OLEH:
PUTRI DWI ZAKIRAH FEBRIYANI
PO7134221002
DOSEN PEMBIMBING:
YUSNELI, S.Pd., M.Kes
ENDANG VIATY, S.Psi
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip pemeriksaan klorida dan natrium?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kadar klorida dan natrium
dalam serum?
3. Bagaimana kondisi klinis pada hasil pemeriksaan klorida dan natrium
dalam serum?
1.3 Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui konsentrasi Klorida (cl-) dan Natrium (Na) di dalam
serum atau plasma darah.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Natrium
Natrium merupakan salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan
elektrolit ektraselular, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq perkilogram berat badan
yang mempunyai efek menahan air yang memiliki fungsi untuk mempertahankan
cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi inpuls saraf dan
sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada didalam intrasel. Berkurangnya
natrium dalam tubuh (hiponatremia) secara akut menimbulkan gejala-gejala
hipovolemia, syok dan kelainan jantung terkait seperti tadikardi. Keadaan yang
lebih kronis, hiponatremia menyebabkan kelainan susunan syaraf pusat seperti
kebingungan dan kelainanmental (Darwis D, 2008).
3
Kekurangan natrium dapat mengakibatkan penyakit ginjal yang disertai
pengeluaran garam atau penyakit ginjal lain yang mengganggu kemampuan ginjal
mengatur elektrolit. Suatu gangguan yang sering terjadi yaitu pemakaian jangka
panjang dieuretik pada pasien yang membatasi penggunaan garam. Natrium dalam
cairan intrasel dan ekstrasel disebabkan oleh adanya transport aktif dari natrium
keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium kedalam sel (pompa Na+ dan
K+ ), pemasukan natrium yang disebabkan oleh diet melalui epitel mukosa
saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran
cerna maupun keringat pada kulit (Singer G.G dan Braner B.M, 2008).
Peningkatan natrium atau hipernatremia biasanya terjadi akibat pasien
yang lemah ekresi air melebihi ekresi natrium atau kurang mengkonsumsi air
putih dan menjadi dehidrasi. Keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan rehidrasi
berupa cairan intravena hipnotik (Harjoeno, 2007).
2.4 Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan
kosentrassi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada
gangguan keseimbangan asam basa. Kosentrasi klorida lebih tinggi dibandingkan
anak-anak atau dewasa. Nilai normal klorida adalah 98-108 mEq/L.
Keseimbangan antara klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis
makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium orang dewasa
pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq/ klorida perhari,dan
ekresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari (Kultt J.S, 2006).
Kadar klorida menurun misalnya sekresi cairan lambung yang berlebihan
dapat menyebabkan alkalosis yang berlebihan dapat menimbulkan hiperkloremia
dengan asidosis metabolik, penggunaan obat yang dapat meninggikan kadar
klorida atau menurunkan kadar klorida seperti thisid, furosemid, bikarbonat harus
dihentikan sbelum pemeriksaan kadar klorida. Peningkatan kadar klorida dapat
terjadi pada nephitis, obstruksi kelenjar prostat dan dehidrassi. Kadar rendah
ditemukan pada gangguan fungsi gastrointernal dan ginjal (Harjoeno, 2007).
4
Gangguan keseimbangan pada klorida penyebab hipoklorinemia terjadi
jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab hipoklorinemia
umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi tetapi pada alkalosis metabolik
dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium.
Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan
mekanisme homeostasis dari klorida. Penyebab hiperklorenemia sama dengan
hipernatremia. Hiperklorenemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis
tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang disebkan karena diare
yang lama dan kehilangan natrium bikarbonat. Asidosis hiperklorinemia dapat
menjadi pertanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas (Klutt J.S, 2006).
5
kalium dapat meningkat apabila pasien berulang-ulang membuka dan menutup
genggaman tangannya secara kuat sementara tourniquet terpasang untuk fungsi
vena. Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum banyak
melakukan aktifitass fisik dan di usahakan pada waktu yang sama, misalnya
pengambilan sampel pukul 09.00 dilakukan pemerisaan ulang juga dilakukan pada
pukul 09.00 karena hasil pemeriksaan juga diengaruhi oleh perubahan analitik dari
waktu kewaktu (variasi diural), dan memindahkan variasi intr individu.
Pengambilan sampel darah vena dapat menggunakan spuit ataupun vakuntainer.
Serum harus disimpan beberapa saat, maka serum harus ditutup dan disimpan di
lemari pendingin, sebelum dianalisis biarkan serum pada suhu ruangan (Kumar V.
Contran, 2007).
3. Penundaan sampel
Setelah darah diambil segera kirim ke laboratorium, kemudian sampel
darah ditunda 150 menit setelah itu dilakukan centrifugasi kemudian serum segera
dipisahkan kedalam tube.
Sampel yang hemolisis tidak dapat diperiksa untuk analisa elektrolit
karena kalium keluar dari eritrosit. Sampel plasma jika di tempatkan pada suhu
kamar, maka nilai kalium akan turun karena sel-sel menggunakan glukosa
mendorong kalium kedalam sel. Membiarkan darah terlalu lama memungkinkan
terjadinya penurunan kadar elektrolit dalam tabung akan menurun setelah per 30
menit setelah pengambilan darah. Kadar elektrolit darah pada Na tidak terjadi
perbedaan pada penundaan disebabkan karena adanya kesamaan umur, berat
badan dan golongan darah. Kandungan total Na dalam tubuh manusia bervariasi
sekitar 10% tergantung asupan gizi dan sistem metabolisme dalam tubuh
masingmasing. Spesimen serum jika ditunda 150 menit setelah pengambilan
sampel mengalami perkembangan bakteri dan terjadi pengerutan sel darah merah
sehingga serum terperas keluar proses ini mengakibatkan perubahan kadar
elektrolit darah (Anonim, 2012).
4. Wadah penampung
Wadah yang dipakai untuk penampungan sampel harus memenuhi
syaratsyarat sebagai berikut :
6
Penampungan terbuat dari gelas atau plastik, khusus untuk sampel darah
harus menggunakan wadah gelas dan di pastikan tidak bocor dan rembes. Ukuran
wadah sesuai dengan volume yang dibutuhkan, pastikan tertutup rapat dengan
tutup berulir, bersih, dan kering. Sehingga tidak ada pengaruh sifat dalam zat-zat
dalam sampel tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
2.6.2 Faktor analitik
Sebelum menggunakan reagen hendaknya diperhatikan beberapa hal yang
penting, keadaan fisik reagen perlu diamati terlebih dahulu mengenai kemasan
dana masa kadaluarsa. Reagen yang kemasannya rusak dan masa kadaluarsanya
sudah mencapai sebaiknya tidak digunkan. Suhu penyimpanan reagen yang baik
didalam lemari pendingin (2-8 0C) atau sesuai dengan anjuran dari petunjuk
tertulis yang ada pada kemasan atau didalam kit reagen yang digunakan.
Sebelum menggunakan alat perlu diperhatikan beberapa hal penting. Alat
yang digunakan harus sudah terkalibrasi dengan baik. Pemeriksaan bahan control
perlu dilakukan sebelum pemeriksaan terhadap sampel. Hal penting lainnya
adalah mengikuti seluruh rangkaian protap pemakaian alat yang telah dibakukan
(Kumpulan portap RSUD Kardinah Tegal, 2012).
2.6.3 Faktor pasca analitik
Faktor pasca analitik menjadi sangat penting artinya mengingat seluruh
rangkaian pemeriksan akan menjadi tidak memiliki arti sama sekali apabila
percepatan dan pelaporan hasil tidak sesuai dengan hasil merupakan sebuah
keharusan untuk memberikan gambaran klinis yang sebenarnya dari pasien yang
diperiksa (Depkes RI, 2008).
Spesimen serum jika ditunda 150 menit setelah pengambilan sampel
mengalami perkembangan bakteri dan terjadi pengerutan sel darah merah
sehingga serum terperas keluar pada proses ini akan mengubah kadar elektrolit
darah (Na, K, Cl) dapat berdampak pada hasil yang tidak akurat. Penanganan
sampel secara cepat dan tepat dapat memberikan hasil yang tepat, akurat dan
dapat mengurangi resiko hemolisis. Penanganan sampel darah dengan cara
disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit membuat serum terpisah
7
dari komponen-komponen lainnya jauh lebih baik untuk diperiksa dan lebih tahan
lama apabila disimpan (Riskawati, 2011).
8
BAB III METODE PEMERIKSAAN
9
2. Pilih dan lakukan perabaan (palpasi) pada pembuluh darah vena
yang akan ditusuk (bayi atau dewasa). Jika pada daerah vena tidak
teraba, minta pasien untuk mengepalkan tangan sampai vena teraba.
3. Disinfeksi tempat penusukan dengan Alkohol 70% dan dibiarkan
kering.
4. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum
bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir
masuk ke dalam tabung. Torniquet dilepas/direnggangkan.
5. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa
tabung,setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung
kedua, begitu seterusnya.
