Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KEPANITERAAN GIZI MASYARAKAT

PUSKESMAS GEMUH 1
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI
POLA ASUH IBU BALITA DENGAN KEJADIAN WASTING
DI DESA GALIH KECAMATAN GEMUH

Disusun Oleh:

1. Angela Putri Aprilliani (202012002)


2. Fitra Aflakhassifa (202012005)
3 .Riska Setiasari (202012009)
4. Tika Fahtoroni Ningrum (202012011)
5. Yuliastri Indra Puspa (202012012)

PROGRAM STUDI SARJANA GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDAL BATANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEPANITERAAN GIZI MASYARAKAT
PUSKESMAS GEMUH I

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI POLA ASUH IBU BALITA


DENGAN KEJADIAN WASTING DI DESA GALIH KECAMATAN GEMUH

Disusun Oleh :

1. Angela Putri Aprilliani (202012002)


2. Fitra Aflakhassifa (202012005)
3. Riska Setiasari (202012009)
4. Tika Fahtoroni Ningrum (202012011)
5. Yuliastri Indra Puspa (202012012)

Telah disahkan dan diterima dengan baik oleh :

Pembimbing lahan,
Tanggal

Salis Nawali Naja,. AMG


NIP. 19790212 201001 2 012

Dosen Pembimbing,
Tanggal

Ardyan Candra M, S. KM., M.Gizi


NIDN. 062502850

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Gizi
Tanggal

Radiati Moviana, S.Gz., M.Gizi


NIDN. 0603068802

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga penulis
dapatmengerjakan laporan kegiatan lapangan Puskesmas dengan judul “FAKTOR FAKTOR
YANG MEMPERNGARUHI POLA ASUH IBU BALITA DENGAN KEJADIAN
WASTING DI DESA GALIH KECAMATAN GEMUH” dapat tersusun sampai dengan
selesai . Laporan ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Program Gizi Fakultas
Ilmu Kesehatan S1 Gizi Universitas Muhammadiyah Kendal Batang.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis menyadari adanya kekurangan dan
keterbatasan, namun berkat bantuan dan bimbingan, petunjuk serta dorongan dari semua
pihak, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Maka dengan kemurahan hati dan
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Sri Rejeki M.Kep, Sp.Mat, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Kendal
Batang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan
menyelesaikan tugas laporan ini.
2. Kiswati., S.KM, selaku Kepala Puskesmas Gemuh I.
3. Ardian Candra M, S.KM., M.Gizi, selaku Dosen pembimbing
4. Salis Nawali Najah., AMG , selaku pembimbing lahan praktik di Puskesmas Gemuh I
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini. Penulis sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Kendal, Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

BAB I ........................................................................................................ 1

PENDAHULUAAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Permasalahan ................................................................................... 2

1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II ....................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1 Landasan Teori ................................................................................ 3

2.1.1 Definisi wasting ........................................................................ 3

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wasting............................. 4

2.2 Balita ............................................................................................... 9

2.2.1 Pengertian Balita ....................................................................... 9

2.2.2 Tahap Tumbuh Kembang ....................................................... 10

2.2.3 Ciri-Ciri dan Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang Anak .......... 11

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


................................................................................................ 13

2.2.5 Status sosial dan ekonomi keluarga ........................................ 14

2.3 Pola Asuh ...................................................................................... 14

2.3.1 Pengertian Pola Asuh .............................................................. 14

2.3.2 Jenis – Jenis Pola Asuh ........................................................... 14

2.3.3 Pengaruh Parenting Style Terhadap Perilaku Anak ................ 16

iii
2.4 Kerangka Teori .............................................................................. 18

BAB III ................................................................................................... 19

ANALISIS MASALAH .......................................................................... 19

3.1 Keadaan Umum Desa .................................................................... 19

3.1.1 Hasil Survey ............................................................................ 19

3.2 Analisis Data ................................................................................. 21

3.3 Indentifikasi Masalah .................................................................... 21

3.4 Analisis Masalah ........................................................................... 22

3.5 Penentuan Masalah ........................................................................ 23

3.6 Pemilihan Prioritas Masalah .......................................................... 23

3.7 Analisis Penyebab Masalah ........................................................... 23

BAB IV ................................................................................................... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 25

4.1 Hasil............................................................................................... 25

4.2 Pembahasan ................................................................................... 27

BAB V..................................................................................................... 29

PENUTUP ............................................................................................... 29

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 29

5.2 Saran ............................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 31

iv
BAB I
PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang

Gizi kurus (Wasting) merupakan masalah gizi yang sifatnya akut,


sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama
seperti kekurangan asupan makanan. Dampak gizi kurus pada balita dapat
menurunkan kecerdasan, produktifitas, kreatifitas, dan sangat berpengaruh
pada kualitas SDM. Tingginya prevalensi gizi kurang dan buruk pada balita
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu buruknya kualitas dari kuantitas
konsumsi pangan sebagai akibat masih rendahnya ketahanan pangan
keluarga, buruknya pola asuh dan rendahnya akses pada fasilitas kesehatan
(Hendrayati. dkk, 2013). Status gizi merupakan salah satu faktor yang
menentukan kualitas tumbuh kembang seseorang yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Status gizi
masyarakat sering digambarkan dengan besaran masalah gizi padakelompok
anak balita yang merupakan kelompok yang rawan gizi (Adriani,dkk, 2012).
Secara global 45 ,4 juta balita mengalami gizi buruk (WHO, 2021).
Di Asia Tenggara prevalesi balita yang mengalami wasting sangat tinggi
yaitu sebesar 14,5% (WHO, 2020). Sedangkan di Jawa Tengah prevalensi
wasting yaitu sebasar 7.9 % ( Kemenkes, 2023). Salah satu Kabupaten di
Jawa Tengah yang memiliki prevalensi wasting cukup tinggi yaitu
Kabupaten Kendal sebesar 10,1% (Kemenkes. 2023). Dimana prevalensi
wasting di wilayah kerja puskesmas Gemuh 1 sebesar 7.44% yang meliputi
8 desa. Dan salah satu desa yang ada di wilayah kerja puskesmas Gemuh
1yaitu Desa Galih dengan prevalensi wasting yang cukup tinggi yaitu
sebesar 11, 64% pada tahun 2023 ( Laporan Data Puseksmas Gemuh 1.
2023 ).
Penilaian status gizi yang dapat dilakukan salah satunya dengan
menggunakan berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) yang menggambarkan perolehan gizi kurus
(Depkes RI, 2013). Gizi kurang pada anak dapat membuat anak menjadi
kurus dan pertumbuhan menjadi terhambat. Dimana penyebab kurang gizi

