Anda di halaman 1dari 6

SOAL 1

1. Perbuatan yang dilakukan terhadap Barbie termasuk tindak pidana yang melanggar
Pasal 355 ayat (2) KUHP. Silakan dianalisis unsur subjektif dan unsur objektif dari
tindak pidana yang telah dilakukan oleh para pelaku.

Jawab :
Berikut analisis saya, Tindakan yang dilakukan Para pelaku yakni Andi, Surya,
Pekgo, dan Goceng memiliki unsur subjektif dan objektif yang berbeda-beda
dalam tindak pidana yang dilakukan.:
A. Unsur Subjektif
 Unsur subjektif dari Andi adalah niat jahat untuk meminta Surya untuk
membius Barbie dan memasukkannya ke dalam koper besar. Andi juga
memberikan uang sebesar 100 juta kepada Surya sebagai imbalan atas
tindakan tersebut.
 Unsur subjektif dari Surya adalah niat untuk membantu Andi dalam
melaksanakan tindakan tersebut dengan meminta bantuan kepada
temannya, Pekgo dan Goceng.
 Mereka secara sadar dan dengan sengaja melakukan beberapa tindakan
yang mengarah pada pembiusan, penculikan, pembunuhan, dan
pembuangan mayat.
 Pelaku memiliki pengetahuan tentang sifat obat bius dan dampaknya
terhadap korban. Namun dengan sengaja para pelaku menggunakan obat
bius untuk membius (korban) Barbie, hal ini menunjukkan adanya
pengetahuan tentang konsekuensi dari tindakan tersebut
B. Unsur Objektif:
 Para pelaku melakukan tindakan pembiusan terhadap Barbie dengan
memberikan obat bius. Hal ini terbukti dari aksi (Pelaku) Goceng yang
membekap (korban) Barbie dari belakang, yang menyebabkan (korban)
Barbie tidak sadarkan diri atau dalam kata lain pingsan. Dalam hal ini
Tindakan membius dan memasukkan seseorang ke dalam koper besar
tanpa persetujuannya adalah perbuatan yang melanggar hak asasi
manusia, yaitu hak atas kebebasan dan martabat manusia.
 Pelaku melakukan tindakan penculikan terhadap (korban) Barbie
dengan memasukkan tubuh (korban) Barbie yang dalam keadaan
pingsan ke dalam koper besar.
 Pelaku telah melakukan tindakan menghilangkan nyawa dan
membuang mayat korban dengan membuat koper yang berisi mayat
korban ke sungai. Tindakan membunuh dan membuang mayat Barbie
merupakan tindakan yang sangat serius dan melanggar hukum. Hal ini
termasuk dalam tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam Pasal
338 KUHP
 Tindakan tersebut juga melanggar Pasal 355 ayat 2 KUHP yang
berbunyi, “Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.”
Dengan demikian, tindakan yang dilakukan oleh Andi, Surya, Pekgo, dan
Goceng termasuk dalam tindak pidana yang sangat serius dan melanggar
hukum. Mereka membius dan memasukkan Barbie ke dalam koper besar tanpa
persetujuannya, dan kemudian membunuhnya dan membuang mayatnya.
Tindakan ini melanggar hak asasi manusia serta Pasal 355 ayat 2 KUHP.
Selain itu, mereka juga melakukan tindak pidana pembunuhan yang diatur
dalam Pasal 338 KUHP.

