Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

ANALISIS SWOT

1. Koinonia

Menurut penulis, setiap aktivitas-aktivitas kategorial di HKBP Bonandolok sudah


menunjukkan keberadaan dari pelayanan koinonia pada umumnya. Kekuatannya adalah jemaat
yang berpartisipasi dalam pelayanan kategorial, baik dari tingkat sekolah minggu hingga dewasa
(minggu umum). Hanya saja, ditengah-tengah keberlangsungan setiap kategorial di HKBP
Bonandolok, terdapat juga sisi kelemahannya. Kelemahan tersebut didapati oleh penulis dalam
beberapa wujud, antara lain minimnya pengajar koor di beberapa kategorial pelayanan (punguan
Ina dan Remaja); Kreativitas guru-guru Sekolah Minggu dalam melaksanakan kegiatan sabtu
ceria dan minimnya komitmen kategorial Ama dalam melaksanakan PHD. Dari kedua hal
tersebut, penulis melihat bahwa kuantitas yang ada di tengah-tengah jemaat HKBP Bonandolok
belum cukup untuk menampilkan kualitas dari setiap pelayanan kategorial bidang koinonia
tersebut. Tentu, situasi tersebut menjadi tantangan bagi para pelayan HKBP Bonandolok dalam
mewujudkan pelayanan bidang koinonia yang mumpuni.

Ditambah lagi dengan keberadaan bencana Covid 19 yang menuntut Penatua HKBP
Bonandolok harus mengambil sikap sesuai dengan arahan pemerintah setempat. Hal demikian
jugalah menurut analisa penulis menjadi faktor menyurutnya semangat jemaat melaksanakan
kegiatan kategorial. Sedangkan dalam aspek peluang pelayanan bidang koinonia, penulis
menganalisa bahwa kehadiran para mahasiswa/i praktek memberi warna baru dalam pelayanan
kategorial tersebut. Terlebih dengan dimodalinya pada mahasiswi praktek pengetahuan tentang
koor dan pendekatan terhadap anak-anak dari kampus menjadi peluang yang cukup membantu
terhadap kelemahan di atas. Ditambah lagi, penulis mengetahui informasi bahwa ada jemaat
yang ternyata cukup mumpuni dalam pengajaran koor tersebut. Hanya saja, tantangan yang
selanjutnya muncul adalah rasa tanggungjawab setiap jemaat dalam melayani dengan apa yang ia
talentai menjadi urusan tambahan. Dari gambaran di atas, tentu menjadi pengalaman penting
bagi penulis serta tanggungjawab prioritas juga bagi para pelayan di HKBP Bonandolok. Meski
demikian, untuk pelayanan koinonia lainnya di HKBP Bonandolok, seperti Ibadah Minggu,
Sermon Penatua, Partumpolan dan Pemberkatan Nikah berjalan dengan baik.
Marturia

Pelayanan yang patut disyukuri dan menjadi daya tarik bagi jemaat HKBP Bonandolok
dalam mengikuti peribadahan minggu. Hal tersebutlah bagi penulis menjadi nilai kekuatan di
dalam pelayanan bidang marturia ini. Diikutsertakannya alat musik tiup dalam mengiringi
nyanyian liturgis merupakan salah satu warna dalam ibadah di HKBP. Demikian juga halnya di
setiap peribadahan minggu HKBP Bonandolok, iringan musik tiup, yakni saxsophone, terompet
dan trombone menjadi kekuatan pelayanan gereja tersebut dalam bidang marturia. Dari beberapa
komunikasi dengan jemaat, penulis mendapati informasi bahwa ada kenyamanan yang berbeda
disaat alat musik tiup menjadi bagian dalam peribadahan minggu. Sehingga, hal tersebut bagi
jemaat menjadi rasa nyaman yang berarti dalam mengumandangkan pujipujian di dalam
peribadahan. Hanya saja, kekuatan tersebut juga tidak memungkiri kelemahan di dalamnya.

