Makalah Hukum Penitensier Proses Pembina
Makalah Hukum Penitensier Proses Pembina
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila dideskripsikan hal di atas adalah benar, maka ada dua hal yang harus
diperhatikan sehubungan dengan pelaksanaan penegakan hukum dan perlindungan
hak asasi manusia, khususnya hak asasi tahanan dan narapidana.
Dari uraian tersebut di atas, maka aparat penegak hukum yang terdiri dari
aparat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan sudah sepantasnya
menyadari kedudukannya yang sangat strategis itu, terutama dalam kaitannya dengan
peranannya dalam tujuan negara Indonesia yang adil berkemakmuran dan makmur
berkeadilan.
Negara hukum merupakan suatu dimensi dari negara demokratis dan memuat
substansi HAM, bila tidak dikuatirkan kehilangan esensinya dan cenderung sebagai
alat penguasa untuk melakukan penindasan terhadap rakyat, juga sebagai instrumen
untuk melakukan justifikasi terhadap kebijakan pemerintah yang sebenarnya
melanggar HAM.[5]
Hal inilah yang menjadi landasan dan tujuan dari usaha penegakan hukum
terutama dalam bidang hukum pidana yakni kebijaksanaan penanggulangan kejahatan
di Indonesia agar sesuai dengan yang diharapkan sekaligus politik hukum di
Indonesia. Dalam masyarakat yang sedang membangun pembangunan, tentu terdapat
perubahan tata nilai yang berpengaruh pada masing-masing lapangan kehidupan.
Perubahan tersebut dapat menuju ke arah yang positif maupun kearah yang negatif.
Seiring dengan itu, agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia, sudah tentu dalam dalam pembangunan itu
memerlukan situasi yang aman dan tertib. Situasi tersebut hanya dapat terwujud
apabila masyarakat bersama-sama dengan pemerintah memiliki kesadaran hukum dan
taat (tertib hukum) terhadap segala peraturan yang ada.
Penjara atau yang lebih dikenal di Indonesia masa kini adalah Pemasyarakatan
merupakan penemuan baru yang mulai berkembang secara luas kurang lebih 300
tahun terakhir, bagian dari perkembangan sistem pemidanaan dari masa ke masa.
B. Identifikasi Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
c. Mampu menempatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.[7]
b. Lose of security adalah pengawasan yang setiap saat, narapidana kan ragu dalam
bertindak, kurang percaya diri, dan tidak mampu mengambil keputusan secara baik.
g. Lose of prestige adalah narapidana akan kehilangan dirinya, seperti kamar tidur
(sel) yang hanya berpintu terali besi.
h. Lose of believe adalah karena hukum yang dijalani narapidana cukup lama maka
ia akan kehilangan rasa percaya diri, seperti kurang memiliki stabilitas jiwa yang
mantap.
a. Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap
optimis akan masa depannya.
b. Dapat memperoleh pengetahuan, minimal keterampilan untuk bekal mampu hidup
mandiri dan berpartisipasi dalam egiatan pembangunan nasional.
c. Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum yang tercermin pada sikap dan
erilaku yang tertib, disiplin serta mampu menggalang rasa kesetiakawanan nasional.
Prinsip itu adalah kemauan atau hasrat narapidana untuk membina sendiri,
keterlibatan keluarga dalam membina anggota keluarganya yang menjadi
narapidana dan keterlibatan masyarakat untuk ikut serta membina narapidana dan
peran kelompok masyarakat serta pemerintah dalam membina narapidana. Hanya
dengan peran serta semua pihak, pembinaan narapidana dapai dicapai dengan baik,
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
MAPENALING merupakan Program pembinaan bagi WBP baru, dengan tujuan agar
dapat memahami tata tertib, hak dan kewajiban, serta larangan, program ini
pembinaan tahap awal dari proses pemasyarakatan, yang merupakan dasar
dariprogram pembinaan kepribadian sampai pada tahapan program integrasi.
b. Pembinaan Kepribadian
Kegiatan Agama Islam melalui Pondok Pesantren “Nurul Falah” Lapas Klas II A
Banceuy Bandung;
Pembinaan dalam bentuk fisik dan penerapan kedisiplinan yang meliputi kegiatan
senam kesegaran jasmani dilaksanakan setiap pagi hari, baris-
berbarisdilaksanakansetelah kegiatan senam dan upacara
pembinaan dilaksanakan setiap hari senin.
