Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II

PEMERIKSAAN KLORIDA DAN NATRIUM

OLEH:
PUTRI DWI ZAKIRAH FEBRIYANI
PO7134221002

DOSEN PEMBIMBING:
YUSNELI, S.Pd., M.Kes
ENDANG VIATY, S.Psi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI
LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya yang telah memberikan bayak kesempatan, sehingga saya
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Klinik II (Pemeriksaan Klorida
dan Natrium) dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik II bagi
mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami menyadari sepenuhnya
bahwa selesainya makalah ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta
bimbingan dari berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil, oleh
karenanya, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih antara lain kepada
orang tua, dosen pembimbing serta semua pihak yang tidak tersebutkan
namanya satu persatu.
Penyusunan laporam praktikum ini disusun dengan sebaik-baiknya,
namun masih terdapat kekurangan di dalam penyusunan laporan praktikum ini,
oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak
sangat diharapkan, tidak lupa harapan kami semua laporan praktikum Kimia
Klinik II (Pemeriksaan Klorida dan Natrium) ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kami.

Palembang, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pemeriksaan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Pemeriksaan .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Definisi Elektrolit Tubuh .............................................................................. 3
2.2 Jenis Elektrolit Darah .................................................................................... 3
2.3 Natrium ......................................................................................................... 3
2.4 Klorida .......................................................................................................... 4
2.5 Gangguan Keseimbangan Kadar kalium ....................................................... 5
2.6 Metode Pemeriksaan yang Digunakan .......................................................... 5
2.6.1 Faktor pra analitik .................................................................................. 5
2.6.2 Faktor analitik ........................................................................................ 7
2.6.3 Faktor pasca analitik .............................................................................. 7
BAB III METODE PEMERIKSAAN ................................................................. 9
3.1 Pra Analitik ................................................................................................... 9
3.2 Analitik........................................................................................................ 11
3.3 Pasca Analitik.............................................................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 17
4.1 Hasil Pemeriksaan ....................................................................................... 17
4.2 Pembahasan Hasil ....................................................................................... 19
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 20
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 20
5.2 Saran ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Natrium merupakan kation utama pada cairan ekstraseluler. Kadar natrium
di dalam tubuh manusia yaitu sebesar 30-40%. Di dalam tubuh, natrium terdapat
di dalam sel (cairan intraseluler) dan di luar sel (cairan ekstraseluler) cairan di luar
sel yang mengandung banyak natrium yaitu cairan saluran cerna, antara lain
pankreas dan cairan empedu. Untuk menjaga kadar garam dalam darah tetap
normal sebesar 0,9 % dari volume darah maka setiap harinya tubuh manusia
membutuhkan natrium minimal 200-500 mg Hardjoeno (2007).
Nilai normal Natrium dalam serum sebesar 135- 145 mEq/L. Kadar
Natrium < 135 mEq/L disebut hiponatremia. Hiponatremia disebabkan oleh
jumlah asupan cairan melebihi kemampuan ekskresi, ketidakmampuan menekan
sekresi ADH (retensi cairan) Pranata (2013) . Kadar natrium > 145 mEq/L disebut
hipernatremia. Hipernatremia disebabkan oleh asupan natrium berlebihan, asupan
air kurang, dan kehilangan cairan yang disebabkan oleh keringat berlebihan, diare,
muntah, diuresis dan diabetes insipidus, menimbulkan gejala neurologi oleh
karena terjadi kehilangan air intraneuron Rambert (2014) .
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstraseluler. Sebanyak 88
% klorida berada dalam cairan ekstraseluler. Jumlah klorida pada orang dewasa
normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan. Kandungan klorida dalam
makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan normal rata-rata
mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari. Ekskresi utama klorida adalah
melalui ginjal Ferawati and Yaswir (2012). Klorida merupakan anion utama
dalam cairan ekstraseluler. Klorida berfungsi membantu regulasi volume darah,
keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis) dan tekanan arteri. Nilai rujukan
klorida adalah 98-108 mEq/L. Kadar klorida yang tinggi terjadi pada nephitis,
kelenjar prostat dan dehidrasi dan kadar klorida rendah ditemukan pada gangguan
fungsi ginjal dan gastrointernal Hardjoeno (2007) .

