Fiks DM Print
Fiks DM Print
OLEH:
GODENSIANA SENDIA
FLORIDA I.MANEHAT
KATARINA SNAE
KONSTANTINUS F. TRUMEN
YOHANES E.P. KARUNIA
MELANIA E. DONI
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB 1...........................................................................................................................................
1. Kelenjar hipotalamus.................................................................................................4
3. Kelenjar pineal................................................................................................................
4. Kelenjar tiroid.................................................................................................................
5. Kelenjar paratiroid.........................................................................................................
6. Pankreas...........................................................................................................................
7. Kelenjar adrenal.............................................................................................................
8. Testis.................................................................................................................................
9. Ovarium...........................................................................................................................
BAB II..........................................................................................................................................
2
2.9. Discharge planning..........................................................................................................17
BAB III.......................................................................................................................................19
3.4. IntervensiKeperawatan....................................................................................................27
3.5. Implementasi...................................................................................................................37
3.6.Evaluasi............................................................................................................................38
BAB IV......................................................................................................................................38
BAB V........................................................................................................................................40
PENUTUP..................................................................................................................................40
5.1.KESIMPULAN................................................................................................................40
5.2. SARAN............................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................41
3
BAB 1
ANANTOMI FOSIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
4
mempertahankan homeostasis, yakni kemampuan tubuh untuk tetap stabil saat
lingkungan sekitarnya mengalami perubahan. Hal ini dilakukan dengan melepaskan
hormon untuk memberi tahu kelenjar pituitari (hipofisis) kapan harus melepaskan
hormon lainnya.
Hipotalamus terhubung langsung dengan kelenjar pituitari yang ada di bawahnya. Kelenjar
berukuran sebesar kacang polong ini terletak di bagian bawah otak dan belakang batang hidung.
Kelenjar pituitari juga disebut “kelenjar master”. Hal ini karena hormon yang dihasilkannya akan
mengontrol cara kerja kelenjar lain dalam sistem endokrim manusia.
Ada beberapa jenis hormon yang diproduksi kelenjar pituitari. Berikut di antaranya.
Hormon pertumbuhan (GH): mengatur pertumbuhan dan metabolisme.
Hormon adrenokortikotropik (ACTH): merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan
hormon streoid.
Hormon perangsang tiroid: merangsang kelenjar tiroid mengeluarkan hormon tiroid.
Hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH): merangsang produksi hormon
seks pada ovarium atau testis.
Hormon perangsang melanosit (MSH): merangsang produksi melanin pada kulit.
Hormon antidiuretik (ADH): menjaga kadar air dan tekanan darah.
Oksitosin: merangsang kontraksi rahim selama persalinan.
Prolaktin: merangsang produksi ASI pada kelenjar susu.
3. Kelenjar pineal
Kelenjar pineal terletak jauh di dalam otak manusia. Bagian ini menghasilkan hormon melatonin
yang mengatur jam biologis (ritme sirkadian) dan jadwal tidur tubuh manusia.
Melatonin dilepaskan lebih banyak saat kondisi lingkungan di sekitarnya gelap. Hormon ini akan
merangsang rasa kantuk sehingga juga sering disebut hormon tidur.
4. Kelenjar tiroid
5
Kelenjar tiroid terletak pada bagian depan leher, tepatnya di bawah jakun. Tiroid terdiri dari dua
bagian yang berbentuk mirip sayap kupu-kupu.
Terdapat dua jenis hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.
Tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3): mengatur tingkat metabolisme, mengendalikan fungsi
jantung, perkembangan otak, dan pertumbuhan tulang.
Kalsitonin: mengatur kadar kalsium dan fosfat di dalam aliran darah.
5. Kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar pada sistem endokrin yang berukuran sebesar kacang
polong.
Sebagian besar orang memiliki empat kelenjar paratiroid. Dua kelenjar terletak tepat di belakang
kedua sayap kelenjar tiroid.
Kelenjar ini mengeluarkan hormon paratiroid yang mengontrol kadar kalsium dalam darah.
Hormon paratiroid berfungsi mendukung kekuatan tulang, serta menjaga sistem saraf dan otot
agar bekerja dengan baik.
6. Pankreas
Sebagai penghasil enzim pencernaan, pankreas juga menjadi bagian dari sistem endokrin.
Kelenjar ini berukuran sekitar 15 cm serta terletak di samping lambung dan usus kecil.
Pankreas menghasilkan dua jenis hormon berikut untuk mengatur kadar gula darah.
Insulin: mengubah gula darah (glukosa) berlebih menjadi cadangan energi (glikogen) sehingga
kadar gula darah turun.
Glukagon: mengubah glikogen kembali menjadi glukosa sehingga kadar gula darah naik.
7. Kelenjar adrenal
Tubuh manusia memiliki dua buah kelenjar adrenal yang terletak di atas setiap ginjal. Kelenjar
ini terdiri dari dua bagian, yakni kulit (korteks) dan bagian dalam (medula).
