Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran membutuhkan perencanaan yang matang agar

terjadi kelancaran yang akan berpengaruh pada hasil pembelajaran siswa.

Pembelajaran baik adalah dimana pendidik sebagai penggerak dalam

pembelajaran aktif dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran.

Kondisi pembelajaran yang fleksibel dan tidak monoton akan membuat

proses pembelajaran menyenangkan. Namun, tidak sedikit dari pendidik

masih belum mengetahui motivasi belajar dalam pembelajaran yang akan

sangat berpengaruh pada peserta didik sebagai objek pembelajaran.

Untuk mengetahui apa itu motivasi belajar, Penulis tertarik

membahasnya dalam makalah ini, pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud Motivasi;

2) Apa pengertian Belajar;

C. Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui pengertian Motivasi;

2) Untuk mengetahui pengertian Belajar;

BAB II

1
PEMBAHASAN
KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Komponen-Komponen Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai

komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen

pembelajaran tersebut meliputi kurikulum, tujuan, guru, siswa, materi,

metode, media dan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran adalah

operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari

perencanaan pengajaran/pembelajaran yang sudah dibuat.1

Dari penjelasan di atas, Penulis menyimpulkan bahwa komponen-

komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling

berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses

pembelajaran.

B. Kondisi Pembelajaran

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin

dicapai. Kondisi pembelajaran merupakan komponen penting yang harus

diperhatikan pendidik sebelum memulai proses pembelajaran. Karena,

kondisi pembelajaran yang baik akan memberikan hasil yang diharapkan.

Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan

beberapa hal berikut ini, yang berkaitan dengan kondisi pembelajaran.2


1
http://metodepembelajaran10.blogspot.com/2017/01/pengertian-komponen-
komponen.html?m=1 diakses pada tanggal 24 Desember 2018 pukul 14.56 WIB
2
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Jakarta; Rineka Cipta; 2013)
hal. 74

2
1. Kondisi Internal

Yang dimaksud dengan kondisi internal yaitu kondisi (situasi)

yang ada dalam diri siswa itu sendiri misalnya kesehatannya,

belajar dengan baik apabila kebutuhan internalnya dapat dipenuhi.

Menurut Maslow ada 7 jenjang kebutuhan primer manusia yang

harus dipenuhi, yakni:

a. Kebutuhan fisiologis; yaitu kebutuhan jasmani manusia,

misalnya kebutuhan akan makan, minum, tidur, istirahat dan

kesehatan. Untuk dapat belajar efektif dan efesien siswa harus

sehat, jangan sampai sakit yang dapat mengganggu kerja otak

yang mengakibatkan terganggunya kosentrasi belajar.

b. Kebutuhan akan keamanan; yaitu yang berkaitan dengan

keseimbangan emosi, seperti kecewa, dendam, takut akan

kegagalan, dan goncangan mental lainnya yang dapat

mengganggu proses pembelajaran. Maka dalam hal ini,

manusia butuh akan rasa aman dari goncangan-goncangan

mental tersebut.

c. Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta; yaitu rasa kasih

sayang yang berasal dari orang tua, saudara dan teman-teman

yang lain serta rasa bahagia apabila dapat membantu dan

memberikan cinta kasih pada orang lain.

d. Kebutuhan akan status (misalnya keinginan akan

keberhasilan); yaitu keinginan untuk kelancaran belajar, perlu

3
optimis, percaya akan kemampuan diri, dan yakin bahwa ia

dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.

e. Kebutuhan self-actualisation; yaitu usaha untuk memenuhi

keinginan yang dicita-citakan.

f. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti; yaitu kebutuhan

untuk memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan,

informasi, dan untuk mengerti sesuatu.

g. Kebutuhan estetik; yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan

sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan, dan

kelengkapan dari suatu tindakan. Hal ini akan terpenuhi

apabila individu belajar tak henti-hentinya tidak hanya saat

pendidikan formal saja, akan tetapi juga setelah selesai, setelah

bekerja, berkeluarga serta berperan dalam masyarakat.

2. Kondisi Eksternal

Yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada

di luar diri pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah,

penerangan, serta keadaan lingkungan fisik yang lain. Untuk dapat

belajar efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur,

misalnya:

a. Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang

mengganggu kosentrasi pikiran.

b. Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu

mata.