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip pemeriksaan klorida dan natrium?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kadar klorida dan natrium
dalam serum?
3. Bagaimana kondisi klinis pada hasil pemeriksaan klorida dan natrium
dalam serum?
1.3 Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui konsentrasi Klorida (cl-) dan Natrium (Na) di dalam
serum atau plasma darah.

1.4 Manfaat Pemeriksaan


Memahami dan mampu melakukan pemeriksaan kadar klorida dan natrium
pada serum sesuai dengan prinsip pemeriksaan dan dapat mengidentifikasi
penyebab ataupun kesalahan jika didapatkan kadar di atas atau di bawah dari nilai
normal.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Elektrolit Tubuh


Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel – partikel
bermuatan listrik (Setiadi, 2006). Elektrolit di dalam larutan berdisosiasi menjadi
partikel yang bermuatan atau disebut dengan ion. Elektrolit dibedakan menjadi ion
yang bermuatan positif dan bermuatan negatif. Ion yang bermuatan positif disebut
kation dan ion yang bermuatan negatif anion. Keseimbangan keduanya disebut
sebagai elektronetralitas. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan
dipengaruhi oleh elektrolit (Yaswir dan Ferawati, 2012 ).

2.2 Jenis Elektrolit Darah


Elektrolit dalam cairan tubuh dapat berupa kation misalnya : Na+ , K+ ,
Ca+ dan Mg+ . Sedangkan anion misalnya : Cl- , HCO - , HPO - , SO2- dan laktat
(Supriyono. 2012). Kation yang berada di cairan ekstraseluler (CES) adalah
natrium (Na+ ) dan anion yang berada di CES meliputi klorida (Cl- ) dan
bikarbonat (HCO - ). Sedangkan kation yang berada di cairan intraseluler (CIS)
adalah klorida dan natrium (K+ ) dan (Ca+ ). Anion yang ada di cairan intraseluler
(CIS) adalah kalium (K+) dan (Ca+). Anion yang berada di CIS adalah fosfat
(HPO4-) (Syaifuddin, 2011).

2.3 Natrium
Natrium merupakan salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan
elektrolit ektraselular, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq perkilogram berat badan
yang mempunyai efek menahan air yang memiliki fungsi untuk mempertahankan
cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi inpuls saraf dan
sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada didalam intrasel. Berkurangnya
natrium dalam tubuh (hiponatremia) secara akut menimbulkan gejala-gejala
hipovolemia, syok dan kelainan jantung terkait seperti tadikardi. Keadaan yang
lebih kronis, hiponatremia menyebabkan kelainan susunan syaraf pusat seperti
kebingungan dan kelainanmental (Darwis D, 2008).

3
Kekurangan natrium dapat mengakibatkan penyakit ginjal yang disertai
pengeluaran garam atau penyakit ginjal lain yang mengganggu kemampuan ginjal
mengatur elektrolit. Suatu gangguan yang sering terjadi yaitu pemakaian jangka
panjang dieuretik pada pasien yang membatasi penggunaan garam. Natrium dalam
cairan intrasel dan ekstrasel disebabkan oleh adanya transport aktif dari natrium
keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium kedalam sel (pompa Na+ dan
K+ ), pemasukan natrium yang disebabkan oleh diet melalui epitel mukosa
saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran
cerna maupun keringat pada kulit (Singer G.G dan Braner B.M, 2008).
Peningkatan natrium atau hipernatremia biasanya terjadi akibat pasien
yang lemah ekresi air melebihi ekresi natrium atau kurang mengkonsumsi air
putih dan menjadi dehidrasi. Keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan rehidrasi
berupa cairan intravena hipnotik (Harjoeno, 2007).

