D
I
S
U
S
U
N
OLEH
T.A 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme 3
2.2. Filsafat Pendidikan Progresivisme 12
2.3. Filsafat Pendidikan Perenialisme 19
2.4. Filsafat Pendidikan Esensialisme 23
2.5. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme 27
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan 31
3.2. Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Seseorang akan menjadi tahu tentang sesuatu melalui pengalaman. Hal itu
bergantung pada tingkat kesadaran masing-masing untuk mencari pengalaman.
Kebenaran menurut mereka adalah relatif bergantung kepada keputusan mereka
masing-masing. Begitu pula nilai-nilai ditentukan oleh setiap individu. Orang
tidak perlu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial agar eksistensinya tidak
hilang.
Ada beberapa pandangan penganut filsafat ini sehubungan dengan
eksistensi, yakni:
1. Tujuan pendidikan
Pendidikan memberikan bekal pengalaman yang luas dan komperhensif
dalam semua bentuk kehidupan.
2. Status peserta didik
Peserta didik adalah manusia yang rasional, bebas memilih dan
bertanggung jawab atas pilihannya. Membutuhkan komitmen akan
pemenuhan tujuan pribadi.
3. Kurikulum
Kurikulum bersifat liberal, yakni memiliki kebebasan menmilih dan
menentukan aturan-aturan serta pegalaman belajar sesuai dengan minat
dan kebutuhan peserta didik dari kehidupan mereka. Di sekolah dibina
agar terbentukpada diri peserta didik rasa hormat (respek), respek terhadap
kebebasan bagi yang lain seperti dalam dirinya, karena itu diajarkan
pendidikan sosial.
4. Peranan guru
Guru berperan melindungi dan memelihara kebebasan akademik, tidak
jarang terjadi bahwa mungkin suatu hari ini adalah guru, besok lusa
mungkin mejadi peserta didik.
5. Metode
Yang diutamakan dalam praktik pembelajaran adalah pencapaian tujuan
yakni mencapai kebahagiaan dan kepribadian yang baik, sedangkan
metode merupakan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu,
penggunaan metode tidak terlalu dipikirkan secara mendalam.
Karena tujuan tidak pasti, maka cara atau alat untuk mencapai tujuan itu
pun tidak pasti pula. Tujuan dan alat bagi mereka adalah satu, artinya bila tujuan
berubah maka alat pun berubah pula. Tokoh filsafat pendidikan progresivisme ini
adalah John Dewey (Pidarta, 2007:92).
1. Tujuan Pendidikan
Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam prilaku dan disiplin
diri. Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar
kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap
anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat
dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman memecahkan masalah.
2. Kurikulum Pendidikan
3. Metode Pendidikan
5. Peranan Guru
6. Peserta Didik
Filsafat ini muncul pada abad pertengahan pada zaman keemasan agama
Katolik-Kristen. Pada zaman itu tokoh-tokoh agam menguasai hamper semua
bidang kemasyarakatan. Sehingga sangat logis kalau sekolah-sekolah yang
berintikan ajaran agama muncul di sana-sini. Ajaran agam itulah merupakan suatu
kebenaran yang patut dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan Thomas Aquino.
Ajaran Plato tentang dunia ide dalam filsafat Idealis, yang muncul lebih
dahulu dari perenialis, mirip dengan paham Agustinus. Sebab menurut Plato
kebenaran hanya ada di dunia ide, diluar itu adalah semu saja. Sebab iti Plato
sering dimasukkan sebagai penganut perenialis.
a. Pendidikan
c. Sekolah
d. Kurikulum
e. Metode
1. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya
belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena
dorongan dari dalam diri siswa.
2. Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah
melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan
yang khusus pada spsies manusia.
3. Oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan
pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang
pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme)
memberikan sebuah teori yang lemah.
a. Pendidikan
b. Tujuan pendidikan
c. Sekolah
d. Kurikulum
e. Metode
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Purba, Edward & Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED PRESS