Hadirnya program pelayanan bidang marturia di HKBP Bonandolok, yakni Song Leader
dan Musik Liturgis telah menunjukkan keberadaan dari kategori bidang marturia tersebut. Akan
tetapi, kelemahan yang sering muncul juga di dalam peribadahan itu adalah ketidakselarasan
tempo antara pemain organ, musik tiup dan songleader. Alhasil, di dalam peribadahan tersebut
juga sering memunculkan pandangan jemaat tertuju kepada pemain musik tiup maupun
songleader. Tentu, keadaan tersebut menjadi tantangan dalam mewujudkan pelayanan marturia
yang selaras. Penulis melihat, peluang dari kedua aspek tersebut adalah sangat pentingnya
koordinasi dan pengawasan dari dewan marturia. Kedua hal itu menjadi tugas yang kurang
mendapat perhatian dari dewan marturia di HKBP Bonandolok pada setiap latihan pemain musik
dan songleader. Padahal, dengan tersistematisnya dukungan dari dewan marturia terhadap
aktivitas antara pemain musik dan songleader dapat menjawab kedua kelemahan yang terjadi di
bidang marturia HKBP Bonandolok.

Diakonia

Perihal bidang diakonia, program pelayanan HKBP Bonandolok benar-benar sangat


memadai. Kekuatan dalam pelayanan diakonia itu mengarah pada istilah “jemput bola”. Para
pelayan HKBP Bonandolok yang sangat sigap dan cepat tanggap terhadap aktivitas-aktivitas
diakoni gereja menjadi nilai plus tersendiri. Baik pada kegiatan-kegiatan sukacita maupun
dukacita. Kekuatan tersebut diawali dengan landasan program tahunan yang mengarah pada
diakoni caritas. Hal itu melihat beberapa jemaat HKBP Bonandolok sedang berada pada keadaan
ekonomi rendah akibat bencana covid 19. Selain itu, tidak lupanya Penatua HKBP Bonandolok
bersinergi dengan pemerintah setempat dalam menyalurkan bantuan sosial; masker dan hand
sanitizer bagi jemaat HKBP Bonandolok. Dengan begitu, istilah pelayanan jemput bola ini
sangat mumpuni di tengah-tengah pelayanan diakonia HKBP Bonandolok.

Namun, ditengah-tengah kekuatan atas pelayanan diakoni tersebut, kelemahan yang


sering terjadi adalah kurangnya semangat militan dari sebagian Penatua dalam memberikan kata
penghiburan dan nasehat dalam setiap kegiatan dukacita. Malahan yang terjadi, hanya sedikit
penatua gereja HKBP Bonandolok yang turut andil dalam hal tersebut. Padahal, dalam
menyampaikan kata penghiburan berdasarkan Firman Tuhan merupakan tugas utama pada setiap
pelayan gereja. Ditambah lagi para penatua merupakan warga batak yang paradat, namun masih
ada kencedurungan tidak siap dalam memberikan kata penghiburan tersebut. Menurut penulis,
keadaan di atas merupakan tantangan yang perlu dijawab dan dicari solusinya. Dalam hal ini,
penulis melihat bahwa peluang yang efektif menjawab kelemahan tersebut adalah pentingnya
ketegasan dari penatua senior maupun pelayan fulltimer untuk membagikan roster atau dengan
kata lain mengutamakan penatua lingkungan di tempat kegiatan dukacita itu terjadi. Hal tersebut
tentu menjadi awal yang baik dalam mewujudkan pelayanan diakonia yang mumpuni.

Lebih dari itu, penghiburan yang dilakukan oleh Penatua HKBP Bonandolok ada baiknya
juga lebih bersifat berkelanjutan. Maksudnya, baik melalui penatua lingkungan maupun pelayan
fulltimer harus lebih sering mengunjungi keluarga yang butuh penghiburan tersebut. Dengan
begitu, tidak akan ada celah munculnya perpektif jemaat HKBP Bonandolok tentang pelayanan
diakonia yang kurang memadai. Apalagi, dalam keadaan bencana covid 19 saat ini sangatlah
penting model pelayanan yang lebih kontekstual. Penulis menyarankan betapa pentingnya
pelayanan diakonia pada jemaat yang terpapar reaktif covid 19. Dengan adanya alat komunikasi
pada zaman saat ini, alangkah lebih relevan jika para pelayan HKBP Bonandolok tidak hanya
mendoakan jemaat yang terpapar, tapi juga harus mampu berdiakoni secara virtual. Tentu,
konsep tersebut menjadi sepak terjang yang baik bagi pelayanan diakonia HKBP Bonandolok
kedepannya. Apalagi dengan melihat bahwa tidak adanya perkembangan yang pasti tentang
kapan waktu bencana ini berahkir.

Anda mungkin juga menyukai