6. Letakkan kapas diatas jarum dan ditekan sedikit, lalu jarum ditarik.
7. Pasien diminta untuk menekan kapas selama 1–2 menit dan setelah
itu bekasluka tusukan diberi plester.
8. Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara
memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikk an tabung 5-
10 kali dengan lembut
9. Darah Vena yang sudah di ambil lalu di sentrifuge dengan
kecepatan 2000-3000 rpm selama 15 menit.
10. Darah yang sudah di sentrifuge dipisahkan dengan serum, serum
darah diletakkan didalam tube.
Pasca Analitik
1. Buang jarum kedalam tempat khusus
2. Jika darah ditampung dalam wadah (tube), tulis identitas ketika
pasien masih ada.
10
a. Tekan tombol On/Off pada stafol lalu tunggu sampai stabil
b. Hidupkan alat dengan menekan tombol On/Off yang ada di bagian
depan alat, kemudian alat akan melakukan inisialisasi secara
otomatis dan tunggu sampai selesai dan pastikan hasilnya baik.
c. Lalu tekan enter sampai display alat menampilkan Main Menu.
Tunggu kurang lebih 10 menit untuk warming up.
d. Sambil menunggu, Pasang selang Peristaltic tube, kemudian cuci
dengan meletakan tabung berisi Washing Solution /Aquabides ke
selang dan tekan tombol Wash lalu alat akan menghisap otomatis
3.2 Analitik
a. Identitas Pasien
Untuk Pasien Pemeriksaan Kalium :
Nama :Jiankeke Supriyadi
Umur :19 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Indikasi :Serum pasien berwarna kuning jernih
11
Bahan :
1.Reagen Standar
2.Reagen Kerja
3.Reagen Precipitat
Sampel:
1.Serum darah
Pemeriksaan Klorida
Metode: TPTZ
Prinsip: Ion klorida bereaksi dengan kompleks merkuri(II)-2,4,6-tri-(2-
piridil)-s-triazin(TPTZ) membentuk merkuri (II)-klorida .TPTZ yang
dibebaskan bereaksi dengan ion besi(II) menghasilkan kompleks
bewarna biru.Perubahan serapan yang dihasilkan pada 590 nm
berbanding urus dengan jumlah ion klorida dalam sampel.
d. Prosedur Kerja
Pemeriksaan Natrium
Persiapan Reagen
Reagen Standar siap digunakan
1.Bawa reagen kerja ke suhu ruang
2.Pipet ke dalam tabung sesuai tabel berikut:
12
Semi-micro
Blanko Standar Sampel
Reagen Standar - 20 μL -
Sampel - - 20 μL
PREC - 1000 μL 1000 μL
3.Tutup tabung dan homogenkan.Diamkan selama 5 menit.Kocok
secara intensif setidaknya selama 30 detik.Diamkan selama 30
menit.Sentifuge dengan kecepatan tinggi selama 5-10 menit.
Semi-micro
Blanko Standar Sampel
PREC 20 μL - -
Clear Supernatan - 20 μL 20 μL
RGT 1000 μL 1000 μL 1000 μL
4.Homogenkan,setelah 5-30 menit
5.Baca absorban (A) pada sampel dan standar dengan panjang
gelombang 360-410 nm terhadap destilled water
Pemeriksaan Klorida
Persiapan Reagen
Metode semi-mikro:predilusi standar dan sampel 1 + 50 dengan
aquades,contoh 20 μLstandar/sampel + 1000 μL aquades
1.Bawa reagen kerja ke suhu ruang
2.Pipet ke dalam tabung sesuai tabel berikut:
Semi-micro
Blanko Standar Sampel
Reagen Standar - 20 μL -
Sampel - - 20 μL
RGT/R1 1000 μL 1000 μL 1000 μL
13
4.Baca absorban (A) pada sampel dan standar dalam waktu 60 menit
terhadap blanko reagen.
14
matikan alat dengan menekan tombol On/Off pada alat kemudian
tekan Enter dan di Stavol.
Pemeriksaan Klorida
1. Pilih concentration sari menu utama
2. Pilih parameter yang mau diperiksa dengan menekan tombol
numeric atau tanda panah lalu tekan Enter,pilih KLORIDA
3. Menu Baseline,khusus untuk pemeriksaan yang menggunakan
metode kinetic,tngggu 5 menit untuk penyelesaian suhu di
alat.Letakkan tabung yang berisi Aquabidest ke selang penghisap
dan tekan tombol.Pump yang terdapat dibelakang tabung (pastikan
lampu indicator berwarna hijau).Tunggu sampai lampu indicator
berwarna merah.Kemudian tinggal mengkuti perintah di display
sampai alat selesai menghisap dan lampu indikator pump
berwarna.Penghisapan larutan pada tabung dilakukan dengan
keadaan lampu indikator berwarna hijau.
