NPM : 2011031028
3) Pengaturan target kinerja : memengaruhi tindakan dalam dua cara, yang pertama yaitu
meningkatkan motivasi dengan menyediakan tujuan yang jelas untuk dicapai, dan yang
kedua yaitu target kinerja membuat karyawan dapat menilai kinerja mereka sendiri.
4) Pemberian imbalan : organisasi dapat mendorong nilai yang memotivasi dari berbagai
hubungan imbalan, sebagai bentuk penilaian hasil yang diperoleh.
3) Ketepatan : tingkat dimana pengukuran yang diulang pada situasi yang hampir sama
menunjukkan hasil yang sama sehingga dapat dikatakan reliable.
5) Tepat waktu : merujuk pada kesenjangan antara kinerja karyawan dan hasil pengukuran.
6) Mudah dipahami : memuat dua aspek, yaitu (1) karyawan harus bertanggung jawab
terhadap apa yang dilakukannya; (2) karyawan seharusnya memahami apa yang harus
dilakukan untuk memengaruhi pengukuran.
7) Efisiensi biaya
Bentuk pembatasan fisik termasuk menegunci meja, memasang kata sandi untuk
komputer, dan membatasi akses karyawan ke area-area tertentu. Sedangkan, bentuk
pembatasan administratif dapat digunakan untuk membatasi kemampuan karyawan untuk
melaksanakan seluruh atau hanya sebagian porsi dari tugas, yang bentuknya bisa berupa
pembatasan otoritas dalam pengambilan keputusan, pemisahan tugas.
c) Akuntabilitas tindakan : meminta karyawan untuk bertanggung jawab atas tindakan yang
mereka lakukan. Agar bisa diterapkan dengan baik, pengendalian akuntabilitas tindakan
membutuhkan hal-hal berikut, yaitu :
● Mendefinisikan tindakan apa yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima;
● Mengomunikasikan definisinya kepada karyawan;
● Mengobservasi atau melacak apa yang terjadi;
● Memberikan imbalan kepada tindakan yang baik atau memberikan hukuman kepada
tindakan yang menyimpang dari norma.
d) Redundansi : meliputi penugasan lebih banyak karyawan untuk melakukan suatu tugas
dibandingkan jumlah yang sesungguhnya dibutuhkan. Redundansi biasanya terjadi di
fasilitas komputer, fungsi keamanan, dan operasi-operasi penting lainnya.
Pengendalian tindakan hanya efektif dilakukan ketika dua kondisi berikut ada, yaitu :
1) Pemahaman mengenai tindakan yang diinginkan
Pemahaman ini dapat dipelajari dengan dua cara, yaitu (1) menganalisis pola tindakan
dalam situasi khusus atau situasi yang mirip sepanjang waktu untuk mengetahui tindakan
apa yang memberikan hasil yang terbaik; (2) mendapatkan informasi dari orang lain,
khususnya keputusan strategis.
Pengendalian Personel
Pengendalian personel membangun kecenderungan alami karyawan untuk mengendalikan
atau memotivasi diri mereka sendiri. Pengendalian ini memiliki tiga tujuan, yaitu (1)
membantu mengklarifikasikan harapan, memastikan bahwa tiap karyawan memahami apa
yang diinginkan perusahaan; (2) membantu memastikan bahwa tiap karyawan mampu
melakukan pekerjaan dengan baik; (3) meningkatkan kemungkinan bahwa tiap karyawan
akan terlibat dalam self-monitoring.
Pengendalian Budaya
Pengendalian budaya didesain untuk mendukung pemantauan bersama terkait tekanan kuat
dari suatu kelompok terhadap individu yang menyimpang dari nilai norma dan kelompok.
Budaya perusahaan dapat dibentuk dalam banyak cara, seperti :
a) Kode etik : didesain untuk membantu karyawan memahami perilaku apa yang diharapkan
meski tidak ada peraturan yang spesifik. Supaya efektif, pesan yang dimasukkan dalam
kode etik harus diperkuat melalui sesi pelatihan formal dan melalui diskusi informal.
b) Imbalan kelompok : didasarkan pada pencapaian kolektif, yang bisa berwujud dalam
berbagai bentuk, seperti bonus, pembagian laba, keuntungan atau reduksi biaya. Imbalan
kelompok secara esensial mampu mendelegasikan pemantauan perilaku karyawan kepada
teman kerja karyawan.
d) Pengaturan fisik dan sosial : pengaturan fisik seperti rencana kantor, arsitektur, dan dekor
interior; pengaturan sosial seperti kode penggunaan baju, kebiasaan yang dilembagakan,
perilaku, kosa kata.
e) Tone at the top : pernyataan mereka harus konsisten dengan tipe budaya yang sedang
mereka coba untuk ciptakan, dan yang penting, tindakan dan perilaku mereka harus
konsisten dengan pernyataan mereka.
