M DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN UTAMA KEKURANGAN NUTRISI PADA
DI RUANG AL AMIN RSI BANJARNEGARA
Disusun Oleh :
Didik Setiawan
(202303129)
2023
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan
Hari : ……………………….
Tanggal : ………………………..
(......................................)
(......................................)
Pembimbing Akademik
(...........................................)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Pengertian................................................................................................ 1
B. Etiologi.................................................................................................... 1
C. Batasan Karakteristik.............................................................................. 1
D. Fokus Pengakajian................................................................................... 1
E. Masalah lain yang muncul....................................................................... 2
F. Pathway Keperawatan............................................................................. 3
G. Intervensi Keperawatan........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN KASUS.......................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22
LAMPIRAN
iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung lebih dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Nyeri kronis adalah sensori dan emosional tidak menyenagkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association fot the Study of
Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi (Herdinan, T.H.,
Kamitsuru, S., 2015).
Nyeri dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera
akut, penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengsn
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singkat
(kurang dari atau lebih dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa
pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak. (Mubarak et al.,
2015).
Dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang
dirasakan oleh individu dimanasalah satu faktor pencetus, area yang
dirasakan nyeri, waktu terjadinya nyeri serta kualitas nyeri yang dirasakan
setiap individu berbeda-beda serta penanganan dan pengalaman nyeri syang
dirasakan sebelumnya berdeda dengan individu yang lain.
1
3. Penekanan saraf
4. Infiltrasi tumor
5. Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan reseptor
6. Gangguan imunitas (mis, neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster)
7. Gangguan fungsi metabolic
8. Riwayat posisi kerja statis
9. Peningkatan indeks masa tubuh
10. Kondisi pasca trauma
11. Tekanan emosional
12. Riwayat penganiayaan (mis, fisik, psikologis, seksual)
13. Riwayat penyalahgunaan obat atau zat
C. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik nyeri akut menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (2016) adalah sebagai berikut :
1. Batasan Karakteristik Mayor
a. Subjektif
1) Mengeluh nyeri
2) Merasa depresi (tertekan)
b. Objektif
1) Tampak meringis
2) Gelisah
3) Tidak mampu menuntaskan aktivitas
2. Batasan Karakteristik Minor
a. Subjektif
1) Merasa takut mengalami cidera berulang
b. Objektif
1) Bersikap protektif (mis, posisi menghindari nyeri)
2) Waspada
3) Pola tidur berubah
4) Anoreksia
2
5) Fokus menyempit
6) Berfokus pada diri sendiri
D. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian yang dilakukan pada keperawatan gerontik adalah:
1. Status kesehatan
a. Kesehatan saat ini
b. Riwayat kesehatan masa lalu
c. Pemeriksaan fisik
2. Hasil pengkajian khusus (Format terlampir)
A. Masalah kesehatan kronis
B. Fungsi kognitif
C. Status fungsional
D. Status psikologis (skala depresi)
3
E. Pathway Keperawatan
Kesehatan lansia
Kontraksi punggung
Penyakit kronis Gangguan
transportasi oksigen
Ansietas
Kelelahan saat Menekan akar syaraf
beraktivitas
Nyeri Kronis
Intoleransi
Aktivitas
4
F. Masalah Keperawatan Lain yang Muncul
1. Ansietas b.d. penyakit kronis.
2. Nyeri kronis b.d penekanan saraf.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
G. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan: Ansietas b.d penyakit kronis
5
4. Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
6
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Status Menikah
perkawinan
7
Keanggotaan organisasi : Prolanis
8
Ny.M mengatakan menggosok gigi setiap mandi dan
menggunakan pasta gigi, dan rutin membersihkan gigi palsunya.
c. Cuci rambut
Ny.M mengatakan mencuci rambut 2 kali dalam seminggu
menggunakan sampo.
d. Kuku dan tangan
Ny.M mengatakan menggunting kukunya jika dirasa panjang dan
mengganggu. Ny.M mengatakan selalu menjaga kebersihan
tangan cuci tangan ketika tangannya terasa kotor.
9
Sholat subuh dan bersih-bersih Jam 04.15-06.00
kamar.