REFERENSI:
- Pasal 355 ayat (2) KUHP dari:
https://www.liputan6.com/regional/read/5222893/membedah-isi-pasal-
355-dan-354-kuhp-yang-bikin-mario-terancam-hukuman-12-tahun-penjara
diakses pada 31 Mei 2023
- Pasal 338 KUHP.
2. Tindak Pidana yang dilakukan merupakan tindak pidana dengan unsur yang memberatkan.
Silakan dianalisis unsur yang memberatkan dalam tindak pidana tersebut
Jawab:
Berdasarkan analisis saya terdapat unsur yang memberatkan dalam tindak pidana
tersebut diantaranya :
1) Niat untuk menghilangkan nyawa
Dalam perbuatan ini, para pelaku dengan sengaja
melakukan tindakan yang mengarah pada hilangnya nyawa
korban. Mereka mengetahui bahwa
tindakan mereka dapat berakibat fatal, namun tetap
melakukannya.
2) Perencanaan
Tindakan yang dilakukan Andi yang meminta bantuan Surya
dapat dianggap sebagai unsur yang memberatkan selain itu,
Para pelaku sudah melakukan perencanaan yang matang
dengan berkoordinasi untuk melakukan tindakan tersebut.
Mereka juga merencanakan dan melakukan persiapan dengan
membeli obat bius dan koper besar.
3) Kekejaman dan kebrutalan
Tindakan pelaku terhadap korban, termasuk pembiusan,
penculikan, dan pembuangan mayat, menunjukkan tingkat
kekejaman dan kebrutalan yang tinggi.
Mereka menggunakan kekerasan fisik untuk mencapai tujuan
mereka.
4) Pembiusan: Tindakan yang dilakukan oleh Surya, Pekgo, dan
Goceng dalam membius B, merupakan unsur yang
memberatkan dalam pembunuhan. Pembiusan atau penggunaan
obat-obatan untuk mematikan kesadaran seseorang, dapat
meningkatkan tingkat kejahatan dalam tindakan pembunuhan.
5) Penghilangan jejak
Para pelaku mencoba untuk menghilangkan jejak dengan
memasukan tubuh korban ke dalam koper dan membuang
mayat tubuh korban ke sungai. Hal ini menunjukkan niat
mereka untuk menghindari tanggung jawab hukum atas
perbuatannya.
Dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang memberatkan tersebut, tindak
pidana yang dilakukan oleh para pelaku termasuk dalam kategori tindak
pidana dengan unsur yang memberatkan.
REFERENSI
 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Indonesia
 Putusan Mahkamah Agung Nomor 2734 K/Pid/2019 tanggal 28 Februari
2020, dalam perkara pidana tentang pembunuhan dengan unsur
perbuatan sadis.

SOAL 2

1. Silakan dibuktikan berdasarkan Pasal 263 ayat (1) KUHAP bahwa PK yang diajukan
oleh Baiq Nuril telah memenuhi syarat formal untuk meminta PK atas putusan hakim
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Jawab:

Pasal 263 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa "Terhadap keputusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat diminta kembali peninjauan kembali
oleh Mahkamah Agung dengan syarat-syarat tertentu yaitu syarat formal dan syarat
materiil." Dalam hal ini, putusan Mahkamah Agung dan Pengadilan Negeri Mataram
yang menjadi objek permohonan PK Nuril telah mempunyai kekuatan hukum tetap

Syarat formal yang harus dipenuhi dalam permohonan PK adalah bahwa permohonan
diajukan dalam bentuk tertulis dan disampaikan ke Mahkamah Agung melalui
Pengadilan Negeri yang memeriksa perkara terakhir. Selain itu, permohonan PK harus
dicantumkan alasan-alasan yang dianggap menguatkan permohonan tersebut.

Sedangkan syarat materiil yang harus dipenuhi adalah terdapat alasan baru atau bukti
baru yang tidak diketahui pada saat putusan diucapkan atau terdapat kekeliruan dalam
penerapan hukum yang mempengaruhi putusan yang bersangkutan. Dalam hal ini,
Nuril mengajukan PK dengan alasan bahwa terdapat kekeliruan dalam penerapan
hukum yang mempengaruhi putusan yang bersangkutan.

Dengan demikian, berdasarkan Pasal 263 ayat (1) KUHAP, PK yang diajukan oleh
Nuril terhadap putusan Mahkamah Agung Nomor 574K/PID.SUS/2018 tanggal 26
September 2018, Jo putusan Pengadilan Negeri Mataram Nomor
265/Pos.Sus/2017/PN Mtr tanggal 26 Juli 2017, memenuhi syarat-syarat formal dan
materiil yang diatur dalam ketentuan tersebut.
2. Silakan dianalisis bahwa syarat materiil yang diajukan oleh Baiq Nuril dalam
permohonan PK nya telah sesuai dengan ketentuan Pasal 263 ayat 2

Jawab:

Pasal 263 ayat (2) KUHAP menyebutkan bahwa permohonan PK hanya dapat
diajukan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;


b) terdapat alasan bahwa putusan tersebut diduga bertentangan dengan hukum
dan/atau
c) terdapat alasan bahwa putusan tersebut diduga telah terjadi kesalahan yang
merugikan kepentingan terdakwa.

Dalam kasus yang Anda sebutkan, Baiq Nuril mengajukan permohonan PK terhadap
putusan MA Nomor 574K/PID.SUS/2018 tanggal 26 September 2018, Jo putusan
Pengadilan Negeri Mataram Nomor 265/Pos.Sus/2017/PN Mtr tanggal 26 Juli 2017.
Dalam permohonannya, Baiq Nuril menyatakan bahwa putusan tersebut diduga
bertentangan dengan hukum dan/atau telah terjadi kesalahan yang merugikan
kepentingannya.