Kedua bagian kelenjar adrenal ini menghasilkan hormon-hormon berikut.
Aldosteron: membantu keseimbangan garam dan air dalam tubuh untuk menjaga tekanan darah
normal.
Kortisol: mengatur metabolisme tubuh, merespons terhadap penyakit, dan merangsang produksi
glukosa dari glikogen.
6
Androgen: mendukung perkembangan awal organ seks pria dan pertumbuhan rambut tubuh
wanita.
Adrenalin: merangsang produksi glukosa dari glikogen serta meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah untuk respons “fight or flight”.
Noradrenalin: mengaktifkan mekanisme untuk respons “fight or flight” saat stres bersama
dengan kortisol dan adrenalin.
8. Testis
Testis merupakan gonad atau kelenjar kelamin pada sistem endokrin pria. Kelenjar ini berada di
dalam kantong buah zakar (skrotum) yang terletak di belakang penis.
Kelenjar testis menghasilkan testosteron. Hormon ini mendukung perkembangan karakteristik
pria selama pubertas, seperti pertumbuhan rambut wajah dan pendalaman suara.
Selain itu, testosteron juga berperan dalam produksi sperma dan menghasilkan gairah seks.
9. Ovarium
Indung telur atau ovarium berfungsi memproduksi dan melepaskan sel telur. Selain itu, organ ini
juga menghasilkan hormon reproduksi wanita, yakni estrogen dan progesteron.
Fungsi dari kedua hormon ini pada sistem endokrin manusia adalah sebagai berikut.
Estrogen: mendukung perkembangan karakteristik wanita selama pubertas (seperti pertumbuhan
payudara) dan mengontrol siklus menstruasi.
Progesteron: mengendalikan siklus menstruasi dan mempersiapkan kehamilan.
7
BAB II
8
d. Diabetes Melitus Tipe Lain
a. Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll
b. Penyakit hormonal Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang
merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak
.
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada diabetes melitus
tipe II masih belum diketahui, namun 12 diabetes melitus tipe 2 dapat disebabkan oleh berbagai
faktor risiko sebagai berikut (Infodatin, 2014):
1. Faktor yang tidak dapat diubah
1) Ras Bedasarkan penelitian yang dilakukan di Institut of Cardiovasculer and Medical
Sciences, University of Glasgow, Inggris orang dengan ras negroid dan Asia dua kali lipat lebih
berisiko menderita Diabetes Mellitus dibandingkan dengan ras Kaukasia (Tempo.co, 2014)
. 2) Jenis kelamin Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada wanita lebih tinggi dari pada laki-
laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar (Fatimah, 2015).
3) Usia Berdasarkan penelitian, usia terbanyak terkena Diabetes Melitus adalah > 45 tahun
dan resistensi insulin cenderung meningkat pada usia > 65 tahun
4) Genetik Secara emperis Diabetes Melitus tipe II akan meningkat dua sampai enam kali lipat
jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.
5) Riwayat melahirkan bayi > 4 kg 6) Lahir dengan berat badan < 2,5 kg 13
9
. 4) Hipertensi Kondisi hiperglikemi dapat menghambat pembentukan endothelium dan
merentensi natrium. Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah.
5) Diet tidak sehat Konsumsi makanan tinggi lemak dan garam dapat menyebabkan hipertensi
yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya diabetes
6) Dislipidemia Kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) dan tingginya
Trigliserida (>250 mg/dl) sering didapat pada pasien 14 Diabetes.
7) Aktivitas fisik Konsumsi makanan tidak seimbang dengan aktivitas yang dilakukan akan
memicu terjadinya obesitas.
3. Diabetes Gestasional Diabetes Gestasional adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau
mulai diketahui selama pasien hamil. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon
disertai pengaruh metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan dapat menjadi keadaan
diabeto genetik
10
Sel-sel beta di pankreas mensekresi insulin dalan 2 fase. Fase pertama sekresi insulin terjadi
segera setelah stimulasi atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar
glukosa darah dan fase kedua terjadi sekitar 20 menit sesudahnya. Pada awal perkembangan
Diabetes Melitus tipe II, sel-sel beta di pankreas menunjukkan gangguan pada sekresi insulin
fase pertama yaitu insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin yang selanjutnya apabila
tidak ditangani dengan cepat akan terjadi kerusakan sel-sel beta di pankreas yang terjadi secara
progresif yang disebut dengan defisiensi insulin, sehingga akhirnya memerlukan insulin eksogen
(Decroli, 2019). 16 Gambar 2.1 Patofisiologi DM Tipe II (Decroli, 2019)
11
2) Glukogenesis (pembentukkan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap terdapat kelebihan
glukosa dalam darah.
3) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang dan
glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan
. 4) Glukoneogenesis pembentukan glukosa dari unsur karbohidrat meningkat dan lebih
banyak lagi glukosa hati yang tercurah kedalam darah hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Yang tergolong komplikasi metabolisme akut hyperglikemia, yaitu :
a. Ketoasidosis Diabetik (DKA) 24 Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien
mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan
lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton.
Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton
meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang
jelas juga dapat mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan
kekurangan elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok. Akibat
penurunan oksigen otak, pasien akan mengalami koma dan kematian
b. Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK) Sering terjadi pada penderita
yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia
muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum > 600 mg/dl.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat.
c. Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin) Terutama komplikasi terapi insulin. Penderita
Diabetes Melitus mungkin suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak
daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa normal yang
mengakibatkan terjadinya hipoglikemia. Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula
25 darah turun dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu
sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Tingkatan hypoglikemia adalah sebagai
berikut:
d. Hipoglikemia ringan Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi,
tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
12
1.) Hipoglikemia sedang Penururnan kadar glukosa yang menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Berbagai tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit
kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional.
2) Hipoglikemia berat Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang sangat
berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemi
yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
Penanganan harus segera 26 diberikan saat terjadi hipoglikemi. Rekomendasi biasanya
berupa pemberian 10-15 gram gula yang bekerja cepat per oral misalnya 2- 4 tablet
glukosa yang dapat dibeli di apotek, 4-6 ons sari buah atau teh manis, 2-3 sendok teh
sirup atau madu. Bagi pasien yang tidak sadar, tidak mampu menelan atau menolak
terapi, preparat glukagon 1 mg dapat disuntikkan secara SC atau IM. Glukagon adalah
hormon yang diproduksi sel-sel alfa pankreas yang menstimulasi hati untuk melepaskan
glukosa
. 2. Komplikasi Kronik Jangka Panjang
a) Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan
arteriola retina (retinopati diabetik), glomerolus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf
perifer (neuropati diabetik).
b) Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis.
Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat
menjadi penyebab jenis penyakit vaskular. Gangguan dapat berupa penimbunan sorbitol
dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan darah.
13
konsentrasi glukosa dalam darah. Saat glukosa tinggi, maka hormon insulin bertugas untuk
menetralkan kembali.
Hormon insulin juga berfungsi untuk meningkatkan metabolisme glukosa pada jaringan dan sel-
sel dalam tubuh. Ketika tubuh membutuhkan energi, maka insulin akan bertugas untuk
memecahkan molekul glukosa dan mengubahnya menjadi energi sehingga tubuh bisa
mendapatkan energi. Selain itu, hormon insulin juga bertanggung jawab melakukan konversi
glukosa menjadi glikogen untuk disimpan dalam otot dan sel-sel hati. Hal ini akan membuat
kadar gula dalam darah berada pada jumlah yang stabil.
abnormalitas. Beberapa penyebabnya antara lain sel-sel tubuh dan jaringan tidak memanfaatkan
glukosa dari darah sehingga menghasilkan peningkatan glukosa dalam darah. Kondisi tersebut
diperburuk oleh peningkatan produksi glukosa oleh hati yaitu glikogenolisis dan
glukoneogenesis yang terjadi secara terus menerus karena tidak adanya hormon insulin. Selama
periode waktu tertentu, kadar glukosa yang tinggi dalam aliran darah dapat menyebabkan
komplikasi parah, seperti gangguan mata, penyakit kardiovaskular, kerusakan ginjal, dan
masalah pada saraf.
Patoflodiagram
DM tipe 1 DM tipe 2
Defisinsi insulin
14
hiperglikemia Katabolisme protein Fleksibilitas darah rendah
meningkat,,liposisi meningkat
Pelepasan o2
Penurunan BB
Hipoksia perifer
Pembatasan diet Resiko kurang nutrisi
Perfusi jaringan
perifer
Intakke tidak adekuat
Deficit volume cairan
poliurinaria
15
Keluhan lain yang sering disampaikan adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi dan pruritus vulvae. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula
darah sebagai berikut:
1. Gula darah puasa > 126 mg/dl
2. Gula darah 2 jam > 200 mg/dl
3. Gula darah acak > 200 mg/dl. Acuan ini berlaku di seluruh dunia, dan di Indonesia,
Departemen Kesehatan RI juga menyarankan untuk mengacu pada ketentuan tersebut.
Kemudian cara diagnosis yang lain adalah dengan mengukur HbA1c > 6,5% 6. Pradiabetes
adalah penderita dengan kadar glukosa darah puasa antara 100 mg/dl sampai dengan 125 mg/dl
(IFG); atau 2 jam puasa antara 140 mg/dl sampai dengan 199 mg/dl (IGT), atau kadar A1C
antara 5,7– 6,4% 6,7”
16
Tipe ini disebabkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin atau akibat
penurunan jumlah insulin yang diproduksi. Paling sering dialami oleh pasien diatas usia
30 tahun dan pasien yang mengalami obesitas. Diabetes tipe 2 ditangani dengan diet dan
olaraga, dan juga dengan agens hipoglemik oral sesuai kebutuhan
c. Gastrointestinal Diabetes Milletus (GDM)
Adalah Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan.Dalam kehamilan terjadi
perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pasokan makanan bagi
janin serta persiapan menyusui,menjelang aterm.Kebutuhan insulin meningkat sehingga
mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi
insulin hingga relative hipoinsulin maka, mengakibatkan hiperglikemia.Resistensi insulin
juga disebabkan oleh adanya hormone estrogen,progesterone,prolaktin,dan plasenta
laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehinggga
mengurangi aktivitas insulin
d. Impaired Glukosa Tolerance (Gangguan Glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes,dapat menjadi diabetes atau menjadi normal
atau tetap tidak berubah.
e. Diabetes Mellitus Yang lain
Diabetes melitus yang lain adalah diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom tertentu.Hiperglekimia terjadi karena penyakit lain seperti penyakit
pancreas,hormonal,obat atau bahan kimia,endrokinopati,kelainan reseptor insulin,sindroma
genetic tertentu.Penyakit pancreas seperti pancreatitis akan berdampak pada kerusakan
anatomis dan fungsional organ pankreas akibat aktivitas toksik baik karena bakteri maupun
kimia.
Penyakit hormonal seperti kelebihan hormone glukokortikoid ( dari korteks adrenal) akan
berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah.Peningkatan glukosa darah ini akan
meningkatan beban kerja dari insulin untuk memfasilitasi glukosa masuk dalam
sel.Peningkatan beban kerja ini akan berakibat pada penurunan produk insulin.Pemberian zat
kimia/atau obat-obatan seperti dokrotison akan berdampak pada peningkatan glukosa dalam
darah karena dampaknya seperti glukokortikoid. Endokrinopati (kematian produk
hormone)seperti kelenjar hifofisis akan berdampak sistematis bagi tubuh. Karena semua produk
hormone akan dialirkan keseluruh tubuh melalui aliran darah.kelainan ini berdampak pada
17
penurunan metabolisme baik kharbohidrat,protein maupun lemak yang dalam perjalanannya
akan mempengaruhi produksi insulin.
B. Etiologi DM
c. Patofisiologis
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
a)Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah.
b)Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolism lemak yang abnormal disertai dengan endapan
kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c)Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
18
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute-Autoimun-Idiopatik
TipeII
Bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai defek insulin diserta resistensi insulin
TipeLain
Defek genetik fungsi sel beta-Defek genetik kerja insulin: resistensi insulin tipe
A.leprechaunisme,sindrom ,rabson Mendenhall- Penyakit eksokrin pancreas:
pancreatitis,trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik-Endokrinopati:
akromegali,sindrom cushing,feokromositoma
plasma Kriteria diagnosis DM
1.Gejala klasik DM +
glukosa sewaktu≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L).Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
yang dilihat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
2.Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol). Puasa diartikan
pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
3.Kadar glukosa plasma 2 jam tes toleransi glukosa oral (TTGO)≥ 200 mg/dl
(11,1mmol).
19
darah, tekanan darah, berat badan dan lipid profile, melalui pengelolaan pasien secara
holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
20
, intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
Pengelolaan diabetes secara farmakologis dapat berupa pemberian:
1) Obat hipoglikemik oral(OHO)
berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi atas 4 golongan yaitu:
a) Pemicu sekresi insulin: sulfonilurea dan glinid
,b) Penambah sensitivitas terhadap insulin: biguanid,tiazolidindion
c) Penghambat glukoneogenesi: Metformin
d) Penghambat absorbsi glukosa: penghambat glukosidasealfa.
2) Insulin
pemberian insulin lebih dini akan menunujukkan hasil klinis yang lebih
baik, terutama masalah glukotosisitas.Hal ini menunjukkan hasil perbaikkan
fungsi sel beta pankreas.Terapi insulin dapat mencegah kerusakan
endetol, menekanproses inflamasi, mengurangi kejadian apoptosis serta
memperbaiki profillipid.Insulin diperlukan pada keadaan:
a)Penurunan berat badan yang cepat
b)Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c)Ketoasidosis diabetik
d)Hiperglikemiadengan asidosis laktat
e)Gagal dengan kombinas i OHO dosis hampir maksimal
f)Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke,infarkmiokardial)
g)Kehamilan dengan diabetes gestasional yangtidak terkendali dengan perencanaan makan
h)Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
i)Kontraindikasi dan ataua alergi OHO
TerapiInsulin
a)Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial. Terapi insulin
diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang fisiologis
21
b) Defisiensi insulin dapat berupa defisiensi insulin basal, insulin prandial atau keduanya.
Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa, sedangkan
defisiensi insulin prandial akan menimbulkan hiperglikemi setelah makan
c) Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap defisiensi
yang terjadi
e) Terapi insulin dapat diberikansecara tunggal berupa: insulin kerja cepat(rapid insulin),
kerja pendek (short acting),kerja menengah (intermediate acting), kerjapanjang (long acting)
atau insulin campurantetap (premixed insulin),
f) Pemberian dapat juga diberikan secara kombinasi antara insulin kerja cepat atau insulin
kerja pendek untuk koreksi defisiensi insulin prandial,dengan kerja menengah atau kerja
panjang untuk koreksi defisiensi insulin basal, serta dapat dilakukan kombinasi dengan
obat hipoglikemik oral (OHO)
g) terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
respon individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Berdasarkan konsep dasar tentang Diabetes Mellitus maka diagnosa
keperawatan yang biasa dijumpai pada pasien dengan DM adalah sebagai berikut:
1)Risiko defisit cairan berhubungan dengan poliuria dan dehidrasi
2)Perubahan nutrisi berhubunga dengan perubahan keseimbangan insulin,
makanan dan aktifitas fisik
3)Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan menangani DM,kesalahan informasi
mengenai DM
4)Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan mandiri Diabetes
22
elektrolit serum perlu dipantau untuk mendeteksi adanya tanda-tanda dehidrasi
takikardia,hipotensi ortostatik
2)Memperbaiki asupan nutrisi diet disertai pengendalian kadar glukosa darah
merupakan tujuan utama yang ingin dicapai. Dalam menentukan diet, gaya hidup, latar
belakang budaya, tingkat aktifitas dan makanan kegemaran pasien perlu
diperhatikan. Pasien dianjurkan menghabiskan porsi yang telah di sediakan .
Selain itu perawat harus memastikan perubahan pemberian insulin untuk
mengatasi keterlambatan makan akibat tindakan diagnostik dan prosedur lainnya.
3)Mengurangi kecemasan p erawat dapat memberikan dukungan emosional dan
meluangkan waktu mendampingi pasien dalam mengungkapkan perasaan
kekhawatiran dan kecemasannya. Setiap kesalahpahaman pasien dan keluarga
mengenai DM harus dihilangkan.
4)Pendidikan kesehatan di rumah pasien harus diajarkan ketrampilan mengenai:
penyuntikan insulin, pemantauan kadar glukosa darah, pengenalan terapi dan
pencegahan komplikasi akut (hipoglikemia dan hiperglikemia). Apabila pasien memiliki tanda
komplikasi diabetes jangka panjang, maka perawatan kaki yang tepat sebagai
perilakupreventif perlu diajarkan
.
23
kesehatan pasien, health teaching yaitu pemberian pendidikan kesehatan pasien dapat
mengetahui bagaimana kondisi penyakitnya, outpatient referral yaitu informasi tentang kontrol
ulang, layanan perawatan di masyarakat dan siapa saja yang dapat dihubungi diet yaitu
perencanaan jenis makanan yang sesuai. Hasil penelitian ini menunjukan peningkatan perilaku
kesiapan yang baik pada pasien DM dalam menghadapi pemulangan.
tahapan discharge planning dibagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama diberikan selama
pasien di rawat inap yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan perawatan diri pasien
meliputi aktivitas fisik, pengaturan makanan seperti frekuensi konsumsi karbohidrat, frekuensi
konsumsi makanan berlemak, perawatan kaki, dan penggunaan obat. Kemudian Tahap kedua
setelah pasien keluar dari rumah sakit diberikan program tindak lanjut dengan dua panggilan
telepon dan sesi pelatihan selama sebulan. setelah dilakukan implementasi discharge planning
ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam nilai (p= 0,05) terhadap peningkatan
kemampuan perawatan diri pada pasien DM.
24
BAB III
4. Pemeriksaan fisik :
a) Kebersihan rambut : kaji kebersihan rambut, apakah ada kutu,ketombe
b) Kulit kepala : kaji apakah ada benjolan atau luka pada kulit kepala
inspeksi apakah ada nyeri.
Kebersihan kulit : ada luka di kaki bagian belakang dengan luas 15 cm
25
Higiene rongga mulut : .kaji apakah ada caries atau tidak,somatic atau tidak serta
apakah ada kelainan lidah
c) Kebersihan genetalia : kaji kebersihan area genitalia,apakah ada kelainan atau
tidak....
d) Kebersihan anus :kaji apakah ada hemoroid
B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK
1. Keadaan sebelum sakit :
Kaji kebiasaan pola makan pasien sebelum sakit apakah sering konsumsi
makanan tinggi karbohidrat,makanan mengandung lemak,makanan dan minuman
dengan tinggi gula.
3. Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan rambut :kaji ambut pasien bersih atau tidak,rontok atau
tidak,serta apakah rambut kering
b) Hidrasi kulit : kaji kulit pasien lembab atau kering.
c) Palpebra/conjungtiva :kaji konjunctiva pucat atau merah muda
d) Sclera : kaji sclera putih atatu kuning.
e) Hidung : kaji adanya secret atau tidak,simetris atau tidak ,ada polip
atau tidak
f) Rongga mulut : .kaji apakah rongga mulut normal atau tidak
gusi : kaji stomatis atau tidak.
Gigi : kaji ada caries atau tidak.
gigi palsu :....................................
g) Kemampuan mengunyah keras : kaji apakah pasien dapat mengunyah makanan
dengan baik atau tidak
h) Lidah : .kaji apakah ada lesi atau tidak
i) Pharing : kaji apakah ada radang
j) Kelenjar getah bening : .kaji apakah teraba benjolan atau tidak
k) Kelenjar parotis : ....................................
l) Abdomen :
Inspeksi : kaji apakah abdomen membesar atau tidak( penumpukan cairan
/ascites
Auskultasi : kaji apakah ada bising usus
Palpasi : kaji apakah terasa nyeri saat diraba
m) Perkusi : kaji apakah ada rasa nyeri saat diketuk
n) Kulit :
Edema : Positif Negatif
26
Icterik : Positif Negatif
Tanda-tanda radang : ……………………….
o) Lesi : Luka pada kaki
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit : Kaji apakah klien sering BAK di malam hari
Kaji BAB pasien berapa kali dalam sehari,konsistensinya, warna,serta apakah ada
konstipasi atau tidak. Kaji BAK pasien berapa kali dalam sehari,apakah ada nyeri saat
BAK ,bagaimana wrnannya,serta apakah ada yang keluar atau tidak.
Keadaan sejak sakit :
Kaji apakah ada perubahan pada BAB dan BAK pasien
2. Observasi : Pasien sering ketoilet untuk BAK, kaji berapa volume BAK dari klien
Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus :Kaji 15x/menit
b) Palpasi kandung kemih: Penuh Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal: Positif Negatif
d) Mulut uretra : ……………………………
e) Anus :
Peradangan : Kaji tidak ada
Hemoroid : Kaji tidak ada
Fistula : Kaji tidak ada
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan sebelum sakit :
Kaji aktivitas dan olahraga apa yang sering dilakukan sebelum sakit Keadaan
sejak sakit :Kaji apakah pasien mengalami aktivitas,apakah karena cepat lelah atau
nyeri karena lukaatau karena rasa baal atau kram?
Observasi : Pasien tanpak lemah
a) Aktivitas harian :
Makan : …….
Mandi : …….
Pakaian : …….
Kerapihan : …….
Buang air besar : …….
Buang air kecil : …….
Mobilisasi di tempat tidur : …….
0 : mandiri
1 : bantuan dengan
alat
2 : bantuan orang
3 : bantuan alat dan
orang
27
f) Tracheostomi : Kaji tidak ada
2. Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah
Berbaring : …………..mmHg
Duduk : …………..mmHg
Berdiri : …………..mmHg
Kesimpulan : Hipotensi ortostatik : Positif Negatif
b) HR : …………………x/menit
c) Kulit :
Keringat dingin : ………………………
Basah : ……………………..
d) JVP : ……………………..cmH2O
Kesimpulan : ……………………………………...
e) Perfusi pembuluh kapiler kuku : …………………
f) Thorax dan pernapasan
Inspeksi:
Bentuk thorax : Kaji apakah bentuk simitris kiri dan kanan
Retraksi interkostal : Kaji apakah pasien normal saat bernapas
Sianosis :-
Stridor :-
Palpasi :
Vocal premitus : ………………………
Krepitasi : ………………………
Perkusi :
Sonor Redup Pekak
Lokasi : ………………………
Auskultasi :
Suara napas : Kaji apakah suara napas vesikuler
Suara ucapan : Kaji apakah pasien menggunakan suara ucapan
Suara tambahan : Kaji apakah pasien menggunakan suara tambahan
g) Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis : Tiadak nampak
Palpasi :
Ictus cordis : Tidak teraba
Perkusi :
Batas atas jantung : Kaji apakah pada ic2 paraternalis kiri
Batas bawah jantung :
Batas kanan jantung : Kaji apakah diantara ruang intercosta 3-4 kanan
di linea paraternalis kanan
Batas kiri jantung : Kaji apakah ICS5 media linea midklavikulairs
kiri
Auskultasi :
Bunyi jantung II A : Kaji apakah ada dub, regular dan intensitas kuat
Bunyi jantung II P : Kaji apakah ada dub, regular dan intensitas kuat
28
Bunyi jantung I T : Kaji apakah ada dub, regular dan
intensitas kuat
Bunyi jantung I M : ……………
Bunyi jantung III irama gallop : ………
Murmur : …………………
Bruit : Aorta : ……………
A.Renalis : ……………
A. Femoralis : ……………
Kaki
Keterangan :
Nilai 5 : kekuatan penuh
Nilai 4 : kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3 : mampu menahan tegak tapi tidak mampu melawan tekanan
Nilai 2 : mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan sentuhan akan jatuh
Nilai 1 : tampak kontraksi otot, ada sedikit gerakan
Nilai 0 : tidak ada kontraksi otot, tidak mampu bergerak
Refleks fisiologi : …………………………..
Refleks patologi : …………………………
Babinski, Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
Clubing jari-jari : …………………
Varises tungkai : ………………
i) Columna vetebralis:
a) Inspeksi : Lordosis Kiposis Skoliosis
Palpasi : ……………………
Kaku kuduk : ……………………
29
2. Keadaan sejak sakit :
Kaji bagaiamana pola tidur dan istirahat pasien ,teratur atau tidak,apakah ada
gangguan tidur.
3. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Positif Negatif
Banyak menguap : Positif Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap :
Positif Negatif
2. Observasi : Kaji apakah bisa merespon saat diajak bicara dan terlihat kontak mata
dengan lawan bicara
Pemeriksaan fisik :
a) Penglihatan
Kornea : Kaji apakah tanpak jernih, tidak ada abrasi
Pupil : Kaji apakah dilatasi, respon cahaya positif
Lensa mata : Kaji apakah tanpak jernih
Tekanan intra okuler (TIO) : Tidak ada
b) Pendengaran
Pina : Kaji apakah simetris, tidak ada lesi kanan kiri
Kanalis : Kaji apakah bersih kiri dan kanan
Membran timpani : Kaji apakah memntulkan cahaya dan berwarna keabuh-
abuhan
c) Pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai
………………………………………………………………………………….
………………………
30
c) Kulit : Kaji apakah warnah putih, turkor
kulit,menurun ,pucat
...
31
N DATA FOKUS (SUBYEKTIF/S) MASALAH ETIOLOGI
O
DAN OBYEKTIF
1. DS: gangguan integritas Peningkatan
kulit /Jaringan
Pasien mengatakan ada luka di sorbitol dan
bagian belakang kakinya. penurunan mio
inositol
DO:
tampak luka di belakang kaki Gangguan pada
luas luka 15 cm,kondisis klien schwan dan akson
lemah,ada demam dengan
suhu 39oc Degenerasi
Akson
Neuropati perifer
Ganguan
peredaran darah
Ggn integritas
kulit
32
DO: pancreas
pasien tampak lemah
GDS 350 kekurangan
Berat menurun 8kg selama insulin
1minggu
peningkatan kadar
glukosa darah
ketidakstabilan
kadar glukosa darah
Peningkatan
lipofisis katabolisme
protein
33
Penurunan pH
Asidosis
metabolic
Mual/muntah
Penurunan nafsu
makan
Penurunan berat
badan
Defisit nutrisi
3.4. IntervensiKeperawatan
N Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasionalisasi
o Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan Perawatan integriras penyebab
integritas Integritas kulit kulit I.11353 gangguan
kulit atau dan jaringan. Observasi integritas bisa
jaringan L.14125 identifikasi disebabkan
34
berhubungan Setelah penyebab oleh gangguan
dengan diberikan asuhan gangguan sirkulasi
perubahan keperawatan integritas mengubabah
sirkulasi selama 8 hari, kulit(perubaha posisi tirah
elastisitas kulit n sirkulasi). baring utnuk
meningkat,hidras Terpautik mencegah
i ubah posisi luka dekubiitus
meningkat,perfu tiap 2 jam tirah pemijatan pada
si jaringan baring area
menigkat,kerusa lakukan penonjolan
kan jaringan pemijatan pada dapatmerigank
menurun, area an nyeri
kerusakan penonjolan penggunaan
lapisan kulit tulang,jika produk
menurun,jaringa perlu berbahan
n parut menurun, gunakan minyak agar
nekrosisi produk menghindari
menurun, suhu berbahan iritasi pada
kullit petroleum atau kulit karing
membaik,sensasi minyak pada minum air
membaik, kulit kering cukup dapat
tekstur gunakan meniningkatka
membaik, produk n metabolisme
berbahan tubuh
ringan/alami meningkatkan
dan asupan nutrisi
hipoalergik dapat
pada kulit meningkatkan
sensitive metabolism
hindari produk tubuh
berbahan dasar mandi
35
alcohol. menggunakan
Edukasi sabun
anjurkan secukupna agar
minum air terhindar dari
yang cukup paparan
anjurkan bakteriataupun
meningkatkan allergen
asupan nutrisi
anjurkan
meningkatkan
asupan buah
dan sayur
anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrim
anjurkan
mandi dan
menggunakan
sabun
secukupnya.
2 Manajemen
hiperglikemia I.03115
Ketidakstab Observasi
glukosa kemungkinan
36
berhubunga hiperglikemia si penyebab
n dengan Kestabilan identifikasi hhiperglikemia
disfungsi kadar glukosa situasi yang agar bisa
pankreas dalam darah menyebabkan mengetahui
L.05022 keburuhan apa
Setelah insulin penyebabnya
diberikan asuhan meningkat serta
keperawatan monitor kadar memberikan
selama 8 hari, glukosa darah diagnosa dan
pasien monitor tanda askep yang
koordinasinya dan gejala lebih baik
meningkat,kesad hiperglikemia identifikasi
aran monitor intake situasi agar
menningkat,lela/ dan output tidak terjadi
lesu cairan peningkatan
menurun,keluha monitor keton insulin
n lapar menurun, urine,kadar monitor kadar
berkeringat analisa gas glukosa darah
menurun, mulut darah, agar glukosa
kering menurun, elektrolit,tekan darah tetap
rasa haus an darah pada rentang
menurun kadar ortostatik dan normal
glukosa dalam frekuensi nadi monitor intake
darah membaik, Terapeutik dan output
kadar glukosa berikan supan cairan agar
dalam urine cairan oral mengetahui
membaik,palpita konsultasi berapa nutrisi
si membaik, dengan medis yang
jumlah urine jika tanda dan dibutuhkn
membaik gejala anjurkan tidak
hiperglikemia melakukan
37
tetap ada atau aktivitas atau
memburuk olahraga saat
fasilitasi kadar gula
ambulsi jika darah naik agar
hipotensi tidak terjadi
ortostatik hal yang tidak
Edukasi diinginkan
anjurkan anjuran
menghindari monitor kadar
olahraga saat gula arah agar
kadar glukosa tahu dan
darah lebih berjaga –jaga
dari 2500 saat gula darah
mg/dl naik ,
anjurkan anjuran
mnnitor kadar kepatuhan
glukosa darah terhadap diet
secara mandiri supaya tidak
annjurkan memperburuk
kepatuhan keaadaan.
terhadap diet Anjuran
dan olahraga pengelolaan
anjurkan diabetes(pengg
indikasi dan unaan insulin
pentinya dan obar
pengujian oral,dll) agar
keton urin,jika kadar gula
perlu darah tetap
anjurkan pada rentang
pengelolaan normal
diabetes(pengg
38
unaan insulin,
obat
oral,monitor
asupan cairan ,
penggantian
karbohidrat,da
n bantuan
professional
kesehatan)
Kolaborasi
kolaborasi
pemberian
insulin,jika
perlu
kolaborasi
pemberian
cairan IV, jka
perlu
kolaborasi
pemberian
kaliuim,jika
perlu
3.5. Implementasi
3.6.Evaluasi
39
BAB IV
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya produksi
insulin akibat dari menurunnya kerja pankreas sehingga meningkatkan kadar gula darah dalam
tubuh. Terdapat 5 bagian yang menjadi pilar dalam penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, diet,
obat, olahraga, dan monitoring gula darah. Pengetahuan pasien sangat mempengaruhi dalam
keberhasilan terapi untuk penderita DM. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran
tingkat pengetahuan penderita DM di RSUP Sanglah mengenai penatalaksanaan dari penyakit
itu sendiri. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional. Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden yang
berkunjung ke poli diabetes pusat. Sebanyak 95 responden terlibat sebagai sampel dalam
penelitian ini. Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan DM mayoritas cukup (63,2%),
pengetahuan diet mayoritas baik (61,1%), pengetahuan obat mayoritas cukup (45,3%),
pengetahuan olahraga meyoritas cukup (70,5%), dan pengetahuan monitoring gula darah
mayoritas cukup (51,5%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas penderita DM yang
melakukan kunjungan di RSUP Sanglah memiliki tingkat pengetahuan cukup mengenai
penatalaksanaan DM.
Prevalensi diabetes di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 2,1%. Angka ini lebih tinggi
prevalensi diabetes yang signifikan. Tahun 2007 menjadi 1,2% pada tahun 2013. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian
akibat diabetes pada kelompok umur 45-54 tahun di perkotaan menempati urutan dua yaitu
14,7%, sedangkan di pedesaan, DM menempati urutan keenam yaitu 5,8%. Jenis penelitian
eksperimen semu (quasi) dengan pendekatan one group pre and post test design. Populasi dalam
40
penelitian ini adalah penderita DM di Puskesmas Kedungmundu Semarang yang
menggunakan teknik purposive sampling. Dari hasil penelitian ini diperoleh data tingkat
pengetahuan responden tentang penyakit diabetes melitus sebelum adanya media Smart
pengetahuan tentang diabetes melitus setelah diberikan media Smart Book di Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang rata-rata adalah 13. Media Smart Book efektif dalam
Diabetes Mellitus. Saran bagi penderita DM sebaiknya mencari informasi tentang diet baik
dari media massa, internet, atau mengikuti penyuluhan untuk menambah pengetahuan
41
BAB V
PENUTUP
5.1.KESIMPULAN
Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolisme yang disebabkan oleh
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat yang ditandai dengan glukosa
dalam darah melebihi batas normal.
Penyakit ini disebabkan oleh :Faktor genetik / herediter, Faktor infeksi virus,
5.2. SARAN
ketika sedang mengalami gejala atau tanda terkena DM segera periksa kesehatan ke fasilitas
kesehatan terdekat.. Selain itu, jika sudah mengetahui adanya penyakit DM ikuti diet dan
olahraga yang dianjurkan.
42
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/sistem-endokrin/
https://ciputrahospital.com/patofisiologi-diabetes-melitus/
Darliana, D. (2011). Manajemen asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus. Idea
Nursing Journal, 2(2), 132-136.
Yulia, L., Pahria, T., & Pebrianti, S. (2020). Pelaksanaan discharge planning pada pasien
diabetes melitus: Studi literatur. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(4), 503-521.
43
44