B. TBC
C. Malaria
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap
malaria. Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan di Provinsi
Bengkulu. Laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, jumlah kasus
malaria pada tahun 2018 dilaporkan sebanyak 318 kasus dengan Anual
Parasite Insident (API) sebesar 0,22 per 1,000 jumlah penduduk dan pada
tahun 2019 mengalami penurunan jumlah kasus menjadi 82 kasus.
Data kejadian kasus malaria per 1000 orang di kota Bengkulu pada
dimulai dari tahun 2010 – 2019 yaitu pada tahun 2010 sebanyak 6.860
orang, tahun 2011 sebanyak 3.892 orang, tahun 2012 sebanyak 5.319 orang,
tahun 2013 sebanyak 3.890 orang, tahun 2014 sebanyak 2.170 orang, tahun
2015 sebanyak 2.30 orang, tahun 2016 sebanyak 1.450 orang, tahun 2017
sebanyak 530 orang, tahun 2018 sebanyak 160 orang dan tahun 2019
sebanyak 40 orang per 1000 kasus di kota Bengkulu. Dari data prevalensi
kasus malaria dari tahun ke tahun di kota Bengkulu terlihat semakin
berkurang.
D. Malnutrisi
Di Indonesia, masalah status gizi masih perlu mendapat perhatian.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
tahun 2018, angka malnutrisi nasional mencapai 30,8 %, angka malnutrisi
di Propinsi Bengkulu sebesar 27,98 persen. Dengan angka tersebut
menunjukkan 1 ( satu ) dari 3 ( tiga ) anak di Bengkulu menyandang
malnutrisi yang terdapat di sejumlah daerah kabupaten/kota. Prevalensi
malnutrisi dari berbagai kota di Bengkulu pada tahun 2022 diantaranya
Kapahiang sebanyak 24,9%, Bengkulu Selatan sebanyak 23,2%, Bengkulu
Utara sebanyak 22,8%, Muko-muko sebnayak 22,3%, Seluma sebanyak
22,1%, Bengkulu Tengah sebanyak 21,2%, Rejang Lebong sebanyak
20,2%, Lebong sebanyak 20,2%, Bengkulu sebanyak 12,9% dan Kaur
sebanyak 12,4%.
2. Eliminasi ATM
• AIDS
Data prevalensi HIV usia dewasa (15-49 tahun) diperkirakan mencapai
0,32% pada tahun 2019. Estimasi untuk tingkat provinsi berkisar antara
kurang dari 0,1% sampai melebihi 2%. Pemerintah bersama masyarakat
mendukung upaya pencapaian eliminasi HIV AIDS yang telah disepakati di
tingkat global bahwa pada tahun 2030 kita dapat mencapai 95-95-95 untuk
pengobatan, dimana 95% ODHA mengetahui status, 95% dari ODHA yang
mengetahui status mendapatkan pengobatan, dan 95% dari ODHA yang
diobati virusnya tersupresi.
Secara global, epidemi HIV mengalami penurunan sekitar 33% sejak
2001, sehingga pada tahun 2012 diperkirakan terjadi sekitar 2.3 juta infeksi
baru pada dewasa dan anak. Kematian yang dikaitkan dengan AIDS
menurun sampai 30% sejak 2005 karena peningkatan akses pengobatan
ARV, termasuk kematian yang dikaitkan dengan TBC, juga menurun sampai
30% sejak 2004. Kematian terkait AIDS menurun dari puncaknya pada 2004
dengan 1,7 juta kematian terkait AIDS per tahun menjadi 770 ribu kematian
terkait AIDS pada 2018.
Indonesia memiliki pola epidemi HIV yang kompleks dengan sebaran
wilayah yang luas serta jumlah penduduk yang besar. Terdapat lebih dari
260 juta jiwa penduduk yang tersebar di 514 kabupaten/kota dimana 90%
diantaranya telah melaporkan kasus HIV dan AIDS sehingga memiliki
tantangan tersendiri dalam Pengendalian HIV. Diperkirakan terdapat
543.100 orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di tahun 2020. Hingga akhir
tahun 2019 dilaporkan 377.564 ODHA mengetahui statusnya terinfeksi HIV
dan 127.613 ODHA (23,5% dari total estimasi ODHA tahun 2020) sedang
dalam pengobatan ARV.
• TBC
Berdasarkan Global TB Report Tahun 2020. Beban TB terbesar terdapat
di 30 negara dengan estimasi 8.610.000; negara dengan beban TB tertinggi
adalah India, Indonesia dan Cina, estimasi beban TB RO sebesar 419.000
dengan beban TB RO tertinggi adalah India, Cina dan Rusia sedangkan
Indonesia urutan ke 5 dan estimasi beban TB HIV sebesar 668.000 dengan
beban TB HIV tertinggi adalah Afrika Selatan, India dan Nigeria sedangkan
Indonesia urutan ke 10.
