PUSKESMAS GEMUH 1
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI
POLA ASUH IBU BALITA DENGAN KEJADIAN WASTING
DI DESA GALIH KECAMATAN GEMUH
Disusun Oleh:
Disusun Oleh :
Pembimbing lahan,
Tanggal
Dosen Pembimbing,
Tanggal
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Gizi
Tanggal
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga penulis
dapatmengerjakan laporan kegiatan lapangan Puskesmas dengan judul “FAKTOR FAKTOR
YANG MEMPERNGARUHI POLA ASUH IBU BALITA DENGAN KEJADIAN
WASTING DI DESA GALIH KECAMATAN GEMUH” dapat tersusun sampai dengan
selesai . Laporan ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Program Gizi Fakultas
Ilmu Kesehatan S1 Gizi Universitas Muhammadiyah Kendal Batang.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis menyadari adanya kekurangan dan
keterbatasan, namun berkat bantuan dan bimbingan, petunjuk serta dorongan dari semua
pihak, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Maka dengan kemurahan hati dan
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Sri Rejeki M.Kep, Sp.Mat, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Kendal
Batang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan
menyelesaikan tugas laporan ini.
2. Kiswati., S.KM, selaku Kepala Puskesmas Gemuh I.
3. Ardian Candra M, S.KM., M.Gizi, selaku Dosen pembimbing
4. Salis Nawali Najah., AMG , selaku pembimbing lahan praktik di Puskesmas Gemuh I
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini. Penulis sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
ii
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................ 1
PENDAHULUAAN.................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................... 3
iii
2.4 Kerangka Teori .............................................................................. 18
BAB IV ................................................................................................... 25
4.1 Hasil............................................................................................... 25
BAB V..................................................................................................... 29
PENUTUP ............................................................................................... 29
iv
BAB I
PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang
1
secara langsung adalah konsumsi makanan tidak seimbang dan penyakit
infeksi (Manullang, Mona Sylvia J. dkk. 2012). Sedangkan penyebab tidak
langsung masalah gizi kurang, yaitu oleh pola asuh, ketersediaan pangan,
faktor sosial ekonomi, budaya dan politik (Mustapa, Yusna. dkk. 2013).
1.2 Permasalahan
Apakah pola asuh orang tua menjadi penyebab terjadinya wasting
pada balita di desa galih kecamatan gemuh ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pola asuh orang tua di terhadap terjadinya wasting
pada balita di desa galih kecamatan gemuh?
b. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pola asuh orang tua di desa galih Kecamatan
Gemuh.
b. Mengidentifikasi pola asuh orang tua balita wasting di desa galih
Kecamatan Gemuh.
c. Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pola asuh yang baik di
desa galih Kecamatan Gemuh.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi wasting
Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat
kurus (severely wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut
Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
dengan ambang batas (Z-score) <-2 SD. Wasting atau kekurangan gizi akut,
merupakan akibat dari penurunan berat badan yang cepat atau kegagalan
untuk menambah berat badan. Seorang anak yang tergolong kurus atau
kegemukan memiliki risiko kematian yang tinggi. Masalah wasting
dipastikan dapat mengancam kesehatan jiwa, baik dari segi gizi buruk,
kelaparan, maupun dampak terhadap suatu penyakit. Anak-anak yang
menderita wasting memiliki kekebalan tubuh yang lemah, menghambat
perkembangan dan juga meningkatkan risikokematian. (Muhammad, 2014)
BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometri yang paling
baik, karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif
dan spesifik. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya
perkembangan berat badan akan diikuti oleh pertambahan tinggi badan. Oleh
karena itu, berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi
badannya. Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan
indikator BB/TB
Tabel 2.1 klasifikasi wasting
No Klasifikasi wasting Z score
1. Sangat kurus Z-score< -3,0
2. Kurus ≥ -3,0 s/d Z-score< -2,0
3. Normal ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0
4. Gemuk > 2,0
3
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wasting
4
meningkatkan risiko infeksi, sedangkan infeksi dapat
menyebabkan kekurangan gizi yang mengarahkan ke lingkaran
setan. Anak kurang gizi, mempunyai daya tahan terhadap
penyakitnya rendah, jatuh sakit, dan akan menjadi semakin
kurang gizi, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk melawan
penyakit dan sebagainya. Ini disebut juga infection malnutrition.