Tidur 22.30-keatas
C. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir
Ny.M mengatakan memiliki riwayat penyakit vertigo dan
hipertensi asam urat dan saraf terjepit cukup lama kurang lebih 5
tahun.
b. Gejala yang dirasakan
Ny. M mengatakan biasnaya merasakan mudah lelah saat berjalan,
nafas ngosngosan setelah berjalan, kaki bengkak, dan nyeri pada
bagian pinggang.
c. Faktor pencetus
Ny.M mengatakan dulu pernah terjatuh, dan dulu tidak bisa
mengontrol konsumsi makan yang menyebabkan hipertensi.
d. Timbulnya keluhan terjadi jika terlalu aktiv dalam aktivitas
(berjalan dan berdiri)
e. Waktu timbulnya keluhan tidak bisa diprediksi
10
f. Upaya mengatasi
Ny.M mengatakan biasanya mengatasi nyeri menggunakan korset
terapi, mengurangi makan asin.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
11
P : Suara tympani
i. Kulit : keriput, kering, tidak ada jamur
j. Ekstremitas atas : kekuatan otot 5/5
k. Ekstremitas bawah : kekuatan otot kaki 5/5
12
13
II. ANALISA DATA
DO:
14
- TD 130/90 mmHg
S : Skala nyeri 5
DO:
15
- TD 130/90 mmHg
- Ny. M tampak meringis dan terkadang tidak
mampu menuntaskan aktifitas.
- Pola tidur berubah terutama saat malam hari
(jumlah jam tidur malam hari 6 jam).
16
17
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b.d penekanan saraf.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Ansietas b.d. penyakit kronis.
18
B. INTERVENI KEPERAWATAN
23-10-23 Nyeri kronis b.d Kontrol gejala (L.14127) Manajemen nyeri (I.08238):
13.20 WIB penekanan saraf Setelah dilakukan pertemuan selama 3 x 1. Identifikasi skala nyeri Didik
pertemuan diharapkan klien dapat: 2. Identifikasi faktor yang
1. Kemampuan melakukan tindakan memperberat dan meringankan
pencegahan meningkat nyeri
2. Kemampuan melakukan tindakan untuk 3. Berikan teknik nonfarmakologi
mengurangi gejala meningkat untuk mengurangi rasa nyeri
3. Kemampuan menggunakan sumer daya (missal terapi music, terapi pijat,
yang tersedia meningkat aromaterapi, distraksi relaksasi)
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Kontrol lingkungan yang
Tingkat Nyeri
memeperberat rasa nyeri
Setelah dilakukan pertemuan selama 3 x 6. Kolaborasi pemberian analgesik.
pertemuan diharapkan klien dapat:
19
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Sikap protektif menurun
20
rumah tangga).
5. Libatkan keluarga dalam aktivitas
6. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas.
21
C. IMPLEMENTASI
22
S : Skala nyeri 5
O:
- TD 130/90 mmHg
- Riwayat penyakit asm urat, vertigo, saraf
terjepit 5 tahun yang lalu.
- Ny. M tampak meringis saat berjalan terlalu
jauh.
Memberikan teknik S:
nonfarmakologi untuk P : Ny. M mengatakan memiliki riwayat penyakit
mengurangi rasa nyeri saraf terjepit 5 tahun yang lalu dan sakit
(missal terapi music, terapi pinggang jika terlalu banyak berjalan dan nyeri
pijat, aromaterapi, distraksi berkurang jika duduk atau beristirahatdan
relaksasi) menggunakan korset.
23
Q : Ny. M mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti tertekan suatu benda.
S : Skala nyeri 3
O:
24
Memfasilitasi istirahat dan S : Ny. M mengatakan jumlah jam tidur dimalam
tidur. hari sudah cukup (7 jam).
O: Pemberian edukasi pentingnya menjaga pola
tidur yang cukup.
25
aktivitas sesuai dengan usia O:
- Pemilihan aktivitas sesuai kemampuan dan
kegiatan yang meminimalisir pengunaan energy
yang berlebihan.
26
23-10-23 Ansietas Memilih musik yang S : Ny. M mengatakan suka dengan musik
13.40 berhubungan disukai. keroncong.