3. Spesifikasi : spesifik dan jelas fokus prospek kinerjanya, tidak melebar kemana-mana.
5. Kelengkapan : sistem pengendalian hasil harus mencakup seluruh informasi yang lengkap
6. Pengukuran kinerja : tergantung pada ketelitian, objektif, tepat waktu dan dapat
dipahami.
2. Kajian pratindakan : sebelum melakukan suatu tindakan harus ada kajiannya terlebih
dahulu. Kajian pratindakan yang ketat melibatkan pengawasan formal rencana bisnis.
a) Definisi tindakan : harus sesuai, spesifik, dikomunikasikan dengan baik dan lengkap.
b) Pelacakan tindakan : karyawan yang yakin bahwa tindakan mereka akan diperhatikan
secara tepat waktu, akan lebih kuat dipengaruhi oleh sistem pengendalian
akuntabilitas tindakan daripada karyawan yang merasa kemungkinannya lebih kecil.
Sistem pengendalian manajemen (SPM) memberikan satu manfaat pokok, yaitu probabilitas
yang lebih tinggi sehingga karyawan akan mencapai tujuan perusahaan. Manajer terkadang
bersedia menggunakan biaya langsung out-of-pocket untuk memperoleh manfaat ini. Namun,
manajer juga harus memerhatikan beberapa hal lain, biaya tidak langsung yang terkadang
lebih besar daripada biaya langsung. Beberapa biaya tidak langsung berasal dari efek negatif
yang melekat pada penggunaan tipe pengendalian yang spesifik. Biaya tidak langsung yang
lain disebabkan oleh buruknya desain SPM atau oleh implementasi tipe pengendalian yang
salah pada situasi tertentu. Untuk membuat penilaian biaya keuntungan, manajer harus
memahami efek samping, penyebab, dan konsekuensinya (biaya).
BIAYA LANGSUNG
Biaya langsung SPM mencakup seluruh biaya out-of-pocket, biaya moneter yang dibutuhkan
untuk mendesain dan mengimplementasikan SPM. Beberapa biaya langsung, seperti biaya
pembayaran bonus tunai (berasal dari kompensasi insentif untuk pengendalian hasil) atau
biaya pemeliharaan staf audit internal (dibutuhkan untuk memastikan kesesuaian dengan
keputusan pengendalian tindakan) secara relatif, mudah diidentifikasi.
biaya lain seperti yang berkaitan dengan waktu yang digunakan karyawan dalam aktivitas
perencanaan dan penganggaran atau kajian pratindakan hanya dapat diperkirakan. Beberapa
organisasi terkadang tidak menyadari, atau tidak bersusah payah untuk menghitung secara
akurat ukuran semua biaya tetap.
Dalam sistem pengendalian hasil, perubahan perilaku terjadi ketika suatu organisasi
menetapkan perangkat pengukuran hasil yang tidak sesuai dengan tujuan organisasi yang
sesungguhnya. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut.
1. Ketika perusahaan memberikan kuota penjualan bulanan kepada tenaga penjual mereka,
tenaga penjual akan cenderung lebih mudah dalam penjualan, yaitu bukan penjualan yang
paling menguntungkan atau penjualan dengan prioritas tertinggi.
2. Ketika perusahaan pialang memberikan imbalan pada pialang mereka dengan komisi
perdagangan klien, beberapa pialang merespons dengan memutar rekening, melakukan
lebih banyak transaksi daripada bunga konsumen, dan hal ini akan berisiko pada
ketidakpuasan dan perginya klien.
3. Ketika perusahaan memberikan imbalan pada pemrogram komputer mereka atas output
yang diukur dalam kode tiap hari, pemrogram cenderung menghasilkan program dengan
kode yang panjang bahkan ketika masalah perusahaan dapat diatasi hanya dengan
program yang lebih sederhana atau melalui aplikasi yang telah tersedia.
4. Ketika penguji perangkat lunak dievaluasi dengan ukuran jumlah “bug” yang mereka
temukan, jumlah bug akan meningkat, tetapi temuan bug akan menjadi sedikit. Jumlah
bug juga menyebabkan adanya insentif untuk pengujian superfisial, memberikan penalti
pada penguji untuk meluangkan waktu mencari bug yang sulit ditemukan tetapi lebih
penting atau mendokumentasikan temuan mereka sepenuhnya. Jumlah bug juga
memberikan penalti pada penguji yang memberikan alat uji pada penguji lainnya melalui
pembinaan, bantuan, dan auditing.
5. Ketika perusahaan memberikan imbalan pada ilmuwan penelitian untuk sejumlah hak
cipta yang diajukan, mereka mungkin melihat kenaikan jumlah hak cipta yang diajukan.