Penyakit diare salah satu penyakit dengan sumber penularan
melalui air (water borne disease) dan penyakit diare yang terjadi
pada balita umumnya disertai muntah dan mencret. Diare
berdampak terhadap pertumbuhan linear anak. Diare merupakan
salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak
dinegara berkembang. Anak balita rata-rata mengalami tiga
kali diare pertahun. Menurut World Health Organization diare
adalah suatu keadaan buang air besar dengan konsistensi lembek
hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare
akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten
terjadi selama >14 hari. Secara klinis penyebab diare terbagi
menjadi enam kelompok yaitu infeksi, malabsorbsi, alergi,
keracunan makanan, imunodefisiensi dan penyebab lain seperti
gangguan
fungsional dan malnutrisi.
b. Faktor tidak langsung
Faktor penentu status gizi anak secara tidak langsung,
dipengaruhi oleh tiga faktor penentu yang mewujudkan dirinya di
tingkat rumah tangga, meliputi ketersediaan pangan keluarga,
pola asuh dan pemberian ASI, serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. Menurut Peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI
eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahakan dan
atau mengganti dengan makanan atau minumanlain. Penelitian di
Bangladesh menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif
5
hingga usia balita mencapai 6 bulan berkontribusi secara
signifikan untuk meningkatkan status gizi anak.
c. Faktor masalah utama
Faktor penentu gizi anak selanjutnya, dipengaruhi oleh faktor
masalah utama. Penyebab masalah utama gizi di level masyarakat
adalah kuantitas dan kualitas sumber daya potensial yang ada di
masyarakat misalnya: manusia, ekonomi, lingkungan, organisasi,
dan teknologi. Faktor kemiskinan, karakteristik keluarga, dan
sosiodemografi merupakan penyebab utama permasalahan gizi di
level masyarakat yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia di masyarakat.
1) Kemiskinan
Kemiskinan merupakan faktor masalah utama terjadinya
permasalahan gizi. Seseorang dianggap berada dalam kemiskinan
absolut saat dia tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka
secara memadai seperti makanan, kesehatan air, tempat tinggal,
pendidikan dasar, dan partisipasi masyarakat. Dampak
kemiskinan terhadap gizi buruk anak sangat besar. Rumah
Tangga dan individu miskin tidak dapat mencapai ketahanan
pangan, memiliki sumber daya perawatan yang tidak memadai,
dan tidak dapat memanfaatkan (atau berkonstribusi untuk
menciptakan) sumber daya untuk kesehatan secara berkelanjutan.
2) Karakteristik Keluarga
6
anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling
terpengaruh oleh kekurangan pangan. Sebab seandainya besar
keluarga bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang
dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang
sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak dari pada
anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-anak yang
muda mungkin tidak diberi cukup makan. Selain anak-anak,
wanita yang sedang hamil dan menyusui juga merupakan
kelompok yang rawan akan kekurangan gizi. Apabila mereka
hidup dalam keluarga dengan jumlah yang besar dan kesulitan
dalam persediaan pangan tentunya masalah gizi akan timbul.
Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga
sangat penting untuk mencapai gizi yang baik. Pangan harus
dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang dalam
keluarga. Anak, wanita hamil dan menyusui harus memperoleh
sebagian besar pangan yang kaya akan protein. Semua anggota
keluarga sesuai dengan kebutuhan perorangan, harus mendapat
bagian energi, protein dan zat-zat gizi lain yang cukup setiap
harinya untuk memenuhi kebutuhan.
3) Sosiodemografi
a) Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya status gizi
anak. Anak laki-laki biasanya membutuhkan lebih banyak
zat gizi seperti energi dan protein lebih banyak daripada
anak perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor internal
seseorang yang berpengaruh terhadap komposisi tubuh
dan distribusi lemak subkutan antara anak laki-laki dan
perempuan berbeda. Pada anak laki-laki 11% dari berat
badan merupakan jaringan subkutan dan pada anak
perempuan 18% dari berat badan merupakan subkutan.