WIB dengan penyakit O : Memilihkan musik keroncong yang disukai
kronis. klien.
27
Menganjurkan rileks slama S : -
mendengarkan music. O:
- Ny. M tampak menikmati pemberian terapi
musik.
- Ny. M tampak rileks selama mendengarkan
terapi musik keroncong.
Memberikan terapi musik S : Ny. M mengatakan mengerti penjelasan yang
sesuai dengan indikasi. diberikan.
O : Pemberian edukasi untuk mengulang kegiatan
terapi dengan musik yang disukai.
28
D. EVALUASI
29
S : Skala nyeri 3
O:
P : Lanjutkan intervensi :
- Lanjutkan memotivasi klien melakukan terapi nonfarmakologi (terapi
distraksi relaksasi dan aroma terapi).
30
13.00 berhubungan dengan - Ny. M mengatakan rutin mengikuti program Prolanis.
WIB - Ny. M mengatakan suka melakukan kegiatan berkebun tanaman hias.
- Ny. M mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga kadang-kadang
dibantu oleh suami.
- Ny. M mengerti cara mengelola penggunaan energy untuk beraktivitas.
O:
- Kesehatan Ny. M terpantau melalui program Prolanis.
- Pemilihan aktivitas sesuai kemampuan dan kegiatan yang meminimalisir
pengunaan energy yang berlebihan.
- Ny. M mengerjakan pekerjaan rumah tangga melibatkan suami.
- Pemberian edukasi managemen energy.
- TD : 120/80 mmHg
- N : 82x/m
- RR : 22x/m
- S : 36oC
31
P : Lanjutkan intervensi :
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai dengan usia
- Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas diversifikasi untuk menurunkan
kecemasan (mis, tugas rumah tangga).
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
O:
- Memilihkan musik keroncong yang disukai klien.
- Ny. M tampak nyaman dan rileks
- Pemberian edukasi untuk mengulang kegiatan terapi dengan musik yang
disukai.
32
P : Lanjutkan intervensi :
- Berikan terapi musik sesuai dengan indikasi.
- Anjurkan rileks slama mendengarkan musik.
33
BAB III
PEMBAHASAN
Lansia sehat berkualitas mengacu pada konsep active ageing WHO yaitu
proses penuaan ynag tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat
tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam ranga
meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat. Dengan bertabahnya
usia, fungsi fiisiologi mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga
penyakit tidak menular banyak muncul pada lansia. Selain itu masalah degenaatif
menurunnya imun tubuh mengakibatkan lansia rentan terkena infeksi penyakit
menular. Untuk mewujudkan lansia yang sehat, mandiri, berkualitas an produktif
harus dilakukan pembinaan kesehatan sedini mungkin selama siklus kehidupan
sampai memasuki fase lanjut usia dengan memperhatikan factor-faktor resiko
yang harus dihindari dan factor-faktor protektif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan lansia (Kemenkes, 2016).
Dalam tahap pengkajian klien mengatakan merasakan nyeri pada bagian
pinggang. Nyeri yang dirasakan bertambah ketikan klien beraktivitas mapupun
berjalan terlalu jauh, dimana nyeri yang dirasakan oleh klien sudah berlangsung
selama kurang lebih 5 tahun. Sehingga perawat menetapkan diagnose
keperawatan nyeri kronis dengan intervensi manajemen nyeri. Manajemen nyeri
yang diterapkan yaitu manajemen nyeri nonfarmakologis dengan menggunakan
teknik distraksi relaksasi.
Manajemen nyeri non farmakologis yang dapat dilakukan adalah distraksi,
distraksi merupakan strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan perhatian klien
ke stimulus yang lain dari pada terhadap rasa nyeri dan emosi negatif. Peredaan
nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif klien, maka
dari itu, stimulasi penglihatan, penginderaan, dan sentuhan mungkin akan lebih
efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Kozier&
erb, 2009 ; Timby, 2009, dalam Zakiyah 2015).
31
Keadan kehesatan pada lansia yang tak kunjung membaik memberikan
suatu kecemasan tersendiri, mengingat faktor usia yang sudah lanjut dan ancaman
terhadap kematian akibat penyakit yang diderita. Klien mengatakan merasakan
khawatir terkait dengan kondisinya yang kurang menunjukan perubahan secara
signifikan, diman klien merasa khawatir dengan penyakit yang bisa berujung ke
kematian.