1
secara langsung adalah konsumsi makanan tidak seimbang dan penyakit
infeksi (Manullang, Mona Sylvia J. dkk. 2012). Sedangkan penyebab tidak
langsung masalah gizi kurang, yaitu oleh pola asuh, ketersediaan pangan,
faktor sosial ekonomi, budaya dan politik (Mustapa, Yusna. dkk. 2013).
1.2 Permasalahan
Apakah pola asuh orang tua menjadi penyebab terjadinya wasting
pada balita di desa galih kecamatan gemuh ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pola asuh orang tua di terhadap terjadinya wasting
pada balita di desa galih kecamatan gemuh?
b. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pola asuh orang tua di desa galih Kecamatan
Gemuh.
b. Mengidentifikasi pola asuh orang tua balita wasting di desa galih
Kecamatan Gemuh.
c. Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pola asuh yang baik di
desa galih Kecamatan Gemuh.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi wasting
Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat
kurus (severely wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut
Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
dengan ambang batas (Z-score) <-2 SD. Wasting atau kekurangan gizi akut,
merupakan akibat dari penurunan berat badan yang cepat atau kegagalan
untuk menambah berat badan. Seorang anak yang tergolong kurus atau
kegemukan memiliki risiko kematian yang tinggi. Masalah wasting
dipastikan dapat mengancam kesehatan jiwa, baik dari segi gizi buruk,
kelaparan, maupun dampak terhadap suatu penyakit. Anak-anak yang
menderita wasting memiliki kekebalan tubuh yang lemah, menghambat
perkembangan dan juga meningkatkan risikokematian. (Muhammad, 2014)
BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometri yang paling
baik, karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif
dan spesifik. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya
perkembangan berat badan akan diikuti oleh pertambahan tinggi badan. Oleh
karena itu, berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi
badannya. Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan
indikator BB/TB
Tabel 2.1 klasifikasi wasting
No Klasifikasi wasting Z score
1. Sangat kurus Z-score< -3,0
2. Kurus ≥ -3,0 s/d Z-score< -2,0
3. Normal ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0
4. Gemuk > 2,0

3
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wasting

UNICEF menyebutkan bahwa terdapat empat penyebab kekurangan


gizi termasuk wasting pada anak, yaitu faktor langsung, faktor tidak
langsung, faktor masalah utama dan faktor masalah dasar.
a. Faktor langsung
Faktor penyebab langsung terdiri atas asupan makanan dan penyakit
terutama penyakit infeksi.
1) Asupan Makanan
Selama masa pertumbuhannya, balita membutuhkan asupan
makanan yang adekuat diantaranya adalah asupan energi dan
proteinnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri
dan Wahyono (2013) anak yang kurang asupan energi dan
proteinnya akan memiliki resiko yang lebih tinggi terjadi wasting
dibandingkan dengan anak yang asupan energi dan proteinnya
cukup. Gangguan gizi pada awal kehidupan memengaruhi
kehidupan berikutnya.
Gizi kurang pada balita tidak hanya mempengaruhi
gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi kualitas
kecerdasan dan perkembangan di masa mendatang. Oleh karena
itu peran makanan yang bernilai gizi tinggi sangat penting seperti
pada makanan yang mengandung energi, protein (terutama
protein hewani), vitamin (vitamin B kompleks, vitamin C,
vitamin A), dan mineral (Ca, Fe, Yodium, Fosfor, Zn).
2) Penyakit Infeksi
Infeksi memberikan kontribusi terhadap defisiensi energi,
protein, dan gizi lain karena menurunnya nafsu makan sehingga
asupan makanan berkurang. Sakit pada anak mempunyai efek
negatif pada pertumbuhan anak. Penyakit infeksi yang sering
terjadi pada anak balita adalah demam, diare, dan infeksi saluran
pernafasan atas. Kenyataannya, kekurangan gizi dan penyakit
infeksi sering terjadi pada saat bersamaan. Kekurangan gizi dapat

4
meningkatkan risiko infeksi, sedangkan infeksi dapat
menyebabkan kekurangan gizi yang mengarahkan ke lingkaran
setan. Anak kurang gizi, mempunyai daya tahan terhadap
penyakitnya rendah, jatuh sakit, dan akan menjadi semakin
kurang gizi, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk melawan
penyakit dan sebagainya. Ini disebut juga infection malnutrition.
Penyakit diare salah satu penyakit dengan sumber penularan
melalui air (water borne disease) dan penyakit diare yang terjadi
pada balita umumnya disertai muntah dan mencret. Diare
berdampak terhadap pertumbuhan linear anak. Diare merupakan
salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak
dinegara berkembang. Anak balita rata-rata mengalami tiga
kali diare pertahun. Menurut World Health Organization diare
adalah suatu keadaan buang air besar dengan konsistensi lembek
hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare
akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten
terjadi selama >14 hari. Secara klinis penyebab diare terbagi
menjadi enam kelompok yaitu infeksi, malabsorbsi, alergi,
keracunan makanan, imunodefisiensi dan penyebab lain seperti
gangguan
fungsional dan malnutrisi.
b. Faktor tidak langsung
Faktor penentu status gizi anak secara tidak langsung,
dipengaruhi oleh tiga faktor penentu yang mewujudkan dirinya di
tingkat rumah tangga, meliputi ketersediaan pangan keluarga,
pola asuh dan pemberian ASI, serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. Menurut Peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI
eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahakan dan
atau mengganti dengan makanan atau minumanlain. Penelitian di
Bangladesh menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif

5
hingga usia balita mencapai 6 bulan berkontribusi secara
signifikan untuk meningkatkan status gizi anak.
c. Faktor masalah utama
Faktor penentu gizi anak selanjutnya, dipengaruhi oleh faktor
masalah utama. Penyebab masalah utama gizi di level masyarakat
adalah kuantitas dan kualitas sumber daya potensial yang ada di
masyarakat misalnya: manusia, ekonomi, lingkungan, organisasi,
dan teknologi. Faktor kemiskinan, karakteristik keluarga, dan
sosiodemografi merupakan penyebab utama permasalahan gizi di
level masyarakat yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia di masyarakat.
1) Kemiskinan
Kemiskinan merupakan faktor masalah utama terjadinya
permasalahan gizi. Seseorang dianggap berada dalam kemiskinan
absolut saat dia tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka
secara memadai seperti makanan, kesehatan air, tempat tinggal,
pendidikan dasar, dan partisipasi masyarakat. Dampak
kemiskinan terhadap gizi buruk anak sangat besar. Rumah
Tangga dan individu miskin tidak dapat mencapai ketahanan
pangan, memiliki sumber daya perawatan yang tidak memadai,
dan tidak dapat memanfaatkan (atau berkonstribusi untuk
menciptakan) sumber daya untuk kesehatan secara berkelanjutan.
2) Karakteristik Keluarga

Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat


miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika
yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit. Pangan yang
tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk
keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi
tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang
besar tersebut. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga
miskin paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh

6
anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling
terpengaruh oleh kekurangan pangan. Sebab seandainya besar
keluarga bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang
dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang
sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak dari pada
anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-anak yang
muda mungkin tidak diberi cukup makan. Selain anak-anak,
wanita yang sedang hamil dan menyusui juga merupakan
kelompok yang rawan akan kekurangan gizi. Apabila mereka
hidup dalam keluarga dengan jumlah yang besar dan kesulitan
dalam persediaan pangan tentunya masalah gizi akan timbul.
Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga
sangat penting untuk mencapai gizi yang baik. Pangan harus
dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang dalam
keluarga. Anak, wanita hamil dan menyusui harus memperoleh
sebagian besar pangan yang kaya akan protein. Semua anggota
keluarga sesuai dengan kebutuhan perorangan, harus mendapat
bagian energi, protein dan zat-zat gizi lain yang cukup setiap
harinya untuk memenuhi kebutuhan.

3) Sosiodemografi
a) Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya status gizi
anak. Anak laki-laki biasanya membutuhkan lebih banyak
zat gizi seperti energi dan protein lebih banyak daripada
anak perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor internal
seseorang yang berpengaruh terhadap komposisi tubuh
dan distribusi lemak subkutan antara anak laki-laki dan
perempuan berbeda. Pada anak laki-laki 11% dari berat
badan merupakan jaringan subkutan dan pada anak
perempuan 18% dari berat badan merupakan subkutan.
Anak perempuan lebih banyak menyimpan lemak

7
sedangkan anak laki-laki lebih banyak massa otot dan
tulang.
b) Usia
Pertumbuhan pada usia balita dan prasekolah
lebihlambat dibandingkan pada masa bayi namun
pertumbuhannya stabil. Masa balita merupakan usia
paling rawan, karena pada masa ini balita sering terkena
penyakit infeksi sehingga menjadikan anak berisiko tinggi
menjadi kurang gizi. Pada usia prasekolah yaitu usia 2-6
tahun, anak mengalami pertumbuhan yang stabil, terjadi
perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah
dan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir.33
Memperlambatnya pertumbuhan ini tercermin dalam
penurunan nafsu makan, padahal dalam masa ini
anakanak membutuhkan kalori dan zat gizi yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan akan zat gizi mereka.
c) Tingkat Pendidikan Ibu
Tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi
dan semakin mudah untuk mengimplementasikan
pengetahuannya dalam perilaku khususnya dalam hal
kesehatan dan gizi. Dengan demikian, pendidikan ibu
yang relatif rendah juga akan berkaitan dengan sikap dan
tindakan ibu dalam menangani masalah kurang gizi pada
anak balitanya. masalah kurang gizi pada anak
balitanya.19 Pendidikan orang tua akan berpengaruh
terhadap pengasuhan anak, karena dengan pendidikan
yang tinggi pada orang tua akan memahami pentingnya
peranan orang tua dalam pertumbuhan anak. Selain itu,
dengan pendidikan yang baik, diperkirakan memiliki
pengetahuan gizi yang baik pula. Ibu yang berpendidikan

8
lebih baik cenderung lebih mudah menerima informasi
gizi dan menerapkan pengetahuannya dalam mengasuh
anak dan dalam praktik pemberian makanan.
d) Pekerjaan
Ibu yang tidak bekerja dinilai akan mempunyai
waktu yang banyak untuk mengasuh dan memperhatikan
anaknya. Asupan gizi anaknya juga akan diperhatikan.
e) Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor yang paling
menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Kemampuan
orang tua untuk membeli bahan makanan bergantung
terhadap besar kecilnya pendapatan orang tua. Selain itu
tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang
tua dengan pendapatan terbatas menyebabkan daya beli
makanannya rendah sehingga tidak mampu membeli
pangan dalam jumlah yang diperlukan dan pada akhirnya
berakibat buruk terhadap status gizi anak balitanya.
Sebaliknya semakin tinggi pendapatan orang tua maka
kebutuhan gizi anggota keluarga dapat terjamin.
2.2 Balita
2.2.1 Pengertian Balita

Masa Balita (Bawah Lima Tahun) adalah periode yang sangat


penting bagi tumbuh kembangnya sehingga biasa disebut dengan golden
period. Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta
fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada
masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah
lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan
serabut serabut syaraf dan

9
cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan,
mengenal huruf, hingga bersosialisasi (Amalia Yunia Rahmawati, 2020)

Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,


kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat
dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta
dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelalnan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak
ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
dikemudian hari (Amalia Yunia Rahmawati, 2020).
2.2.2 Tahap Tumbuh Kembang

Anak Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling


berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai dewasa.
Walaupun terdapat variasi, namun setiap anak akan melewati suatu pola
tertentu. Tanuwijaya, (2003) memaparkan tentang tahapan tumbuh
kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa prenatal dan masa
postnatal. Setiap masa tersebut memiliki cirri khas dan perbedaan anatomi,
fisiologi, biokimia, dan karakternya. Usia dini merupakan fase awal
perkembangan anak yang akan menentukan perkembangan pada fase
selanjutnya.
Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi 4 aspek
kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus dan penglihatan,
berbicara dan bahasa, serta social emosi dan perilaku. Jika terjadi
kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan aspek yang lain. Kemajuan perkembangan
anak mengikuti suatu pola yang teratur dan mempunyai variasi pola batas
pencapaian dan kecepatan. Batasan usia menujukan bahwa suatu patokan
kemampuan harus dicapai pada usia tertentu. Batas ini menjadi penting
dalam penilaian perkembangan, apabila anak gagal dalam mncapai dapat
memberikan