Anak perempuan lebih banyak menyimpan lemak
7
sedangkan anak laki-laki lebih banyak massa otot dan
tulang.
b) Usia
Pertumbuhan pada usia balita dan prasekolah
lebihlambat dibandingkan pada masa bayi namun
pertumbuhannya stabil. Masa balita merupakan usia
paling rawan, karena pada masa ini balita sering terkena
penyakit infeksi sehingga menjadikan anak berisiko tinggi
menjadi kurang gizi. Pada usia prasekolah yaitu usia 2-6
tahun, anak mengalami pertumbuhan yang stabil, terjadi
perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah
dan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir.33
Memperlambatnya pertumbuhan ini tercermin dalam
penurunan nafsu makan, padahal dalam masa ini
anakanak membutuhkan kalori dan zat gizi yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan akan zat gizi mereka.
c) Tingkat Pendidikan Ibu
Tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi
dan semakin mudah untuk mengimplementasikan
pengetahuannya dalam perilaku khususnya dalam hal
kesehatan dan gizi. Dengan demikian, pendidikan ibu
yang relatif rendah juga akan berkaitan dengan sikap dan
tindakan ibu dalam menangani masalah kurang gizi pada
anak balitanya. masalah kurang gizi pada anak
balitanya.19 Pendidikan orang tua akan berpengaruh
terhadap pengasuhan anak, karena dengan pendidikan
yang tinggi pada orang tua akan memahami pentingnya
peranan orang tua dalam pertumbuhan anak. Selain itu,
dengan pendidikan yang baik, diperkirakan memiliki
pengetahuan gizi yang baik pula. Ibu yang berpendidikan
8
lebih baik cenderung lebih mudah menerima informasi
gizi dan menerapkan pengetahuannya dalam mengasuh
anak dan dalam praktik pemberian makanan.
d) Pekerjaan
Ibu yang tidak bekerja dinilai akan mempunyai
waktu yang banyak untuk mengasuh dan memperhatikan
anaknya. Asupan gizi anaknya juga akan diperhatikan.
e) Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor yang paling
menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Kemampuan
orang tua untuk membeli bahan makanan bergantung
terhadap besar kecilnya pendapatan orang tua. Selain itu
tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang
tua dengan pendapatan terbatas menyebabkan daya beli
makanannya rendah sehingga tidak mampu membeli
pangan dalam jumlah yang diperlukan dan pada akhirnya
berakibat buruk terhadap status gizi anak balitanya.
Sebaliknya semakin tinggi pendapatan orang tua maka
kebutuhan gizi anggota keluarga dapat terjamin.
2.2 Balita
2.2.1 Pengertian Balita
9
cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan,
mengenal huruf, hingga bersosialisasi (Amalia Yunia Rahmawati, 2020)
10
petunjuk untuk segera melakukan penilaian yang lebih terperinci dan
intervensi yang tepat.
2.2.3 Ciri-Ciri dan Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang
saling berkaitan yaitu sebagai berikut:
a. Perkembangan Menimbulkan Perubahan Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia
pada seorang akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pada Tahap Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkebangan
sebelum ia melewati tahap sebelumnya. Sebagai contoh
seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri.
Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan
bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa
kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan dan Perkembangan Mempunyai Kecepatan
Yang Berbeda Sebagaimana pertumubuhan, perkembangan
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkemangan fungsi organ dan
perkembangan pada massing-masing anak.
c. Perkembangan Berkolerasi Dengan Pertumbuhan Pada saat
pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,
terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan
lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan
tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
11
d. Perkembangan Mempunyai Pola Yang Tetep Perkembangan
fungsi organ tubuh terjadi ada dua yang tetap yaitu:
✓ Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,
kemudian menuju kearah kaudal/anggota tubuh (pola
sefalokaudal).
✓ Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal
(gerak kasar) lalu berkembang dibagian distal seperti jari-
jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).
e. Perkembangan Memiliki Tahap Yang Berurutan Tahap
perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik,
misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran
sebelum mampu mmembuta gambar kotak, anak mampu berdiri
sebelum berjalan dan sebagainya. Proses tumbuh kembang anak
juga mempunyai prinsip prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-
prinsp tersebut adalah sebagai berikut:
✓ Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan
belajar Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi
dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada
individu. Balar merupakan perkembangan yang bersal dari
latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh
kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan
potensi yang dimiliki.
✓ Pola perkembangan dapat diramalkan Terdapat
kesamaan pola perkembangan bagi semua anak.
Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat
diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan
umum ke tahapan spesifik, dan terjadi
berkesinambungan.