2.4 Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan
kosentrassi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada
gangguan keseimbangan asam basa. Kosentrasi klorida lebih tinggi dibandingkan
anak-anak atau dewasa. Nilai normal klorida adalah 98-108 mEq/L.
Keseimbangan antara klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis
makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium orang dewasa
pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq/ klorida perhari,dan
ekresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari (Kultt J.S, 2006).
Kadar klorida menurun misalnya sekresi cairan lambung yang berlebihan
dapat menyebabkan alkalosis yang berlebihan dapat menimbulkan hiperkloremia
dengan asidosis metabolik, penggunaan obat yang dapat meninggikan kadar
klorida atau menurunkan kadar klorida seperti thisid, furosemid, bikarbonat harus
dihentikan sbelum pemeriksaan kadar klorida. Peningkatan kadar klorida dapat
terjadi pada nephitis, obstruksi kelenjar prostat dan dehidrassi. Kadar rendah
ditemukan pada gangguan fungsi gastrointernal dan ginjal (Harjoeno, 2007).

4
Gangguan keseimbangan pada klorida penyebab hipoklorinemia terjadi
jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab hipoklorinemia
umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi tetapi pada alkalosis metabolik
dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium.
Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan
mekanisme homeostasis dari klorida. Penyebab hiperklorenemia sama dengan
hipernatremia. Hiperklorenemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis
tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang disebkan karena diare
yang lama dan kehilangan natrium bikarbonat. Asidosis hiperklorinemia dapat
menjadi pertanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas (Klutt J.S, 2006).

2.5 Gangguan Keseimbangan Kadar kalium


Metode spektrofotometri adalah metode pengukuran berdasarkan
perubahan warna atau terjadinya kekeruhan merupakan proposional dengan
elektrolit yang kita ukur.

2.6 Metode Pemeriksaan yang Digunakan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan elektrolit terbagi dalam
faktor keseimbangan tubuh dan elektrolit, faktor pra-analitik, analitik dan pasca
analitik.
2.6.1 Faktor pra analitik
1. Persiapan pasien
Sebelum pengambilan bahan pemeriksaan penderita perlu dipersiapkan,
diinformaskan, serta diberi penjelasan seperlunya mengenai tindakan yang akan
dikerjakan. Beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi hasil antara lain: obat
diuretik, aktifitas fisik, tidak puasa dan sebagainya harus diberitahukan juga agar
dihindari (Good Laboratory Practice, 2008).
2. Pengambilan sampel
Kalium adalah salah satu elektrolit kimia paling terpenting pada kelainannya
dapat segera mengancam nyawa, kesalahan pengukuran dapat menimbulkan
konsekuensi serius apabila terapi didasarkan pada hasil yang tidak akurat. Nilai