4
c. Cukup sarana yang diprlukan untuk belajar, misalnya alat

peajaran, buku-buku, dan lain sebagainya.

Abdul Majid dalam bukunya menjelaskan juga tentang kondisi

eksternal tersebut, yakni diantaranya3:

a. Ruang tempat keberlangsungan proses belajar mengajar harus

memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak berdesak-

desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan

lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.

b. Pengaturan tempat duduk yang terpenting adalah

memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru

dapat mengontrol tingkah laku siswa.

c. Ventilasi dan pengaturan cahaya. Berbicara tentang ventilasi,

ruangan harus cukup udara segar agar siswa tidak merasa

gerah saat proses pembelajaran. Sedangkan pengaturan cahaya

berkaitan dengan penerangan yang baik sehingga peserta didik

nyaman dalam memperhatikan pembelajaran yang

disampaikan oleh pendidik.

d. Pengaturan penyimpanan barang-barang. Hendaknya, barang-

barang disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai bila

diperlukan ada akan dipergunakan bagi kepentingan belajar.

Beberapa penjelasan di atas, maka Penulis berpendapat bahwa

kondisi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh

3
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung; PT Remaja Rosdakarya; 2017)
hal. 167-168

5
pendidik. Sebab, dengan kondisi yang menyenangkan, peserta

didik akan termotivasi untuk belajar lebih giat dan akan berefek

pada hasil belajarnya kelak. Penataan ruangan kelas harus ditata

sedemikian nyamannya agar berlangsungnya proses pembelajaran

yang kondusif.

C. Metode Pembelajaran

Metode secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu meta yang berarti

melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian, dari sudut

pandang ini, maka metode dapat dimakanai sebagai jalan atau yang harus

dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan secara terminologi, metode

ialah prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan, suatu teknik mengetahui

yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan, dan ilmu yang

merumuskan aturan-aturan tentang sesuatu.4

Hanun Asrohah dalam bukunya mendefenisikan Metode sebagai salah

satu aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau

kebudayaan dari seorang guru kepada para pelajar. Melalui metode

pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilikan ilmu oleh pelajar,

sehingga murid dapat menyerap apa yang telah disampaikan oleh gurunya

dan memilikinya.5

Asep Herry Hernawan dalam bukunya juga menjelaskan bahwa

Metode pembelajaran ialah suatu cara yang dilakukan guru untuk


4
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam (Bandung; Ciptapustaka Media Perintis; 2008)
hal. 174
5
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta; PT Logos Wacana Ilmu; 2001) hal.
77

6
menciptakan hubungan antara guru (kegiatan mengajar) dan siswa (kegiatan

belajar).6

Dari beberapa pengertian di atas, Penulis berpendapat bahwa Metode

adalah cara atau jalan yang harus dilalui pendidik dalam memberikan

pembelajaran kepada peserta didik, sehingga peserta didik memahami atau

mengerti pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik.

Adapun beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran

diantaranya ialah7:

1. Metode Ceramah

Metode Ceramah merupakan cara menyampaikan materi ilmu

pengetahuan dan agama kepada anak didik dilakukan secara

lisan. Yang diperhatikan, hendaknya ceramah mudah diterima,

isinya mudah dipahami serta mampu menstimulasi pendengar

(peserta didik) untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar

dari isi ceramah yang disampaikan.

2. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya Jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada

peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang

untuk berpikir dan membimbingnya dalam mencapai

kebenaran. Pada metode ini memungkinkan peserta didik

bertanya kepada pendidik, ataupun pendidik ke peserta didik.

3. Metode Tulisan

6
Asep Herry Hernawan, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD
(Tanggerang Selatan; Universitas Terbuka;2014) hal. 12. 16
7
Majid, Perencanaan Pembelajaran, hal. 137-158

7
Metode Tulisan adalah metode mendidik dengan huruf atau

simbol apa pun, ini merupakan suatu hal yang sangat penting

dan merupakan jembatan untuk mengetahui segala sesuatu

yang sebelumnya tidak diketahui.

4. Metode Diskusi

Metode Diskusi ialah salah satu cara mendidik yang berupaya

memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih

yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk

memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang

disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan

subjektivitas dan emosionalitas yang akan mengurangi bobot

pikir dan pertimbangan akal semestinya.