Ansietas merupakan suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang
disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal sesuatu yang membantu
individu untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi anaman. Pengaruh
tuntutan, persaingan serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa
dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak psikologi yaitu
asietas atau kecemasan (Sutejo, 2018). Untuk menangani kecemasan maka dapat
dilakukan terapi relaksasi, terapi music, terapi murotal maupun teknik nafas
dalam. Menejemen ansietas dapat dilakukan dengan banyak strategi diantaranya
dengan memberikan pendidikan kesehatan, pemberrian teknik relaksasi sert
pemberian obat anti kecemasan (Bailey, 2010). Tetapi terapi farmakologi yang
diberikan dalat merubah suasana hati dan menurunkan daya ingat. Oleh karena itu
pemberian terapi non farmakologi sangat dianjurkan dalam mengatasi kecemasan
tanpa menimbulkan efek samping yang berarti (Bradt, Dileo, & Shim, 2013).
Adapun intervensi dari diagnosa keperawatan ansietas menggunakan terapi
music. Diaman music yang dipilih sesuai dengan pilihan klien. Pilihan musik
yang tepat merupakan hal yang efektif untuk mengatasi kecemasan, karena musik
merupakan salah satu bentuk rangsangan suara yang merupakan stimulus khas
untuk indera pendengaran. Disesuaikan dengan lansia maka dipilih musik
keroncong yang identic dengan genre musik rakyat yang memiliki jiwa bersahaja.
Musik keroncong termasuk musik khas tradisional musik yang tenang dan santai
serta menimbulkan keselarasan jiwa dan rasa, seperti lagu bengawan solo. Lama
waktu mendengarkan terapi musik sangat tergantung dari keadaan dan keinginan
pasien yang akan dilakukan terapi musik. Pemberian terapi musik keroncong
dapat mempengaruhi gelombang otak menuju gelombang otak yang diinginkan.
Prinsip pemberian terapi musik keroncong adalah dengan memberikan suara yang
32
berbeda tempo irama lagu, dan dapat mempengaruhi telinga dan otak kemudian
akan menangkap selisih dari perbedaan frekuensi tersebut kemudian mengikutinya
sebagai gelombang otak. Mekanisme ini disebut dengan FFR (Frequency
Following Response) dan terjadi di dalam otak, tepatnya di dua superior olivary
nuclei. Frequency Following Response (FFR) didefinisikan sebagai penyesuaian
frekuensi gelombang otak oleh karena respon dari stimulus auditori dan
mendorong perubahan gelombang otak secara keseluruhan serta tingkat
kesadaran.
Terapi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Maryati &
Suyami (2015) dimana setelah diberikan terapi musik keroncong hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden tidak ada kecemasan sebanyak 10 responden
(55,6%). Hasil penelitian menunjukan tingkat kecemasan pada lansia di Desa
Pasung Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten mengalami perubahan setelah
diberikan terapi musik keroncong, dari tingkat kecemasan sedang dan ringan
menjadi tingkat kecemasan ringan dan tidak ada tingkat kecemasan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Bradt, J., Dileo, C., & Shim, M. (2013). Music interventions for preoperative
anxiety. The Cochrane Library.
Instruksi:
Interpretasi hasil:
MANDIRI TERGANTUNG
NO AKTIVITAS
1 0
Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan dan
1
mengeringkan badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka dan mengenakannya
13 Mengelola keuangan
ANALISIS HASIL
13 - 17 : Mandiri
0 - 12 : Ketergantungan
ANALISA HASIL
Terganggu --> Nilai 1
Normal --> Nilai 0
N
O LANGKAH
1 Posisi pasien duduk dikursi
2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter)
3 Kembali ke kursi, ukur waktu dalam detik
ANALISIS HASIL
≤ 10 detik : low risk of falling
11 - 19 detik : low to moderate risk for falling
20 – 29 detik : moderate to high risk for falling
≥ 30 detik : impaired mobility and is at high risk of falling
F. Skor Norton (untuk menilai potensi dekubitus)