10
petunjuk untuk segera melakukan penilaian yang lebih terperinci dan
intervensi yang tepat.
2.2.3 Ciri-Ciri dan Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang
saling berkaitan yaitu sebagai berikut:
a. Perkembangan Menimbulkan Perubahan Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia
pada seorang akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pada Tahap Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkebangan
sebelum ia melewati tahap sebelumnya. Sebagai contoh
seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri.
Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan
bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa
kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan dan Perkembangan Mempunyai Kecepatan
Yang Berbeda Sebagaimana pertumubuhan, perkembangan
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkemangan fungsi organ dan
perkembangan pada massing-masing anak.
c. Perkembangan Berkolerasi Dengan Pertumbuhan Pada saat
pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,
terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan
lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan
tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

11
d. Perkembangan Mempunyai Pola Yang Tetep Perkembangan
fungsi organ tubuh terjadi ada dua yang tetap yaitu:
✓ Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,
kemudian menuju kearah kaudal/anggota tubuh (pola
sefalokaudal).
✓ Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal
(gerak kasar) lalu berkembang dibagian distal seperti jari-
jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).
e. Perkembangan Memiliki Tahap Yang Berurutan Tahap
perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik,
misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran
sebelum mampu mmembuta gambar kotak, anak mampu berdiri
sebelum berjalan dan sebagainya. Proses tumbuh kembang anak
juga mempunyai prinsip prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-
prinsp tersebut adalah sebagai berikut:
✓ Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan
belajar Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi
dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada
individu. Balar merupakan perkembangan yang bersal dari
latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh
kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan
potensi yang dimiliki.
✓ Pola perkembangan dapat diramalkan Terdapat
kesamaan pola perkembangan bagi semua anak.
Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat
diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan
umum ke tahapan spesifik, dan terjadi
berkesinambungan.

12
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

a. Faktor Herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu: suku,
ras dan jenis kelamin). Jenis kelamin ditentukan sejak dalam
kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan
tinggi dari anak perempuan, hal ini nampak saat anak sudah mengalami
masa prapubertas. Ras dan suku juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Mislanya suku Asia memiliki tubuh lebih pendek
daripada orang Eropa atau suku Asmat dan Irian berkulit hitam.
b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan pra-natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus
yang dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin
antara lain ganguan nutrusi karena ibu kurang mendapat assupan
gizi yang baik, ganguan endokrin pada ibu (diabetes meillitus),
dll. Faktor lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.
2) Lingkungan pos-natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan setelah bayi lahir adalah:
1) Nutrisi
Adalah salah satu komponen yang sangat
berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.
Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti:
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.
2) Budaya lingkungan
Budaya lingkungan atau masyarakat akan
mempengaruhi bagaimana mereka dalam memahami
kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola prilaku ibu hamil
dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya
larangan untuk makan makanan tertentu padahal

13
zat gizi tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.
2.2.5 Status sosial dan ekonomi keluarga

Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi tinggi untuk


pemenuhan kebutuhan gizi akan terpenuhi dengan baik di bandingkan
dengan anak yang di besarkan di keluarga yang berekonomi sedang atau
kurang. Demikian juga dengan pendidikan orangtua, keluarga dengan
pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima arahan terutama tentang
peningkatan pertumbuhan dan perkembangan anak, penggunaan fasilitas dan
lain - lain dibandingkan dengan keluarga latar belakang pendidikan rendah.
2.3 Pola Asuh
2.3.1 Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orangtua merupakan pola perilaku orangtua yang diterapkan


kepada anak, yang bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Menurut
Karlinawati (2010) mengasuh anak yaitu sebuah proses yang menunjukkan
bahwa hal tersebut merupakan suatu interaksi antara orangtua dengan anak
yang berkelanjutan, dalam proses tersebut memberi suatu perubahan baik
kepada orangtua maupun kepada anak. Peran orangtua mempengaruhi anak
dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Orangtua memiliki
peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik, serta
memberi contoh bimbingan kepada anak. Sebagai contoh, orangtua
membimbing anak-anaknya untuk mengenalkan sesuatu agar anak-anaknya
mengerti, mengetahui dan memahami yang akhirnya dapat menerapkan
suatu tingkah laku.
2.3.2 Jenis – Jenis Pola Asuh

Pembentukan anak bermula atau berawal dari keluarga. Pola asuh


orangtua terhadap anak-anakanya sangat menentukan dan memengaruhi
kepribadian (sifat) serta perilaku anak. Anak menjadi baik atau buruk

14
semua tergantung dari pola asuh orangtua dalam keluarga. Pola asuh
orangtua merupakan pola perilaku orangtua yang diterapkan kepada
anak, yang bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Menurut
Karlinawati (2010) mengasuh anak yaitu sebuah proses yang
menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan suatu interaksi antara
orangtua dengan anak yang berkelanjutan, dalam proses tersebut
memberi suatu perubahan baik kepada orangtua maupun kepada anak.
Peran orangtua mempengaruhi anak dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya. Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam
menjaga, mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada
anak. Sebagai contoh, orangtua membimbing anak-anaknya untuk
mengenalkan sesuatu agar anak-anaknya mengerti, mengetahui dan
memahami yang akhirnya dapat menerapkan suatu tingkah laku.
Menurut Helmawati 2014, menyatakan bahwa terdapat 3 jenis pola
asuh yaitu otoriter, demokratis dan permisif:
1) Pola asuh otoriter (parent oriented).
Pola asuh otoriter (parent oriented) pada umumnya
menggunakan pola komunikasi satu arah (oneway
communication). Ciri-ciri pola asuh ini menekankan bahwa
segala aturan orangtua harus ditaati oleh anaknya. Inilah yang
dinamakan win-lose solution. Orangtua memaksakan pendapat
atau keinginan pada anaknya dan bertindak semena-mena
(semaunya kepada anak), tanpa dapat dikritik oleh anak. Anak
harus menurut dan tidak boleh membantah apa terhadap apa-
apa yang diperintahkan atau dikehendaki oleh orangtua. Anak
tidak diberi kesempatan menyampaikan apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan.
3) Pola asuh permisif
Pada umumnya pola asuh permisif ini menggunakan
komunikasi satu arah (one way communication) karena
meskipun orangtua memiliki kekuasaan penuh dalam keluarga