5. Metode Kisah

Metode Kisah adalah cara menyampaikan pembelajaran

berdasarkan kisah-kisah yang berkaitan dengan pembelajaran

tersebut, sehingga dapat mengubah hati nuraninya dan

berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari

perbuatan yang buruk sebagai dampak dari kisah-kisah itu.

Adapu kisah-kisah tersebut misalnya kisah para nabi dan rasul,

malaikat maupun para umat terkemuka pada zaman dahulu.

6. Metode Praktik (Demonstrasi)

Metode Praktik adalah cara mendidik peserta didik dengan

memberikan materi pendidikan dengan menggunakan alat atau

benda, seraya diperagakan, dengan harapan peserta didik

8
menjadi jelas dan gamblang sekaligus dapat mempraktikkan

materi yang dimaksud.

7. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode Pemecahan Masalah merupakan cara memberikan

pengertian dengan menstimulasi peserta didik untuk

memperhatikan, menelaah, dan berpikir tentang suatu masalah

untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya

untuk memecahkan masalah.

8. Metode Perumpamaan

Metode Perumpamaan adalah metode yang digunakan untuk

mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu.

Peerumpamaan dapat dilakukan dengan menggambarkan

sesuatu dengan sesuatu yang lain yang serupa, seperti

mengumpamakan sesuatu yang rasional-abstrak dengan sesuatu

yang bisa diindera.

9. Metode Perintah Berbuat Baik dan Saling Menasihati

Metode ini merupakan metode dengan diperintahnya peserta

didik untuk berbuat baik dan saling menasehati agar berlaku

benar dan memakan makanan yang halal, dan diperintahkan

juga untuk saling menasehati agar meninggalkan yang salah,

yang buruk dan segala perbuatan yang haram semisalnya.

10. Metode Suri Tauladan

Metode ini merupakan metode dengan memperkenalkan

biografi orang-orang yang memiliki perilaku terpuji dan dapat

9
diteladani dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari peserta

didik.

11. Metode Drill

Metode Drill adalah metode yang dilakukan dengan cara

mengulang beberapa kali pembelajaran sehingga peserta didik

mampu memahami dengan baik. Metode ini juga banyak

digunakan oleh guru dengan langkah SQ3R, yakni S=Survey

(Baca dahulu), Q=Quetion (Beri pertanyaan), R1=Read (Baca

lagi), R2=Recite (Suruh untuk menghafal), dan R3=Review

(Ulang lagi).

Beberapa metode yang telah dipaparkan Penulis yang

tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran demi tercapainya

tujuan pembelajaran yang diharapkan, dan masih banyak lagi

metode-metode yang dapat diterapakan dalam proses belajar-

mengajar. Tentunya diharapkan agar pendidik tidak pasif dalam

menggunakan metode-metode tersebut dan mencoba

memvariasikan dengan beberapa metode sehingga peserta didik

tidak bosan atau jenuh dengan pembelajaran tersebut.

D. Hasil Pembelajaran

Hasil pembelajaran merupakan kapabilitas dari proses belajar.

Kapabilitas di sini maksudnya ialah kemampuan-kemampuan yang

berkembang dari peserta didik setelah melalui beberapa tahapan-tahapan

10
pengajaran dari pendidik. Hasil belajar yang baik tercipta di saat siswa dapat

menguasai seluruh atau sebagian besar kompetensi-kompetensi secara tuntas.

Banyak para ahli yang mengemukakan berbagai ranah atau dominan

kemampuan sebagai hasil belajar. Di antaranya ialah hasil pembelajaran yang

dikenal dengan istilah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. 8 Agar lebih jelas,

Penulis akan menguraikan ketiga hasil pembelajaran tersebut.

1. Kognitif

Kognitif merupakan hasil pembelajaran yang ditunjukkan oleh

adanya perubahan pada kognisi siswa, atau yang berkaitan dengan

kemampuan mengingat atau mengenal pengetahuan serta

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan intelektual.

