Anda di halaman 1dari 14

KEMAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

TENTANG MACAM - MACAM DESAIN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM


Di susun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: Amelina Rabbani Azra, M.Pd.

Disusun Oleh:
Dilla Maharani 202100018
Muhammad 202100004
Tri Amelia Hardi Viana 202100017

SEKOLAH TINGGI AL-AQIDAH AL-HASYIMIYYAH


JAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,
karunia,taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Macam-Macam Desain Dalam Pengembangan Kurikulum”. Ucapan terima kasih juga kami
ucapkan kepada Ibu Amelina Rabbani Azra, M.Pd. selaku dosen pembina mata kuliah. Kami
sangat berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan terutama tentang macam0macam
desain dalam pengembangan kurikulum.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi
wawasan.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, 17 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................................................
DAFTAR
ISI.................................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4
11.2Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
21.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 5
21.4 Manfaat ..................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
32.2 Definisi Masalah .......................................................................................7
32.3 Sumber Permasalahan ............................................................................... 8
42.4 Pemilihan Masalah .................................................................................... 9
62.5Perumusan Masalah .................................................................................. 10
72.6 Batasan Masalah........................................................................................ 11
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................... 13
103.2

Saran ......................................................................................................... 13
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Peranan kurikulum dalam pembelajaran tidak dapat terlepas dari hubungan antara dua aspek,
yakni kurikulum dan pembelajaran. Peranan tersebut memiliki implikasi dalam perkembangan
pendidikan secara umum dan khusus. Melalui berbagai implikasi yang dihasilkan, bermunculan
pula serangkaian model pengembangan yang disarankan sebagai peningkat keberhasilan mutu
pendidikan.
Model pengembangan kurikulum dan pembelajaran muncul dari adanya keterkaitan yang relative
menurut beberapa ahli. Dengan berbagai teori yang dikemukakan, pengaruh kurikulum dan
pembelajaran berdampak sangat relative berdasarkan teori yang digunakan. Meskipun demikian,
terdapat benang merah antara kurikulum dan pembelajaran dalam model manapun, karena
padahakikatnya kedua aspek tersebut tidak terpisahkan.
Berdasarkan pernyataan diatas, urgensi pengetahuan tentang model pengembangan kurikulum
dan pembelajaran sangat tinggi terutama pada pelaku pendidikan mulai dari pejabat pembuat
kurikulum hingga tenaga pengajar dan peserta didik. Oleh karena itu, makalah dengan judul
“Model Desain Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran dan tata klola” ini diharapkan
mampu menjadi reverensi tambahan dalam kajian telaah kurikulum kedepan bagi dunia
pendidikan.
Secara harfiah, istilah kurikulum berasal dari bahasa latin currere yang berarti berlari di
lapangan pertandingan (race course). Menurut pengertian ini, kurikulum adalah suatu “arena
pertandingan” tempat siswa “bertanding” untuk menguasai satu atau lebih keahlian guna
mencapai “Garis Finish” yang ditandai pemberian diploma, ijazah atau gelar kesarjaanaan (Zais,
1976: 6-7).
Kurikulum memiliki banyak bentuk seperti kurikulum sebagai rencana pembelajaran,
sebagai Mata Pelajaran, sebagai Konten, sebagai Hasil belajar, sebagai Reproduksi Struktural,
sebagai Pengalaman Belajar, sebagai Sistem Produksi, sebagai Bidang Studi.
Para ahli berbeda pendapat tentang makna kurikulum dan Pembelajaran. Johnson, (1968)
misalnya memandang kurikulum sebagai panduan belajar, maka itu disebut pengajaran, bukan
kurikulum. Selanjutnya, Beauchamp (1981) menganggap kurikulum dan pembelajaran sebagai
dua hal yang berbeda. Menurut James Macdodonald (1965:5-6), bahwa kurikulum sebagai
rencana implementasi pengajaran di kelas, karena kurikulum timbul lebih dulu dari pengajaran.
Implikasi perbedaan pengertian kurikulum dan pengajaran seperti yang dikemukan Johnson dan
Macdonald tersebut sangat signifikan (Zais, 1976: 9). Dengan membatasi pengertian kurikulum
pada seperangkat hasil belajar trestruktur saja , lanjut Zais (1976), berarti perencanaan tradisional
seperti seleksi konten kurikulum atau materi ajar dan penetapan kegiatan belajar, bukan termasuk
perencanaan kurikulum.

4
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut.
1.2. 1 Bagaimana Model Desain Kurikulum?
1.2. 2 Bagaimana Tata Kelola Kurikulum?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penulis sebagai berikut
1.3.1 Untuk mengetahui model desain kurikulum.
1.3.2 Untuk mengetahui tata kelola kurikulum.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DESAIN KURIKULUM


Desain kurikulum Adalah yang menyangkut pola pengorganisasian unsur – unsur atau
komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu
dimensi horisontal dan vertikal. Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkupi
isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya.
Dimensi vertikal menyangkut sekuens bahan berdasarkan urutan tingkatan kesukaran. Bahan
tersusun mulai dari yang mudah, kemudianmenuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang
dasar diteruskan dengan yang lajutan ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2010:113).
Ada tiga pola desain kurikulum menurut, Nana Syaodih Sukmadinata (2010), yaitu:
· Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar.
· Learner centered design, suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa.
· Problems centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada masalah – masalah
yang dihadapi dalam masyarakat.
Walaupun bertolak dari hal yang sama, dalam suatu pola desain terdapat beberapa variasi desain
kurikulum. Dalam subject centered design dikenal ada: the subject design, the disciplines design
dan the broad fields design. Pada problem centered design dikenal pula the areas of living design
dan the core design.
Para pengembang kurikulum telah mengkonstruksi kurikulum menurut dasar-dasar
pengkategorian sebagai berikut :
2.1.1. Subject-Centered design (desain yang berpusat pada mata pelajaran).
Subject centered design merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua
dan paling banyak digunakan. Dalam Subject centered design, kurikulum dipusatkan pada
isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata – mata
pelajaran, dan mata – mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah – pisah.

6
Subject centered design berkembang dari kosep pendidikan klasik yang berupaya untuk
mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau subject matter
tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga Subject academic curriculum.
Model desain curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa
kelebihan dari kurikulum ini adalah:
· Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan
· Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan
yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikanya
Adapun beberapa keritik juga merupakan kekurangan model desain ini adalah:
· Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan
kenyataan, sebab dalam kenyatan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.
· Karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif
· Pengajar lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu dengan demikian
pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis.
Model subject centered design ini dapat dirinci menjadi model – model kurikulum sebagai
berikut:
a. The Subject Design
The subject design curriculum merupakan bentuk desain yang paling murni dari
subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah dalam bentuk mata
pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama. Orang Yunani dan kemudian Romawi
mengembangkan Trivium dan Quadriuvium. Trivium meliputi gramatikal, logika dan
retorika, sedangkan Quadrivium, matematika, geometri, astrinom, dan musik.
1) Desain kurikulum model ini memiliki kelemahan di antaranya:um ini adalah:
a) Kurikulum meberikan pengetahuan terpisah – pisah
b) Isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian – kejadian yang hangat, yang
sedang berlangsung saat sekarang
c) Kurikulum ini kurang memperhatikan minat, kebutuhan dan pengalaman para peserta
didik.
d) Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering menimbulkan kesukaran di
dalam mempelajari dang menggunakannya
e) Kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperharikan cara menyampaikan.
Cara penyampaian utama adala ekspositori yang menyebabkan peranan siswa pasif.

2.) Meskipun ada kelemahan – kelemahan di atas, bentuk desain kurikulum ini mempunyai
beberapa kelebihan. Karena kelebihan tersebut kurikulum ini lebih banyak dipakai.
a) Karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang tersusun secara sistematis logis, maka
penyusunan cukup mudah.

7
b) Bentuk ini sudah dikenal lama, baik oleh guru – guru maupun orang tua, sehingga lebih
mudah untuk dilaksanakan.
c) Bentuk ini memudahkan para peserta didik untuk mengikuti pendidikan di perguruan
tinggi, sebab pada perguruan Tinggi umumnya digunakan bentuk ini.
d) Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisiennya, karena metode utamanya adalah metode
ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi.
e) Bentik ini sangat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan warisan budaya
masa lalu. (Sukmadinata, 2000:114-115).