Namun, insentif hanya akan menyebabkan proliferasi hak cipta. Hal ini tidak
memperbesar perhatian peneliti terhadap keberhasilan komersial temuannya.
Perubahan perilaku juga dapat disertai pengendalian tindakan. Satu bentuk perubahan
yang berhubungan dengan pengendalian tindakan terkadang merujuk sebagai means-ends
inversion, yang berarti bahwa karyawan memerhatikan apa yang mereka lakukan
(means), tetapi mengabaikan apa yang akan mereka capai (ends).
Sebagai contoh, manajer yang belanja modalnya terbatas diketahui berinvestasi pada
sejumlah proyek kecil, masing-masing dalam batasan kekuasaan mereka. Walaupun
pengendalian akuntabilitas tindakan tidak dapat dilanggar, pola penghasilan investasi
yang kecil dan meningkat mungkin menjadi suboptimal.
GAMESMANSHIP
Slack mencakup konsumsi sumber daya perusahaan oleh pekerja yang melebihi apa yang
dibutuhkan, yaitu konsumsi sumber daya oleh karyawan yang tidak dapat dibenarkan
begitu saja dalam hal kontribusinya terhadap tujuan perusahaan.
Kecenderungan untuk menciptakan slack terkadang terjadi ketika pengendalian hasil yang
ketat sedang digunakan, ketika karyawan yang sebagian besar pada bagian manajemen
dievaluasi apakah mereka mencapai target anggaran atau tidak.
PERILAKU NEGATIF
Penyebab perilaku negatif itu kompleks. Perilaku tersebut mungkin disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi ekonomi, struktur organisasi, dan proses administrasi, baik
secara terpisah maupun gabungan faktor-faktor tersebut. Selain itu, tipe karyawan yang
berbeda akan terpengaruh oleh faktorfaktor tersebut secara berbeda pula.
a. Penundaan Pekerjaan
Penundaan pekerjaan sering kali merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari jenis
kajian pratindakan pengendalian tindakan dan beberapa bentuk ketidakleluasaan perilaku.
Kecil kemungkinan penundaan seperti yang disebabkan oleh pembatasan akses menuju
gudang atau oleh perlunya mengetik kata kunci sebelum menggunakan sistem komputer.
Namun, penundaan lain yang disebabkan pengendalian mungkin lebih besar, seperti yang
timbul dari persetujuan yang membutuhkan beberapa tanda tangan manajer dari berbagai
tingkatan dalam jenjang jabatan atau dari memo yang tak berujung melalui beberapa
tingkatan jabatan sebelum segala sesuatunya jelas.
b. Manipulasi Data
Manipulasi data melibatkan pemalsuan indikator pengendalian. Manipulasi data terdiri atas
dua bentuk dasar, yaitu pemalsuan dan manajemen data. Pemalsuan melibatkan pelaporan
data yang salah, dalam artian bahwa data diubah. Manajemen data melibatkan beberapa
tindakan yang diambil untuk mengubah hasil laporan, seperti jumlah penjualan, laporan
pendapatan, atau rasio utang/saham, serta memberikan keuntungan ekonomis yang tidak
nyata pada perusahaan, dan bahkan terkadang menyebabkan kerugian.
Tujuan dan, yang lebih penting, strategi yang berasal dari pemahaman yang tepat mengenai
tujuan perusahaan sering kali memberikan petunjuk penting mengenai tindakantindakan yang
diharapkan.
Perusahaan tidak hanya diharuskan menentukan apa yang diinginkan, tetapi juga perlu
berusaha menilai apa yang mungkin akan terjadi. Hal ini pada dasarnya sama dengan menilai
kemungkinan bahwa masing-masing permasalahan pengendalian telah ada atau akan terjadi:
kurangnya pengarahan, masalah motivasi, atau keterbatasan personal.
Jika tindakan atau hasil yang mungkin terjadi berbeda dengan tindakan atau hasil yang
diinginkan, maka diperlukan lebih banyak SPM atau SPM yang berbeda, tergantung sulitnya
permasalahan dan biaya SPM yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Bahkan, dalam keadaan pengendalian personel/kulturnya tidak cukup reliabel, sangat berguna
dengan lebih fokus pada pengendalian tersebut terlebih dulu karena pasti akan diandalkan
sampai tingkat tertentu tanpa memedulikan apa bentuk pengendalian manajemen lain yang
digunakan.