Dalam hal ini, permohonan PK yang diajukan oleh Baiq Nuril telah memenuhi syarat
materiil yang diatur dalam Pasal 263 ayat (2) KUHAP, yaitu telah terdapat putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan terdapat alasan yang
diduga bertentangan dengan hukum dan/atau telah terjadi kesalahan yang merugikan
kepentingan terdakwa. Oleh karena itu, permohonan PK yang diajukan oleh Baiq
Nuril dapat diterima oleh Mahkamah Agung untuk diproses lebih lanjut.

Referensi:

- Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 263 ayat (2)
- https://www.kai.or.id/berita/14055/melalui-kuasa-hukum-baiq-nuril-resmi-
ajukan-pk-putusan-ma.html Diakses 01 Juni 2023
SOAL 3

Silakan dianalisis bahwa bagi Negara Indonesia agar perjanjian internasional dapat menjadi hukum
nasional dibutuhkan adanya proses transformasi!.

Jawab:

Asas primat hukum internasional merupakan prinsip dasar dalam hukum internasional yang
menyatakan bahwa perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh suatu negara memiliki
derajat yang lebih tinggi daripada hukum nasional di negara tersebut. Artinya, jika terjadi
konflik antara hukum internasional dan hukum nasional, maka hukum internasional yang
harus diutamakan.

Namun, karena hukum internasional mengatur hubungan antar negara, dan negara-negara
memiliki kedaulatan atas wilayah, rakyat, dan kebijakan dalam wilayah masing-masing,
maka ada kebutuhan untuk mengubah atau menyesuaikan (mentransformasikan)hukum
internasional agar sesuai dengan hukum nasional.
Dalam sistem hukum Indonesia, perjanjian internasional membutuhkan proses transformasi
agar dapat menjadi bagian dari hukum nasional. Konsep ini dikenal sebagai "prinsip
transformasi" atau "prinsip dualisme" dalam hukum internasional. Menurut prinsip
transformasi, perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia tidak secara
otomatis memiliki kekuatan hukum di dalam negeri.

Indonesia memang memiliki persyaratan yang cukup ketat untuk mengubah perjanjian
internasional menjadi hukum nasional. Hal ini terkait dengan konstitusi Indonesia yang
mengatur bahwa perjanjian internasional harus disetujui oleh lembaga legislatif dan dapat
diimplementasikan melalui undang-undang atau peraturan pemerintah. Dalam hal ini,
Indonesia juga mempertimbangkan berbagai faktor, seperti perbedaan antara hukum
internasional dan hukum nasional, kebijakan nasional, dan pertimbangan hukum dan politik
yang berkaitan dengan implementasi perjanjian internasional.

Proses transformasi ini dapat melibatkan beberapa langkah, seperti memperkenalkan undang-
undang baru atau mengubah undang-undang yang ada, membuat peraturan pemerintah, atau
melakukan perubahan pada struktur atau lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas
implementasi perjanjian internasional.

Dalam hal ini, Indonesia mempunyai sistem hukum yang berbeda dengan negara-negara
Eropa, termasuk Jerman. Di Indonesia, perjanjian internasional harus melalui proses
transformasi agar dapat berlaku sebagai hukum nasional. Hal ini diatur dalam Pasal 7
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, yang menyatakan
bahwa perjanjian internasional yang telah diratifikasi harus diimplementasikan atau diubah
kembali menjadi hukum nasional melalui undang-undang atau peraturan pemerintah.
Dalam konteks Indonesia, proses transformasi perjanjian internasional menjadi hukum
nasional memiliki tujuan untuk mengintegrasikan perjanjian tersebut ke dalam sistem hukum
yang ada, serta memberikan kejelasan dan kepastian hukum bagi masyarakat Indonesia dalam
mengimplementasikan perjanjian internasional. Namun, penting untuk dicatat bahwa ada
pengecualian tertentu di mana perjanjian internasional dapat langsung berlaku di dalam
sistem hukum Indonesia tanpa melalui proses transformasi, seperti perjanjian yang diakui
sebagai bagian dari hukum nasional berdasarkan prinsip-prinsip konstitusional atau putusan
pengadilan.

REFERENSI

- Nandang Alamsyah Deliarnoor. ISIP4131 BMP Sistem Hukum Indonesia.


Universitas Terbuka
- Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.
- International Law Association. (2014). The Use of Foreign and
International Law in National Legal Systems: An Indonesian Perspective.
The International and Comparative Law Quarterly, 63(2), 437-449.

Anda mungkin juga menyukai