Makalah Akuntansi Pertambangan Kelompok 3 (R-09)
Makalah Akuntansi Pertambangan Kelompok 3 (R-09)
Dosen Pengampu
Pak Firman
Tiada kata yang mewakili perasaan kami saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT atas rahmat-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas sebagai ujian tengah semester (UTS) mata
kuliah Akuntansi Pertambangan dengan tepat waktu. Meski mendapatkan
kendala, tetapi kami bisa melewatinya dengan baik.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
BAB I.................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
BAB II.................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................. 3
BAB III............................................................................................................... 9
PENUTUP...........................................................................................................9
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 9
3.2 Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dituliskan beberapa tujuan dari
tugas yang dibuat. Adapun tujuan penulisan yang dimaksudkan sebagai berikut :
1. Menjelaskan bentuk-bentuk kerjasama dalam industri migas.
2. Menjelaskan sistem cara kerjasamanya jika dilihat berdasarkan bentuk-
bentuknya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hakekatnya, bentuk kerjasama ini bertentangan dengan pasa 33 ayat (3)
Undang Undang dasar 1945 yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Kerjasama konsesi ini dapat diartikan
sebagai penyerahan kedaulatan atas sebagaian wilayah republik Indonesia kepada
pihak asing, dan negara hanya memperoleh imbalan dalam bentuk royalty,
Mengingat hal-hal tersebut, maka untuk pertambangan minyak dan gas bumi
dikeluarkan Undang-undang nomor 4 tahun 1960 yang mengatur mengenai
Pasal (1): Bahan galian minyak dan gas bumi merupakan kekayaan nasional
yang harus dikuasai oleh negara.
Pasal (2): Pengusahaannya hanya oleh negara yang dilaksanakan oleh
perusahaan negara.
Pasal (3): Kontraktor hanyalah pihak yang bekerja untuk membantu
perusahaan negara dan menerima imbalan untuk hasil kerjanya tersebut.
3
2.2 Kontrak Karya
Dalam kontrak karya ini terdapat hal-hal yang bersifat unik yaitu:
c. Pembagian hasil dalam bentuk uang atas dasar perbandingan 60% untuk
perusahaan negara dan 40% bagi kontrak, akan tetapi penghasilan
pemerintah tidak boleh kurang dari 20% hasil kotor minyak bumi.
d. Jangka waktu kontrak adalah 30 tahun untuk daerah baru dan 20 tahun
untuk daerah lama.
e. Penyisihan wilayah dilakukan dua atau tiga kali setelah jangka waktu
tertentu.
4
2.3 Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract)
Bentuk kerjasama bagi hasil ini merupakan modifikasi dari kontrak perjanjian
karya. Kontrak bagi hasil (PCS) ini mulai dikenal sejak diberlakukannya undang-
undang nomor 8 tahun 1971. Dalam pasal 12-1 undang-undang ini dinyatakan
bahwa dalam melakukan kegiatannya. Pertamina diperkenankan untuk bekerja
sama dengan pihak lain dalam bentuk kontrak bagi hasil atau Production Sharing
Contract.
Dalam kontrak bagi hasil ini, ditetapkan bahwa wewenang berada di tangan
pemerintah Republik Indonesia (yang diwakili oleh Pertamina). Peranan
kontraktor minyak asing hanyalah sebagai penyandang dana dan melaksanakan
kegiatan operasi perminyakan.
5
2.4 Kontrak Unitisasi
Adalah kerja sama antara dua atau lebih perusahaan minyak dan gas bumi untuk
yang dilakukan dengan tujuan untuk mengusahakan dan mengembangkan kawasan
mereka yang secara geologis berdekatan.
Dalam perjanjian tersebut disebutkan mengenai biaya yang harus ditanggung dan
jumlah produksi yang akan menjadi bagian masing-masing pihak. Pelaksanaan
kontrak unitisasi ini merupakan implementasi dari joint operation interest.
Apabila produksi sumur tua tersebut melebihi dari jumlah produksinya yang
semula maka kelebihan tersebut akan dibagi dua antara Pertamina dengan pihak
kontraktor. Prinsip-prinsip perjanjian ini meliputi:
6
2.7 Perjanjian Operasi Bersama (Joint Operation Agreement)
Perjanjian ini dilakukan oleh dua perusahaan minyak atau lebih untuk
mengeksplorasikan, mengembangkan, dan mengusahakan produksi minyak dan
gas bumi pada suatu wilayah pertambangan minyak dan gas bumi. Dalam
perjanjian tersebut disebutkan mengenai hak dan kewajiban semua anggota/
partner yang meliputi jumlah biaya yang harus ditanggung dan bagian produksi
yang boleh dimiliki.
Dalam kontrak perjanjian ada pihak yang ditunjuk sebagai operator dan ada pihak
yang menjadi anggota non operator.
2.8 Kerjasama Bidang Minyak dan Gas Bumi Hilir (Keppres Nomor 42
Tahun 1989)
e. Usaha pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi dimaksudkan untuk
menghasilkan BBM dan non BBM termasuk produk petrokimia yang merupakan
bahan baku dan bahan setengah jadi untuk industri.
f. Hasil-hasil pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi ini terutama
diperuntukkan keperluan ekspor disamping keperluan dalam negeri.
7
g. Pedoman, persyaratan dan petunjuk pelaksanaan kerjasama ditetapkan oleh
Menteri Pertambangan dan Energi.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengusahaan minyak dan gas bumi di Indo-
nesia (karena posisinya yang sangat strategis) dilaksanakan hanya oleh perusahaan
milik negara yang dalam hal ini diwakili oleh Pertamina. Namun oleh karena
pengusahaan industri minyak dan gas bumi dan panas bumi memiliki resiko tinggi
dan memerlukan:
Penerapan teknologi tinggi
Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan kuantitas yang cukup
banyak
Jumlah dana yang sangat besar
Jangka waktu yang lama dan adanya ketidakpastian yang tinggi antara saat
perolehan hasil (pendapatan) dengan dikeluarkan biaya
9
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11