Anda di halaman 1dari 8

Nama : Agung Supriyanto Matkul :Manaj Keuangan Internasional

NIM : 21120028 Tanggal : Sabtu, 21 Oktober 2023

Prodi : Manajemen (Sore) Dosen : 1. Drs. G. Budi Wahyono,M.Si

2. Bagus Ibnu Utama,S.E.,M.B.A

BERIKUT INI ADALAH STUDI KASUS PRIVATISASI PT INDOSAT,TBK :

Krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Asia termasuk Indonesia telah

membuat kondisi perekonomian Indonesia menjadi terpuruk. Hal ini dikarenakan

Indonesia mengalami krisis finansial dan ekonomi yang dahsyat yang dipicu oleh

depresiasi tajam dalam mata uang negara-negara Asia, termasuk rupiah. Pada

gilirannya kondisi ini diperburuk oleh terpuruknya kepercayaan pasar pada ekonomi

Negara Indonesia. Depresiasi mata uang yang tajam mengakibatkan keterpurukan

ekonomi di Indonesia. Selain mengalami depresiasi tajam sebanyak 80 persen dari

kurs sebelum krisis, Indonesia mengalami peningkatan laju inflasi sampai 50 persen

lebih. Selama tahun 1998 ekonomi Indonesia mengalami kontraksi tajam sebanyak

hampir 14 persen. Kerapuhan dari sistem perekonomian Indonesia pada saat itu dan

juga hutang luar negeri yang sudah jatuh tempo. Untuk mengatasi hal tersebut

pemerintah Indonesia meminta bantuan kepada IMF untuk membantu Indonesia

keluar dari krisis ekonomi saat itu. Kemudian IMF datang dengan berbagai macam

kebijakan yang tertuang dalam Letter of Intent yang salah satu nya adalah mengenai

privatisasi BUMN.

Privatisasi terhadap BUMN sendiri bertujuan untuk meningkatkan efisiensi

BUMN serta meningkatkan kinerja dari BUMN itu sendiri. Hal ini dikarenakan

BUMN selama ini selalu mengalami kerugian dan membebani keuangan pemerintah.

Dengan meningkatnya efisiensi dan kinerja dari BUMN diharapkan bahwa BUMN

akan memberikan keuntungan kepada pemilik, konsumen, dan karyawannya.

Selain itu privatisasi juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan

perusahaan, mengurangi utang, memperoleh tambahan modal yang berasal dari pasar

modal, serta mengurangi campur tangan pemerintah. Hal ini dikarenakan ketika
BUMN masih dibawah kendali pemerintah maka BUMN tidak dapat menjalankan

usahanya dengan maksimal dan tidak menghasilkan pendapatan bagi pemerintah.

Selain itu rendahnya kemampuan bersaing dengan perusahaan swasta yang

mengahasilkan produk sejenis menjadi salah satu alasan mengapa privatisasi

dilakukan terhadap BUMN. Dengan masuknya investor diharapkan akan terjadi

transfer teknologi yang kemudian akan membuat produk yang dihasilkan dapat

bersaing di pasar. Selain itu dengan kemapuan manajerial yang lebih baik akan

menciptakan perusahaan yang semakin profesional dan kompeten dalam menjalankan

usahanya.

IMF sebagai lembaga keuangan dunia yang merupakan organisasi

internasional yang bertanggung jawab dalam mengatur sistem finansial atau keuangan

global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu

masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-masing negara anggotanya.

IMF mempunyai program pinjaman jangka pendek yang dapat digunakan untuk

membantu negara anggotanya yang mengalami kesulitan. Negara anggota IMF yang

ingin meminta bantuan pinjaman tersebut harus memenuhi syarat atau kondisionalitas

tertentu sesuai dengan petunjuk kebijakan dari IMF. Syarat atau kondisionalitas

tersebut termasuk kebijakan penyesuaian kebijakan ekonomi domestik dari negara

pemohon. Hal ini dimaksudkan agar negara pemohon dapat segera mengatasi

kesulitan neraca pembayarannya dan membayar kembali pinjamannnya kepada

IMF. Selain itu kondisionalitas juga sebagai jaminan negara pemohon kepada

IMF agar uang yang dipinjamakan dapat dikembalikan.

Kondisionalitas atau syarat yang di tetapkan oleh IMF kepada negara

anggotanya yang memohon bantuan pinjaman merupakan butir-butir dari konsep

Washington Consensus yang merupakan salah satu perwujudan dari konsep

neoliberalisme. Setiap negara yang akan meminta bantuan pinajaman kepada IMF

akan diterapkan kebijakan yang sama melalui perjanjian atau LoI yang telah

disepakati antara pemerintah negara pemohon dengan IMF yaitu butir-butir konsep

dari Washington Consesus. IMF beranggapan bahwa setiap negara yang terkena krisis
diseluruh dunia hanya ada satu obat utamanya yaitu dengan melaksanakan prinsip dari

Washington Consesus.