Namun, pengendalian personel/kultur hanya akan memenuhi syarat jika karyawan memahami
apa yang diperlukan dalam peran utama mereka, mampu bekerja dengan baik, didukung oleh
struktur dan sistem keorganisasian, dan termotivasi untuk bekerja dengan baik tanpa
penguatan tambahan dari perusahaan.
a. Membawa pada dokumentasi akumulasi pengetahuan mengenai apa yang paling baik
d. Merupakan elemen kunci dalam bentuk perusahaan birokratis dalam artian yang positif
b. Pengendalian Tindakan juga sering kali mematahkan kreativitas, inovasi, dan adaptasi
Perusahaan kecil sering kali dapat cukup terkendali melalui kemampuan pengawasan
pemimpin mereka yang mengembangkan para karyawan yang loyal, sentralisasi sebagian
besar keputusan kunci, dan melibatkan diri mereka secara personal dalam kajian yang detail
mengenai anggaran belanja dan pengeluaran.
Dalam system pengendalian hasil keuanganm hasil didefinisikan dalam istiah moneter, pada
umumnya dalam istilah pengukuran akuntansi seperti pendapatan, biaya, laba, atau retur
seperti Return on Equity
System pengendalian hasil keuangan memiliki tiga komponen utama :
c. Kontrak insentid yang mendefinisikan hubungan antara hasil dan berbagai imbalan
1. Tujuan keuangan merupakan tujuan terpenting dalam organisasi yang berorientasi laba
3. Banyka pengukuran keuangan sudah relative tepat dan objektif, mereka umumnya
memberikan keunggulan pengukuran yang signifikan lebih dari informasi yang subjektif
atau kualitatif dan masih banyak lagi alternatif lain yang bersifar kuantitatif seperti
pengukuran kualitas atau kepuasan konsumen
Istilah pusat pertanggungjawaban manajemen menunjukkan bagian dari
pertanggungjawaban (atau akuntabilitas) untuk rangkaian khusus dari output dan/atau
input bagi karyawan (biasanya untuk manajer) yang bertanggung jawab pada seluruh
organisasi (pusat pertanggungjawaban).
A. PUSAT INVESTASI
Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang dipegang oleh manajer yang
bertanggung jawab baik untuk laporan rugi laba maupun laporan posisi keuangan line
items yang dibuat untuk menghasilkan return akuntansi (laba) dan investasi yang dibuat
untuk menghasilkan return tersebut. Sebuah perusahaan adalah sebuah pusat investasi,
sehingga manajer tertinggi pada sebagian besar organisasi, seperti chief executive officer
(CEO) dievaluasi sebagai manajer pusat pertanggungjawaban.
B. PUSAT LABA
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban ketika manajer bertanggung jawab pada
beberapa pengukuran laba yang berbeda antara pendapatan yang dihasilkan dan biaya
yang menghasilkan pendapatan tersebut. Pusat laba dan investasi adalah elemen
pengendalian yang penting dari mayoritas perusahaan dengan ukuran di atas minimal.
Pusat laba, bagaimanapun juga berasal dari berbagai bentuk dan beberapa lebih
memerhatikan batas lingkup operasi mereka dibandingkan dengan yang lain.
C. PUSAT PENDAPATAN
D. PUSAT BIAYA
Pusat laba (atau investasi) sering menawarkan produk atau jasa untuk pusat laba yang lain
dalam perusahaan yang sama. Ketika hal ini terjadi, beberapa mekanisme untuk menentukan
harga transfer harus ditentukan.
Harga transfer secara langsung berhubungan dengan pendapatan dari penjualan (penawaran)
pusat laba, biaya dari pembelian (penerimaan) pusat laba, dan konsekuensinya pada kedua
entitas laba. Pengaruh dari harga transfer sebagian besar tergantung pada jumlah dan
besarnya transfer internal relatif pada ukuran masing-masing entitas.
Ketika jumlah dari transfer signifikan, kegagalan untuk menentukan harga transfer yang tepat
dapat memberikan efek yang signifikan pada sejumlah keputusan penting, termasuk kuantitas
produk, sumber, alokasi sumber daya, dan evaluasi dari manajer terhadap penjualan dan
pembelian pusat laba.
1. Salah satu tujuan dari harga transfer adalah untuk menyediakan sinyal ekonomi yang
tepat, sehingga mampu memengaruhi manajer untuk membuat keputusan yang baik.
2. Kedua, harga transfer dan urutan pengukuran laba seharusnya memberikan informasi
yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja baik untuk pusat laba maupun manajer
mereka.
3. Harga transfer dapat ditentukan secara sengaja dengan memindahkan laba antara
lokasi perusahaan.
Perusahaan juga terkadang menentukan harga transfer untuk mengubah laba antara yang
dimiliki sepenuhnya oleh anak perusahaan dan entitas ketika laba dibagikan dengan partner
modal bersama.
Beberapa tujuan dari transfer harga sering kali bertentangan. Kecuali dalam lingkungan yang
jarang, tradeoff diperlukan karena tidak ada satu pun metode transfer harga yang mampu
untuk memenuhi semua tujuan dengan baik.