4. Urutan penghisapan larutan pemeriksaan klorida ialah:
a. Insert base line,masukkan blanko
b. Klik menu new standar,kemudian masukkan larutan standar
c. Klik menu sampel seterusnya,lalu beri kode
sampel,masukkan larutan sampel
d. Jika ada sampel seterusnya,klik tombol ceklist,lalu
masukkan larutan sampel.Jika tidak ada sampel
lanjutan,print out hasil berupa struk pengukuran
5. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan,kembali ke
menu utama dengan menekan tombol exit,kemudian cuci peristaltic
tube seperti pada prosedur awa kerja.Lepas peristaltic tube dan
matikan alat dengan menekan tombol On/Off pada alat kemudian
tekan Enter dan di Stavol.
15
3.3 Pasca Analitik
a. Pencatatan dan Pelaporan hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Klorida dan Natrium metode TPTZ dan Photometric
Determination of sodium Mg-Uranylacetate menggunakan alat
photometer BTS 350,menampilkan hasil melalui layar display yang
dapat di print out berupa struk hasil pemeriksaan.
Data hasil pemeriksaan kadar Natrium dan Klorida
Nama : Jiankeke Supriyadi
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Klorida
Hasil pengukuran konsentrasi sampel : 80 mmol/L
Perhitungan konsentrasi dengan absorbance
Absorban Reagen Blank :0,153
Absorban Standar : 0,349
Absorban Sample : 0,310
Konsentrasi sampel = std x A.Sampel
A.Standar
= 100 x 0,310
0,349
= 88,8 mmol/L
= 89 mmol/L
Pemeriksaan Sodium/Natrium
Sampel 1
Hasil pengukuran konsentrasi sampel : 146 mmol/L
Perhitungan konsentrasi dengan absorbance
Absorban Reagen Blank :0,660
Absorban Standar : 0,452
Absorban Sample : 0,458
Konsentrasi sampel = 150 x (A.RB-A.Sampel)
(A.RB-A.Standar)
= 150 x (0,660-0,458)
(0,660-0,452)
= 150 x 0,220
0,208
17
= 145,6 mmol/L
= 146 mmol/L
Sampel 2
Hasil pengukuran konsentrasi sampel : 91 mmol/L
Perhitungan konsentrasi dengan absorbance
Absorban Reagen Blank :0,660
Absorban Standar : 0,452
Absorban Sample : 0,535
Konsentrasi sampel = 150 x (A.RB-A.Sampel)
(A.RB-A.Standar)
= 150 x (0,660-0,535)
(0,660-0,452)
= 150 x 0,125
0,208
= 90,1 mmol/L
= 90 mmol/L
18
b. Nilai Rujukan
Pemeriksaan Klorida
Serum : 95-108 mmol/L atau 335-383 mg/dl
Pemeriksaan Natrium/Sodium
Serum : 135-155 mmol/L
Pemeriksaan Klorida
Pada hasil praktikum diperoleh kadar klorida 80 mmol/L pada serum
darah. Kadar klorida probandus tersebut mengalami penurunan dari nilai normal
klorida dalam darah,namun hasil tersebut tidak dapat langsung disimpulkan kalau
probandus mengalami hipoklorinemia karena pemeriksaan hanya dilakukan satu
kali.Adapun hal lain seperti saat pippetingg dan human error,bisa mengakibatkan
penurunan pada klorida,oleh sebab itu pada suatu pemeriksaan harus
memperhatikan dari pra analitik-pasca analitik yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.Dan juga perlu diketahui secara menyeluruh diagnosis pasien untuk
menentukan apakah pasien layak untuk melakukan pemeriksaan labor saat itu
serta kondisi pasien yang diharuskan berpuasa atau tidak,memakan obat-obatan
atau tidak,dll.Hal ini akan sangat mempengaruhi kadar klorida.
19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum, didapatkan hasil pemeriksaan kadar natrium dan
klorida sebagai berikut:
Klorida = 80 mmol/L (Rendah)
Natrium
pemeriksaan 1 = 146 mmol/L (Normal)
pemeriksaan 2 = 91 mmol/L (Rendah)
Dapat disimpulkan bahwa kadar klorida atas nama Jiankeke Supriyadi dalam
rentang rendah dan kadar natrium dalam rentang normal.
5.2 Saran
a. Tidak disarankan untuk melanjutkan pemeriksaan pada sampel
hemolisis
b. Pastikan tabung yang digunakan untuk pemeriksaan dalam kondisi
bersih
20
DAFTAR PUSTAKA
21