12
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
a. Faktor Herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu: suku,
ras dan jenis kelamin). Jenis kelamin ditentukan sejak dalam
kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan
tinggi dari anak perempuan, hal ini nampak saat anak sudah mengalami
masa prapubertas. Ras dan suku juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Mislanya suku Asia memiliki tubuh lebih pendek
daripada orang Eropa atau suku Asmat dan Irian berkulit hitam.
b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan pra-natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus
yang dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin
antara lain ganguan nutrusi karena ibu kurang mendapat assupan
gizi yang baik, ganguan endokrin pada ibu (diabetes meillitus),
dll. Faktor lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.
2) Lingkungan pos-natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan setelah bayi lahir adalah:
1) Nutrisi
Adalah salah satu komponen yang sangat
berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.
Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti:
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.
2) Budaya lingkungan
Budaya lingkungan atau masyarakat akan
mempengaruhi bagaimana mereka dalam memahami
kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola prilaku ibu hamil
dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya
larangan untuk makan makanan tertentu padahal
13
zat gizi tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.
2.2.5 Status sosial dan ekonomi keluarga
14
semua tergantung dari pola asuh orangtua dalam keluarga. Pola asuh
orangtua merupakan pola perilaku orangtua yang diterapkan kepada
anak, yang bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Menurut
Karlinawati (2010) mengasuh anak yaitu sebuah proses yang
menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan suatu interaksi antara
orangtua dengan anak yang berkelanjutan, dalam proses tersebut
memberi suatu perubahan baik kepada orangtua maupun kepada anak.
Peran orangtua mempengaruhi anak dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya. Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam
menjaga, mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada
anak. Sebagai contoh, orangtua membimbing anak-anaknya untuk
mengenalkan sesuatu agar anak-anaknya mengerti, mengetahui dan
memahami yang akhirnya dapat menerapkan suatu tingkah laku.
Menurut Helmawati 2014, menyatakan bahwa terdapat 3 jenis pola
asuh yaitu otoriter, demokratis dan permisif:
1) Pola asuh otoriter (parent oriented).
Pola asuh otoriter (parent oriented) pada umumnya
menggunakan pola komunikasi satu arah (oneway
communication). Ciri-ciri pola asuh ini menekankan bahwa
segala aturan orangtua harus ditaati oleh anaknya. Inilah yang
dinamakan win-lose solution. Orangtua memaksakan pendapat
atau keinginan pada anaknya dan bertindak semena-mena
(semaunya kepada anak), tanpa dapat dikritik oleh anak. Anak
harus menurut dan tidak boleh membantah apa terhadap apa-
apa yang diperintahkan atau dikehendaki oleh orangtua. Anak
tidak diberi kesempatan menyampaikan apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan.
3) Pola asuh permisif
Pada umumnya pola asuh permisif ini menggunakan
komunikasi satu arah (one way communication) karena
meskipun orangtua memiliki kekuasaan penuh dalam keluarga
15
terutama terhadap anak tetapi anak memutuskan apa-apa yang
diinginkannya sendiri baik orangtua setuju ataupun tidak. Pola
ini bersifat children centered maksudnya adalah bahwa segala
aturan dan ketetapan keluarga berada di tangan anak.
4) Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis menggunakan komunikasi dua arah
(two ways communication). Kedudukan antara orangtua dan
anak dalam berkomunikasi sejajar. Suatu keputusan diambil
bersama dengan mempertimbangkan (keuntungan) kedua belah
pihak (win-solution). Anak diberi kebebasan yang bertanggung
jawab. Artinya, apa yang dilakukan anank tetap harus ada di
bawah pengawasan orangtua dan dapat dipertanggungjwabkan
secara moral.
2.3.3 Pengaruh Parenting Style Terhadap Perilaku Anak
Parenting Style Sikap atau perilaku orang tua Profil perilaku anak
Authoritarian 1. Sikap “acceptance” 1. Mudah tersinggung
rendah, namun kontrolnya 2. Penakut
tinggi. 3.Pemurung, tidak
2. Suka menghukum secara bahagia
fisik 4. Mudah terpengaruh
3. Bersikap mengomando 5. Mudah stress
(mengharuskan / memerintah 6. Tidak mempunyai
anak untuk melakukan sesuatu arah masa depan yang
tanpa kompromi) jelas.
4. Cenderung emosional dan 7. Tidak Bersahabat.
bersikap menolak
Permissive 1. Sikap acceptancenya 1. Bersikap impulsive
tingginamun kontrolnya dan agresif
rendah 2. Suka memberontak
2. Memberi kebebasan kepada
anak untuk menyatakan
dorongan / keinginannya
16
3. Kurang memiliki rasa
percaya diri dan
pengendalian diri
4. Suka mendominasi
5. Tidak jelas arah
hidupnya
Authoritative 1. Sikap acceptance dan 1. Bersikap bersahabat
kontrolnya tinggi 2. Memiliki rasa
2. Bersikap responsive percaya diri
terhadap kebutuhan anak 3. Mampu
3. Mendorong anak untuk mengendalikan diri (self
menyatakan pendapat atau control)
pernyataan. 4. Bersikap sopan
5. Mau bekerja sama
6. Memiliki rasa ingin
tahunya yang tinggi
17
2.4 Kerangka Teori
Langsung Tidak
Langsung
Pelayanan
Penya Ketersedia
Asupan
asdu Kesehatan
kit Pola asuh na pangan
makanan
Infeksi
Kejadian wasting
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
18
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1 Keadaan Umum Desa
3.1.1 Hasil Survey
2. Unsur Pembantu Pimpinan yaitu yang dikoordinasi oleh Ka. Sub Bag Tata Usaha
yang membawahi:
19
3. Unsur Tim Mutu yang terdiri dari:
a) Tim Keselamatan Pasien;
b) Tim Manajemen Resiko
c) Tim MFK
d) Tim Audit Internal
a. Kesehatan Tradisional
20
5. Jejaring Fasyankes dan Jaringan Pelayanan:
a. Pkd
b. Pustu
c. Posbindu
d. Faskes Lain
e. Perencanaan Program
6. Program gizi di Puskesmas Gemuh I:
a. Pemantauan status gizi
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita gizi buruk / kurang /
bumil KEK / BUMIL Anemia
c. Konseling gizi
d. Validasi data (Pengukuran PB/TB dan Penimbangan BB)
e. Penjaringan anak sekolah setiap satu tahun sekali pada bulan Agustus (lintas
Program )
f. Pemberian tablet tambah darah pada remaja putri ( lintas program )
g. Edukasi / penyuluhan gizi
h. Pemantauan garam beryodium
i. Kadarzi
j. Kunjungan rumah
k. Pemberian vitamin A
l. Survailans / pelacakan gizi buruk.
21
3.4 Analisis Masalah
Dari hasil kuesioner yang dilakukan ditemukan beberapa penyebab angka
wasting di desa galih cukup tinggi dikarenakan:
1. Penyebab langsung
a. Asupan Makanan
• Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung protein
tinggi seperti protein hewani (daging merah, ikan, susu,
telur).
• Tidak mengonsumsi garam yang mengandung
kandungan beryodium.
b. Penyakit Infeksi
• Kurangnya pengetahuan pada orang tua tentang
kebersihan balita sehingga menimbulkan penyakit
infeksi.
22
d. Aspek kesehatan
Pelayanan Kesehatan:
Ketersediakan layanan kesehatan tetapi tidak teratur
melakukan pemeriksaan.
Sarana:
Kurangnya sosialisasi untuk meningkatkan tingkat
pemahaman dan pengetahuan ibu balita
3.5 Penentuan Masalah
Masalah gizi yang kelompok kami ambil yaitu wasting dikarenakan
pada wilayah kerja Puskesmas Gemuh I, Prevalensi wasting melebihi target
indikator masalah dari hasil pemantauan status gizi bulan September 2023
terdapat 112 wasting dengan prevalensi 7,44 %
3.6 Pemilihan Prioritas Masalah
Prevalensi wasting di Puskesmas Gemuh 1 bulan September 2023
sebesar 7,44%, Desa Galih salah satu prevalensi tinggi yaitu 11,64% atau 17
balita.