A. The Disciplines Design


Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih menekankan
kepada isi atau materi kurikulum. Walaupun bertolak dari hal yang sama tetapi antara
keduanya terdapat perbedaan. Pada subject design belum ada kriteria yang tegas tentang
apa yang disebut subject (ilmu). Belum ada perbedaan antara matematika, psikologi
dengan teknik atau cara mengemudi, semuanya disebut subject. Pada disciplines design
kriteria tersebut telah tegas, membedakan apakah satu pengetahuan itu ilmu atau subject
dan bukan adalah batang tubuh keilmuanya. Batang tubuh keilmuan menentukan apakah
suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan. Untuk menegaskan hal itu mereka
menggunakan istilah disiplin.
Isi kurikulum yang diberikan disekolah adalah disiplin – disiplin ilmu. Menurut
pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu pertama dari hal itu
adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang teguh
pada disiplin – disiplin ilmu seperti : fisika, biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
Perbedaan lainnya adalah dalam tingkat penugasan, disciplines design tidak seperti
subject design yang menekankan penguasaan fakta – fakta dan informasi tetapi pada
pemahaman (undeestanding). Para peserta didik didorong untuk memahami logika atau
struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep – konsep, ide – ide dan prinsip – prinsip
penting, juga didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya (modes of
inquiry dan discovery). Hanya dengan menguasai hal – hal itu, kata mereka, peserta didik
akan memahami masalah dan mampu melihat hubungan berbagai fenomena baru.
Proses belajarnya tidak lagi mengunakan pendekatan ekspositori yang menyebabkan
peserta didik lebih pasif, tetapi menggunakan pendekatan inkuiri dan diskeveri.
Disciplines design sudah mengintegrasikan unsu – unsur progresifme dari dewey.
Bentuk ini memilik beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design. Pertama,
kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tapi juga
dapat memelihara integrasi intelektual pengetahuan manusia. Kedua peserta didik tidak
hanya menguasai sretan fakta, prinsip hasil hafalan tapi mengasai konsep, hubungan
proses – proses intelektual yang berkembang pada siswa
Meskipun telah menunjukan kelebihan bentuk desain ini masih memiliki beberapa
kelemahan. Pertama , belum dapat memberikan pengetahuan yang terintegrasi. Kedua,

8
belum mampu mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan. Ketiga
belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik. Keempat,
susunan kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk
penggunaannya. Kelima meskipun sudah lebih luas dibandingkan dengan subject design
tetapi secara akademis dan intelektual masih cukup sempit.
b. The Broad Fields Design
Baik subject design maupun disiplines design masih menunjukkan adanya pemisahan
antara mata pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah
mengembangkan the broad filed design. Dalam model ini mereka menyatukan beberapa
mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti
sejarah, geografi, dan ekonomi digabung menjandi Ilmu pengetahuan Sosial, aljabar, ilmu
ukur, dan berhitung menjadi matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad filed adalah menyiapkan para siswa yang dewasa
ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman yang
bersifat menyeluruh. Bentuk pertama, disekolah menengah atas penggunaannya agak
terbatas apalagi di perguruan tinggi sedikit sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini, pertama, karena dasarnya bahan yang
terpisah – pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa mata kuliah masih
memungkinkan penyusunan warisan – warisan budaya secara sistematis dan teratur.
Kedua, karena mengintegrasikan beberapa matakuliah memungkinkan peserta didik
melihat hubungan antara berbagai hal.
Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model kurikulum ini. Pertama
kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru mampu menguasai bidang yang luas,
tatapi untuntuk tingkat yang lebih tinggi, apa lagi perguruan tinggi sukar sekali. Kedua,
karena bidang yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail, yang
diajarkan hanya permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian bahan ajar terbatas sekali,
tidak mengambarkan kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi
siswa, dengan demikian kurang membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun
kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan subject design, tetapi model ini tetap
menekankan tujuan penugasan bahan dan informasi. Kurang menekankan proses
pencapaian tujuan yang sifatnya efektif dan kognitif tingkat tinggi.
2. Learner-Centered design (desain yang berpusat pada pembelajar)
Learner centered Adalah suatu desain kurikulum yang memberi tempat utama kepada
peserta didik. Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah
peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan mencitakan situasi belajar
mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu organisme yang punya potensi untuk
berbuat, berprilaku, belajar dan juga berkembang sendiri. Learner centered design bersumber

9
dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik.
Pengorganisasian kurikulum didasarkan minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik.
Ada dua ciri utama yang membedakan desain model learner centred dan subject centered.
Pertama, learner centered design mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta
didik bukan dari isi. Kedua, learner centered bersifat not – preplanned (kurikulum tidak
diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam
penyelesaian tugas – tugas pendidikan. Organisasi kurikulum didasarkan atas masalah –
masalah atau topik – topik yang menarik perhatian dan ibutuhkan peserta didik dan
sekuensnya disesuaikan dengan tingkat pengembangan mereka.
Ada beberapa variasi model ini yaitu the activity atau experience design, humanistic design,
the open, free design, dan lain – lain. Pada tulisan ini akan dikemukakan sebagian saja.
a. The Activity atau Experience Design
Model desain ini berawal pada 18, atas hasil karya dari Rousseau dan Pestalozzi, yang
berkembangan pesat pada tahun 1920/1930-an pada masa kejayaan Pendidikan Progresif.
Ciri utama activity atau experience design:
1. struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam
mengimplementasikan ciri ini guru hendaknya:
· menentukan minat dan kebutuhan peserta didik
· membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen. Hal ini cukup
sulit, sebab herus dapat membedakan mana minat dan kebutuhan yang sesungguhnya dan
mana yang hanya angan – angan. Untuk itu guru perlu menguasai benar perkembangan dan
karakteristik peserta didik.
2. Struktur kurikulum disasarkan atas minat dan kebutuhan dan minat peserta didik, maka
kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh guru dengan
para siswa. Demikian juga tujuan yang dicapai, sumber – sumber belajar, kegiatan belajar
dan prosedur evaluasi, dirumuskan bersama siswa.
3. Desain kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah. Di dalam proses
menemukan minatnya peserta didik menghadapi hambatan atau kesulitan – kesulitan tertentu
yang harus diatasi. Kesulitan –kesulitan tersebut menujukkan problem nyata yang dihadapi
peserta didik menghadapi kesulitan tersebut menunjukkan problem nyata yang dihadapi
peserta didik. Dalam menghadapi dan mengatasi masalah – masalah tersebut, peserta didik
melakukan proses belajar yang nyata, sungguh –sungguh bermakna, hidup dan relevan
dengan kehidupanya.
Kelebihan dari desain ini. Pertama, karena kegiatan pendidikan didasarkan atas kebutuhan
dan minat peserta didik, maka motivasi belajar bersifat intrinsik dan tidak perlu dirangsang
dari luar. Kedua, pengajar memperhatikan perbedaan individual. Mereka turut dalam

10
kegiatan belajar kelompok karena membutuhkannya, kegiatan – kegiatan pemecahan masalah
memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.
Kelemahan dari desain ini. Pertama, penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik
belum tentu cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan. Kehidupan
dunia modern sangat kompleks, peserta didik belum tentu mampu melihat dan merasakan
kebutuhan – kebutuhan esensial. Kedua, kalau kurikulum hanya menekankan minat dan
kebutuhan peserta didik, dasar apa yang digunakan untuk menyusun struktur kurikulum.
Ketiga, dasar minat peserta didik tidak memberikan landasan yang kuat untuk menyusun
sekuens, sebab minat mudah sekali berubah karena pengaruh perkembangan, kematangan
dan faktor – faktor lingkungan. Keempat, model desain ini dikatakan tidak dapat dilakukan
oleh guru biasa. Model ini sulit menemukan buku – buku sumber, karena buku yang ada
disusun berdasarkan subject atau discipline design.
3. Problem centered design (desain yang berpusat pada permasalahan)
Problem centered design yaitu desain kurikulum yang pada masalah-masalah yang
dihadapi masyarakat. Pendidik berusaha mempengaruhi perubahan sosial dengan
menyelesaikan berbagai permasalahn sosial. Desain kurikulum ini dibedakan atas areas of
living design dan core design.
Problem centered design berpangkalan pada filsafat yang mengutamakan peranan
manusia. Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan manusia atau peserta didik
secara individual, sedangkan desain ini menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu
kesejahteraan masyarakat.
Konsep pengembangan model kurikulum ini berangkat dari asumsi manusia sebagai mahluk
sosial selalu hidup bersama.
Ada 2 model variasi desain kurikulum ini, yaitu:
a. The Areas of Living Design
Model ini menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam prosedur belajar
ini tujuan yang bersifat proses dan yang bersifat isi diintegrasikan. Penguasaan informasi –
informasi yang lebih bersifat pasif tetap dirangsang. Ciri lain model desain ini adalah
menggunakan pengalaman dan situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam
mempelajari bidang – bidang kehidupan.
Areas of living design: menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam
prosedur belajar ini tujuan yang bersifat process (process objectives) dan yang bersifat isi
(content objectives) diintegrasikan. Penguasaan informasi yang bersifat pasif tetap
dirangsang. Ciri lain dari model desain ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-
situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang
kehidupan.
b. The Core Design

