Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKUNTANSI PERTAMBANGAN

“Bentuk-Bentuk Kerjasama Dalam Industri Migas”

Dosen Pengampu

Pak Firman

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Sebagai Ujian Tengah Semester(UTS)


Mata Kuliah Akuntansi Pertambangan

Disusun Oleh Kelompok 3:

Ermina Siregar C1C021182

Waode Maya Anggelya Putri C1C021151

Zulva Zuhairoh C1C021175

Ester Salsanabila Jipa C1C021211

Lilis Wahyu Ningsih C1C021277

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang mewakili perasaan kami saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT atas rahmat-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas sebagai ujian tengah semester (UTS) mata
kuliah Akuntansi Pertambangan dengan tepat waktu. Meski mendapatkan
kendala, tetapi kami bisa melewatinya dengan baik.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Pak Firman selaku dosen pengampu


mata kuliah Akuntansi Pertambangan yang telah membimbing dan mengajari
kami dalam penyusunan makalah sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu. Juga kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Fitrini Mansur
selaku dosen penaggungjawab mata kuliah Akuntansi Pertambangan juga
sekaligus teman-teman sekalian.

Makalah ini masih banyak kekurangan. Sebagai penulis, kami berharap


pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih baik. Di sisi
lain, kami berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari Makalah ini.
Walaupun tulisan ini tidak sepenuhnya bagus, kami berharap ada manfaat yang
bisa diperoleh oleh pembaca. Demikian sepatah dua patah kata dari kami.
Terimakasih.

Jambi, 02 November 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I.................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2

BAB II.................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................. 3

2.1 Kerjasama Konsesi.......................................................................................3

2.2 Kontrak Karya.............................................................................................. 4

2.3 Kontrak Bagi Hasil.......................................................................................5

2.4 Kontrak Unitisasi..........................................................................................6

2.5 Kontrak Bantuan Teknis...............................................................................6

2.6 Kontrak Pengurasan Tahap Kedua...............................................................6

2.7 Perjanjian Operasi Bersama......................................................................... 7

2.8 Kerjasama Bidang Migas Hilir.................................................................. 7-8

BAB III............................................................................................................... 9

PENUTUP...........................................................................................................9

3.1 Kesimpulan................................................................................................ 9

3.2 Saran........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi perminyakan di Indonesia dimulai oleh perusahaan-perusahaan


minyak asing yang beroperasi pada zaman Hindia Belanda. Sebelum masa
kemerdekaan terdapat tiga kelompok perusahaan minyak asing yang beroperasi di
wilayah Hindia Belanda, yaitu Royal Dutch Shell yang membentuk afiliasi BPM.
Stanvac (penggabungan antara Nedelandsche Koloniale Petroleum Maatchappij),
dan NV.Caltex Pacific Petro- leum Maatschapij.

Setelah Indonesia merdeka, perusahaan asing yang beroperasi di wilayah Indo-


nesia semakin berkembang dengan jenis kegiatan yang mulai beragam. Pada
mulanya mereka beroperasi dengan cara konsesi, namun setelah tahun 1960
perjanjian konsesi sudah tidak diperkenankan kembali karena tidak sesuai dengan
Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3).

Akuntansi perminyakan yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan asing


tersebut banyak dipengaruhi oleh perusahaan induk dari perusahaan-perusahaan
tersebut dan peraturan pemerintah Republik Indonesia sendiri.

Dampak yang diberikan oleh perusahaan induk dari perusahaan-perusahaan asing


tersebut adalah dalam menerapkan Sistem akuntansi yang harus disesuaikan
dengan sistem akuntansi yang tekah digariskan dalam pedoman akuntansi
perusahaan induknya serta kebijakan akuntansi yang khusus untuk pelaporan yang
mata uangnya berbeda dengan mata uang perusahaan induknya.

Sedangkan dampak yang diberikan oleh peraturan di Indonesia meliputi


keharusan untuk menyiapkan laporan-laporan yang berguna untuk mengetahui
bagian pemerintah dan jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan tersebut
kepada pemerintah Republik Indonesia.

Contoh laporan-laporan tersebut antara lain:


 Program kerja dan anggaran produksi
 Biaya yang boleh diminta kembali (recovery cost)
 Kewajiban pembekalan dalam negeri
 Pajak penghasilan
 Pajak bumi dan bangunan
 Pajak atas bunga, dividen, dan royalty

Dampak lainnya dari peraturan di Indonesia adalah terhadap masalah penetapan


harga dan biaya serta penyajian laporan keuangan yang merupakan bagian dari
operasi internasional perusahaan induk.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan diidentifikasi dalam


penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan bentuk-bentuk kerjasama dalam industri migas ?
2. Bagaimana sistem cara kerjasamanya jika dilihat berdasarkan bentuk-
bentuknya?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dituliskan beberapa tujuan dari
tugas yang dibuat. Adapun tujuan penulisan yang dimaksudkan sebagai berikut :
1. Menjelaskan bentuk-bentuk kerjasama dalam industri migas.
2. Menjelaskan sistem cara kerjasamanya jika dilihat berdasarkan bentuk-
bentuknya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerjasama Konsesi

Konsesi mempunyai pengertian sebagai suatu penyerahan daerah tertentu oleh


pemerintah Republik Indonesia kepada perusahaan asing dalam rangka
pengusahaan dan pemilikan sumber alam yang terkandung didaerah tersebut.
Dalam kerjasama jenis ini, seluruh minyak dan gas bumi dan panas bumi yang
dihasilkan akan menjadi milik perusahaan asing tersebut. Perusahaan asing
(pengusaha) hanya berkewajiban memberikan sejumlah royalties yang besarnya
ditentukan dalam perjanjian dengan pemerintah RI.

Pada hakekatnya, bentuk kerjasama ini bertentangan dengan pasa 33 ayat (3)
Undang Undang dasar 1945 yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Kerjasama konsesi ini dapat diartikan
sebagai penyerahan kedaulatan atas sebagaian wilayah republik Indonesia kepada
pihak asing, dan negara hanya memperoleh imbalan dalam bentuk royalty,
Mengingat hal-hal tersebut, maka untuk pertambangan minyak dan gas bumi
dikeluarkan Undang-undang nomor 4 tahun 1960 yang mengatur mengenai

 Pasal (1): Bahan galian minyak dan gas bumi merupakan kekayaan nasional
yang harus dikuasai oleh negara.
 Pasal (2): Pengusahaannya hanya oleh negara yang dilaksanakan oleh
perusahaan negara.
 Pasal (3): Kontraktor hanyalah pihak yang bekerja untuk membantu
perusahaan negara dan menerima imbalan untuk hasil kerjanya tersebut.

Dengan dikeluarkannya Undang-undang nomor 4 tahun 1960 tersebut, maka


sejak tahun 1960 kerjasama konsesi dalam bidang pertambangan (khususnya
pertambangan minyak dan gas bumi) sudah tidak dikenal lagi di Indonesia.

3
2.2 Kontrak Karya

Pada kerjasama jenis ini, pemegang kuasa pertambangan adalah perusahaan


negara (Pertamina Badan pelaksana) sedangkan fihak perusahaan asing hanya
bertindak sebagai kontraktor. Namun perusahaan negara masih belum diberi
wewenang manajemen untuk mengarahkan dan menentukan kegiatan kontraktor.
Ada tiga perusahaan yang pernah terikat dengan kontrak ini yaitu PT CPI. PT SI,
dan PT Calasiastic & Topco (C&T). Kontrak Karya ini mulai diberlakukan setelah
disahkannya Undang-Undang nomor 44 Prp tahun 1960. Bentuk Kerjasama
Perjanjian Karya ini hanya berlangsung sampai dengan tahun 1963, selanjutnya
dipergunakan Kontrak Production Sharing (Kontrak bagi Hasil).

