Anda di halaman 1dari 2

1.

Hadits Pada Masa Rasulullah


a) Pertumbuhan Dan Perkembangan hadits pada masa rasulullah saw.

Pada periode ini sejarah hadits disebut ‘Ashr al-Wahyi wa at-


Takwin (masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat Islam). [1]
Pada masa inilah, Hadist kemudian lahir yang berupa sabda Nabi,
Perbuatan Nabi, dan Ketetapan Nabi yang fungsinya adalah untuk
menerangkan Al-Qur’an serta menegakkan Syariat Islam dalam
kehidupan masyarakat.

Pada masa ini Hadist disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada


para sahabat dan masyarakat luas melalui khutbah, pertemuan antar
kelompok, dirumah beliau sendiri, dan bahkan pasar ketika beliau sedang
bepergian. Media-media tersebut sangat efektif untuk penyampaian
hadist. Perhatian sahabat terhadap hadist ini sangat tinggi untuk diingat
dan disampaikan kepada para sahabat lain yang tidak hadir dalam majlis.
Demikian juga diantara mereka yang tidak hadir dalam majlis Rasul juga
sangat inten untuk mencari Informasi tentang apa yang disampaikan
beliau baik secara langsung atau melalui utusan.

Diantara mereka ada yang bergantian hadir di majlis beliau


seperti yang dilakukan oleh Umar. Sahabat Umar RA berkata: “Aku
bersama tetanggaku sahabat Anshar Bani Umayyah bin Zaid. Dia diantar
oleh tokoh Madinah bergantian hadir di majlis Rasulullah SAW sehari dia
hadir dan hari yang lain aku yang hadir. Jika aku yang hadir aku
sampaikan kepadanya berita tentang wahyu dan yang lain kepadanya,
demikian juga jika ia yang hadir.[2]

Mereka sangat antusias dan patuh pada perintah-perintah Nabi SAW


sesuai dengan sabda beliau:

1. M.Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Uliumul Hadits (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 34.

2. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: AMZAH, 2011), 42.


‫َح َّد َثَنا َأُبو َعاٍمِص الَّض َّح اُك ْبُن َم ْخ ٍدَل َأْخ َرَب اَن اَأْلْو َز اِع ُّي َح َّد َثَنا َح َّس اُن ْبُن َع ِط َّيَة َع ْن َأيِب َكْبَش َة َع ْن َع ْب ِد اِهَّلل ْبِن ْمَع ٍر و َأَّن الَّنَّيِب‬
‫َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َقاَل َبِّلُغوا َع يِّن َو َلْو آَيًة َو َح ِّد ُثوا َع ْن َبيِن َرْس اِئيَل َو اَل َح َر َج َو َمْن َكَذ َب َعَّيَل ُم َتَع ِّم ًد ا َفْلَيَتَبَّو ْأ َم ْقَع َد ُه ِم ْن‬
‫ِإ‬
‫الَّناِر‬
Artinya: “Telah bercerita kepada kami Abu 'Ashim adl-Dlahhak
bin Makhlad telah mengabarkan kepada kami Al Awza'iy telah bercerita
kepada kami Hassan bin 'Athiyyah dari Abi Kabsyah dari 'Abdullah bin
'Amru bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sampaikan
dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari
Bani Isra'il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku
dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di
neraka" (HR.Bukhari).
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa para sahabat Nabi pun
menerima hadits dari Rasulullah melalui 2 metode yakni penyampaian
secara langsung dan tidak langsung. Penyampaian secara langsung ini
misalnya ketika Nabi SAW memberikan ceramah, pengajian, khutbah,
atau penjelasan terhadap pertanyaan para sahabat. Sedangkan
penyampaian tidak langsung dilakukan dengan cara mendengarkan dari
sahabat lain atau dari utusan-utusan yang dikirim oleh Nabi SAW ke
daerah-daerah atau utusan daerah yang datang kepada Nabi.

Anda mungkin juga menyukai