Dengan demikian, bahwa kemampuan kognitif mengacu pada

hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan

otak dan penalaran siswa.9

Hasil pembelajaran Kognitif memiliki sedikitnya 6 tingkatan,

yaitu:

a. Mengingat (Remember)

Tingkatan ini ditunjukkan oleh kemampuan mengingat

kembali pengetahuan yang sudah tersimpan dalam memori

jangka panjang (longterm memory), dimana peserta didik

mampu mengenal atau menyebutkan kembali fakta-fakta,

istilah, hukum, rumus yang telah dipelajarinya.

b. Mengerti (Understand)

8
Asep, Pengembangan Kurikulum, hal. 10.11
9
Ibid, h.

11
Hasil belajar pada tingkat ini mengacu pada kemampuan

menangkap dan membangun makna atau arti dari pesan

atau materi pembelajaran. Kemampuan menjelaskan suatu

konsep, memberi contoh, dan membandingkan merupakan

beberapa contoh kemampuan tingkat ini.

c. Menerapkan (Apply)

Hasil belajar pada tingkat ini mengacu pada kemampuan

menerapkan atau menggunakan prosedur, konsep, hukum

atau rumus pada situasi baru.

d. Menganalisis (Analysis)

Hasil belajar pada tingkat ini mengacu pada kemampuan

menguraikan sesuatu menjadi bagian-bagian dan

menentukan hubungan antar bagian. Semisal ialah

menghubungkan bagian-bagian atau elemen-elemen dari

suatu pesan atau materi pembelajaran.

e. Memberikan Penilaian (Evaluate)

Hasil belajar evaluasi mengacu pada kemampuan

memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan

pertimbangan yang dimiliki atau kriteria yang digunakan.

Maksudnya, peserta didik mampu menilai apa saja

kekurangan dari langkah yang diambil dalam memecahkan

suatu permasalahan.

f. Membuat Sesuatu yang Baru (Create)

12
Hasil belajar pada tingkat ini mengacu pada kemampuan

memadukan elemen-elemen untuk membentuk satu

keutuhan dalam suatu pola atau struktur baru. Berarti, dari

beberapa pembelajaran yang telah diterima, peserta didik

mampu mnghasilkan kreasi baru, misalnya menciptakan

rumus baru yang tidak menyimpang dari pembelajaran atau

materi.

2. Afektif

Afektif merupakan hasil belajar yang mengacu kepada sikapdan

nilai yang dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Seperti

kognitif, afektif juga mempunyai tingkatan di dalamnya, yaitu10:

a. Menerima (Reciving)

Hasil belajar pada tingkat ini mengacu pada kepekaan siswa

dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar. Siswa

dianggap telah mencapai sikap menerima apabila siswa

tersebut mampu menunjukkan kesadaran, kemauan dan

perhatian terhadap sesuatu, serta mengakui kepentingan dan

perbedaan.

b. Menanggapi (Responding)

Hasil belajar pada tingkat menanggapi mengacu pada reaksi

yang diberikan individu terhadap stimulus yang datang dari

luar. Siswa dianggap telah memiliki sikap menanggapi apabila

siswa tersebut telah menunjukkan kepatuhan pada peraturan,

10
Ibid, hal. 10.15

13
tuntutan atau perintah, serta berperan aktif dalam berbagai

kegiatan.

c. Menghargai (Valuing)

Hasil belajar pada tingkat menghargai mengacu pada

kesediaan siswa menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai

tersebut. Seorang siswa dianggap telah memiliki sikap

menghargai apabiula siswa tersebut telah menunjukkan

perilaku menerima suatu nilai; menyukai suatu objek atau

kegiatan; menyepakati perjanjian; menghargai karya seni dan

lain sebagainya.

d. Mengatur Diri (Organization)

Hasil belajar pada tingkat mengatur diri mengacu pada

kemampuan membentuk atauy mengorganisasikan bermacam-

macam nilai serta menciptakan sistem nilai yang baik. Siswa

dianggap telah menguasai sikap pada tahap mengatur diri

apabiula siswa tersebut telah menunjukkan kemampuannya

dalam membentuk sistem nilai, menangkap hubungan

antarniulai, dan bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu.

e. Menjadikan Pola Hidup (Characterization by value)

Menjadikan pola hidup mengacu pada sikap siswa dalam

menerima sistem nilai dan menjadikannya sebagai pola

kepribadian dan tingkah laku. Siswa dianggap telah menguasai

kemampuan ini apabila siswa tersebut telah menunjukkan

14
kepercayaan diri, disiplin pribadi, serta mampu mengontrol

perilakunya sehingga tercermin dalam pola hidupnya.

3. Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik mengacu pada kemampuan bertindak.