Kasus penggunaan harga transfer berdasarkan pasar jelas terlihat pada kondisi persaingan di
bawah. Jika pusat laba penjualan tidak dapat memperoleh laba melalui penjualan pada
harga pasar eksternal, perusahaan lebih baik menutup pusat laba dan membeli dari
pemasok luar, hal ini juga berlaku pada yang lainnya.
Harga transfer biaya marginal sering kali juga sulit untuk diimplementasikan. Secara relatif,
sedikit perusahaan dapat mengukur biaya marginal secara akurat. Biaya langsung (bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung) bukanlah sebuah masalah, tetapi yang menjadi
masalah adalah biaya tidak langsung.
Transfer pada biaya penuh atau biaya penuh ditambah markup digunakan secara luas. Harga
transfer biaya penuh menawarkan beberapa keunggulan.
Alternatif lain dari harga transfer ini memperbolehkan penjualan dan pembelian oleh manajer
pusat laba untuk bernegosiasi antarkelompok mereka sendiri. Kebijakan ini dapat menjadi
efektif hanya bila pusat laba tidak saling menahan satu dengan yang lainnya. Dalam hal
ini, pusat laba penjualan memiliki beberapakemungkinan untuk menjual produk di luar
perusahaan dan pusat laba pembelian memiliki beberapa sumber di luar penawaran.
Penahanan jelas mengikis kekuatan tawar menawar dan merusak negosiasi.
VARIASI
Peneliti telah memberikan beberapa variasi dari satu atau lebih metode utama harga transfer.
Salah satu kemungkinan dari transfer adalah marginal cost plus a fixed lump-sum fee.
Masalah utama terkait dengan metode marginal-cost-lump-sum adalah manajer yang terlibat
harus menentukan dasar dari lump-sum fee berdasarkan estimasi kapasitas masing-masing
konsumen internal yang akan dibutuhkan dalam periode mendatang.
DUAL RATE TRANSFER
Dual rate transfer price merupakan variasi lain. Dalam kasus ini, pusat laba penjualan
dikreditkan dengan harga pasar (atau yang mendekatinya), tetapi pusat laba pembelian hanya
membayar biaya marginal (atau biaya penuh) dari produksi.
1. Manajer pada pusat laba penjualan dan pembelian menerima sinyal ekonomi
yang tepat untuk membuat keputusan
Bagaimanapun juga, dual rate transfer price memiliki kelemahan. Dual rate transfer
price dapat menghancurkan entitas internal yang tepat dari insentif ekonomi. Oleh
karena pusat laba pembelian hanya membayar biaya marginal (atau biaya penuh),
mereka memiliki sedikit insentif untuk bernegosiasi dengan pemasok luar untuk harga
yang lebih menguntungkan. Beberapa perusahaan juga tidak menyukai perhitungan
ganda untuk laba karena hal ini sering kali sulit untuk dijelaskan pada manajer pusat
laba tentang bagaimana perhitungan ganda telah melebih-lebihkan laba entitas
mereka.
KESIMPULAN
Bab ini memberikan pengenalan mengenai pusat pertanggungjawaban keuangan dan harga
transfer. Pusat pertanggungjawaban keuangan adalah salah satu elemen utama dari sistem
pengendalian hasil keuangan. Definisi dari pusat pertanggungjawaban keuangan merupakan
hal yang penting karena mereka memberikan sinyal kepada manajer mengenai hal-hal dalam
laporan keuangan yang harus diperhatikan.
Bab ini juga mendiskusikan bagaimana harga produk dan jasa yang ditransfer dari satu entitas
organisasi sering kali menyebabkan masalah dalam pengukuran kinerja keuangan entitas.
Namun, dalam situasi yang jarang terjadi ketika ada persaingan sempurna pasar eksternal
untuk perdagangan barang dan jasa secara internal, tidak adanya pendekatan harga transfer
dapat menuntun manajer pusat laba untuk membuat keputusan yang optimal dilihat dari
perspektif perusahaan dan secara simultan memberikan informasi yang bagus untuk evaluasi.
Rencana berdasarkan ekuitas adalah bentuk umum dalam memberikan insentif dalam
jangka panjang, Rencana ini memberikan imbalan didasarkan pada perubahan dalam
nilai saham perusahaan.
4. Rencana opsi saham
Memberi karyawan hak untuk membeli sejumlah saham perusahaan pada harga yang
telah ditetapkan (contohnya harga eksekusi) selama periode waktu tertentu. Dari
perspektif insentif, karyawan hanya memperoleh manfaat ketika harga saham naik,
sehingga opsi saham dapat memotivasi karyawan untuk menaikkan harga saham
perusahaan. Kelemahan opsi saham yaitu pemberian opsi saham merujuk pada potensi
penerbitan saham di masa mendatang yang menciptakan dilusi dan mendorong
penurunan harga saham.