15
terutama terhadap anak tetapi anak memutuskan apa-apa yang
diinginkannya sendiri baik orangtua setuju ataupun tidak. Pola
ini bersifat children centered maksudnya adalah bahwa segala
aturan dan ketetapan keluarga berada di tangan anak.
4) Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis menggunakan komunikasi dua arah
(two ways communication). Kedudukan antara orangtua dan
anak dalam berkomunikasi sejajar. Suatu keputusan diambil
bersama dengan mempertimbangkan (keuntungan) kedua belah
pihak (win-solution). Anak diberi kebebasan yang bertanggung
jawab. Artinya, apa yang dilakukan anank tetap harus ada di
bawah pengawasan orangtua dan dapat dipertanggungjwabkan
secara moral.
2.3.3 Pengaruh Parenting Style Terhadap Perilaku Anak

Parenting Style Sikap atau perilaku orang tua Profil perilaku anak
Authoritarian 1. Sikap “acceptance” 1. Mudah tersinggung
rendah, namun kontrolnya 2. Penakut
tinggi. 3.Pemurung, tidak
2. Suka menghukum secara bahagia
fisik 4. Mudah terpengaruh
3. Bersikap mengomando 5. Mudah stress
(mengharuskan / memerintah 6. Tidak mempunyai
anak untuk melakukan sesuatu arah masa depan yang
tanpa kompromi) jelas.
4. Cenderung emosional dan 7. Tidak Bersahabat.
bersikap menolak
Permissive 1. Sikap acceptancenya 1. Bersikap impulsive
tingginamun kontrolnya dan agresif
rendah 2. Suka memberontak
2. Memberi kebebasan kepada
anak untuk menyatakan
dorongan / keinginannya
16
3. Kurang memiliki rasa
percaya diri dan
pengendalian diri
4. Suka mendominasi
5. Tidak jelas arah
hidupnya
Authoritative 1. Sikap acceptance dan 1. Bersikap bersahabat
kontrolnya tinggi 2. Memiliki rasa
2. Bersikap responsive percaya diri
terhadap kebutuhan anak 3. Mampu
3. Mendorong anak untuk mengendalikan diri (self
menyatakan pendapat atau control)
pernyataan. 4. Bersikap sopan
5. Mau bekerja sama
6. Memiliki rasa ingin
tahunya yang tinggi

17
2.4 Kerangka Teori

Faktor faktor yang mempengaruhi


kejadian wasting

Langsung Tidak
Langsung

Pelayanan
Penya Ketersedia
Asupan
asdu Kesehatan
kit Pola asuh na pangan
makanan
Infeksi

Kejadian wasting

Keterangan :

= diteliti

= tidak diteliti

18
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1 Keadaan Umum Desa
3.1.1 Hasil Survey

Desa Galih merupakan 1 dari 16 desa di Kecamatan Gemuh,


Kabupaten Kendal. Desa Galih mempunyai luas Wilayah ± 94,930 ha,
bersertifikat 1684 Ha dan berada pada ketinggian 1200 m dari permukaan
laut. Secara administrasi, desa galih terbagi atas 3 RW, 16 RT dengan
jumlah penduduk 2.096 jiwa. Letak Desa Galih sangat strategis karena
berada di jalur raya utama dan dekat dengan Puskesmas Gemuh I.

Berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas tugas Puskesmas adalah
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut
diatas, Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat tingkat pertama


b. Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan tingkat pertama
Susunan struktur organisasi Puskesmas Gemuh I terdiri dari:
1. Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Puskesmas

2. Unsur Pembantu Pimpinan yaitu yang dikoordinasi oleh Ka. Sub Bag Tata Usaha
yang membawahi:

a. Bag. Sistem Informasi Puskesmas

b. Bag. Umum dan Kepegawaian


c. Bag. Keuangan
d. Bag. Rumah Tangga

19
3. Unsur Tim Mutu yang terdiri dari:
a) Tim Keselamatan Pasien;
b) Tim Manajemen Resiko
c) Tim MFK
d) Tim Audit Internal

4. Unsur Pelaksana, yaitu Upaya Kesehatan yang terdiri dari:


A. Upaya Kesehatan Masyarakat:
1) UKM Esensial
a. UKM Promkes
b. UKM KESGA ( Kesehatan Keluarga)
c. UKM gizi
d. UKM Kesling
e. UKM P2P
f. UKM Perkesmas
2) UKM Pengembangan:

a. Kesehatan Tradisional

b. Kesehatan Kerja dan Olahraga


B. Upaya Kesehatan perorangan:
1) KIA
2) KB
3) MTBS
4) Gawat Darurat
5) Pemeriksaan Umum
6) Laboratorium
7) Gizi
8) Kesehatan Gigi dan Mulut
9) Kefarmasian
10) Mampu Persalinan
11) Lansia
12) PKPR / Remaja
13) TB
14) Imunisasi

20
5. Jejaring Fasyankes dan Jaringan Pelayanan:

a. Pkd
b. Pustu
c. Posbindu
d. Faskes Lain
e. Perencanaan Program
6. Program gizi di Puskesmas Gemuh I:
a. Pemantauan status gizi
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita gizi buruk / kurang /
bumil KEK / BUMIL Anemia
c. Konseling gizi
d. Validasi data (Pengukuran PB/TB dan Penimbangan BB)
e. Penjaringan anak sekolah setiap satu tahun sekali pada bulan Agustus (lintas
Program )
f. Pemberian tablet tambah darah pada remaja putri ( lintas program )
g. Edukasi / penyuluhan gizi
h. Pemantauan garam beryodium
i. Kadarzi
j. Kunjungan rumah
k. Pemberian vitamin A
l. Survailans / pelacakan gizi buruk.

3.2 Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini menggunakan menggunakan SPSS
dengan uji bivariat untuk mengetahui frekuensi dan presentase data. Uji
bivariat dengan mengunnakan uji chie square
3.3 Indentifikasi Masalah
Prevalensi wasting Kabupaten Kendal sebesar 10,1% (Kemenkes,
2023). Prevalensi wasting di wilayah kerja Gemuh 1 sebesar 7,44 %, salah
satu Desa yang ada di Gemuh yaitu Desa Galih dengan prevalensi wasting
sebesar 11, 64 % pada tahun 2023 (Laporan Data Puskesmas Gemuh 1).