3.7 Analisis Penyebab Masalah
23
3. Sarana - Alat ukur yang sesuai standar masih terbatas
- Ketersediaan air bersih
- Ketersediaan jamban
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Karyawan 1 0
25
swasta (6,3%) 0
Pedagang 1 0
(6,3%)
Penjahit 1 0
(6,3%)
Wiraswasta 5 15
(31,3%) (93,8%)
IRT 0
Penghasilan
<2.000.000 13
(81,3) 0 0,016
>2.000.000 2
(12,5)
Pola Asuh
Sering 0 6
(37,5%)
Kadang –
Kadang 7 0,138
(43,8%)
Tidak 2
Pernah (12,5%)
26
4.2 Pembahasan
27
wasting pada balita menggambarkan kekurangan zat gizi yang dialami pada
balita dalam kurun waktu yang relatif singkat dan baru-baru ini. Kondisi
wasting yang terjadi pada balita keluarga miskin secara umum tidak
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan pola
asuh ibu. Bisa jadi, kondisi wasting tersebut dipengaruhi oleh faktor lain,
misalnya riwayat penyakit infeksi dan ketersediaan pangan tingkat rumah
tangga.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Usia
Pola Asuh diketauhi nilai signifikan (P value) sebesar 0,016 (<0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia orang tua dengan pola asuh
yang diberikan orang tua yang dapat mempengaruhi balita kedalam
kejadian wasting di desa galih.
2. Pendidikan
Pola Asuh diketauhi nilai signifikan (P value) sebesar 0,002(<0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pendidikan orang tua dengan pola
asuh yang diberikan orang tua yang dapat mempengaruhi balita kedalam
kejadian wasting di desa galih.
3. Penghasilan
Pola Asuh diketauhi nilai signifikan (P value) sebesar 0,016 (<0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan penghasilan orang tua dengan
pola asuh yang diberikan orang tua yang dapat mempengaruhi balita
kedalam kejadian wasting di desa galih.
4. Pekerjaan
Pola Asuh diketauhi nilai signifikan (P value) sebesar 0,138 (>0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa Tidak ada hubungan pekerjaan orang tua dengan
pola asuh yang diberikan orang tua yang dapat mempengaruhi balita
kedalam kejadian wasting di desa galih.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini antara lain :
1. Bagi masyarakat
Meningkatkan pola asuh dengan cara memberikan pengarahan atau
penyuluhan tentang berbagai macam pola asuh kepada orang tua serta
memberikan pengarahan atau penyuluhan pentingnya kelengkapan
imunisasi bagi balita sebagai upaya pencegahan agar balita tidak berakibat
wasting.
29
2. Bagi peneliti Selanjutnya
Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang serupa
namun dengan variable lain yang dapat menyebablan terjadinya wasting.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anugrahini, Y. A., Mitra, M., Alamsyah, A., Kiswanto, K., & Zulfayeni, Z.
(2021). Evaluasi Pelaksanaan Program PMT-P pada Balita Wasting. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat, 10(01), 25–37.
https://doi.org/10.33221/jikm.v10i01.807
Amalia Yunia Rahmawati. (2020). balita wasting. July, 1–23.
Kemenkes. (2023). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Kemenkes, 1–
7.
Lailatul, M., & Ni’mah., C. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu dengan Wasting dan Stunting pada Balita
Keluarga Miskin. Media Gizi Indonesia, 10(2015), 84–90.
https://doi.org/Vol. 10, No. 1 Januari–Juni 2015: hlm. 84–90 terdiri
Muhammad, A. (n.d.). pengertian wasting. 10–24.
Muliyati, H., Mbali, M., Bando, H., Utami, R. P., & Mananta, O. (2021). Analisis
faktor kejadian wasting pada anak balita 12-59 bulan di Puskesmas Bulili
Kota Palu: Studi cross sectional. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 6(2),
111. https://doi.org/10.30867/action.v6i2.345
Rochmawati, Marlenywati, & Waliyo, E. (2016). Gizi Kurus ( Wasting ) Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pontianak. Vokasi Kesehatan,
II(2), 132–138. https://ejournal.poltekkes-
pontianak.ac.id/index.php/JVK/article/view/68/60
31
ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Dana
- Terbatasnya SDM atau
Manusia Sarana
Petugas
- Terbatasnya
- Petugas Rangkap Program anggaran untuk
PMT - Alat ukur yang sesuai standar
masih terbatas
- Keterbatasan anggaran
untuk penyuluhan / edukasi - Ketersediaan air bersih
Tingginya Angka - Harga pangan mahal - Ketersediaan jamban
wasting di Puskesmas
-
Gemuh I (6,84%)
Metode Material
- Kesalahan membaca
- Alat ukur yang sesuai standar
hasil pengukuran
terbatas
- Kesalahan pengisian
KMS - PMT pemulihan jumlahnya terbatas
- PMT diposyandu yang tidak sesuai
- Ketersediaan pangan
32
LAMPIRAN POA
POA PROGRAM INTERVENSI GIZI
PROGRAM INTERVENSI/KEGIATAN : POLA ASUH IBU BALITA DENGAN KEJADIAN WASTING DI
DI DESA GALIH TAHUN 2023
Jenis Bidang Jenis Sasaran Tujuan Waktu Personil/instansi Tempat Pendanaan Rincian
Kegiatan pelaksanaan terkait Kegiatan Kegiatan
Intervensi
Bidang Penyuluhan Ibu hamil -untuk Selasa, 10 Mahasiswa S1 Posyandu Mahasiswa, Memberikan
Kesehatan dengan dan ibu mengurangi Oktober Gizi Umkaba, Di desa PKK penyuluhan
(Gizi) memberikan menyusui, balita wasting 2023 Bidan dan Ahli Galih berupa
materi balita dan Gizi materi
tentang underweight tentang cara
bahaya -untuk mengatasi
wasting menambah wasting.
wawasan dan Memberikan
pengetahuan kuesioner
ibu untuk diisi
para ibu.
Bidang Meningkatkan Ibu hamil Untuk Selasa, 10 Mahasiswa S1 Posyandu Mahasiswa, Memberikan
Sosial SDM dan ibu meningkatkan Oktober Gizi Umkaba, di desa PKK edukasi
balita cara berpikir 2023 Bidan dan Ahli Galih tentang cara
masyarakat Gizi berpikir
tentang pola masyarakat
33
asuh terhadap
pola asuh
pada anak
Bidang Meningkatkan Ibu hamil Untuk Selasa, 10 Mahasiswa S1 Posyandu Mahasiswa, Promosi
ekonomi SDM dan ibu meningkatkan Oktober Gizi Umkaba, di desa PKK UMKM
balita UMKM 2023 Bidan dan Ahli Galih
Gizi
Bidang Meningkatkan Ibu hamil Untuk Selasa, 10 Mahasiswa S1 Posyandu Mahasiswa, Memberikan
pendidikan kualitas Pola dan ibu meningkatkan Oktober Gizi Umkaba, di desa PKK penyuluhn
asuh pada ibu balita pola berpikir 2023 Bidan dan Ahli Galih tentang
anak lebi baik Gizi materi pola
asuh ibu
yang baik
dan benar
Bidang Memberikan Ibu hamil Untuk Selasa, 10 Mahasiswa S1 Posyandu Mahasiswa, Memberikan
budaya edukasi dan ibu meningkatkan Oktober Gizi Umkaba, di desa PKK penyuluhan
tentang cara balita pola berpikir 2023 Bidan dan Ahli Galih tentang pola
pandang atau masyarakat Gizi berpikir
presepsi adat tentang ada masyarakat
istiadat istiadat menganeai
mitos mitos
yang dalam
masyarakat
34
LAMPIRAN
35
LAMPIRAN SPSS
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 114.104a 84 .016
Likelihood Ratio 72.808 84 .803
Linear-by-Linear Association 2.510 1 .113
N of Valid Cases 30
a. 105 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,03.
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 39.586a 18 .002
Likelihood Ratio 19.653 18 .353
N of Valid Cases 30
a. 28 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,03.
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 45.302a 36 .138
Likelihood Ratio 49.536 36 .066
N of Valid Cases 30
a. 49 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,03.
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 33.171a 18 .016
Likelihood Ratio 40.310 18 .002
N of Valid Cases 30
a. 28 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,03.
Kuesioner Penelitian
1. Tanggal penelitian :
2. Lokasi penelitian :
3. Nama responden :
a. Identitas Anak
1. Nama anak :
2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
3. Tanggal lahir :
4. Tinggi badan : cm
5. Berat badan : kg
b. Identitas Orang Tua
5. Kenaikan berat badan saat hamil 12. Frekuensi sakit dalam satu bulan
<11,5kg 1 kali
11,5-16kg 2 kali
>16kg 3 kali
4 kali
Lebih dari 4 kali
6. Riwayat kontrol kehamilan 13. Riwayat imunisasi
Tidak pernah Imunisasi dasar lengkap
Pernah, dengan bidan Tidak lengkap, yaitu....
Pernah, dengan dokter umum
Pernah, dengan dokter spesialis