5
kalium dapat meningkat apabila pasien berulang-ulang membuka dan menutup
genggaman tangannya secara kuat sementara tourniquet terpasang untuk fungsi
vena. Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum banyak
melakukan aktifitass fisik dan di usahakan pada waktu yang sama, misalnya
pengambilan sampel pukul 09.00 dilakukan pemerisaan ulang juga dilakukan pada
pukul 09.00 karena hasil pemeriksaan juga diengaruhi oleh perubahan analitik dari
waktu kewaktu (variasi diural), dan memindahkan variasi intr individu.
Pengambilan sampel darah vena dapat menggunakan spuit ataupun vakuntainer.
Serum harus disimpan beberapa saat, maka serum harus ditutup dan disimpan di
lemari pendingin, sebelum dianalisis biarkan serum pada suhu ruangan (Kumar V.
Contran, 2007).
3. Penundaan sampel
Setelah darah diambil segera kirim ke laboratorium, kemudian sampel
darah ditunda 150 menit setelah itu dilakukan centrifugasi kemudian serum segera
dipisahkan kedalam tube.
Sampel yang hemolisis tidak dapat diperiksa untuk analisa elektrolit
karena kalium keluar dari eritrosit. Sampel plasma jika di tempatkan pada suhu
kamar, maka nilai kalium akan turun karena sel-sel menggunakan glukosa
mendorong kalium kedalam sel. Membiarkan darah terlalu lama memungkinkan
terjadinya penurunan kadar elektrolit dalam tabung akan menurun setelah per 30
menit setelah pengambilan darah. Kadar elektrolit darah pada Na tidak terjadi
perbedaan pada penundaan disebabkan karena adanya kesamaan umur, berat
badan dan golongan darah. Kandungan total Na dalam tubuh manusia bervariasi
sekitar 10% tergantung asupan gizi dan sistem metabolisme dalam tubuh
masingmasing. Spesimen serum jika ditunda 150 menit setelah pengambilan
sampel mengalami perkembangan bakteri dan terjadi pengerutan sel darah merah
sehingga serum terperas keluar proses ini mengakibatkan perubahan kadar
elektrolit darah (Anonim, 2012).
4. Wadah penampung
Wadah yang dipakai untuk penampungan sampel harus memenuhi
syaratsyarat sebagai berikut :

6
Penampungan terbuat dari gelas atau plastik, khusus untuk sampel darah
harus menggunakan wadah gelas dan di pastikan tidak bocor dan rembes. Ukuran
wadah sesuai dengan volume yang dibutuhkan, pastikan tertutup rapat dengan
tutup berulir, bersih, dan kering. Sehingga tidak ada pengaruh sifat dalam zat-zat
dalam sampel tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
2.6.2 Faktor analitik
Sebelum menggunakan reagen hendaknya diperhatikan beberapa hal yang
penting, keadaan fisik reagen perlu diamati terlebih dahulu mengenai kemasan
dana masa kadaluarsa. Reagen yang kemasannya rusak dan masa kadaluarsanya
sudah mencapai sebaiknya tidak digunkan. Suhu penyimpanan reagen yang baik
didalam lemari pendingin (2-8 0C) atau sesuai dengan anjuran dari petunjuk
tertulis yang ada pada kemasan atau didalam kit reagen yang digunakan.
Sebelum menggunakan alat perlu diperhatikan beberapa hal penting. Alat
yang digunakan harus sudah terkalibrasi dengan baik. Pemeriksaan bahan control
perlu dilakukan sebelum pemeriksaan terhadap sampel. Hal penting lainnya
adalah mengikuti seluruh rangkaian protap pemakaian alat yang telah dibakukan
(Kumpulan portap RSUD Kardinah Tegal, 2012).
2.6.3 Faktor pasca analitik
Faktor pasca analitik menjadi sangat penting artinya mengingat seluruh
rangkaian pemeriksan akan menjadi tidak memiliki arti sama sekali apabila
percepatan dan pelaporan hasil tidak sesuai dengan hasil merupakan sebuah
keharusan untuk memberikan gambaran klinis yang sebenarnya dari pasien yang
diperiksa (Depkes RI, 2008).
Spesimen serum jika ditunda 150 menit setelah pengambilan sampel
mengalami perkembangan bakteri dan terjadi pengerutan sel darah merah
sehingga serum terperas keluar pada proses ini akan mengubah kadar elektrolit
darah (Na, K, Cl) dapat berdampak pada hasil yang tidak akurat. Penanganan
sampel secara cepat dan tepat dapat memberikan hasil yang tepat, akurat dan
dapat mengurangi resiko hemolisis. Penanganan sampel darah dengan cara
disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit membuat serum terpisah

7
dari komponen-komponen lainnya jauh lebih baik untuk diperiksa dan lebih tahan
lama apabila disimpan (Riskawati, 2011).