Kemampuan psikomotorik mengacu pada kemampuan fisik

(keterampialn fisik) siswa untuk ditampilkan.11

Adapun tingkatan pada hasil belajar ini diantaranya, ialah:

a. Persepsi

Hasil belajar psikomotorik pada tingkat ini mengacu kepada

kemampuan individu dalam menggunakan inderanya, memilih

isyarat, dan menerjemahkan isyarat tersebut ke dalam bentuk

gerakan.

b. Kesiapan

Pada tahap ini individu dituntut untuk menyiapkan dirinya

untuk melakukan suatu gerakan. Kesiapan ini meliputi

kesiapan mental, fisik, dan emosional.

c. Gerakan Terbimbing

Kemampuan melakukan gerakan terbimbing mengacu pada

kemampuan individu melakukan gerakan yang sesuai dengan

prosedur atau mengikuti petunjuk guru atau instruktur atau

pelatih. Siswa dianggap telah menguasai kemampuan pada

tahap ini apabila siswa telah mampu meniru gerakan yang


11
Ibid, h. 10.17

15
dicontohkan atau mencoba-coba gerakan sampai gerakan yang

benar dikuasainya.

d. Bertindak Secara Mekanis

Kemampuan motorik pada tingkatan ini mengacu pada

kemampuan individu untuk melakukan tindakan yang seolah-

olah sudah otomatis. Kemampuan bertindak secara mekanis

ditunjukkan oleh kelancaran, kemudahan, serta ketetapan

melakukan tindakan tersebut.

e. Gerakan Kompleks

Kemampuan ini merupakan kemampuan bertindak yang paling

tinggi pada ranah psikomotorik. Gerakan yang dilakukan

sudah didukung oleh suatu keahlian. Siswa dianggap telah

menguasai kemampuan ini apabila siswa tersebut telah

melakukan tindakan tanpa keraguan dan otomatis.

Selain hasil pembelajaran kategori di atas, Penulis juga

mencantumkan pendapat para ahli lain yang mengategorikan

tentang hasil pembelajaran. Menurut Gagne, Briggs dan Wager

ada 5 (lima) kategori hasil pembelajaran, yaitu12:

a. Keterampilan intelektual (intellectual skills)

b. Strategi kognitif (cognitive strategies)

c. Informasi verbal (verbal information)

d. Keterampilan motorik (motor skills)

e. Sikap (attitudes)
12
Ibid, hal. 10.22

16
Dalam mengetahui hasil pembelajaran sudah tercapai atau belum,

pendidik melakukan evaluasi atau penilaian terhadap peserta didik.

Menurut Wand dan Brown, Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses

untuk menentukan nilai dari suatu hal. 13 Ada juga yang berpendapat lain

tentang evaluasi, yakni kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,

sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna

mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong

dan mengembangkan kemampuan belajar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kondisi pembelajaran merupakan komponen penting yang harus

diperhatikan pendidik sebelum memulai proses pembelajaran. Karena,

kondisi pembelajaran yang baik akan memberikan hasil yang diharapkan.

Kondisi pembelajaran terbagi atas 2 yakni kondisi internal dan eksternal.

13
https://evaluasipembelajaran10.blogspot.com/2015/15/pengertian-komponen-
komponen-dalam-pembelajaran.html?m=1 diakses pada tanggal 24 Desember 2018 pukul 15.01
WIB

17
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui pendidik dalam

memberikan pembelajaran kepada peserta didik, sehingga peserta didik

memahami atau mengerti pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik.

Hasil pembelajaran merupakan kapabilitas dari proses belajar.

Kapabilitas di sini maksudnya ialah kemampuan-kemampuan yang

berkembang dari peserta didik setelah melalui beberapa tahapan-tahapan

pengajaran dari pendidik. Hasil belajar yang baik tercipta di saat siswa

dapat menguasai seluruh atau sebagian besar kompetensi-kompetensi

secara tuntas.

B. Saran

Diharapkan kepada seluruh Mahasiswa STAI-N pada umumnya dan pada

Mahasiswa/I Semester Tiga Manajemen Pendidikan Islam pada

khususnya, agar lebih belajar dengan giat tentang Komponen-komponen

Pembelajaran supaya kita lebih mengenal apa saja Komponen-komponen

yang terdapat di dalam pembelajaran, dan semoga makalah ini dapat

dipergunakan sebaik-baiknya.

18

Anda mungkin juga menyukai