Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ANAK

(Memenuhi Untuk Tugas Ujian Tengah Semester)

Dosen Pengampuh : Yayuk Sugiarti S.H,M.H

Oleh:

Taufiqurrahman 722412333
M.Arisandi 722412452
Zainurrahman 722412414
Iebro Nafis 722412360
Ebadillah 722412332
Abd Mufid 722412375
Ridoni 722412361

FAKULTAS HUKUM
PRODI HUKUM
UNIVERSITAS WIRARAJA
MADURA 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa saya ucapkan kepada Tuhan YME atas ridha dan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas saya untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Perburuhan Dan Ketenagakerjaan. Tidak lupa, saya mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Yayuk Sugiarti S.H,M.H yang telah membimbing dan membantu saya dalam
proses pembelajaran mata kuliah Hukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan.

Makalah ini akan menjelaskan tentang, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah yang saya
susun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari
pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Sumenep, 29 oktober
2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

Halaman Cover.............................................................................................................I

Kata Pengantar...........................................................................................................II

Daftar Isi....................................................................................................................III

Bab 1 Pendahuluan......................................................................................................4

A. Latar belakang...................................................................................................4
B. Rumusan masalah..............................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................6

Bab 2 Pembahasan.......................................................................................................7

1. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Menurut Undang-Undang


Katenagakerjaan?...............................................................................................7
2. Apa saja hak-hak pekerja anak menurut Undang-undang Ketenagakerjaan ?...8

Bab 3 Penutup ...........................................................................................................10

Kesimpulan ................................................................................................................10

Daftar Pustaka...........................................................................................................11

III
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dibahas pertama sebagai perwujudan


perlindungan hukum untuk pekerja anak. Sebagaimana telah diuraikan di dalam Pasal 1
angka 26 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, pekerja anak adalah setiap orang yang
berumur di bawah 18 tahun yang bekerja dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain. Frase “hubungan kerja” dalam pengertian tentang pekerja
anak tersebut bermakna penting, sebab konsekuensi hukum antara bekerja di dalam dan di
luar hubungan kerja amat berbeda. Salah satu konsekuensi hukum itu adalah bahwa anak
yang bekerja di luar hubungan kerja tidak termsuk pengertian pekerja anak tersebut.
Pembatasan ini tidak bermakna untuk mempersempit ruang lingkup perlindungan hukum
untuk anak yang melakukan pekerjaan, melainkan bermakna untuk analisis hukum.

Pasal 1 angka 15 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 menegaskan: “Hubungan


kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,
yang mempunyai unsur pekerja, upah dan perintah”.

Frase “berdasarkan perjanjian kerja” ini dipertegas oleh Pasal 50 yang menegaskan:
“Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh”.

Dua pasal ini menegasakan bahwa hubungan kerja hanya terjadi karena perjanjian
kerja. Jika yang melakukan pekerjaan di dalam sutu hubungan kerja adalah orang yang
berusia di bawah 18 tahun, maka yang berhubungan kerja dengan pengusaha adalah anak.
Unsur yang melekat pada hubungan kerja adalah (1) hubungan hukum, (2) pengusaha, (3)
pekerja atau buruh, (4) pekerja, (5) upah, dan perintah. Jika lima unsur ini melekat pada suatu
peristiwa hukum, maka peristiwa hukum tersebut disebut sebagai hubungan kerja. Jika pada
unsur pekerja atau buruh melekat unsur usia di bawah 18 tahun, maka terdapat hubungan
kerja antara pengusaha dengan pekerja anak.

Ketentuan paling dasar di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah


bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Hal ini ditegaskan di dalam Pasal 68. Pasal
ini menegaskan: “Pengusaha dilarang mempekerjakan anak”. Ketentuan seperti ini
merupakan perlindungan hukum terhadap anak, bukan terhadap pekerja anak. Pelarangan
oleh Pasal 68 ini bertujuan agar tidak ada pekerja anak. Karena pelanggaran ini tidak bersifat
mutlak, melainkan ada beberapa perkecualian, maka Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

4
memberikan kesempatan adanya pekerja anak. Konsekuensinya harus ada perlindungan
hukum yang baik untuk pekerja anak yang keberadaannya dimungkinkan oleh undang-
undang tersebut.

Secara mendasar Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak menghendaki adanya


pekerja anak. Menghadap kesenjangan yang amat lebar antara kenyataan banyak jumlah
pekerja anak dan keadaan ideal yang dicita-citakan oleh hukum, pembentuk undang-undang
memberikan kesempatan adanya pekerja anak. Hal ini ditegaskan di dalam Pasal 69 ayat (1),
Pasal 70 ayat (1). Berikut ini adalah rumusan masing-masing pasal tersebut.

Pasal 69 ayat (1): “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat


dikecualikan bagi anak berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai 15 (lima belas) tahun
untuk melakukan pekerja ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan
fisik, mental, dan sosial”.

Pasal 70 ayat (1): “Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan
bagi dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang”.

Pasal 71 ayat (1) : “Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat
dan minatnya” Pasal 68 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa
pengusaha dilarang mempekerjakan anak.

Tiga pasal tersebut di atas merupakan perkecualian terhadap Pasal 68, dan
perkecualian ini merupakan pembatasan. Dari pasal-pasal tersebut dapat diketahui bahwa
hanya dalam hal-hal tertentu saja anak dapat melakukan pekerjaan, yaitu (a) pekerja
ringanuntuk anak berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun,
(b) pekerjaan ditempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau
pelatihan, dan (c) pekerja untuk mengembangkan bakat dan minat. Terhadap masing-masing
perkecualian ini dilekatkan berbagai persyaratan. Pelekat berbagai persyaratan yang
merupakan pembatas ini merupakan wujud perlindungan terhadap pekerja anak.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu :

5
1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pekerja anak menurut Undang-undang
Katenagakerjaan ?
2. Apa saja hak-hak pekerja anak menurut Undang-undang Ketenagakerjaan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan perlindungan hukum terhadap pekerja anak
menurut Undang-undang Ketenagakerjaan.
2. Untuk mengetahui dan memahami hak-hak pekerja anak menurut Undang-undang
Ketenagakerjaan.

6
BAB 2 PEMBAHASAN

1. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Menurut Undang-


Undang Katenagakerjaan.

Masalah pekerja anak atau tenaga kerja anak diatur di dalam ps.1 Undang-undang no.25
tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan), yang sekaligus menetapkan
batas usia anak yang diperbolehkan bekerja adalah 15 tahun, baik untuk anak laki-laki
maupun untuk anak perempuan. Tetapi menanggapi pertanyaan apakah peraturan tersebut
sudah memadai dan sejauhmana pelaksanaannya adalah jauh dari mudah, karena sampai saat
ini masalah pekerja anak masih menjadi kontroversi dalam isu tentang perlindungan anak
pada umumnya. Bisa dikatakan, masalah pekerja anak merupakan masalah klasik dalam hal
perlindungan anak.

Sebagai Negara yang telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) dalam Keppres
No.36 Tahun 1990, maka ada baiknya kita merujuk pada KHA untuk semua masalah seputar
anak yang kita temui. Di dalam pasal 32 dari KHA, dinyatakan bahwa anak mempunyai hak
untuk dilindungi dari segala bentuk eksploitasi ekonomi dan dari setiap bentuk pekerjaan
yang berbahaya dan mengganggu pendidikannya, membahayakan kesehatannya atau
mengganggu perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial anak. Oleh karena itu
negara berkewajiban untuk menentukan batas usia minimum pekerja anak, mengatur jam dan
kondisi penempatan kerja, serta menetapkan sanksi dan menjatuhi hukuman kepada pihak-
pihak yang melanggar peraturan tersebut.

Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa Negara telah menunaikan core obligation-nya
melalui UU Ketenagakerjaan tersebut. Negara telah menetapkan batas usia minimum pekerja
anak, telah mengatur bahwa anak harus dihindarkan dari kondisi pekerjaan yang berbahaya,
dsb. Tetapi persoalan implementasi merupakan masalah yang sangat berbeda.

Ada tiga pendekatan dalam memandang masalah pekerja anak, yaitu penghapusan
(abolition), perlindungan (protection), dan pemberdayaan (empowerment). Pendekatan
abolisi mendasarkan pemikirannya pada bahwa setiap anak tidak boleh bekerja dalam kondisi
apapun, karena anak punya hak yang seluas-luasnya untuk bersekolah dan bermain, serta
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Sementara pendekatan proteksi mendasarkan
pemikirannya pada jaminan terhadap hak sipil yaitu bahwa sebagai manusia dan sebagai
warga negara setiap anak punya hak untuk bekerja. Dan pendekatan pemberdayaan
sebenarnya merupakan lanjutan dari pendekatan proteksi, yang mengupayakan pemberdayaan

7
terhadap pekerja anak agar mereka dapat memahami dan mampu memperjuangkan hak-
haknya. Pada dasarnya ILO didukung beberapa negara termasuk Indonesia secara terus-
menerus mengupayakan pendekatan abolisi atau penghapusan terhadap segala bentuk pekerja
anak.

