Anda di halaman 1dari 4

Pentingnya Menerapkan Budaya Kerja

Industri pada Siswa SMK


Diterbitkan : Kamis, 28 Juli 2022

Mangkunegara (2005) mengemukakan, bahwa budaya kerja merupakan


perangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai, dan norma yang
dikembangkan dalam suatu organisasi yang dapat dijadikan sebagai
landasan tingkah laku anggota, untuk mengatasi masalah adaptasi
eksternal maupun integrasi internal.

Budaya Kerja adalah falsafah yang didasari pada pandangan hidup


sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang
dibudayakan dalam suatu kelompok yang tercermin dalam sikap menjadi
perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud
sebagai kerja (Gering Supriyadi dan Tri Guno)

Daniel Goelman mengadakan penelitian sejak tahun 1990-an yang


memfokuskan pada apa yang membedakan antara orang sukses dengan
orang yang gagal di bidang karier. Dari riset tersebut ditemukan bahwa
15% dari 13 kesuksesan karier seseorang disebabkan oleh keahlian teknis
sementara sisanya 85% disebabkan oleh kecerdasan emosional
atau soft skills (Suryaputra N.A, 2008:103).

Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk
menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Dalam topik
ini mengapa sih perlu menerapkan budaya kerja pada siswa SMK.
Alasanya begitu pentingnya budaya kerja industri bagi siswa SMK sebagai
bekal ketika nantinya masuk di dunia industri maupun dunia kerja.

Selain itu penerapan budaya kerja industri pada siswa akan membiasakan
memiliki soft skill yang baik. Tujuan penerapan budaya kerja di SMK:
agar siswa SMK memilki budaya kerja sesuai tuntutan IDUKA. agar siswa
memiliki kemampuan beradaptasi terhadap situasi kerja di IDUKA.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut sekolah dapat memberikan program


setiap jurusanya. Salah satu program yang mungkin dapat diterapkan
yaitu program budaya kerja 5R. Program 5R ini antara lain (Ringkas,
Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Yang prinsipnya: 1) Prinsip ringkas adalah
memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan menyingkirkan yang
tidak diperlukan dari tempat kerja. Mengetahui benda mana yang tidak
digunakan, mana yang akan disimpan, serta bagaimana cara
menyimpannya supaya dapat mudah diakses terbukti sangat berguna
bagi sekolah; 2) Prinsip rapi adalah menyimpan barang sesuai dengan
tempatnya. Kerapian adalah hal mengenai sebagaimana cepat kita
meletakkan barang dan mendapatkannya kembali pada saat diperlukan.

Adapun yang ketiga prinsip resik adalah membersihkan


tempat/lingkungan sekolah, mesin/peralatan, dan barang-barang agar
tidak terdapat debu, kotoran dan bau. Kebersihan harus dilaksanakan dan
dibiasakan oleh setiap orang mulai dari pimpinan hingga pelaksana yang
ada; 4) Prinsip rajin adalah terciptanya kebiasaan pribadi guru dan
karyawan serta siswa untuk menjaga dan meningkatkan apa yang sudah
dicapai. Rajin di lingkungan sekolah berarti pengembangan kebiasaan
positif di lingkungan sekolah; 5) Prinsip rawat adalah mempertahankan
hasil yang telah dicapai pada (Ringkas, Rapi, Resik) sebelumnya dengan
membakukannya (Standarisasi). Prinsip ini dapat berjalan apabila
dilaksanakan bersama-sama yang ada di lingkungan sekolah.

Manfaat jika berhasil diterapkan maka akan Menurunkan pemborosan,


Meningkatkan mutu dan produktivitas, Menghindari kecelakaan kerja,
Meningkatkan kinerja, Absensi yang rendah, Peningkatan dan perbaikan
kinerja yang berkelanjutan, Peralatan sekolah dan lokasi kerja di bengkel
praktik yang teratur, rapi dan bersih, Keunggulan untuk mempunyai
siswa yang bermental maju serta bersikap dan berperilaku positif serta
Langkah awal menuju perusahaan kelas dunia.

Penulis: Rega Meiartha, MahaSiswa UNNES Lantip Angkatan 2 di SMKN 10


Semarang

Pentingnya penguasaan K3 di Sekolah

Artikel ini bertujuan untuk membahas pentingnya penguasaan konsep keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) dalam mendukung kinerja calon lulusan pendidikan kejuruan di

dunia kerja. SMK sebagai pelaksana pendidikan kejuruan memiliki banyak program

keahliaian yang menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Dalam dunia

kerja, konsep keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan konsep yang penting

diterapkan oleh setiap tenaga kerja disamping skill sesuai keahlian masing-masing.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam artikel ini adalah kepustakaan. Artikel

yang diulas dan direview terdiri atas lima buah artikel dengan pokok bahasan yang

sesuai dengan kata kunci pokok bahasan artikel ini yaitu mengenai kesehatan dan

keselamatan kerja (K3). Hasil penelitian yang dipaparkan dalam kelima artikel hasil

penelitian tersebut menunjukan bahwa konsep keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan maupun tenaga kerja yang terlibat. Oleh
karena itu penguasaan konsep K3 penting ditanamkan sejak mengenyam pendidikan di

jenjang SMK karena pendidikan kejuruan merupakan lembaga yang mencetak lulusan

yang dipersiapkan untuk terjun di dunia kerja. K3 dapat dimuat dalam kurikulum

pendidikan kejuruan agar konsep ini semakin dipahami oleh peserta didik di jenjang

pendidikan kejuruan (SMK) agar kemampuan yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan

dan permintaan pasar/ dunia kerja.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Karier adalah (bahasa Belanda; carriere) adalah perkembangan dan kemajuan dalam
pekerjaan seseorang. Ini juga bisa berarti jenjang dalam sebuah pekerjaan tertentu.

Karier merupakan istilah yang didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai
perkembangan dan kemajuan baik pada kehidupan, pekerjaan atau jabatan seseorang. Karier
biasanya pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang mendapatkan imbalan berupa gaji
maupun uang.

Keberhasilan karier adalah istilah yang sering digunakan dalam tulisan akademis dan populer
tentang karier. Istilah ini mengacu pada tingkat dan cara bagaimana seorang individu dapat
digambarkan sebagai sukses dalam kehidupan kerjanya sejauh ini.[1]

Dalam tahun 1950-an dan 1960-an, individu biasanya bekerja untuk satu atau dua perusahaan
selama karier mereka dan kesuksesan ditentukan oleh organisasi dan diukur dengan promosi,
kenaikan gaji, dan/atau status. Karier tradisional seperti itu dicontohkan oleh model tahap
karier Donald Super.[2] Model tahap karier linier Super menyarankan bahwa karier
berlangsung dalam konteks struktur organisasi yang stabil. Individu menaiki hierarki
organisasi mencari imbalan ekstrinsik yang lebih besar.[3]

Keberhasilan karier awal dapat menimbulkan kekecewaan di kemudian hari, terutama ketika
harga diri seseorang terikat dalam karier atau prestasi mereka.[4] Keberhasilan profesional
cenderung datang lebih awal di beberapa bidang, seperti penelitian ilmiah, dan kemudian di
bidang lain, seperti pengajaran.[4]

Penghasilan dapat dinyatakan dalam istilah absolut (misalnya jumlah yang diperoleh
seseorang) atau dalam istilah relatif (misalnya jumlah yang diperoleh seseorang dibandingkan
dengan gaji awal mereka). Penghasilan dan status adalah contoh kriteria keberhasilan yang
objektif. Dalam hal ini, "objektif" berarti bahwa kriteria tersebut dapat diverifikasi secara
faktual, dan bukan semata-mata masalah pendapat.

Contoh Kompetensi Kerja


 Skill Komunikasi. Menjadi individu yang kompeten tidak selalu identik dengan
aspek akademis saja, tapi juga kemampuan yang lainnya seperti skill komunikasi. ...
 Kerja Sama. ...
 Punya Jiwa Leadership. ...
 Problem Solving. ...
 Berorientasi pada Hasil. ...
 6. Menguasai Teknologi Digital.

Anda mungkin juga menyukai