Kegiatan olah raga WBP yang dilaksanakan pada pagi hari dan sore
hari (jam 07.45s.d. jam 08.30 WIB dan jam 15.30 s.d. jam 16.30 WIB) dengan
melakukan kegiatanpermainan : pagi hari (senam) sore hari (sepak bola, voly ball,
tenis lapangan, tenis meja, bulu tangkis).
Upaya menyalurkan minat bakat WBP dan menumbuhkan rasa memiliki untuk
melestarikan nilai-nilai seni-budaya serta menyalurkan kemampuan bakat seni (group
band, vokal group, perkusi/rampak gendang, teater, angklung, karinding/celempung,
marawis, seni rupa). Kegiatan dilaksnakan pada pagi dan sorehari.
Kegiatan Kejar Paket bagi WBP melalui PKBM (Pendidikan Kelompok Belajar
Masyarakat) bagi yang tidak dapat baca tulis dan berhitung.
c. Pembinaan Kemandirian
Pelatihan Sablon;
Perikanan;
Pelatihan Elektronik;
Pelatihan Meubelair;
Pelatihan Sepatu;
Menurut penulis, bahwa dalam penanganan kasus narkoba ini bersifat mengakar
dan mempengaruhi baik psikologis maupun kondisi lingkungan Lembaga
Pemasyarakatan juga mempengaruhi, oleh sebab itu pembinaan narapidana tidak
hanya melalui pendekatan secara kejeraan, namun perlu juga proses secara
kekeluargaan, karena menurut penulis hampir seluruh pengguna narkoba disebabkan
oleh kurangnya perhatian orang-orang sekitar para pengguna dan kurangnya
penanaman nilai-nilai agama.
Apa itu hakim komisaris seperti yang diatur dalam RUU KUHAP ? Hakim
komisaris bukan istilah baru di Indonesia, sebab pada saat diberlakukannyareglement
op de Strafvoedering, hal itu sudah diatur dalam titel kedua tentang Van de regter-
commissaris. Hakim komisaris pada tahap pemerikasaan pendahuluan berfungsi
sebagai pengawas (examinating judge) untuk mengawasi apakah tindakan upaya
paksa (dwang middelen), yg meliputi penangkapan, penggeledahan, penyitaan dan
pemeriksaan surat2, dilakukan dengan sah atau tidak.
Istilah hakim komisaris muncul kembali dalam konsep RUU KUHAP yang
hingga saat ini belum ditetapkan sebagai UU. Jika dikaji lebih jauh maka kiranya
dapat dipahami bahwa masuknya ide hakim komisaris ke dalam konsep KUHAP
merupakan adopsi dari sistem Eropa Kontinental, antara lain Belanda. Hakim
Komisaris muncul dalam sistem hukum Belanda bertujuan mengawasi jalannya
proses hukum acara pidana.
Mungkin hal ini juga disebabkan terkait belum ada aturan yang mengaturnya
secara khusus, sehingga kinerja hakim komisaris/pengawas ini belum bisa berjalan
secara optimal. Karena di dalam KUHAP sendiri yang saat ini masih berlaku, tidak
terdapat ketentuan mengenai hakim komisaris/pengawas yang mengaturnya secara
jelas.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Setiyono, Joko. 2007. Kebijakan Legislatif Indonesia, dalam Hak Asasi Manusia
Hakekat, Konsep dan Implikasi dalam Perspektif Hukum
dan Masyarakat.Bandung: PT Refika Aditama.
Sunggono, Bambang dan Aries Harianto. 1994. Bantuan Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Bandung: Mandar Maju.
[1] Didin Sudirman, Reposisi dan Revitalisasi Pemasyarakatan dalam Sistem Peradilan
Pidana di Indonesia, (Jakarta: Alnindra Dunia Perkasa, 2007), hlm. ix.
Pidana, dalam Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsep dan Implikasi dalam Perspektif Hukum dan
[4] Joko Setiyono, Kebijakan Legislatif Indonesia, dalam Hak Asasi Manusia Hakekat,
Konsep dan Implikasi dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
hlm. 120.
[5] Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia,