Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN ANALISA TINDAKAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

NYERI

DI RUANG RPU II RUMAH SAKIT SAMARINDA MEDIKA CITRA

Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Dasar Profesi


Perseptor klinik :
Perseptor akademik : Ns. Marina Layun Rining, S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh

Nama : Annisa Septiyani, S.Kep

NIM : P2205097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEGNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA


SAMARINDA

2022/2023

i
PENGESAHAN

LAPORAN ANALISA TINDAKAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

NYERI

DI RUANG RPU II RUMAH SAKIT SAMARINDA MEDIKA CITRA

Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Dasar Profesi

Samarinda, 10 Desember 2022

Mahasiswa

(………………….…………….)

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(………………………………..) (………………………..………)

NIP. NIK.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Laporan Analisa Tindakan Kebutuhan Dasar Manusia Nyeri Di Ruang RPU II Rumah
Sakit Samarinda Medika Citra”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas
(Profesi Ners). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. H. Mujito Hadi, S.Pd., M.Kep., selaku Ketua Yayasan Wiyata Husada Samarinda,
2. Dr. Eka Ananta Sidharta, SE, MM., AK., CA., CSRS., CSRA., CFra., selaku Rektor
Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda.
3. Ns. Kiki Hardiansyah Safitri, M.Kep., Sp.MB., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda dan dosen.
4. Ns. Marina Layun Rining, S.Kep.,M.Kep , selaku pembimbing akademik yang telah
memberi arahan serta masukkan penyelesaian laporan pendahuluan ini.
5. selaku pembimbing lahan yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan
bimbingan dalam penyelesaian laporan ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua

Samarinda, 11 Desember 2022

Penyusun

Annisa Septiyani, S.Kep

iii
DAFTAR ISI

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep
kenyamanan memiliki subjektifitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki
karakteristik fissiologis, sosial, spiritual, psikologis dan kebudayaan yang mempengaruhi
cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri. Nyeri merupakan suatu kondisi
yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri
merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena
perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Bagi dokter, nyeri adalah suatu masalah yang membingungkan. Selain itu nyeri
merupakan alasan tersering yang dikeluhkan pasien ketika berobat kedokter. Banyak
institusi sekarang menyebut nyeri sebagai tanda vital kelima (vital sign), dan
mengelompokkannya bersama tandatanda klasik seprti: suhu, nadi, dan tekanan darah.
Milton mengatakan “Pain is perfect miserie, the worst / of evil. And excessive, overture /
All patience”. Sudah menjadi kewajaran bahwa manusia sejak awal berupaya sedemikian
untuk mengerti tentang nyeri dan mencoba mengatasinya (Bonica & Loeser, 2001;
Bahrudin, M 2017).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini. Adakah
pengaruh pemberian teknik relaksasi napas dalam pada pasien.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui laporan pendahuluan kebutuhan dasar manusia tentang nyeri.
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia tentang nyeri.
D. Manfaat
Untuk meningkatkan pemahaman tentang pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi nyeri.
1
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

NYERI

DI RUANG RPU II RUMAH SAKIT SAMARINDA MEDIKA CITRA

2022-2023

A. Definisi gangguan kebutuhan dasar nyeri

Nyeri merupakan keadaan ketika individu mengalami sensasi ketidaknyaman dalam


merespons suatu rangsangan yang tidak menyenangkan (Lynda Juall, 2012). Nyeri akut
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba
atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi atau
diprediksi dan berlangsung < 6 bulan (NANDA, 2012). Nyeri kronis adalah pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International Association for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba atau lambat dari
intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan
berlangsung > 6 bulan (NANDA, 2012).

B. Klasifikasi

1. Nyeri
Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni: nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis adalah
nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam nyeri kronis ini adalah nyeri

2
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Bila ditinjau dari sifat terjadinya,
nyeri dibagi menjadi nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, satu eksitensi.
Sumber Sebab eksternal/penyakit dari dalam Tidak diketahui atau pengobatan
yang terlalu lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang dan
terselubung
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai bertahun-
tahun
Penyertaan nyeri Daerah nyeri tidak diketahui dengan Daerah nyeri sulit dibedakan
pasti intensitasnya, sehingga sulit
dievaluasi
Gejala-gejala klinis Pola respon yang khas dengan gejala Pola respon bervariasi dengan
yang lebih jelas sedikit gejala (adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus, dapat bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang setelah beberapa Penderitaan meningkat setelah
saat beberapa saat

Sumber: Barbara C. Long, 1989; KDM 2.

C. Etiologi

Penyebab nyeri dapat di klasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang
berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Nyeri yang disebabkan oleh
factor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini
terletak dan tersebar pada lapisan kulit pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak
didalamnya. Nyeri yang disebabkan oleh psikologis merupakan nyeri yang didasarkan bukan
karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap
fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yang termasuk kategori psikomatik. Nyeri karena
factor ini disebut pula psychogenic pain.

D. Patofisiologi

Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi
maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang
mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler. Peningkatan kadar K +
ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada
beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan
peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien,
prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan
3
berbahaya dan tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia).
Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan
serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh
darah maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler
dan H + yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor.
Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan
jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang
maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida
(CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti
oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan migrain. Peransangan
nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri. (Bachrudin, M., 2017).
E. Manifestasi klinis

1. Tanda & Gejala pada Nyeri


Tanda dan gejala nyeri ada beberapa macam prilaku yang tercermin dari pasien, namun
beberapa hal yang sering terjadi secara umum orang yang mengalami nyeri akan
didapatkan respon psikologis berupa:
a. Suara: menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas.
b. Ekspresi wajah: meringis, mengigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut,
tertutup rapat/membuka mata atau mulut, menggigit bibir.
c. Pergerakan tubuh: kegelisahan, mondar-mandir, gerakan menggosok atau
berirama, gerakan melindungi bagian tubuh, imobilisasi, dan otot tegang.
d. Interaksi sosial: menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus aktivitas
untuk mengurangi nyeri, disorientasi waktu.

4
F. WOC (what of caution) pada Gangguan Kenyamanan (nyeri)

Trauma jaringan infeksi,cidera

Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri

Merangsang nosiseptor
(Reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut tipe A


dan serabut tipe C

Medulla spinalis

Sistem aktivasi
Sistem aktivasi reticular Area grisea
retrikular
peraikueduktus
Sistem hipotalamus
Thalamus dan sistem limfik Thalamus

Otak

Korteks
somasosensorik

Persepsi nyeri

Nyeri akut/nyeri kronik

5
G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wahit Chayatin, N.Mubarak (2007) pemeriksaan penunjang nyeri yaitu sbb:

1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
4. CT SCAN (Cidera kepala) untuk mengetahui adanya pem anya pembuluh darah yang
pecah.

H. Konsep asuhan keperawatan

1. Fokus pengkajian

a. Pengkajian yang dilakukan pada gangguan nyeri


Pengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang
afektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara
berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua faktor
yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis, perilaku,
emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama,
yakni: riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien dan dan observasi
langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah
untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjek. Pengkajian
dapat dilakukan dengan cara PQRST:
1) P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
2) Q (Fuality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. 3) R (region)
yaitu daerah perjalanan nyeri.
3) S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. Nyeri akut/nyeri Kronik
4) T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
a. Riwayat nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri
dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan

6
membantu perawat memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia
berkoping terhadap aspek, antara lain:
1) Lokasi
Lokasi untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien
menunjukkan area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan dengan
bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian tubuhnya yang
mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang
memiliki lebih dari satu sumber nyeri.
2) Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan
terpercya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang
paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka “0”
menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan
nyeri “terhebat” yang dirasakan klien. Intensitas nyeri dapat diketahui
dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri wajah, yaitu Wong-
Baker FACES rating scale yang ditujukan untuk klien yang tidak
mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini
termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal
dan lansia yang mengalami gangguan komunikasi.
Keterangan:
0: Tidak nyeri.
1-3: Nyeri ringan (secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik).
4-6: Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskribsikan nyeri, dapat
mengikuti perintah dengan baik).
7-9: Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan nyeri, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi, napas panjang dan distraksi).
10: Nyeri sangat berat (klien sudah tidak bisa berkomunikasi).
7
3) Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau
“ditusuktusuk”. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien
untuk menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat
berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan
tindakan yang diambil.
4) Pola Nyeri
Pola nyeri meliputi: waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan
kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji
kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri
berulang dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
5) Faktor presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri. Sebagai
contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada.
Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan yang sangat dingin atau
sangat panas), stresor fisik dan emosional juga dapat memicu
munculnya nyeri.
6) Gejala
yang menyertai Gejala ini meliputi: mual, muntah, pusing dan diare.
7) Pengaruh aktivitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian
klien akan akan membantu perawat memahami persepsi klien tentang
nyeri. Seberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah
tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpesonal,
hubungan pernikahan, aktivitas dirumah, aktivitas waktu seggang serta
status emosional.
8) Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam
menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh
pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama/budaya.