21
3.4 Analisis Masalah
Dari hasil kuesioner yang dilakukan ditemukan beberapa penyebab angka
wasting di desa galih cukup tinggi dikarenakan:
1. Penyebab langsung
a. Asupan Makanan
• Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung protein
tinggi seperti protein hewani (daging merah, ikan, susu,
telur).
• Tidak mengonsumsi garam yang mengandung
kandungan beryodium.
b. Penyakit Infeksi
• Kurangnya pengetahuan pada orang tua tentang
kebersihan balita sehingga menimbulkan penyakit
infeksi.

2. Penyebab tidak langsung


a. Pola asuh
• Ibu kurang memperhatikan asupan makan anak
• Belum sepenuhnya pemberian ASI eksklusif
• Kurang mengkonsumsi cemilan/snack sehat untuk balita
b. Sosial ekonomi
Ekonomi masyarakat desa galih yang orangtua balita
mengalami wasting memiliki perekonomian yang cukup
baik
c. Pendidikan
Pendidikan orangtua balita wasting termasuk pendidikan
menengah karena kebanyakan pendidikannya sampai
SMA.

22
d. Aspek kesehatan
Pelayanan Kesehatan:
Ketersediakan layanan kesehatan tetapi tidak teratur
melakukan pemeriksaan.
Sarana:
Kurangnya sosialisasi untuk meningkatkan tingkat
pemahaman dan pengetahuan ibu balita
3.5 Penentuan Masalah
Masalah gizi yang kelompok kami ambil yaitu wasting dikarenakan
pada wilayah kerja Puskesmas Gemuh I, Prevalensi wasting melebihi target
indikator masalah dari hasil pemantauan status gizi bulan September 2023
terdapat 112 wasting dengan prevalensi 7,44 %
3.6 Pemilihan Prioritas Masalah
Prevalensi wasting di Puskesmas Gemuh 1 bulan September 2023
sebesar 7,44%, Desa Galih salah satu prevalensi tinggi yaitu 11,64% atau 17
balita.
3.7 Analisis Penyebab Masalah

Tabel 3.7. Penyebab Masalah


No Kategori Akar Masalah
1. Manusia - Terbatasnya SDM atau Petugas
- Petugas Rangkap Program

2. Dana - Terbatasnya anggaran untuk PMT


- Keterbatasan anggaran untuk penyuluhan / edukasi
- Harga pangan mahal

23
3. Sarana - Alat ukur yang sesuai standar masih terbatas
- Ketersediaan air bersih
- Ketersediaan jamban

4. Metode - Kesalahan membaca hasil pengukuran


- Kesalahan pengisian KMS

5. Material - Alat ukur yang sesuai standar terbatas


- PMT pemulihan jumlahnya terbatas
- PMT diposyandu yang tidak sesuai
- Ketersediaan pangan

24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Tabel 1. Distribusi Silang Antara Usia, Tingkat Pendidikan, Tingkat


Penghasilan, Tingkat Pekerjaan, Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kejadian Wasting Di Desa Galih, Kabupaten Kendal

Variable Status Gizi Berdasarkan Indeks


BB/TB Balita
Ayah Ibu
N (%) N
(%)
Usia
< 35 5 10
(31,4%) (62,7%) 0,016
>35 10 5
(62,7%) (31,4%)
Pendidikan
SD 4 1
(25,0%) (6,3%)
SMP 7 6
(43,8%) (37,5%) 0,002
SMA 4 7
(25,0%) (43,8%)
Tidak 1
Sekolah 0 (6,3%)
Pekerjaan
Buruh 3
(18,8%) 0 0,138

Karyawan 1 0

25
swasta (6,3%) 0

Pedagang 1 0
(6,3%)
Penjahit 1 0
(6,3%)
Wiraswasta 5 15
(31,3%) (93,8%)
IRT 0
Penghasilan
<2.000.000 13
(81,3) 0 0,016
>2.000.000 2
(12,5)
Pola Asuh
Sering 0 6
(37,5%)
Kadang –
Kadang 7 0,138
(43,8%)

Tidak 2
Pernah (12,5%)

26
4.2 Pembahasan

Indeks TB/U menggambarkan status gizi balita di masa lampau,


sedangkan indeks BB/ TB menggambarkan status gizi balita di masa sekarang.
Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap keadaan kurang gizi
dalam waktu pendek. Efek terhadap kekurangan zat gizi akan berpengaruh
pada tinggi badan balita dalam kurun waktu yang relatif lama. Berdasarkan
Tabel 1. Distribusi Silang Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan Orang Tua
Dengan Kejadian Wasting Balita. Indeks BB/TB merefleksikan status gizi
pada masa kini, sedangkan indeks TB/U merefl eksikan status gizi balita pada
masa lampau. Pendidikan ibu merupakan hal dasar bagi tercapainya gizi balita
yang baik. Tingkat pendidikan ibu tersebut terkait dengan kemudahan ibu
dalam menerima informasi tentang gizi dan kesehatan dari luar.
Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah
menerima informasi dari luar, dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat
pendidikan lebih rendah. Tingkat pendidikan pada keluarga miskin sebagian
besar dalam kategori rendah, hal ini dikarenakan keterbatasan ekonomi yang
dialami sehingga mereka tidak mampu melanjutkan pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi. Dalam penelitian ini, ibu yang memiliki tingkat pendidikan
rendah tidak selalu memiliki balita dengan masalah wasting yang lebih banyak
daripada ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. Hal ini dikarenakan
tingkat pendidikan ibu merupakan penyebab dasar dari masalah kurang gizi,
dan masih banyak factor - faktor lain yang dapat memengaruhi terjadinya
masalah kurang gizi, khususnya wasting.
Pola asuh ibu memiliki peran dalam kejadian wasting pada balita
karena asupan makanan pada balita sepenuhnya diatur oleh ibunya. Ibu
dengan pola asuh baik akan cenderung memiliki balita dengan status gizi yang
lebih baik daripada ibu dengan pola asuh yang kurang. Namun dalam
penelitian ini dengan pola asuh yang baik belum tentu memiliki balita dengan
masalah wasting yang lebih kecil dari pada ibu dengan pola asuh yang kurang.
Hal ini bisa jadi dikarenakan meskipun pola asuh ibu baik, pada keluarga
miskin terdapat keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga
pola asuh ibu tidak memengaruhi terjadinya masalah wasting. Masalah

27
wasting pada balita menggambarkan kekurangan zat gizi yang dialami pada
balita dalam kurun waktu yang relatif singkat dan baru-baru ini. Kondisi
wasting yang terjadi pada balita keluarga miskin secara umum tidak
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan pola
asuh ibu. Bisa jadi, kondisi wasting tersebut dipengaruhi oleh faktor lain,
misalnya riwayat penyakit infeksi dan ketersediaan pangan tingkat rumah
tangga.