5. Rencana saham terbatas
Kelayakan karyawan untuk saham terbatas tidak harus mengeluarkan uang tunai
untuk memperoleh saham, tetapi menjual saham yang mereka berikan terbatas pada
periode waktu tertentu. Saham terbatas memberikan imbalan untuk kenaikan harga
saham, meskipun saham itu sendiri juga memiliki nilai ketika harga saham
tetap/menurun (tidak seperti opsi saham yang memberikan imbalan ketika harga
saham melebihi harga eksekusi).
Saham terbatas disebut giveaway atau pay for puise karena saham memiliki beberapa
nilai (meskipun harga saham turun) dan pembatasan pada penjualan saham
menghilang bersama dengan bagian waktu dan kelangsungan pekerjaan.
6. Saham kinerja/rencana opsi
Penghargaan kinerja dengan membuat pemberian saham yang bergantung pada
pencapaian dari saham/nonsaham selama beberapa tahun periode kinerja. Pilihan
kinerja merupakan tipe lain dari penghargaan kinerja. Pilihan kinerja berasal dari
alternatif pilihan saham yang membuat vesting/pilihan eksekusi yang tergantung pada
perbaikan tujuan pada saham/nonsaham.
C. Desain Sistem Insentif 1.Formula insentif
Tipe dari imbalan yang diberikan dan didasarkan pada apa yang biasanya
dikomunikasikan untuk pengambil bagian dalam rencana insentif pada formula
insentif dan menjelaskan kontrak insentif. Formula insentif dan kontrak seringkali
bersifat implisit sehingga penentuan imbalan secara subjektif. Subjektivitas dapat
digunakan untuk keputusan promosi dan penugasan kerja.bPenggunaan subjektivitas
dalam kontrak dalam mempengaruhi risiko karyawan yaitu bisa menurunkan risiko
jika hal yang memungkinkan penyesaian bagi pengaruh faktor yang ada di luar
pengendalian karyawan. Akan tetapi, juga bisa menaikkan risiko karyawan dengan
cara:
● Pengevaluasi mungkin mengevaluasi dengan dasar yang berbeda dibandingkan
dengan apa yang mereka asumsikan ketika membuat keputusan.
● Karyawan tidak percaya pada pengevaluasi yang memberikan informasi dan
penilaian kinerja yang menyebabkan karyawan frustasi, tidak termotivasi.
2. Bentuk fungsi insentif
Pada tingkat pusat laba, sebagian besar perusahaan menentukan batas bawah/ambang
yang lebih rendah pada kontrak insentif jangka pendek. Organisasi menentukan batas
yang lebili rendah karena mereka tidak ingin membayar bonus untuk kinerja yang
mereka anggap biasa saja/buruk, fraksi dari penentuan target pada limit rendah
bervariasi, antara lain kemampuan memprediksi target cenderung menjadikan fraksi
menjadi lebih rendah. Batas yang lebih tinggi pembayaran insentif cap on berarti tidak
ada imbalan ekstra diberikan untuk kinerja tambahan di atas batas yang ada. Batas
atas dapat dipertimbangkan untuk beberapa alasan, termasuk:
● Kekhawatiran dari pembayaran insentif yang tinggi mungkin tidak layak karena
windfall gains (keberuntungan yang tidak terduga).
● Kekhawatiran bahwa karyawan menjadi terlalu dimotivasi untuk mengambil
tindakan yang akan menaikkan kinerja saat ini pada biaya untuk jangka panjang
dengan kata lain menghasilkan hasil yang tidak berkelanjutan.
● Keinginan untuk tidak membayar karyawan secara hierarki, sehingga tetap
menjaga kompensasi secara vertical.
● Keinginan untuk tetap menjaga kompensasi total sediki tkonsisten sepanjang
waktu sehingga karyawan dapat menjaga keberlajutan hidupnya, dan untuk
mengurangi "feast or famine" volatilitas pembayaran dari tahun ketahun.
● Kekhawatiran mengenai kemungkinan kesalahan rencana yang didesain, risiko
yang lebih besar pada rencana yang baru.
3. Ukuran pembayaran insentif
Pembayaran variabel dapat memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan kinerja. Jika
kinerja tidak sepenuhnya dikendalikan oleh karyawan, sistem insentif dapat
membebani risiko mereka. Karyawan meminta kompensasi untuk pengambilan risiko
yang telah diambil, yang diharapkan lebih besar apabila ditawari gaji tetap.