8
9) Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi,
derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor
lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah,
depresi atau perasaan gagal pada diri klien.
b. Observasi respon perilaku dan fisiologis
1) Banyak respon nonverbal/perilaku yang dapat dijadikan indicator nyeri
diantaranya:
a) Ekspresi wajah: Menutup mata rapat-rapat, membuka mata lebar-
lebar, menggigit bibir bawah.
b) Vokalisasi: Menangis, berteriak.
c) Imobilisasi (Bagian tubuh yang mengalami nyeri akan digerakkan di
tubuh tanpa tujuan yang jelas): Menendang-nendang, membolak-
balik tubuh diatas kasur.
2) Respons fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada sumber
dan durasi nyeri. Pada awal awitan nyeri akut, respons fisiologis:
Peningkatan tekanan darah, nadi dan pernapasan, diaphoresis, dilatasi
pupil akibat stimulasinya sistem saraf simpatif. Akan tetapi, nyeri
berlangsung lama dan saraf simpatif telah beradaptasi, respon
fisiologis tersebut mungkin akan berkurang bahkan atau bahkan tidak
ada. Karenanya, penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu
respons tersebut merupakan indicator yang buruk untuk nyeri.

2. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


2. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Faktor Mekanis
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi

Nyeri Akut berhubungan Tingkat Nyeri Definisi: Manajemen Nyeri


dengan agen pencedera pengalaman sensorik atau Definisi: mengidentifikasi
9
fisik Definisi: emosional yang berkaita dan mengelola
pengalaman sensorik dengan kerusakan jaringan pengalaman sensoria tau
atau emosional yang aktual atau fungsional emosional yang berkaitan
berkaitan dengan dengan onset menadak atau dengan kerusakan jaringan
kerusakan jaringan lambat dan berintensitas atau fungsional dengan
aktual atau fungsional, ringan hingga berat dan onset mendadak atau
dengan onset mendadak konsisten. Setelah dilakukan lambat dan berintensitas
atau lambat dan tindakan keperawatan ringan hingga berat dan
berintensitas ringan diharapkan: konsisten. Aktivitas-
hingga berat yang Keluhan nyeri (4) aktivitas:
berlangsung kurang dari Meringis (4) Observasi:
3 bulan. Gelisah (4) a. Identifikasi lokasi,
Kesulitan tidur (4) karakteristik, durasi,
Ketegangan otot (4) frekuensi, kualitas,
Tekanan darah (4) intensitas nyeri.
Nafsu makan (4) b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri
non verbal
d. Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri.
e. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri.
f. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respons
nyeri.
g. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup.
h. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
10
sudah diberikan.
i. Monitor efek samping
penggunaan analgesic.
Terapeutik:
a. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri.
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi:
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
11
d. Anjurkan
menggunakan
analgesic secara
tepat.
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi:
a. Kolaborasi
pemberian analgesic,
jika perlu.

12
BAB III
ANALISA KETERAMPILAN

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

14
15
DAFTAR PUSTAKA

16
DAFTAR LAMPIRAN

L-1 Resume

L-2 Ujian Analisa Tindakan

L-3 Lembar penilaian LP + Responsi (1x)

L-4 Bed Side Teaching

L-5 Analisa keterampilan (1x)

L-6 Resume (1x)

L-7 Ujian DOPS

L-8 SOCA analisis keterampilan

L-9 Target kompetensi

L-10Activity daily living

L-11 Softskill + Attitude

L-12 Absen

17

Anda mungkin juga menyukai