Dalam kontrak karya ini terdapat hal-hal yang bersifat unik yaitu:

a. Perusahaan Negara sebagai pemegang Kuasa Pertambangan sedangkan


Perusahaan Swasta bertindak sebagai kontraktor.

b. Manajemen dilaksanakan sepenuhnya oleh kontraktor dan semua


kerugian yang mungkin terjadi akan ditanggung oleh kontraktor.

c. Pembagian hasil dalam bentuk uang atas dasar perbandingan 60% untuk
perusahaan negara dan 40% bagi kontrak, akan tetapi penghasilan
pemerintah tidak boleh kurang dari 20% hasil kotor minyak bumi.

d. Jangka waktu kontrak adalah 30 tahun untuk daerah baru dan 20 tahun
untuk daerah lama.

e. Penyisihan wilayah dilakukan dua atau tiga kali setelah jangka waktu
tertentu.

f. Kontraktor wajib ikut serta menyediakan minyak untuk keperluan dalam


negeri atas dasar proporsional dan tidak melebihi 25% dari produksi areal
dan atas dasar Cost Fee $0.20 BBL.

4
2.3 Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract)

Bentuk kerjasama bagi hasil ini merupakan modifikasi dari kontrak perjanjian
karya. Kontrak bagi hasil (PCS) ini mulai dikenal sejak diberlakukannya undang-
undang nomor 8 tahun 1971. Dalam pasal 12-1 undang-undang ini dinyatakan
bahwa dalam melakukan kegiatannya. Pertamina diperkenankan untuk bekerja
sama dengan pihak lain dalam bentuk kontrak bagi hasil atau Production Sharing
Contract.

Dalam kontrak bagi hasil ini, ditetapkan bahwa wewenang berada di tangan
pemerintah Republik Indonesia (yang diwakili oleh Pertamina). Peranan
kontraktor minyak asing hanyalah sebagai penyandang dana dan melaksanakan
kegiatan operasi perminyakan.

Kontrak Production Sharing ini mempunyai hal-hal sebagai berikut :

a. Pertamina bertanggung jawab atas manajemen operasi.


b. Kontraktor melaksanakan operasi menurut Program Kerja tahunan
yang sudah disetujui Pertamina.
c. Kontraktor menyediakan seluruh dana dan teknologi yang dibutuhkan
dalam operasi perminyakan.
d. Kontraktor menanggung biaya resiko operasi.
e. Kontraktor diizinkan mengadakan eksplorasi selama enam sampai
sepuluh tahun.

Sedangkan eksploitasi boleh dilakukan oleh kontraktor selama 20 tahun atau


lebih (jangka waktu kontrak adalah 30 tahun).

f. Kontraktor akan menerima kembali seluruh biaya operasi setelah


produksi komersial.
g. Produksi yang telah dikurangi biaya produksi, dibagi antara Pertamina
dan kontraktor.
h. Kontraktor wajib menyisihkan/mengembalikan sebagian wilayah
kerjanya kepada pemerintah.
i. Seluruh barang operasi/peralatan yang dibeli kontraktor menjadi milik
Pertamina dan untuk yang diimpor setelah tiba di Indonesia.
j. Seluruh data yang didapatkan dalam operasi menjadi milik pemerintah.
k. Kontraktor adalah subyek pajak penghasilan, dan wajib
menyetorkannya secara
1. langsung kepada pemerintah. Kontraktor wajib memenuhi kebutuhan
minyak dan gas bumi dalam negeri (domestic market obligation)
maksimum 25% dari bagian Kontrak Production Sharing
m. Kontraktor wajib mengalihkan 10% interestnya setelah produksi
komersial kapada perusahaan swasta nasional yang ditunjuk Pertamina.