Sejalan dengan salah satu syarat yang telah ditetapkan oleh IMF maka

pemerintah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kompetisi terhadap perusahaan

BUMN maka pemerintah setuju dengan salah satu syarat yang diajukan oleh IMF

yaitu untuk melakukan privatisasi terhadap BUMN salah satunya adalah PT.Indosat.

Selain itu privatisasi merupakan salah satu dari upaya pemerintah untuk memperbaiki

perekonomian Indonesia. Privatisasi merupakan kebijakan yang sangat penting karena

menjadi salah satu bagian dari perjanjian atau klausul antara pemerintah Indonesia

dengan IMF sebagai persyaratan atau kondisionalitas proses pencairan dana pinjaman

dari IMF.

Terdapat dua faktor yang mendorong pemerintah untuk melakukan privatisasi

terhadap BUMN, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah

kondisi organisasi dan kinerja dari BUMN yang tidak sehat serta kondisi keuangan

negara yang sedang terpuruk. Sedangkan faktor eksternal adalah pendirian dan

aktivitas organisasi bisnis internasional serta regional yang menetapkan prinsip-

prinsip pasar bebas dalam kegiatan bisnis global.

Tujuan dari pemerintah melakukan privatisasi BUMN adalah untuk

meningkatkan kinerja BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam menghadapi

persaingan dalam era globalisasi yang sangat erat dengan pasar bebas. Disamping itu

privatisasi bertujuan untuk mendapatkan tambahan dana modal untuk

mengembangkan usahanya dari investor.

Privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap BUMN memang

membawa dampak baik yang positif maupun yang negatif. Privatisasi terhadap

BUMN akan mendorong terjadinya Good Governance and Corporate. Hal ini

kemudian yang akan membuat manajemen perusahaan BUMN akan menjadi efektif

dan efisien sehingga akan menciptakan sistem kerja yang sehat. Dengan begitu akan

mendorong semangat para karyawan untuk meningkatkan laba atau keuntungan bagi

perusahaan. Hal ini terjadi juga di PT. Indosat,Tbk yang saham nya telah dijual oleh
pemerintah. Seiring dengan meningkatnya kinerja dari manajemen serta terjadinya

transfer teknologi telah membuat PT. Indosat,Tbk meraih keuntungan dari tahun 2004

hingga tahun 2008.

Selain itu dengan diprivatisasinya perusahaan BUMN akan mengurangi campur

tangan pemerintah sehingga bisa mengurangi monopoli dan KKN terhadap

perusahaan BUMN sehingga akan tercipta persaingan sehat di pasar. Dengan adanya

persaingan yang sehat maka akan menguntungkan bagi konsumen karena barang dan

jasa yang dihasilkan adalah yang terbaik dan dengan harga yang bersaing. Dengan

begitu akan membuat nilai jual perusahaan menjadi tinggi karena menghasilkan laba

yang tinggi. Hal ini kemudian membuat saham-saham BUMN yang sudah dijual di

pasar modal hampir seluruhnya menjadi minat dari investor dan membuat saham-

saham dari BUMN menguasai hampir seluruh transaksi di pasar modal. PT.

Indosat,Tbk merupakan salah satu dari perusahaan yang sahamnya diminati oleh para

pemain saham hal ini dikarenakan kinerja dari PT. Indosat,Tbk yang baik dan hampir

selalu membukukan keuntungan di setiap tahunnya.


BENTUK BANTUAN IMF :

Sesuai dengan tujuan dari pembentukan IMF yang tertuang dalam pasal 1 dari Article of

Agreement dalam konteks krisis neraca pembayaran atau krisis ekonomi seperti yang pernah

dialami oleh beberapa negara berkembang di berbagai kawasan di dunia IMF mempunyai

peran yang penting. Peran IMF tersebut adalah pemberian bantuan dana darurat baik yang

berasal dari IMF maupun dari lembaga keuangan internasional lainnya yang menggunakan

IMF sebagai lembaga rujukannya. Ada tiga macam jenis bantuan pinjaman yang dikeluarkan

oleh IMF kepada negara yang membutuhkannya, yaitu Fasilitas Umum IMF, Fasilitas Khusus

IMF, dan Fasilitas Konsesi IMF.

1. Fasilitas Umum IMF (Regular IMF Facilities)

Bantuan ini terdiri dari tiga macam jenis bantuan yaitu: Regular Quota- SDR Facilities,

Upper-Conditional Tranches, dan Fund Conditionality.

 Regular Quota-SDR Facility bantuan ini diberikan kepada negara yang melihat

bahwa IMF sebagai lender of last resort ketika negara tersebut dalam neraca

pembayaran.

 Upper Conditional Tranches bantuan ini diberikan kepada negara yang meminjam

karena kesulitan neraca pembayaran namun diikuti dengan persyaratan-persyaratan

progresif. Kriteria yang ditetapkan dilakukan dalam pertemuan antara menteri ekuin

negara tersebut dengan wakil-wakil IMF, yang hasilnya menjadi LoI. Pinjaman ini

juga dikenal dengan Stand-by Arrangements yang periode pemberian pinjaman 12

sampai 18 bulan, diberikan bertahap setiap empat bulan, dan pengembaliannnya 3-5

tahun.