8
BAB III METODE PEMERIKSAAN

3.1 Pra Analitik


a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus.

b. Pesrsiapan alat dan bahan


Alat:
1. Tabung merah
2. Rak tabung reaksi
3. Sentrifuge
4. Vacutainer
5. Holder
6. Kapas kering
Bahan:
1. Alkohol 70%
2. Darah vena

c. Pengambilan dan pengolahan spesimen darah vena


Pra Analitik
1. Identitas pasien ditanyakan dengan pertanyaan terbuka
minimal menggunakan 2 identitas pasien.
2. Phlebotomis memperkenalkan diri kepada responden.
3. Ditanyakan persiapan responden (diet, status puasa, menstruasi,
konsumsi obat dan alergi latex). Persiapan pasien atau kondisi
pasien yang dapat mempengaruhi hasil tes harus terdokumentasi
dalam form permintaan, sistem atau sesuai kebijakan laboratorium
4. Siapkan jarum vacutainer yang telah dipasangkan ke holder.
Analitik
1. Pasang torniquet sekitar 3-4 inchi (sekitar 10 cm) diatas lokasi
pengambilandarah vena.

9
2. Pilih dan lakukan perabaan (palpasi) pada pembuluh darah vena
yang akan ditusuk (bayi atau dewasa). Jika pada daerah vena tidak
teraba, minta pasien untuk mengepalkan tangan sampai vena teraba.
3. Disinfeksi tempat penusukan dengan Alkohol 70% dan dibiarkan
kering.
4. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum
bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir
masuk ke dalam tabung. Torniquet dilepas/direnggangkan.
5. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa
tabung,setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung
kedua, begitu seterusnya.
6. Letakkan kapas diatas jarum dan ditekan sedikit, lalu jarum ditarik.
7. Pasien diminta untuk menekan kapas selama 1–2 menit dan setelah
itu bekasluka tusukan diberi plester.
8. Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara
memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikk an tabung 5-
10 kali dengan lembut
9. Darah Vena yang sudah di ambil lalu di sentrifuge dengan
kecepatan 2000-3000 rpm selama 15 menit.
10. Darah yang sudah di sentrifuge dipisahkan dengan serum, serum
darah diletakkan didalam tube.
Pasca Analitik
1. Buang jarum kedalam tempat khusus
2. Jika darah ditampung dalam wadah (tube), tulis identitas ketika
pasien masih ada.

d. Persiapan alat spektrofotometri

10
a. Tekan tombol On/Off pada stafol lalu tunggu sampai stabil
b. Hidupkan alat dengan menekan tombol On/Off yang ada di bagian
depan alat, kemudian alat akan melakukan inisialisasi secara
otomatis dan tunggu sampai selesai dan pastikan hasilnya baik.
c. Lalu tekan enter sampai display alat menampilkan Main Menu.
Tunggu kurang lebih 10 menit untuk warming up.
d. Sambil menunggu, Pasang selang Peristaltic tube, kemudian cuci
dengan meletakan tabung berisi Washing Solution /Aquabides ke
selang dan tekan tombol Wash lalu alat akan menghisap otomatis

3.2 Analitik
a. Identitas Pasien
Untuk Pasien Pemeriksaan Kalium :
Nama :Jiankeke Supriyadi
Umur :19 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Indikasi :Serum pasien berwarna kuning jernih

b. Alat dan Bahan


Alat:
1.Spektrofotometri
2.Tabung serologi
3.Rak tabung
4.Mikropipet
5.Blue dan yellow tip

11
Bahan :
1.Reagen Standar
2.Reagen Kerja
3.Reagen Precipitat

Sampel:
1.Serum darah

c. Metode dan Prinsip Pemeriksaan


Pemeriksaan Natrium
Metode: Photometric Determination of sodium Mg-Uranylacetate
Prinsip: Natrium diendapkan dengan Mg-uranil asetat;ion uranil yang
tersis dalam suspensi membentuk kompleks berwarna kuning-coklat
dengan asam tioglikolat.Perbedaan antara blanko reagen (tanpa
pengendapan natrium) dan analisis sebanding dengan konsentrasi
natrium.