D. Kriteria untuk Mengevaluasi Sistem Insentif
1. Imbalan harus memiliki nilai
Imbalan yang tidak bernilai tidak akan memberikan motivasi. Selera terkait imbalan
bervariasi pada masing-masing orang Contoh: Manajer yang lebih rendah tertarik
pada perlindungan otonomi dan perbaikan untuk kemungkinan adanya promosi
sedangkan bagi karyawan adalah keamanan kerja.
2. Imbalan harus memiliki pengaruh yang cukup besar
Jika imbalan yang bernilai disediakan dalam jumlah yang kurang akan berdampak
kontradiktif. Karyawan dapat merasa terhina dan bereaksi emosi sebagai bentuk
penghinaan dan kemarahan.
3. Imbalan harus dapat dimengerti
Karyawan harusnya bisa memahami dengan baik untuk alasan apa imbalan
diberikanvdan nilai dari imbalan tersebut.
4. Imbalan seharusnya tepat waktu
Penundaan pemberian imbalan setelah dikerja akan melemahkan motivasi karyawan.
Imbalan yang diberikan dengan segera juga akan menaikkan tingkat pembelajaran
diambil dari penerimaan imbalan dan berhubungan dengan kinejra yang diberikan.
5. Pengaruh imbalan harus tahan lama
Imbalan seharusnya lebih besar nilainya jika perasaan senang yang dihasilkan dengan
pemberian imbalan bertahan lama jika karyawan terus mengingatnya.
6. Imbalan seharusnya tidak dapat dibatalkan 7.
Pengevaluasi kinerja seringkali membuat kesalahan dan beberapa keputusan
imbalan sulit untuk diperbaiki dibandingkan dengan yang lain. Contoh:
Promosi adalah hal yang sulit untuk dibatalkan.
E. Kelompok Imbalan
Kelompok imbalan memberikan insentif langsung jika individu yang diberi imbalan
menjanjikan bahwa mereka akan mempengaruhi kinerja ketika imbalan didasarkan pada
tingkat kepentingan. Imbalan kelompok memberikan pengaruh motivasi dilusi bagi yang
terbaik. Seperti rencana berdasarkan saham, yang merupakan bentuk kelompok imbalan
adalah penyediaan insentif langsung untuk sejumlah kecil dari manajer yang ada di posisi
paling atas yang bertanggung jawab terhadap perusahaan yang dapat mempengaruhi
harga saham. Ketika karyawan level rendah masuk dalam rencana herdasarkan saham,
kompensasi mreka dibuat lebih dapat berubah dan tidak pasti tetapi motivasi mereka tidak
terpengaruh.
C. Laba Residual
Laba residual mengatasi masalah suboptimalisasi tipe keuangan. Selain itu juga, laba
residual tidak menunjuk pada penyimpangan yang sering kali disebabkan oleh amanjer
yang membuat investasi baru dalam aset tetap.
Economic Values Added = Laba operasi bersih - (modal x rata-rata biaya modal)
Empat perspektif dalam mengusulkan kombinasi dari pengukuran jangka pendek dan
membawa indikator pada kerangka yaitu
1. Perspektif keuangan
2. Perspektif konsumen
3. Perspektif internal
4. Perspektif inovasi dan pembelajaran
Myopia dapat dikurangi pada level manajemen puncak dengan meminta manajer bertanggung
jawab terhadap kenaikan nilai pasar. harga saham berharga, meskipun juga tidak sempurna
berdasarkan pada aliran kas yang diharapkan pada masa depan, bukan hanya pada hasil
periode saat ini. Keadaan makin sulit dihadapi oleh manajer tingkat menengah walaupun
terdapat banyak perspektif dalam menanggulangi myopia investasi namun perspektif tersebut
belum bisa memcahkan masalah yang ada.
b. Struktur Pertanggungjawaban
Prinsip pengendalian didasari oleh sebagian desain struktur tanggung jawab.
Tenaga penjualan atau manajer produksi tidak perlu bertanggung jawab atas hasil
pembiayaan perusahaan atau keputusan akuisisi aset utama, karena hal tersebut
tidak berada dari ruang lingkup mereka.
2. Pengendalian Untuk Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan SetelahPeriode
Pengukuran
a. Analisis varians adalah sebuah analisis sistematik yang didesain untuk
menjelaskan bagaimana dan mengapa dua angka berbeda. Dalam teknik analisis
varians, biaya operasi aktual berbeda dengan standarnya, di mana analisi varians
membedakan bahan baku, tenaga kerja, serta biaya overhead, dan kemudian
memisahkan masing-masing ke dalam harga, kombinasi, pendapatan, volume,
dan komponen varians lainnya. Tujuan dari analisis varians adalah untuk
memisahkan faktor yang tidak dapat dikendalikan dengan yang dapat
dikendalikan untuk menjelaskan perbedaan antara hasil aktual dengan yang
direncanakan, serta untuk mengisolasi kinerja faktor yang pasti dikendalikan dari
yang lain sehingga individu khusus dapat bertanggung jawab.