28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Usia
Pola Asuh diketauhi nilai signifikan (P value) sebesar 0,016 (<0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia orang tua dengan pola asuh
yang diberikan orang tua yang dapat mempengaruhi balita kedalam
kejadian wasting di desa galih.
2. Pendidikan
Pola Asuh diketauhi nilai signifikan (P value) sebesar 0,002(<0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pendidikan orang tua dengan pola
asuh yang diberikan orang tua yang dapat mempengaruhi balita kedalam
kejadian wasting di desa galih.
3. Penghasilan
Pola Asuh diketauhi nilai signifikan (P value) sebesar 0,016 (<0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan penghasilan orang tua dengan
pola asuh yang diberikan orang tua yang dapat mempengaruhi balita
kedalam kejadian wasting di desa galih.
4. Pekerjaan
Pola Asuh diketauhi nilai signifikan (P value) sebesar 0,138 (>0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa Tidak ada hubungan pekerjaan orang tua dengan
pola asuh yang diberikan orang tua yang dapat mempengaruhi balita
kedalam kejadian wasting di desa galih.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini antara lain :
1. Bagi masyarakat
Meningkatkan pola asuh dengan cara memberikan pengarahan atau
penyuluhan tentang berbagai macam pola asuh kepada orang tua serta
memberikan pengarahan atau penyuluhan pentingnya kelengkapan
imunisasi bagi balita sebagai upaya pencegahan agar balita tidak berakibat
wasting.

29
2. Bagi peneliti Selanjutnya
Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang serupa
namun dengan variable lain yang dapat menyebablan terjadinya wasting.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anugrahini, Y. A., Mitra, M., Alamsyah, A., Kiswanto, K., & Zulfayeni, Z.
(2021). Evaluasi Pelaksanaan Program PMT-P pada Balita Wasting. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat, 10(01), 25–37.
https://doi.org/10.33221/jikm.v10i01.807
Amalia Yunia Rahmawati. (2020). balita wasting. July, 1–23.
Kemenkes. (2023). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Kemenkes, 1–
7.
Lailatul, M., & Ni’mah., C. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu dengan Wasting dan Stunting pada Balita
Keluarga Miskin. Media Gizi Indonesia, 10(2015), 84–90.
https://doi.org/Vol. 10, No. 1 Januari–Juni 2015: hlm. 84–90 terdiri
Muhammad, A. (n.d.). pengertian wasting. 10–24.
Muliyati, H., Mbali, M., Bando, H., Utami, R. P., & Mananta, O. (2021). Analisis
faktor kejadian wasting pada anak balita 12-59 bulan di Puskesmas Bulili
Kota Palu: Studi cross sectional. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 6(2),
111. https://doi.org/10.30867/action.v6i2.345
Rochmawati, Marlenywati, & Waliyo, E. (2016). Gizi Kurus ( Wasting ) Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pontianak. Vokasi Kesehatan,
II(2), 132–138. https://ejournal.poltekkes-
pontianak.ac.id/index.php/JVK/article/view/68/60

31
ANALISIS PENYEBAB MASALAH

Dana
- Terbatasnya SDM atau
Manusia Sarana
Petugas
- Terbatasnya
- Petugas Rangkap Program anggaran untuk
PMT - Alat ukur yang sesuai standar
masih terbatas
- Keterbatasan anggaran
untuk penyuluhan / edukasi - Ketersediaan air bersih
Tingginya Angka - Harga pangan mahal - Ketersediaan jamban
wasting di Puskesmas
-
Gemuh I (6,84%)

Metode Material
- Kesalahan membaca
- Alat ukur yang sesuai standar
hasil pengukuran
terbatas
- Kesalahan pengisian
KMS - PMT pemulihan jumlahnya terbatas
- PMT diposyandu yang tidak sesuai
- Ketersediaan pangan

32
LAMPIRAN POA
POA PROGRAM INTERVENSI GIZI
PROGRAM INTERVENSI/KEGIATAN : POLA ASUH IBU BALITA DENGAN KEJADIAN WASTING DI
DI DESA GALIH TAHUN 2023

Jenis Bidang Jenis Sasaran Tujuan Waktu Personil/instansi Tempat Pendanaan Rincian
Kegiatan pelaksanaan terkait Kegiatan Kegiatan
Intervensi
Bidang Penyuluhan Ibu hamil -untuk Selasa, 10 Mahasiswa S1 Posyandu Mahasiswa, Memberikan
Kesehatan dengan dan ibu mengurangi Oktober Gizi Umkaba, Di desa PKK penyuluhan
(Gizi) memberikan menyusui, balita wasting 2023 Bidan dan Ahli Galih berupa
materi balita dan Gizi materi
tentang underweight tentang cara
bahaya -untuk mengatasi
wasting menambah wasting.
wawasan dan Memberikan
pengetahuan kuesioner
ibu untuk diisi
para ibu.
Bidang Meningkatkan Ibu hamil Untuk Selasa, 10 Mahasiswa S1 Posyandu Mahasiswa, Memberikan
Sosial SDM dan ibu meningkatkan Oktober Gizi Umkaba, di desa PKK edukasi
balita cara berpikir 2023 Bidan dan Ahli Galih tentang cara
masyarakat Gizi berpikir
tentang pola masyarakat

33
asuh terhadap
pola asuh
pada anak
Bidang Meningkatkan Ibu hamil Untuk Selasa, 10 Mahasiswa S1 Posyandu Mahasiswa, Promosi
ekonomi SDM dan ibu meningkatkan Oktober Gizi Umkaba, di desa PKK UMKM
balita UMKM 2023 Bidan dan Ahli Galih
Gizi
Bidang Meningkatkan Ibu hamil Untuk Selasa, 10 Mahasiswa S1 Posyandu Mahasiswa, Memberikan
pendidikan kualitas Pola dan ibu meningkatkan Oktober Gizi Umkaba, di desa PKK penyuluhn
asuh pada ibu balita pola berpikir 2023 Bidan dan Ahli Galih tentang
anak lebi baik Gizi materi pola
asuh ibu
yang baik
dan benar
Bidang Memberikan Ibu hamil Untuk Selasa, 10 Mahasiswa S1 Posyandu Mahasiswa, Memberikan
budaya edukasi dan ibu meningkatkan Oktober Gizi Umkaba, di desa PKK penyuluhan
tentang cara balita pola berpikir 2023 Bidan dan Ahli Galih tentang pola
pandang atau masyarakat Gizi berpikir
presepsi adat tentang ada masyarakat
istiadat istiadat menganeai
mitos mitos
yang dalam
masyarakat

34
LAMPIRAN

35
LAMPIRAN SPSS

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 114.104a 84 .016
Likelihood Ratio 72.808 84 .803
Linear-by-Linear Association 2.510 1 .113
N of Valid Cases 30
a. 105 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,03.