Pemeriksaan Klorida
Metode: TPTZ
Prinsip: Ion klorida bereaksi dengan kompleks merkuri(II)-2,4,6-tri-(2-
piridil)-s-triazin(TPTZ) membentuk merkuri (II)-klorida .TPTZ yang
dibebaskan bereaksi dengan ion besi(II) menghasilkan kompleks
bewarna biru.Perubahan serapan yang dihasilkan pada 590 nm
berbanding urus dengan jumlah ion klorida dalam sampel.

d. Prosedur Kerja
Pemeriksaan Natrium
Persiapan Reagen
 Reagen Standar siap digunakan
1.Bawa reagen kerja ke suhu ruang
2.Pipet ke dalam tabung sesuai tabel berikut:

12
Semi-micro
Blanko Standar Sampel
Reagen Standar - 20 μL -
Sampel - - 20 μL
PREC - 1000 μL 1000 μL
3.Tutup tabung dan homogenkan.Diamkan selama 5 menit.Kocok
secara intensif setidaknya selama 30 detik.Diamkan selama 30
menit.Sentifuge dengan kecepatan tinggi selama 5-10 menit.
Semi-micro
Blanko Standar Sampel
PREC 20 μL - -
Clear Supernatan - 20 μL 20 μL
RGT 1000 μL 1000 μL 1000 μL
4.Homogenkan,setelah 5-30 menit
5.Baca absorban (A) pada sampel dan standar dengan panjang
gelombang 360-410 nm terhadap destilled water

Pemeriksaan Klorida
Persiapan Reagen
 Metode semi-mikro:predilusi standar dan sampel 1 + 50 dengan
aquades,contoh 20 μLstandar/sampel + 1000 μL aquades
1.Bawa reagen kerja ke suhu ruang
2.Pipet ke dalam tabung sesuai tabel berikut:
Semi-micro
Blanko Standar Sampel
Reagen Standar - 20 μL -
Sampel - - 20 μL
RGT/R1 1000 μL 1000 μL 1000 μL

3.Homogenkan dan inkubasi selama 5 menit pada suhu ruang

13
4.Baca absorban (A) pada sampel dan standar dalam waktu 60 menit
terhadap blanko reagen.

e. Prosedur Pemeriksaan Alat


Alat :Spektrofotometri BTS 350
Prosedur Kerja:
Pemeriksaan Sodium/Natrium
1. Pilih concentration sari menu utama
2. Pilih parameter yang mau diperiksa dengan menekan tombol
numeric atau tanda panah lalu tekan Enter,pilih SODIUM
3. Menu Baseline,khusus untuk pemeriksaan yang menggunakan
metode kinetic,tngggu 5 menit untuk penyelesaian suhu di
alat.Letakkan tabung yang berisi Aquabidest ke selang penghisap
dan tekan tombol.Pump yang terdapat dibelakang tabung (pastikan
lampu indicator berwarna hijau).Tunggu sampai lampu indicator
berwarna merah.Kemudian tinggal mengkuti perintah di display
sampai alat selesai menghisap dan lampu indikator pump
berwarna.Penghisapan larutan pada tabung dilakukan dengan
keadaan lampu indikator berwarna hijau.
4. Urutan penghisapan larutan pemeriksaan sodium ialah:
a. Insert base line,masukkan blanko
b. Klik menu new standar,kemudian masukkan larutan standar
c. Klik menu sampel seterusnya,lalu beri kode
sampel,masukkan larutan sampel
d. Jika ada sampel seterusnya,klik tombol ceklist,lalu masukkan
larutan sampel.Jika tidak ada sampel lanjutan,print out hasil
berupa struk pengukuran
5. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan,kembali ke
menu utama dengan menekan tombol exit,kemudian cuci peristaltic
tube seperti pada prosedur awa kerja.Lepas peristaltic tube dan

14
matikan alat dengan menekan tombol On/Off pada alat kemudian
tekan Enter dan di Stavol.

