1. Pengelolaan Arsip
1.1. Arsip merupakan kumpulan dokumen atau informasi penting yang
disimpan dalam sebuah organisasi atau lembaga. Arsip bertujuan untuk
mempertahankan, menyimpan, dan mengatur informasi agar dapat diakses
secara efisien dan mudah pada saat diperlukan. Peranannya arsip dalam
organisasi yaitu Mempertahankan rekap jejak, Meningkatkan Efektivitas kerja,
Menjaga keamanan informasi, Menjaga kontinuitas organisasi, Mendukung
pengambilan keputusan.
1.2. Pengumpulan:
Tahap pengumpulan merupakan langkah awal dalam proses pengelolaan arsip
fisik. Di tahap ini, dokumen-dokumen yang dianggap penting dan memiliki nilai
arsipikal dikumpulkan dan dipisahkan dari dokumen-dokumen yang tidak
relevan atau non-arsipikal. Pengumpulan ini dapat dilakukan melalui berbagai
cara seperti pencatatan secara manual, pemindai (scanner), atau pengumpulan
secara langsung di lapangan.
Pengelolaan:
Setelah dokumen-dokumen terkumpul, tahap selanjutnya adalah pengelolaan.
Pada tahap ini, dokumen-dokumen tersebut akan dianalisis, dirapikan,
diklasifikasi, dilabeli, dan didokumentasikan dengan sistem pengelompokan
yang jelas. Dokumen yang telah dikelola dengan baik akan lebih mudah diakses
dan diidentifikasi saat dibutuhkan.
Penyimpanan:
Setelah dokumen-dokumen dikelola, tahap selanjutnya adalah penyimpanan.
Dokumen-dokumen tersebut harus disimpan dengan cara yang baik agar tetap
terjaga keasliannya dan tidak rusak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan arsip fisik adalah pemilihan ruang penyimpanan yang aman dan
terlindung dari ancaman kebakaran, kelembaban, dan serangga. Selain itu, arsip
fisik juga perlu diberi tanda identifikasi yang jelas agar dapat dengan mudah
diakses saat dibutuhkan.
Pemeliharaan:
Tahap terakhir dalam proses pengelolaan arsip fisik adalah pemeliharaan.
Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga keberlanjutan dan kualitas dokumen-
dokumen arsip fisik. Beberapa kegiatan pemeliharaan yang perlu dilakukan
adalah pemilahan dokumen yang rusak atau dalam keadaan buruk dan
melakukan perawatan seperti membersihkan debu, mengganti kemasan yang
rusak, dan melakukan pemindaian (scanning) dokumen untuk mengurangi risiko
kerusakan yang lebih lanjut.
2.3. Proses pemberian izin dan akses dalam manajemen dokumen digital
dapat diintegrasikan melalui beberapa langkah berikut:
a. Identifikasi kebutuhan akses: Tentukan kebutuhan akses yang spesifik untuk
setiap jenis dokumen. Misalnya, dokumen keuangan hanya dapat diakses oleh
tim keuangan, sementara dokumen pemasaran hanya dapat diakses oleh tim
pemasaran.
b. Pembuatan level izin: Buat level izin berdasarkan kebutuhan akses yang telah
diidentifikasi. Level izin mungkin termasuk hak untuk melihat, mengedit, atau
menghapus dokumentasi.
c. Penentuan peran pengguna: Tentukan peran pengguna berdasarkan struktur
organisasi atau tugas yang mereka lakukan. Contoh peran pengguna adalah
administrator, pengguna biasa, atau auditor.
d. Penetapan izin: Tentukan izin akses untuk setiap peran pengguna. Misalnya,
pengguna biasa hanya dapat melihat dan mengedit dokumen tertentu, sementara
administrator memiliki izin penuh untuk mengelola dan mengamankan dokumen
e. Integrasi dengan sistem manajemen identitas dan akses (IAM): Hubungkan
sistem manajemen dokumen digital dengan sistem IAM yang ada dalam
organisasi. Sistem IAM memungkinkan pengguna untuk dikendalikan secara
keseluruhan, seperti pemberian izin, pengelolaan sandi, dan pengaturan peran.
f. Otomatisasi: Gunakan fitur otomatisasi dalam sistem manajemen dokumen
digital untuk mempercepat dan menyederhanakan proses pemberian izin dan
akses. Misalnya, atur notifikasi untuk menginformasikan pengguna yang relevan
tentang dokumen baru atau pembaruan.
g. Audit dan pemantauan: Integrasikan fitur audit dan pemantauan dalam sistem
manajemen dokumen digital. Fitur ini memungkinkan organisasi untuk melacak
aktivitas pengguna, seperti siapa yang mengakses dokumen tertentu, kapan
mereka mengaksesnya, dan apa yang telah mereka lakukan dengan dokumen
tersebut.
Dengan mengintegrasikan proses pemberian izin dan akses dalam manajemen
dokumen digital, organisasi dapat meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam
mengelola dokumen. Akses yang terkontrol dan disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna juga dapat membantu mencegah kebocoran informasi dan melindungi
kerahasiaan dokumen.
3.2. Konsep dasar keamanan informasi adalah rangkaian langkah dan praktik
yang dirancang untuk memastikan keamanan, kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan informasi yang disimpan atau diproses dalam suatu sistem. Ini
berkaitan dengan perlindungan terhadap ancaman, seperti akses tanpa izin,
modifikasi, penyadapan, penghapusan, atau kerusakan data.
Dalam konteks arsip digital, keamanan informasi adalah penting untuk
melindungi integritas dan keutuhan arsip. Arsip digital dapat mencakup berbagai
jenis data sensitif atau penting, seperti dokumen bisnis, rekaman keuangan,
informasi pribadi, atau rekaman sejarah. Keamanan informasi dalam arsip digital
melibatkan praktik dan teknologi yang dirancang untuk melindungi data tersebut
dari kerusakan, kerugian, pencurian, atau akses tanpa izin.
2. Malware
Cara pencegahan:
Gunakan perangkat lunak keamanan yang aktif dan up-to-date, termasuk
antivirus, antispyware, dan firewall.
Lindungi sistem dengan seringnya melakukan pembaruan keamanan dan berhati-
hati saat membuka lampiran atau tautan yang mencurigakan.
4. Ancaman Fisik
Cara pencegahan:
Simpan backup data di lokasi fisik yang berbeda, seperti pusat data jarak jauh
atau sistem penyimpanan awan (cloud).
Gunakan sistem proteksi bencana seperti sistem pemadam kebakaran dan anti-
gempa untuk melindungi perangkat keras fisik.
5. Phishing
Cara pencegahan:
Berikan pelatihan keamanan kepada karyawan atau pengguna agar mereka dapat
mengenali tanda-tanda serangan phishing.
Selalu waspada terhadap email atau tautan yang mencurigakan dan jangan
mengungkapkan informasi sensitif kepada pihak yang tidak dikenal.
6. Kurangnya Kebijakan dan Pengelolaan Keamanan
Cara pencegahan:
Buat dan implementasikan kebijakan keamanan yang kuat, dan pastikan semua
pengguna memahami dan mengikutinya.
Tetapkan tim atau individu yang bertanggung jawab atas pengelolaan keamanan
arsip digital dan pemantauan keamanan secara berkala.
3.5. Peraturan dan kebijakan dapat membantu dalam menjaga keamanan arsip
digital dengan memastikan bahwa ada kerangka yang jelas dan tertulis untuk
mengatur tindakan yang harus diambil dalam melindungi dan menjaga integritas
arsip digital.
Dalam menyusun kebijakan keamanan arsip, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu: Identifikasi kebutuhan dan risiko, Melibatkan pemangku
kepentingan, Menentukan tujuan dan tujuan, Menetapkan tindakan dan prosedur.