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 39.586a 18 .002
Likelihood Ratio 19.653 18 .353
N of Valid Cases 30
a. 28 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,03.

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 45.302a 36 .138
Likelihood Ratio 49.536 36 .066
N of Valid Cases 30
a. 49 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,03.

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 33.171a 18 .016
Likelihood Ratio 40.310 18 .002
N of Valid Cases 30
a. 28 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,03.
Kuesioner Penelitian
1. Tanggal penelitian :
2. Lokasi penelitian :
3. Nama responden :

a. Identitas Anak
1. Nama anak :
2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
3. Tanggal lahir :
4. Tinggi badan : cm
5. Berat badan : kg
b. Identitas Orang Tua

IDENTITAS ORANG TUA


AYAH IBU
Nama
Usia
Alamat
No.Telp/HP
Pendidikan Terakhir  Tidak sekolah  Tidak sekolah
 Tamat SD  Tamat SD
 Tamat SMP  Tamat SMP
 Tamat SMA/SMK  Tamat SMA/SMK
 Tamat Diploma  Tamat Diploma
 Tamat S1  Tamat S1
 Tamat S2/S3  Tamat S2/S3
Pekerjaan  Tidak bekerja  IRT
 Petani  Petani
 Buruh  Buruh
 Guru honorer  Guru honorer
 Wiraswasta  Wiraswasta
 Karyawan swasta  Karyawan swasta
 PNS  PNS
 TNI  TNI
 Lainnya:  Lainnya:

Penghasilan  Tidak ada  Tidak ada


 < 2.200.000  < 2.200.000
 > 2.200.000  > 2.200.000

Merokok Ya / Tidak Ya / Tidak


Tinggi Badan ........cm .......cm
Menggunakan air Ya / Tidak
dimasak/disaring/ditambahkan
zat pembunuh kuman/air galon
untuk diminum sehari-hari
Pembuangan limbah jamban Ya Tidak
dengan septictank

c. Riwayat Kehamilan dan Anak

RIWAYAT KEHAMILAN DAN ANAK


1. Cara Lahir 8. Apakah anak ibu saat lahir langsung
 Normal menangis?
 Operasi sesar Ya
 Sungsang Tidak
 Dengan bantuan alat (vakum)

2. Berat badan lahir ...............kg 9. Anak ke:


 <2,5 kg
 2,5-3,8 kg Jumlah anak:
 >3,8 kg

3. Kehamilan ibu 10. Riwayat penyakit berat/kronis anak


 Kurang bulan (prematur) Tidak ada
 Cukup bulan (9 bulan) Asma
 Lebih bulan Diabetes
Anemia
TBC
Jantung
Lain-lain:.............

4. Penyakit ibu selama hamil 11. Riwayat sakit pada anak


 Tidak ada Tidak ada
 Sangat sering muntah-muntah Diare
 Hipertensi ISPA
 Diabetes Radang paru
 TBC Gagal ginjal
 Lain-lain:........... TBC
Lain-lain:........

5. Kenaikan berat badan saat hamil 12. Frekuensi sakit dalam satu bulan
 <11,5kg 1 kali
 11,5-16kg 2 kali
 >16kg 3 kali
4 kali
Lebih dari 4 kali
6. Riwayat kontrol kehamilan 13. Riwayat imunisasi
 Tidak pernah Imunisasi dasar lengkap
 Pernah, dengan bidan Tidak lengkap, yaitu....
 Pernah, dengan dokter umum
 Pernah, dengan dokter spesialis

7. Persalinan dibantu oleh Alasan bila tidak imunisasi atau tidak


 Dukun bayi lengkap:
 Bidan
 Dokter umum
 Dokter spesialis kandungan
d. Kuesioner Pola Asuh Orang tua
Mohon jawab pertanyaan di bawah ini sesuai dengan seberapa sering anak bapak/ibu
melakukan aktivitas yang tertera dalam kuesioner ini dengan cara memberikan tanda
centang (√) pada kotak yg tersedia.

Selalu: apabila dilakukan setiap hari

Sering: apabila dilakukan sebanyak 5-6 kali dalam 1 minggu

Kadang-kadang : apabila dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam 1 minggu

Jarang: apabila dilakukan sebanyak 1-2 kali dalam 1 minggu

Tidak pernah : apabila tidak pernah dilakukan

NO. KADANG TIDAK


PERTANYAAN SERING
KADANG PERNAH
Ibu memberikan
makanan saat anak
1
menangis agar anak
tenang.
Ibu membiarkan anak
3 makan banyak saat anak
marah
Ibu menjanjikan sesuatu
(selain makanan) jika
anak bersedia makan
4
sayur.(“Jika kamu mau
makan sayur, nanti ibu
ajak main ke taman”)
Ibu memberikan hadiah
makanan kesukaan anak
5
apabila anak mendapat
juara kelas
Jika anak menuruti
aturan makan yang di
terapkan ibu dengan
6 baik maka ibu akan
memberikan reward
berupa makanan
kesukaan anak
Ibu memberikan pujian
7 ketika anak
menghabiskan makanan
yang disediakan ibu
Ibu menata makanan
untuk membuat
8 makanan lebih menarik
(membuat wajah
tersenyum dari sayuran).
Ibu menentukan menu
9 makanan setiap hari
10 Ibu menentukan jadwal
jam makan setiap hari
11 Ibu melarang anak jajan
selain makanan yang di
sediakan
12 Ibu membawakan bekal
makanan untuk anak
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai