di bawah nilai ambang batas.

15
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengukuran kadar debu personal dan debu total adalah bahwa pengukuran kadar debu
personal merupakan langkah penting dalam mengidentifikasi eksposur pekerja terhadap
partikel debu di lingkungan kerja. Hasil pengukuran kadar debu personal di lokasi tertentu
menunjukkan bahwa kadar debu dalam jangka waktu 15 menit melebihi nilai ambang batas
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, tindakan pengendalian harus diambil, seperti
penggunaan peralatan pelindung diri (APD), perubahan prosedur kerja, perbaikan
ventilasi, pengendalian lingkungan, pelatihan pekerja, pemantauan rutin, evaluasi, dan
kerjasama dengan pakar keselamatan dan kesehatan.
Di sisi lain, pengukuran kadar debu total di lokasi lain menunjukkan bahwa kadar debu
total di halaman parkir Fakultas Teknik UNS berada jauh di bawah nilai ambang batas
yang telah ditetapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas udara di lokasi tersebut
masih dalam batas yang aman sesuai dengan peraturan keselamatan kerja yang berlaku.
Oleh karena itu, upaya untuk menjaga kadar debu total di bawah ambang batas telah
berhasil dilaksanakan.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengukuran kadar debu personal dan debu total, terdapat beberapa
hal yang dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerja di lingkungan kerja.
Pertama, mengingat kadar debu personal di atas nilai ambang batas, disarankan untuk
memprioritaskan penggunaan peralatan pelindung diri (APD) yang sesuai dan berkualitas
tinggi. Perubahan dalam prosedur kerja juga harus diterapkan untuk mengurangi paparan
debu. Selanjutnya, perbaikan ventilasi di lokasi kerja serta pengendalian lingkungan
seperti penahan debu dan pembasahan permukaan yang menghasilkan debu dapat
membantu mengurangi risiko paparan. Penting untuk memberikan pelatihan dan
pendidikan kepada pekerja mengenai risiko debu dan cara mengelolanya. Pemantauan
rutin dan evaluasi berkala akan membantu memastikan efektivitas tindakan pengendalian.
Kedua, dalam kasus pengukuran kadar debu total yang berada di bawah nilai ambang
batas, disarankan untuk menjaga kondisi ini dengan tetap menjalankan praktik-praktik
keselamatan yang telah diterapkan. Namun, pemantauan berkala tetap diperlukan untuk
memastikan bahwa kadar debu tetap dalam batas yang aman. Selain itu, kerjasama dengan

16
pakar kesehatan dan keselamatan kerja dapat memberikan wawasan tambahan dan saran
untuk menjaga kualitas udara yang baik di lingkungan kerja.
Keselamatan dan kesehatan pekerja harus selalu menjadi prioritas utama, dan tindakan
pencegahan harus diterapkan dengan tegas untuk mengurangi dampak paparan debu di
lingkungan kerja.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, M.Y., Safrizal, S.A., Azwar, A. and Reynaldi, F., 2021. Analisis Dampak Paparan
Debu Akibat Pembangunan Pltu 3 Dan 4 Nagan Raya Terhadap Kesehatan Masyarakat
Di Desa Suak Puntong Kabupaten Nagan Raya. Jurnal Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat (Jurmakemas), 1(2), pp.31-47.
Anjani, N.R., Rahardjo, M. and Budiyono, B., 2018. Hubungan Kadar Debu Terhirup Dengan
Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Mebel Pt Marleny Jepara. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 6(6), pp.259-268.
Maradjabessy, F.A., Yuniarti, Y. and Adji, H.W., 2021. Scoping Review: Efek Debu terhadap
Fungsi Paru Pekerja. Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains, 3(1), pp.80-85.
Permatasari, L.O., Rahardjo, M. and Joko, T., 2017. Hubungan antara kadar debu total dan
personal hygiene dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pengolahan kayu Di CV
Indo Jati Utama Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 5(5), pp.717-723.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja.
Indonesia, S.N., 2004. Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja. Standar Nasional
Indonesia, pp.16-7058.
SNI 7325:2009
Sunaryo, M. and Rhomadhoni, M.N., 2021. Analisis Kadar Debu Respirabel Terhadap Keluhan
Kesehatan Pada Pekerja. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
KHATULISTIWA, 8(2), pp.63-71.

18
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasi Pengukuran Kadar Debu Personal Lampiran 2. Hasi Pengukuran Kadar Debu Total

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Debu Personal Lampiran 4. Perhitungan Kadar Debu Total

19
Lampiran 5. Penimbangan Filter Lampiran 6. Penimbangan Filter
Contoh Kadar Debu Personal Contoh Kadar Debu Total

Lampiran 7. Pengukuran Debu Personal Lampiran 8. Pengukuran Debu Total

20

Anda mungkin juga menyukai