b. Standar Kinerja Fleksibel
Anggaran fleksibel adalah standar kinerja fleksibel yang ditunjukkan dalam
istilah keuangan, dapat digunakan ketika terdapat indikator jumlah aktivitas yang
dominan dan ketika sebagian besar biaya dikaitkan dengan indikator aktivitas
tersebut. Standar kinerja yang fleksibel dapat dibuat bervariasi dengan sejumlah
faktor yang tidak terkendali; misalnya volume penjualan industri, volume
produksi tanaman, atau tingkat bunga atau nilai tukar. Cara lain untuk membuat
standar kinerja lebih fleksibel hanyalah memperbarui lebih sering dengan
memperpendek luasan perencanaan. Namun, pembaruan standar menghabiskan
biaya tergantung bagaimana menguraikan proses persiapan anggaran.
c. Evaluasi kinerja relatif
Evaluasi kinerja relatif atau RPE berarti bahwa kinerja karyawan dievaluasi
bukan dalam tingkatan mutlak hasil yang diperoleh, tetapi relatif dengan hasil
yang diperoleh pesaing luar yang paling dekat. Agar RPE efektif, semua bagian
atau kelompok yang sama harus melakukan tugas yang sama atau menghadapi
serangkaian kesempatan dan kendala yang sama.
d. Evaluasi kinerja subjektif
Subjektivitas dalam evaluasi dapat menyebabkan permasalahan, yaitu:
1. Pengaplikasian penilain, evaluasi subjektif memberikan hak dalam bentuk
kekuasaan dari atasan atas bawahan yang mungkin menyebabkan ketegangan
dan kebencian.
2. Cenderung bias dalam hasil.
3. Membawa hal-hal yang tidak memadai atau mungkin meskipun tidak, umpan
balik mengenai bagaimana kinerja dievaluasi.
4. Meskipun evaluasi berjalan adil, karywana sering kali merasa tidak
memamahami atau mempercayainya.
5. Timbulnya budaya membuat alasan apabila segala sesuatu tidak berjalan
dengan baik.
Dari permasalahan diatas, apabila evaluasi kinerja subjektif dilakukan dengan
baik akan membutuhkan biaya yang besar, khususnya dalam hal waktu yang
dihabiskan oleh pengevaluasi dan pihak yang dievaluasi.
2. Para anggota komite audit dewan direksi perusahaan dituntut untuk mandiri dan
paham mengenai keuangan.
3. Manajer senior perusahaan, CEO dan CFO biasanya diwajibkan untuk menyatakan
telah memeriksa laporan keuangan triwulan dan tahunan perusahaan, menyajikan
laporan keuangan secara wajar tanpa pernyataan, membuat pengakuan bahwa mereka
bertanggung jawab untuk prosedur pengungkapan dan pengendalian internal, serta
pengakuan telah mengevaluasi pengendalian dan prosedur, serta mengungkapkan
setiap perubahan materi atau auditor dan komite audit.
C. Dewan Direksi
Dewan direksi memiliki kewajiban fidusia untuk mendorong keberhasilan jangka
panjang perusahaan bagi kepentingan pemegang saham dan juga pemegang utang. Tugas
dasar fidusia terdiri dari:
1. Kewajiban pemeliharaan : untuk membuat atau mendelegasikan keputusan dengan
cara tepat.
2. Kewajiban loyalitas : untuk memajukan perusahaan di atas kepentingan pribadi.
3. Kewajiban itikad baik : untuk memegang komitmen dan loyal kepada kepentingan
perusahaan dan pemegang sahamnya.
4. Kewajiban untuk tidak melakukan pemborasan : untuk menghindari kerusakan nilai
yang disengaja bagi para pemegang saham.
D. Komite Audit
Komite audit memberikan pengawasan independen atas proses pelaporan keuangan
perusahaan, pengendalian internal, dan auditor independen. Komite audit meningkatkan
kemampuan dewan untuk fokus secara intensif dan tidak digunakan biaya relatif mahal
pada fungsi pelaporan keuangan yang berkaitan dengan perusahaan.
E. Komite Kompensasi
Komite kompensasi menangani masalah yang berkaitan dengan kompensasi dan manfaat
yang diberikan kepada kepada karyawan, dan khususnya Top Executive. Komite
kompensasi bertanggung jawab fidusia untuk memastikan bahwa program kompensasi
eksekutif perusahaan berjalan adil dan tepat untuk menarik, mempertahankan, dan
memotivasi manajer, sehingga membuat tindakan mereka sesuai dengan ekonomi
perubahaan dan relevan terhadap prakyik perusahaan.