 Fund Conditionality yang didasari pertimbangan bahwa nilai mata uang yang

sedikit lebih rendah nilainya memperendah harga barang- barang domestik,

sehingga meningkatkan daya saing ekspor, sementara itu secara simultan

mengurangi permintaan impor barang sebab barang-barang tersebut menjadi lebih

mahal.
2. Fasilitas Khusus IMF (Specific IMF Facilities)

Fasilitas khusus pada prinsipnya menyediakan akses pinjaman yang bentuknya bahkan

melebihi fokus tradisional pinjaman jangka pendek IMF. Fasilitas khusus IMF tersebut

terdiri dari empat macam jenis: Contigency Financing (CCFF), Buffer Stock Facilities

(BSF), Extended Fund Facility (EFF), dan Systemic Transformation Facility (STF).

 Fasilitas CCFF berupa bantuan teknis bagi negara yang mengalami penurunan

ekspor dan kewajiban untuk membayar. Bantuan dibayar 3-5 tahun, biasanya

menjadi pelengkap stand by arrangement.

 Fasilitas BSF sudah tidak aktif lagi sejak 15 tahun yang lalu.

 Fasilitas EFF berjangka waktu pemberian tiga tahun dan persyaratannya sama

dengan stand by arrangement yang pengembaliannya empat sampai sepuluh tahun.

 Fasilitas STF berupa bantuan keuangan selama transisi ekonomi dan dapat

dikembalikan dalam waktu empat sampai sepuluh tahun. Masalah yang diatasi

masalah perdagangan dan perjanjian utang.

3. Fasilitas Konsesi IMF (IMF Concession Facilities)

Fasilitas konsesi memiliki dua bentuk skema, yaitu Enhance Structural Adjusment

Facilities (ESAF), dan Enhance Facilities (EF).

• ESAF diberikan kepada negara yang kesulitan membayar hutang.

Program ini mulai diberikan tahun 1986 kepada negara miskin dengan disertai

program reformasi ekspor. Jangka pembayarannya relatif panjang.

• EF diperkenalkan pada tahun 1987 dan baru digunakan pada tahun 1994, diberikan

pada negara yang berpenghasilan rendah dan mengalami masalah neraca

pembayaran dan dianggap pinjaman.


DAMPAK :

Pelaksanaan privatisasi selalu menuai kontroversi di berbagai negara termasuk di Indonesia.

Pelaksanaan privatisasi di Indonesia juga menuai kontroversi karena privatisasi yang

dilakukan oleh pemerintah akan membawa dampak positif maupun negatif. Bagi pihak yang

pro atau setuju dengan privatisasi pelaksanaan privatisasi di Indonesia akan membawa

dampak yang positif, yaitu:

1. Organisasi pemerintah dianggap sudah terlalu besar, sehingga menjadi lamban, oleh

karena itu organisasi pemerintah harus dikurangi. Kegiatan pemerintah pada fungsi lain

yang seyogyanya dapat dilakukan oleh pihak swasta agar dilepaskan oleh pemerintah

dan diberikan kepada pihak swasta.

2. Privatisasi berarti mengembalikan tugas pemerintah yang sebenarnya sebagai

pengendali negara bukan sebagai pelaksana. Perusahaan yang diprivatisasi akan

berhasil memenuhi permintaan konsumen dan akan mendapat keuntungan serta akan

terus tumbuh berkembang.

3. Privatisasi akan memberikan manfaat bagi konsumen karena perusahaan yang dimiliki

oleh swasta memiliki insentif yang besar untuk memproduksi barang dan jasa dalam

jumlah dan kualitas yang diharapkan oleh konsumen.

4. Privatisasi akan merangsang kompetisi yang akan menuju kepada efisiensi dan

selanjutnya meningkatkan produktivitas.

5. Privatisasi BUMN akan membantu pemerintah mendapatkan dana segar untuk

membangun infrastruktur yang diperlukan oleh masyarakat.

6. Terdapat anggapan bahwa campur tangan pegawai pemerintah dan politikus pada

BUMN, akan mengurangi otonomi manajemen BUMN. Kondisi ini akan menghalangi

kemampuan BUMN tersebut secara ekonomi, oleh karena itu BUMN harus

diprivatisasi.
Dengan diprivatisasinya PT. Indosat,Tbk pemerintah memperoleh pemasukan sebesar Rp.

5,62 Trilyun hasil dari penjualan saham. Dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai

APBN dan dapat digunakan untuk membayar hutang luar negeri pemerintah. Dengan

masuknya STT juga akan membawa dampak positif bagi PT. Indosat,Tbk sendiri. Mereka

akan membawa teknologi dan jaringan pemasaran yang dimilikinya ke PT. Indosat,Tbk. Hal

ini tentu akan membuat perusahaan menjadi lebih efisien dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai