NYERI
Disusun oleh
NIM : P2205097
2022/2023
i
PENGESAHAN
NYERI
Mahasiswa
(………………….…………….)
(………………………………..) (………………………..………)
NIP. NIK.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Laporan Analisa Tindakan Kebutuhan Dasar Manusia Nyeri Di Ruang RPU II Rumah
Sakit Samarinda Medika Citra”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas
(Profesi Ners). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. H. Mujito Hadi, S.Pd., M.Kep., selaku Ketua Yayasan Wiyata Husada Samarinda,
2. Dr. Eka Ananta Sidharta, SE, MM., AK., CA., CSRS., CSRA., CFra., selaku Rektor
Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda.
3. Ns. Kiki Hardiansyah Safitri, M.Kep., Sp.MB., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda dan dosen.
4. Ns. Marina Layun Rining, S.Kep.,M.Kep , selaku pembimbing akademik yang telah
memberi arahan serta masukkan penyelesaian laporan pendahuluan ini.
5. selaku pembimbing lahan yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan
bimbingan dalam penyelesaian laporan ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep
kenyamanan memiliki subjektifitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki
karakteristik fissiologis, sosial, spiritual, psikologis dan kebudayaan yang mempengaruhi
cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri. Nyeri merupakan suatu kondisi
yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri
merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena
perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Bagi dokter, nyeri adalah suatu masalah yang membingungkan. Selain itu nyeri
merupakan alasan tersering yang dikeluhkan pasien ketika berobat kedokter. Banyak
institusi sekarang menyebut nyeri sebagai tanda vital kelima (vital sign), dan
mengelompokkannya bersama tandatanda klasik seprti: suhu, nadi, dan tekanan darah.
Milton mengatakan “Pain is perfect miserie, the worst / of evil. And excessive, overture /
All patience”. Sudah menjadi kewajaran bahwa manusia sejak awal berupaya sedemikian
untuk mengerti tentang nyeri dan mencoba mengatasinya (Bonica & Loeser, 2001;
Bahrudin, M 2017).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini. Adakah
pengaruh pemberian teknik relaksasi napas dalam pada pasien.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui laporan pendahuluan kebutuhan dasar manusia tentang nyeri.
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia tentang nyeri.
D. Manfaat
Untuk meningkatkan pemahaman tentang pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi nyeri.
1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI
2022-2023
B. Klasifikasi
1. Nyeri
Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni: nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis adalah
nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam nyeri kronis ini adalah nyeri
2
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Bila ditinjau dari sifat terjadinya,
nyeri dibagi menjadi nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, satu eksitensi.
Sumber Sebab eksternal/penyakit dari dalam Tidak diketahui atau pengobatan
yang terlalu lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang dan
terselubung
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai bertahun-
tahun
Penyertaan nyeri Daerah nyeri tidak diketahui dengan Daerah nyeri sulit dibedakan
pasti intensitasnya, sehingga sulit
dievaluasi
Gejala-gejala klinis Pola respon yang khas dengan gejala Pola respon bervariasi dengan
yang lebih jelas sedikit gejala (adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus, dapat bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang setelah beberapa Penderitaan meningkat setelah
saat beberapa saat
C. Etiologi
Penyebab nyeri dapat di klasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang
berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Nyeri yang disebabkan oleh
factor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini
terletak dan tersebar pada lapisan kulit pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak
didalamnya. Nyeri yang disebabkan oleh psikologis merupakan nyeri yang didasarkan bukan
karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap
fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yang termasuk kategori psikomatik. Nyeri karena
factor ini disebut pula psychogenic pain.
D. Patofisiologi
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi
maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang
mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler. Peningkatan kadar K +
ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada
beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan
peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien,
prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan
3
berbahaya dan tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia).
Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan
serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh
darah maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler
dan H + yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor.
Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan
jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang
maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida
(CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti
oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan migrain. Peransangan
nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri. (Bachrudin, M., 2017).
E. Manifestasi klinis
4
F. WOC (what of caution) pada Gangguan Kenyamanan (nyeri)
Kerusakan sel
Merangsang nosiseptor
(Reseptor nyeri)
Medulla spinalis
Sistem aktivasi
Sistem aktivasi reticular Area grisea
retrikular
peraikueduktus
Sistem hipotalamus
Thalamus dan sistem limfik Thalamus
Otak
Korteks
somasosensorik
Persepsi nyeri
5
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wahit Chayatin, N.Mubarak (2007) pemeriksaan penunjang nyeri yaitu sbb:
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
4. CT SCAN (Cidera kepala) untuk mengetahui adanya pem anya pembuluh darah yang
pecah.
1. Fokus pengkajian
6
membantu perawat memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia
berkoping terhadap aspek, antara lain:
1) Lokasi
Lokasi untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien
menunjukkan area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan dengan
bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian tubuhnya yang
mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang
memiliki lebih dari satu sumber nyeri.
2) Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan
terpercya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang
paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka “0”
menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan
nyeri “terhebat” yang dirasakan klien. Intensitas nyeri dapat diketahui
dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri wajah, yaitu Wong-
Baker FACES rating scale yang ditujukan untuk klien yang tidak
mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini
termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal
dan lansia yang mengalami gangguan komunikasi.
Keterangan:
0: Tidak nyeri.
1-3: Nyeri ringan (secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik).
4-6: Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskribsikan nyeri, dapat
mengikuti perintah dengan baik).
7-9: Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan nyeri, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi, napas panjang dan distraksi).
10: Nyeri sangat berat (klien sudah tidak bisa berkomunikasi).
7
3) Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau
“ditusuktusuk”. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien
untuk menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat
berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan
tindakan yang diambil.
4) Pola Nyeri
Pola nyeri meliputi: waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan
kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji
kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri
berulang dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
5) Faktor presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri. Sebagai
contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada.
Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan yang sangat dingin atau
sangat panas), stresor fisik dan emosional juga dapat memicu
munculnya nyeri.
6) Gejala
yang menyertai Gejala ini meliputi: mual, muntah, pusing dan diare.
7) Pengaruh aktivitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian
klien akan akan membantu perawat memahami persepsi klien tentang
nyeri. Seberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah
tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpesonal,
hubungan pernikahan, aktivitas dirumah, aktivitas waktu seggang serta
status emosional.
8) Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam
menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh
pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama/budaya.
8
9) Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi,
derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor
lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah,
depresi atau perasaan gagal pada diri klien.
b. Observasi respon perilaku dan fisiologis
1) Banyak respon nonverbal/perilaku yang dapat dijadikan indicator nyeri
diantaranya:
a) Ekspresi wajah: Menutup mata rapat-rapat, membuka mata lebar-
lebar, menggigit bibir bawah.
b) Vokalisasi: Menangis, berteriak.
c) Imobilisasi (Bagian tubuh yang mengalami nyeri akan digerakkan di
tubuh tanpa tujuan yang jelas): Menendang-nendang, membolak-
balik tubuh diatas kasur.
2) Respons fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada sumber
dan durasi nyeri. Pada awal awitan nyeri akut, respons fisiologis:
Peningkatan tekanan darah, nadi dan pernapasan, diaphoresis, dilatasi
pupil akibat stimulasinya sistem saraf simpatif. Akan tetapi, nyeri
berlangsung lama dan saraf simpatif telah beradaptasi, respon
fisiologis tersebut mungkin akan berkurang bahkan atau bahkan tidak
ada. Karenanya, penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu
respons tersebut merupakan indicator yang buruk untuk nyeri.
2. Diagnosa keperawatan
12
BAB III
ANALISA KETERAMPILAN
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
15
DAFTAR PUSTAKA
16
DAFTAR LAMPIRAN
L-1 Resume
L-12 Absen
17