Pemeriksaan Klorida
1. Pilih concentration sari menu utama
2. Pilih parameter yang mau diperiksa dengan menekan tombol
numeric atau tanda panah lalu tekan Enter,pilih KLORIDA
3. Menu Baseline,khusus untuk pemeriksaan yang menggunakan
metode kinetic,tngggu 5 menit untuk penyelesaian suhu di
alat.Letakkan tabung yang berisi Aquabidest ke selang penghisap
dan tekan tombol.Pump yang terdapat dibelakang tabung (pastikan
lampu indicator berwarna hijau).Tunggu sampai lampu indicator
berwarna merah.Kemudian tinggal mengkuti perintah di display
sampai alat selesai menghisap dan lampu indikator pump
berwarna.Penghisapan larutan pada tabung dilakukan dengan
keadaan lampu indikator berwarna hijau.
4. Urutan penghisapan larutan pemeriksaan klorida ialah:
a. Insert base line,masukkan blanko
b. Klik menu new standar,kemudian masukkan larutan standar
c. Klik menu sampel seterusnya,lalu beri kode
sampel,masukkan larutan sampel
d. Jika ada sampel seterusnya,klik tombol ceklist,lalu
masukkan larutan sampel.Jika tidak ada sampel
lanjutan,print out hasil berupa struk pengukuran
5. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan,kembali ke
menu utama dengan menekan tombol exit,kemudian cuci peristaltic
tube seperti pada prosedur awa kerja.Lepas peristaltic tube dan
matikan alat dengan menekan tombol On/Off pada alat kemudian
tekan Enter dan di Stavol.

15
3.3 Pasca Analitik
a. Pencatatan dan Pelaporan hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Klorida dan Natrium metode TPTZ dan Photometric
Determination of sodium Mg-Uranylacetate menggunakan alat
photometer BTS 350,menampilkan hasil melalui layar display yang
dapat di print out berupa struk hasil pemeriksaan.
Data hasil pemeriksaan kadar Natrium dan Klorida
Nama : Jiankeke Supriyadi
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Klorida
Hasil pengukuran konsentrasi sampel : 80 mmol/L
Perhitungan konsentrasi dengan absorbance
 Absorban Reagen Blank :0,153
 Absorban Standar : 0,349
 Absorban Sample : 0,310
Konsentrasi sampel = std x A.Sampel
A.Standar
= 100 x 0,310
0,349
= 88,8 mmol/L
= 89 mmol/L

Pemeriksaan Sodium/Natrium
Sampel 1
Hasil pengukuran konsentrasi sampel : 146 mmol/L
Perhitungan konsentrasi dengan absorbance
 Absorban Reagen Blank :0,660
 Absorban Standar : 0,452
 Absorban Sample : 0,458
Konsentrasi sampel = 150 x (A.RB-A.Sampel)
(A.RB-A.Standar)

= 150 x (0,660-0,458)
(0,660-0,452)

= 150 x 0,220
0,208

17
= 145,6 mmol/L

= 146 mmol/L

Sampel 2
Hasil pengukuran konsentrasi sampel : 91 mmol/L
Perhitungan konsentrasi dengan absorbance
 Absorban Reagen Blank :0,660
 Absorban Standar : 0,452
 Absorban Sample : 0,535
Konsentrasi sampel = 150 x (A.RB-A.Sampel)
(A.RB-A.Standar)

= 150 x (0,660-0,535)
(0,660-0,452)