2. Hak – Hak Pekerja Anak Menurut Undang Undang

Hak Anak Hak-hak anak terlihat dalam ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, yaitu sebagi berikut:

1) Setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal (4).
2) Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan
(Pasal 5).
3) Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orangtua (Pasal 6)
4) Setiap anak berhak mengetahui orangtuanya dibesarkan dan diasuh orangtua sendiri
(Pasal 7 ayat 1).
5) Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental spiritual dan sosial (Pasal8).
6) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pembangunan pribadinya dan tingkat kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya,
khusus bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan
khusus Pasal (9)
7) Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasannya dan usia demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan (Pasal 10)
8) Setiap anak berhak untk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan
anak sebaya, bermain, berekreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat
kecerdasannay demi pengembangan diri (Pasal 11)
9) Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantua sosial
dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial (Pasal 12)

8
10) Setiap anak berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi
ekonomi dan seksual, penelantaran, kekejaman dan penganiayaan, ketidakadilan dan
perlakuan salah satunya (Pasal 13)

Konvensi hak anak disahkan oleh majelis umum PBB pada tanggal 20 November 1989,
setahun kemudian, pada tahun 1990 Indonesia meratifikasi konvensi ini melalui Kepres
Nomor 36 Tahun 1990. Perlindungan anak dari eksploitasi ekonomi merupakan bagian dari
hak terhadap kelangsungan hidup. Disini berarti negara penanggung jawab perlindungan anak
harus mampu mengambil kebijakan yuridis, sosial, serta melakukan kerjasama internasional
dalam rangka melindungi hak anak dari eksploitasi ekonomi. Hal ini tentunya termasuk
harminonisasi hukum nasional terhadap instrumen hukum internasional yang mengatur
perlindungan anak dari eksploitasi ekonomi.

9
BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN

Pengaturan pekerja dan pekerja anak diatur dalam beberapa UndangUndang yaitu
UUD 1945; Konvensi ILO; UU Ketenagakerjaan; UU Perlindungan Anak, dan
Kepmenakertrans No: KEP. 115/MEN/VII/2004 dan No: KEP.235/2003. Pada aturan-aturan
yang berlaku di Indonesia belum mengatur dengan jelas mengenai batas usia, dan jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja anak. Anak dapat melakukan pekerjaan ringan
sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial dengan
batas usia antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun sesuai dengan
Pasal 68 UU Ketenagakerjaan, asas Argumentum Acontrario (Asas penafsiran) menyebutkan
ada kalanya suatu peristiwa tidak secara khusus diatur oleh undang-undang, tetapi kebalikan
dari peristiwa tersebut diatur oleh undang-undang. Asas tersebut digunakan untuk
mnejelaskan apa itu pekerjaan ringan dimana pekerjaan ringan yang dimaksud dalam UU
Ketenagakerjaan adalah kebalikan dari Kepmenakertrans No. KEP. 235/MEN/2003 Pasal 1
dan pasal 2 menjelaskan pekerjaan yang membahayakan.

Perlindungan bagi anak sebagai pekerja dalam segi pidana dan perdata telah
tercantum pada UU Ketenagakerjaa, Kepmenakertrans Nomor: KEP115/MEN/VII/2004,
kitab undang-undang hokum perdata (KUHPer), UU Perlindungan Anak, Konvensi ILO.

10
Daftar pustaka

Affandi, Idrus. 2007. Pendidikan Anak Berkonflik Hukum (Model Konfergensi

Antara Fungsionalis Dan Religious), Bandung: Alfabeta,

Mertokusumo, Sudikno. 2007, PENEMUAN HUKUM sebuah pengantar,

Yogyakarta: Liberty,

Soepomo, Imam. 2003, Pengantar Hukum Perburuhan, cet. Ke 13, Jakarta:

Djambatan

Endrawati, Netty.2009, “Faktor Penyebab Anak Bekerja dan Upaya

Pencegahannya”. Jurnal Ilmiah Hukum-Refeksi Hukum, Salatiga: FH

UKSW,

11

Anda mungkin juga menyukai