11
Mayoritas memandang core curriculum sebagai model pendidikan atau program pendidikan
yang memberikan pendidikan umum. The core curriculum diberikan guru – guru yang
memiliki penugasan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Disamping memberikan
bimbingan terhadap perkembangan sosial pribadi peserta didik.
Core design: kurikulum ini timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject design, yang
sifanya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata-mata
pelajaran/bahan ajar tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan di sekitar
core tersebut. Menurut konsep ini inti-inti bahan ajar dipusatkan pada kenutuhan individual
dan sosial. The core curriculum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan
berwawasan luas, bukan spesialis. Di samping memberikan. pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan sosial, guru-guru tersebut juga memberikan bimbingan terhadap perkembangan
sosial pribadi peserta didik.
Ada beberapa variasi desain dari core curriculum, yaitu :
1) The separate subject core. Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan antar mata
pelajaran, beberapa mata pelajaran yang dipandang mendasari atau menjadi inti mata
pelajaran lainnya dijadikan core.
2) The correlated core. Model desain ini pun berkembang dari the separate subject design,
dengan jalan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang erat hubungannya.
3) The fused core. Kurikulum ini juga berpangkal dari separate subject, pengintegrasiannya
bukan hanya antara dua atau tiga pelajaran tetapi lebih banyak. Dalam studi ini
dikembangkan tema-tema masalah umum yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang.
4) The activity/experience core. Model desain ini berkembang dari pendidikan progresif
dengan learner centered design-nya, dan dipusatkan pada minat-minat dan kebutuhan peserta
didik.
5) The Areas Of Living Core. Model ini juga berpangkal pada pendidikan progresif, tetapi
organisasinya. terstruktur dan telah dirancang sebelumnya. Berbentuk pendidikan umum
yang isinya diambil dari masalah-masalah yang muncul di masayarakat. Bentuk desain ini
dipandang sebagai core design yang paling murni dan paling cocok untuk program
pendidikan umum. Model ini cenderung mempertahankan kondisi yang ada.
6) The Social Problems Core. Model desain ini pun merupakan produk dari pendidikan
progresif, dan didasarkan atas problema-problema yang mendasar dan bersifat kontroversial.
Model ini cenderung mencoba memberikan penilaian yang sifatnya kritis dari sudut sistem
nilai sosial dan pribadi yang berbeda. Kurikulumnya tidak bersifat kaku, terbuka untuk
penyempurnaan pada setiap saat, agar tetap mutakhir dan relevan dengan perkembangan
masyarakat.

12
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Desain kurikulum terdiri dari tiga pola desain kurilukm, yaitu Subject Centered Design (pusat
pada bahan ajar), Learner Centered Design (mengutamakan peranan siswa) dan Problems
Centered Design (berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat).
Kelebihan dari model Subject Centered Design adalah :
· Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan.
· Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang
akan diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya.
Kekurangan dari model Subject Centered Design adalah :
· Karena pengetahuan diberikan seacara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan
kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.
· Karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif.
· Pengajar lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu dengan demikian
pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis.
Ada dua ciri utama yang membedakan Laerner Centered Design dengan Subject Centered
Design, yaitu
· Learned Centered Design mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta didik
bukan dari isi.
· Learned Centered Design bersifat not-preplaned (kurikulum tidak diorganisasikan
sebelumnya tetapi dikembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam penyelesaian tugas-
tugas pendidikan.
Problem centered design berpangkalan pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia.
Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan manusia atau peserta didik secara
individual, sedangkan desain ini menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu
kesejahteraan masyarakat. Konsep pengembangan model kurikulum ini berangkat dari asumsi
manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://123dok.com/article/macam-desain-kurikulum-kajian-pustaka-tinjauan-tentang-
upaya.zk12gweq
https://asepferdiansyah71.blogspot.com/2017/11/makalah-model-desain-pengembangan.html
http://ardhinoor.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/2023/2015/11/A.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai