Anda di halaman 1dari 3

SUBHANI

C.2301

232401055
FAKULTAS SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM PAINAN

Pengalaman hidup

Selama masa-masa SD, saya mengambil inisiatif untuk mencari pekerjaan demi
mendukung biaya pendidikan lanjutan. Saya memutuskan untuk berjualan gorengan
di sekolah setelah jam pelajaran berakhir. Setelah pulang sekolah, saya
menyempatkan diri untuk mandi dan melaksanakan sholat sebelum pergi ke sekolah
agama sambil tetap menjalankan aktivitas berjualan , di malam hari waktu saya
dihabiskan untuk menuntut ilmu agama di pesantren.

Meskipun orang tua saya hanya bekerja di kebun milik orang lain, saya merasa
bangga karena mereka telah berusaha dengan segala upaya untuk mendidik dan
membesarkan anak-anaknya. Meski kehidupan kami hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan makan, saya tetap bersyukur dan bangga kepada orang tua atas dedikasi
dan usaha mereka.

Selama masa SMP, saya melanjutkan pekerjaan di home industri yang berada
di kampung tetangga. Setiap hari setelah pulang sekolah, saya menjalani rutinitas
dengan mandi dan melaksanakan sholat dzuhur sebelum berangkat kerja. Setibanya
di rumah, saya menyempatkan waktu untuk makan bersama ibu dan bapak sebelum
pamitan untuk pergi bekerja.

Sesampai di tempat kerja pada pukul 13:00 WIB, saya fokus mengerjakan
pesanan dari pelanggan hingga jam 17:00 WIB. Sebelum pulang, saya selalu beres-
beres agar keesokan paginya tidak berantakan. Kadang-kadang, setelah
melaksanakan sholat dan mengaji di pesantren, saya merasakan ke sedihan yang
mendalam, bahkan terkadang tak terasa meneteskan air mata. meski begitu,
Saya tetap tidak menyerah , terus berusaha dan berdoa kepada Sang Pencipta untuk
mengangkat derajat orang tua dan anaknya, khususnya di sepertiga malam saat
melaksanakan sholat tahajud.
Tidak terasa rutinitas sehari-hari saya membawa saya melangkah ke jenjang
pendidikan selanjutnya , yakni SMA. Saat itu tersedia program jurusan IPA dan
IPS. Meskipun awalnya saya tidak berniat untuk masuk jurusan IPA, keadaan
memutuskan bahwa saya mengikuti seleksi dan menerima takdir dengan berserah
diri.

Tanpa melupakan perjuangan masa lalu, saya terus bekerja di home industri untuk
mendukung biaya SMA , Setiap minggu saya menyetorkan sebagian gaji sebesar
Rp. 100.000, dan sebagian lainnya saya tabung untuk lamaran pekerjaan dan
kebutuhan lainnya. setelah Ujian Akhir Sekolah , saya mengambil inisiatif membuat
KTP, NPWP, dan dokumen lainnya.

Ketika lulus, saya telah mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja. Segera
setelah menerima ijazah, saya melamar pekerjaan di Jakarta. Tidak lama setelah
mengikuti interview, saya diterima oleh sebuah perusahaan. Kontrak kerja
berlangsung selama satu tahun, dan akhirnya, saya terlibat dalam proyek
pembangunan gedung.

Setahun kemudian, saya ikut proyek di Jawa Tengah dan Kalimantan Pada
tahun 2019, ketika media sosial dihebohkan oleh wabah virus corona (Covid-19),
saya memutuskan pulang kampung dan mencari pekerjaan lokal sambil menun ggu
panggilan dari perusahaan. saya menyadari tanggung jawab saya terhadap keluarga
yang tidak berkecukupan. pagi berikutnya, di teras rumah, saya meminta maaf
kepada orang tua untuk mencuci kaki mereka, dan menyampaikan niat baik untuk
memohon doa dan ridho.

Air mata mengalir, kami saling peluk erat, dan saya mengusap air mata mereka
dengan pakaian yang saya kenakan. Orang tua memberikan pesan bahwa sepanjang
saya meminta petunjuk dan berusaha sebaik mungkin, mereka akan selalu
mendoakan kelancaran hidup saya. mereka berharap, ketika saya mendapatkan
pekerjaan, kami dapat membangun rumah. Saya menjawab dengan penuh tekad dan
syukur bahwa doa mereka akan selalu saya junjung tinggi. seiring berjalannya
waktu, satu per satu impian kami terwujud, termasuk keinginan saya untuk
melanjutkan kuliah saat ini.

Anda mungkin juga menyukai