WHO memperkirakan estimasi insiden Indonesia sebesar 845.000 atau
312 per 100.000 penduduk; TB-HIV sebesar 19.000 kasus per tahun atau 7
per 100.000 penduduk. Kematian karena TB diperkirakan sebesar 92.000
atau 34 per 100.000 penduduk dan kematian TB-HIV sebesar 4.700 atau 1,7
per 100.000 penduduk. Berdasarkan trend insiden tuberkulosis terjadi
penurunan insiden TB meskipun tidak terlalu tajam dan begitu juga
penurunan angka kematian TB. Perbandingan antara insiden TB antara
tahun 2018-2019; secara absolut tidak terdapat perubahan tetapi secara rate
terjadi penurunan 1,2%. Angka kematian; secara absolut terdapat penurunan
1,1% dan secara rate penurunan 2,9%.
Jumlah kasus TB yang ditemukan dan diobati dalam kurun waktu 12
tahun terakhir ini tercatat mencapai jumlah 4.474.428. Angka cakupan
penemuan kasus mengalami penurunan dari sebelumnya sekitar 28,3% tiap
tahun, pada tahun 2019 sudah menjadi 67,5% dan pada tahun 2020
mencapai 39,2%. Dengan demikian maka jumlah “missing cases”juga
mengalami peningkatan dari yang sebelumnya sebesar 32,5% menjadi
61,5%. Angka keberhasilan pengobatan/success rate pada tahun 2019
mencapai 82,9% dan pada tahun 2020 mencapai 78,1% dengan target
sebesar 90%. Dalam rangka pelaksanaan Sustainable Development Goals
(SDGs), yang salah satu tujuannya adalah menjamin kesehatan yang baik
dan sejahtera maka diperlukan Strategi Nasional Penanggulangan TB 2020-
2024 yang memerlukan komitmen semua pihak.
• Malaria
Indikator yang dapat menggambarkan angka kesakitan malaria adalah
dengan indikator Annual Parasite Incidence (API) per 1.000 penduduk,
yaitu proporsi antara pasien positif malaria terhadap penduduk berisiko di
wilayah tersebut dengan konstanta 1.000. Indonesia telah memulai program
eliminasi malaria sejak tahun 2009 dengan target seluruh wilayah Indonesia
bebas dari malaria selambat-lambatnya tahun 2030.
• TB
Untuk memutuskan rantai penularan TB dan menurunkan insiden
TB di masyarakat diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah dan
keterlibatan penuh sektor swasta serta stake holder lainnya untuk
penanggulangan TB. Dukungan tersebut bisa dengan menerapkan
kebijakan baru dan peraturan-peraturan yang kemungkinan besar
merupakan strategi paling berdaya guna, termasuk keharusan pelaporan
kasus, standar klinis untuk pelayanan TB yang berkualitas, sertifikasi
dan akreditasi para pemberi layanan kesehatan, serta memastikan
kepatuhan terhadap pedoman diagnosis secara nasional dan juga
pembiayaannya.
Adapun program percepatan eliminasi TB adalah Penemuan kasus
secara intensif pada kelompok geriatric, diabetik dan ODHA,
Penemuan kasus secara aktif pada populasi dengan perkiraan insiden
1%, misalnya Warga Binaan Pemasyarakatan, wilayah padat penduduk,
asrama, pondok pesantren, optimalisasi kegiatan investigasi kontak,
pelacakan kasus mangkir, Manajemen Infeksi Laten TB: memperluas
penggunaan TPT jangka pendek pada kontak serumah (penyediaan
bahan habis pakai skrining TB laten yaitu Tuberkulin, dan pengadaan
obat TPT, Perluasan penggunaan TCM untuk diagnosis TB seperti
pengadaan mesin TCM, pengadaan bahan habis pakai katrid TCM,
Penggunaan paduan pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan
kepatuhan pengobatan, Memperkuat jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah dan swasta (PPM) dalam penemuan, tatalaksana,
dan pengobatan, dan lain sebagainya.
• Malaria
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk eliminasi malaria
diantaranya melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
untuk kebersihan lingkungan, mengaktifkan peran Kader/Juru Malaria
Desa (JMD) dalam pengamatan kasus, jentik, tempat perindukan,
migrasi (penduduk yang datang dan pergi) diwilayahnya, mengaktifkan
masyarakat terlibat dalam perencanaan dan pemanfaatan dana desa dan
penguatan organisasi masyarakat yang terintegrasi untuk pencegahan
penyakit tular vektor (Posmaldes, kelompok pengajian, poskesdes, pos
bindu, dsb).