= 150 x 0,125
0,208

= 90,1 mmol/L

= 90 mmol/L

18
b. Nilai Rujukan
Pemeriksaan Klorida
Serum : 95-108 mmol/L atau 335-383 mg/dl

Pemeriksaan Natrium/Sodium
Serum : 135-155 mmol/L

4.2 Pembahasan Hasil


Pemeriksaan Natrium
Pada hasil praktikum diperoleh kadar natrium pada sampel 1 adalah 146
mmol/L pada serum darah dimana yang hasilnya ialah normal.Adapun pada
sampel 2 didapatkan hasil 91 mmol/L pada serum darah.Kadar natrium
probandus tersebut mengalami penurunan dari nilai normal natrium dalam
darah,namun hasil tersebut tidak dapat langsung disimpulkan kalau probandus
mengalami hiponatremia dikarenakan pada duplo pemeriksaan didapatkan
perbedaan hasil yang signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena terjadi
kesalahan atau kekeliruan pada saat pemeriksaan, misalnya pipetting dan sterilitas
instrumen (tabung serologi).

Pemeriksaan Klorida
Pada hasil praktikum diperoleh kadar klorida 80 mmol/L pada serum
darah. Kadar klorida probandus tersebut mengalami penurunan dari nilai normal
klorida dalam darah,namun hasil tersebut tidak dapat langsung disimpulkan kalau
probandus mengalami hipoklorinemia karena pemeriksaan hanya dilakukan satu
kali.Adapun hal lain seperti saat pippetingg dan human error,bisa mengakibatkan
penurunan pada klorida,oleh sebab itu pada suatu pemeriksaan harus
memperhatikan dari pra analitik-pasca analitik yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.Dan juga perlu diketahui secara menyeluruh diagnosis pasien untuk
menentukan apakah pasien layak untuk melakukan pemeriksaan labor saat itu
serta kondisi pasien yang diharuskan berpuasa atau tidak,memakan obat-obatan
atau tidak,dll.Hal ini akan sangat mempengaruhi kadar klorida.

19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum, didapatkan hasil pemeriksaan kadar natrium dan
klorida sebagai berikut:
Klorida = 80 mmol/L (Rendah)
Natrium
pemeriksaan 1 = 146 mmol/L (Normal)
pemeriksaan 2 = 91 mmol/L (Rendah)

Dapat disimpulkan bahwa kadar klorida atas nama Jiankeke Supriyadi dalam
rentang rendah dan kadar natrium dalam rentang normal.

5.2 Saran
a. Tidak disarankan untuk melanjutkan pemeriksaan pada sampel
hemolisis
b. Pastikan tabung yang digunakan untuk pemeriksaan dalam kondisi
bersih

20
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N., & Aliviameita, A. (2019). Pengaruh Lama Penundaan Pemeriksaan


Serum terhadap Kadar Elektrolit Natrium dan Klorida. Research Article,
29.
Dinika, A., & Dkk. (2012). Laporan Praktikum Patologi Klinik Pemeriksaan
Eltrolit. Jakarta: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Lestari, W., & Shanti, D. (2017). Diktat Praktikum Kimia Klinik II. Denpasar:
Bagian Patologi Klinik Program Studi Pendidikan Dokter fakultas
Kedokteran universitas Udayana.
Natasha, S. A. (2021). Pengaruh Lama Penundaan Pemeriksaan Plasma Heparin
Terhadap Kadar Kalsium. Repository Polkesyo, 6-14.
Okpriani, A. A. (2019). Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kalium Dalam Serum Yang
Disentrifugasi Dengan Kecepatan 3000 Rpm Selama 5 Menit Dan
Kecepatan 4400 Rpm Selama 3 Menit. Repository Musi Charitas Chatolic
University, 8.
Putri, Y. P. (2021). Pengaruh Lama Penundaan Centrifugasi Plasma Heparin
Terhadap Kadar Kalium. Repository Polkesyo, 7-10.
Widyastuti, R., & Purwaningsih, N. V. (2018). Modul Praktikum Kimia Klinik 2.
Surabaya: Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya.

21

Anda mungkin juga menyukai