5
2.4 Kontrak Unitisasi

Adalah kerja sama antara dua atau lebih perusahaan minyak dan gas bumi untuk
yang dilakukan dengan tujuan untuk mengusahakan dan mengembangkan kawasan
mereka yang secara geologis berdekatan.

Dalam perjanjian tersebut disebutkan mengenai biaya yang harus ditanggung dan
jumlah produksi yang akan menjadi bagian masing-masing pihak. Pelaksanaan
kontrak unitisasi ini merupakan implementasi dari joint operation interest.

2.5 Kontrak Bantuan Teknis (Technical Assistance Contract=TAC)

Perjanjian ini dilakukan antara Pertamina dengan kontraktor untuk meningkatkan


prduksi sumur tua milik Pertamina yang sudah mulai menurun. Dalam perjanjian
tersebut dijelaskan mengenai kewajiban pihak kontraktor untuk menanggung
semua biaya yang terjadi. Hak untuk pihak kontraktor adalah terhadap jumlah
produksi minyak dan gas bumi Pertamina dari sumur tua tersebut.

Apabila produksi sumur tua tersebut melebihi dari jumlah produksinya yang
semula maka kelebihan tersebut akan dibagi dua antara Pertamina dengan pihak
kontraktor. Prinsip-prinsip perjanjian ini meliputi:

a. Lahan di bagian wilayah kuasa pertambangan (WKP) Pertamina.


b. Manajemen operasi dilaksanakan oleh Pertamina.
c. Biaya operasi sepenuhnya (100%) ditanggung oleh kontraktor.
d. Pengembalian biaya operasi dibatasi 35%-40% pertahun.
e. Pembagian hasil (sesudaha pajak) adalah 65% untuk bagian Pertamina
dan 35% bagian kontraktor.
f. DMQ: - harga ekspor untuk 5 tahun pertama produksi (pada lapangan
baru). - US$ 0,20 per barel untuk produksi (lapangan lama).

2.6 Kontrak Secondary Recovery (SECREC)-Kontrak Pengurasan Tahap


Kedua

Kontrak jenis ini dilakukan untuk melaksanakan pengurasan tahap kedua.


Pengurasan dilakukan untuk mengangkat minyak dan gas bumi dari formasinya
dengan jalan menginduksikan tenaga dorongan ke formasi tersebut sehingga
minyak dan gas bumi akan terangkat ke permukaan. Induksi tenaga dorongan ini
dapat dilakukan dengan menyuntikkan asam uric dan lain-lain.

6
2.7 Perjanjian Operasi Bersama (Joint Operation Agreement)

Perjanjian ini dilakukan oleh dua perusahaan minyak atau lebih untuk
mengeksplorasikan, mengembangkan, dan mengusahakan produksi minyak dan
gas bumi pada suatu wilayah pertambangan minyak dan gas bumi. Dalam
perjanjian tersebut disebutkan mengenai hak dan kewajiban semua anggota/
partner yang meliputi jumlah biaya yang harus ditanggung dan bagian produksi
yang boleh dimiliki.

Dalam kontrak perjanjian ada pihak yang ditunjuk sebagai operator dan ada pihak
yang menjadi anggota non operator.

Prinsip-prinsip utama perjanjian operasi bersama ini adalah :

a. Lahan di luar Pertamina


b. Menejemen operasi ditangani oleh Pertamina
c. Pengembalian biaya operasi diberikan sepenuhnya yakni sebesar 100%.
d. Resiko eksplorasi sepenuhnya ditanggung kontrator.
e. Kontraktor menyetorkan 34% hasil produksi sebagai pembayaran pajak
kepada pemerintah.

2.8 Kerjasama Bidang Minyak dan Gas Bumi Hilir (Keppres Nomor 42
Tahun 1989)

Merupakan bentuk kerjasama Pertamina dengan pihak swasta untuk


melaksanakan kegiatan pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi.

Untuk dapat terselenggaranya perjanjian ini maka harus dipenuhi ketentuan-


ketentuan sebagai berikut:

a. Kerjasama akan dapat berlaku setelah mendapat persetujuan dari Dewan


Komisaris Pemerintah untuk Pertamina.

b. Tunduk pada peraturan dan perundang-undangan di bidang pertambangan


minyak dan gas bumi.

c. Berlaku perundang-undangan pajak yang pelaksanaannya ditetapkan oleh


Menteri Keuangan.

d. Untuk badan usaha asing diberlakukan ketentuan dalam Penanaman Modal


Asing (PMA).

e. Usaha pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi dimaksudkan untuk
menghasilkan BBM dan non BBM termasuk produk petrokimia yang merupakan
bahan baku dan bahan setengah jadi untuk industri.

f. Hasil-hasil pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi ini terutama
diperuntukkan keperluan ekspor disamping keperluan dalam negeri.

7
g. Pedoman, persyaratan dan petunjuk pelaksanaan kerjasama ditetapkan oleh
Menteri Pertambangan dan Energi.

h. Pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama dilakukan oleh Menteri


Pertambangan dan Energi.

i. Pedoman kerjasama adalah:

1) menjamin kepentingan nasional :

 melaksanakan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja Indonesia dalam


pembangunan dan pengoperasian kilang.
 melaksanakan program Indonesianisasi.
 memberikan prioritas perusahaan jasa penunjang nasional dalam
pembangunan kilang.

2) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional:

 meningkatkan ekspor hasil-hasil minyak dan gas bumi dan produk-


produk petrokimia.
 memenuhi kebutuhan hasil-hasil minyak dan gas bumi untuk keperluan
dalam negeri.
 memenuhi kebutuhan produk petrokimia berupa bahan baku dan bahan
setengah jadi sebagai penunjang pertumbuhan industri dan mengurangi
ketergantungan pada impor.
 meningkatkan efisiensi dan produktifitas pengolahan agar hasil olahan
tersebut dapat bersaing di pasaran internasional.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengusahaan minyak dan gas bumi di Indo-
nesia (karena posisinya yang sangat strategis) dilaksanakan hanya oleh perusahaan
milik negara yang dalam hal ini diwakili oleh Pertamina. Namun oleh karena
pengusahaan industri minyak dan gas bumi dan panas bumi memiliki resiko tinggi
dan memerlukan:
 Penerapan teknologi tinggi
 Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan kuantitas yang cukup
banyak
 Jumlah dana yang sangat besar
 Jangka waktu yang lama dan adanya ketidakpastian yang tinggi antara saat
perolehan hasil (pendapatan) dengan dikeluarkan biaya

Maka Pertamina menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan asing yang


profesional (swasta asing maupun nasional) dalam industri minyak dan gas bumi,
serta panas bumi sebagaimana tercantum dalam pasal 12-2 undang-undang nomor
8 tahun 1971. Sejak dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 tahun 2001,
pengelolaan kontrak- kontrak pengusahaan migas dilakukan oleh Badan pelaksana.
Perusahaan perusahaan tersebut seperti :

 Mobil Oil Indonesia Inc.


 Total Indonesia.
 Union Oil Company of Indonesia.
 AAR Limited.
 Petromer Trend.
 Atlantic Richfield Indonesia Inc.
 Roy M. Huffington Inc.
 Tesoro.
 Phillips Petroleum.
 Contonental Oil Company.
 Calasiatic & Topco.
 Asamera Oil (Indonesia) Inc.
 Asamera Oil (Souhth Sumatera) Ltd.
 HAPCO.
 ARCO.
 EXON.
 MEDCO.
 dan lain-lain.

9
3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan/materi


atau referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan mahasiswa/i
khususnya mengenai “Bentuk-Bentuk Kerjasama Dalam Industri Migas”.

10
DAFTAR PUSTAKA

Umar Haryono. (2003). Akuntansi Perminyakan. Jakarta: Universitas Trisakti.

11

Anda mungkin juga menyukai