Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN

PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


BIDANG KONSTRUKSI, LISTRIK DAN KEBAKARAN
DI IBIS HOTELBALIKPAPAN

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


KELOMPOK I
Oleh :
1. Sie Sonny Wahyudianto
2. Anthero Bagus Puji Gumelar
3. Darna

PT. HARTA RABEL LINDO


BALIKPAPAN
13OKTOBER 2016
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

KATA PENGANTAR
Pujidan syukuratasKehadirat Allah SWT, sehingga
kamidapatmenyelesaikanmakalahinidenganjudul“PENGAWASAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA BIDANG KONSTRUKSI, LISTRIK DAN KEBAKARAN
DI HOTEL IBIS BALIKPAPAN”.
Makalahinidisusundalamrangkamemenuhisalah satu syarat Sertifikasi Ahli K3
Umum. Harapan kami sebagai penyusun,sekiranyaapa
yangkamisajikandapatmemberikanmanfaatuntukperkembangan dan perbaikan.
Memangtakadagading yang takretak, untukitusegalakritikdan saran
sangatdiharapkandalammengantarkesempurnaanpembuatan makalah ini.
Dalampembuatan makalah inibanyaksekalipihak-pihak yang memberikanbantuan,
bimbingan, dorongansertaperhatiansehingga makalah inidapatterselesaikan.Dan pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnyakepada:

1. Pihak Manajemen Hotel Ibis Balikpapan.


2. Pihak Pelaksana Sertifikasi Ahli K3 Umum PT. Harta Rabel Lindo.
3. Seluruhstafdankaryawan Hotel Ibis Balikpapan yang telahmembantu kelancaran studi
dan makalah ini.
4. Serta keluarga, teman dan sahabat yang senantiasamemberikandukungan,
doasertasemangatkepadapenulis.

Penulisan makalah inimerupakan usaha maksimal bagi kami,


namunapabilaterdapatkekuranganmohonkritikdan saran demi kesempurnaan makalah
inisehinggadapat lebih bermanfaat bagi kami khususnyadanbagikitasemuapadaumumnya.

Balikpapan, 13Oktober 2016

Penulis

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan..............................................................................................................1
C. Ruang Lingkup.....................................................................................................................2
D. Dasar Hukum........................................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengawasan K3 konstruksi...................................................................................................5
B. Pengawasan K3 Kelistrikan.................................................................................................11
C. Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran......................................................................17

BAB III KONDISI LAPANGAN

A. Gambaran Umum Tempat Kerja..........................................................................................23


B. Temuan Lapangan................................................................................................................24

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................................33
B. Saran.....................................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Hotel sebagai industri jasa sudah selayaknya memberikan layanan yang terbaik bagi
pengguna. Fasilitas pendukung pelayanan harus dijamin aman dan nyaman. Salah satu
faktor yang sangat perlu mendapat perhatian yaitu bangunan harus dilengkapi dengan
sarana keamanan kebakaran yang handal serta struktur bangunan yang aman serta
terdiri atas ruang-ruang/ fasilitas yang nyaman bagi pengguna.Seiring dengan
perkembangan sektor industri yang semakin kompleks, terdapat banyak sumber yang
berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Sehingga perlu dilakukan suatu upaya
pengendalian terhadap sumber bahaya tersebut salah satunya pengawasan terhadap
listrik, kebakaran dan konsruksi. Apabila tidak dilakukan pengawasan atau melakukan
pengawasan yang salah maka akan menimbulkan kecelakaan kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja
maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja
yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah,
sehingga tidak mudah capek.
Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja dan
Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang KetenagakerjaanKeselamatan dan
kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur
dalamKeselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan
kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat
kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan
untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur
yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi
juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur
sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor
manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang
dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan
kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang
nyata.
Menurut Survei Kecelakaan, setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di
tempatkerjayang menimbulkankorban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi.
Pada tahun 2007menurut jamsostek tercatat65.474 kecelakaanyangmengakibatkan1.451
orang meninggal,5.326orang cacattetapdan58.697 orang cedera. Data kecelakaan
tersebut mencakupseluruh perusahaanyangmenjadi anggotajamsostek dengan
jumlahpeserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia.
Dengan demikianangka kecelakaanmencapai930kejadianuntuksetiap 100.000 pekerja
setiap tahun. Oleh karena itu jumlahkecelakaankeseluruhannyadiperkirakan jauh
lebihbesar. Bahkan menurutpenelitian worldeconomicforum padatahun2006,angka
kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai17-18 untuksetiap
100.000pekerja.
Hotelmerupakan suatubangunan,Sebagai suatu kesatuan yang kompleks, hotel
tanpa terkecuali juga harus melaksanakan pengawasan terhadap keselamatan dan
kesehatan, baik dari pekerja ataupun pengunjung hotel. Aspek konstruksi bangunan,
kelistrikan dan penanggulangan kebakaran juga menjadi bagian yang patut
mendapatkan perhatian karena dalam bidang perhotelan ketiga aspek tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Hal ini tentunya mengacu
kepada kegiatan dari sebuah hotel yang tentunya akan selalu berkaitan dengan ketiga
aspek pengawasan K3 tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya pengawasan terhadap
Konstruksi, Kelistrikan dan Sistem proteksi kebakaran. Mulai dari proses
identifikasipotensibahaya, memonitor,memeriksa,menguji,mengevaluasidanmemberi
saran ataurekomendasitentangkeselamatandankesehatankerja.

B. MaksuddanTujuan
PraktekKerjaLapangan (PKL) dilakukan agar dapat :
1. Menerapkanmateripembelajaransesuaiteori yang telahdiberikan.
2. Menemukan dan mengidentifikasi potensi bahaya dan penaksiran resiko.

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

3. Memberikanmasukan atau rekomendasai terhadap penanggulangan potensi bahaya


yang timbul di Ibis Hotel Balikpapan sesuaidenganperaturanperundang-
undangankeselamatandankesehatankerja.

C. RuangLingkup
Dalamkegiatanpraktekkerjalapangan di Ibis Hotel, ruanglingkup
pengamatandanpengawasanmeliputi :
1. Pengawasan K3 Konstruksi
a. Identifikasi potensi bahaya konstruksi
2. Pengawasan K3 Listrik
a.Identifikasi potensi bahaya listrik
b. Sistem proteksi bahaya listrik
3. Pengawasan K3 kebakaran
a. Identifikasipotensibahaya
b. Sistemproteksikebakaran

D. DasarHukum
Dasarhukumsebagailandasanuntukmelakukanpengawasan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja listrik, kebakaran dan konsruksi , sebagaiberikut :
1. Dasar hukum K3 konstruksi
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menakertrans No 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Konstruksi Bangunan
c. Peraturan Menakertrans No. 05/Men/1985 tentang Pesawan Angkat dan Angkut.
d. SKB Menteri PU dan Menaker No. Kep.17/Men/1986 – 104/Kpts/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
2. Dasar hukum K3 Listrik
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 02/Men/1992 tentang Cara
Penunjukan dan Wewenang Ahli K3
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 04/Men/1995 tentang Perusahaan Jasa
K3
d. Kep. Dirjen Binawas No. Kep. 31/BW/2002 tentang Sertifikasi Kompetensi K3
Teknik Listrik

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI. No. 02/Men/1989 tentang Pengawasan


Instalasi Penyalur Petir
f. Peraturan No. 03/Men/1999 Tentang Lift
g. Kepmen 75 tahun 2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
mengenai persyaratan umum instalansi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja
h. Permenaker No. 12/Men/2015 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik
Di Tempat Kerja.
i. Permenaker No. 31/Men/2015 Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Listrik
( perubahan atas peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per 02/Men/1989)
j. Permenaker No. 33/ Men/ 2015 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Listrik Di Tempat Kerja ( perubahan atas peraturan menteri Ketenagakerjaan
nomor 12 tahun 2015).
3. Dasar hukum K3 kebakaran
a. Undang – Undang No. 1 Tahun 1970TentangKeselamatanKerja
b. PeraturanMenteriTenagaKerja No.02/MEN/1983 TentangInstalasi Alarm
KebakaranAutomatik.
c. InstruksiMenteriTenagaKerja No.11/M/B/1997, TentangPengawasanKhusus K3
PenanggulanganKebakaran.
d. PeraturanMenteriTenagaKerjadanTransmigrasi No.04/MEN/1980, Syarat–
syaratPemasangan Dan PemeliharaanAPAR.
e. KeputusanMenteriTenagaKerja No. 186/MEN/1999,
TentangPenanggulanganKebakaran di TempatKerja.

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGAWASAN K3 KONSTRUKSI
a. Latar Belakang K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan
Konstruksi bangunan merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan bahan
bangunan, pesawat/instalasi peralatan, tenaga kerja dan penerapan teknologi yang
dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja bahkan kematian dan kerugian
material. Sesuai dengan Undang-undang No.1 Tahun 1970, ruang lingkupnya adalah :
1) Dilakukan pekerjaan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya.
2) Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau air.
3) Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh, terperosok, hanyut atau terpelanting.
Konstruksi bangunan adalah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh
tahapan yang dilakukan di tempat kerja, tahapan tersebut antara lain; pekerjaan
penggalian, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan baja dan pekerjaan
pembongkaran yang mana setiap pekerjaan diatas akan menggunakan pesawat atau
instalasi.
Ciri-ciri pekerjaan konstruksi pada suatu proyek adalah;
1) Selalu berpindah-pindah dalam waktu yang relatif singkat.
2) Terbuka dan tertutup, paparan temepratur dan lingkungan kerja yang komplek
3) Pekerjaan secara komprehensif
4) Menggunakan bantuan pesawat atau instalasi.

b. Dasar Hukum K3 dan Sarana Bangunan


1) Undang-Undang Dasar 1945
2) Undang-Undang No.1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi
Bangunan. Terdiri dari : Kewajiban administrasi teknis K3 dan kewajiban teknis
K3 bagi pelaksana konstruksi/kontraktor.
4) Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/Men/1986 dan No.104/Kpts/1986, terdiri dari;

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

i). Ada pengawasan fungsional dari Depnakertrans dan Departemen Pekerjaan


Umum (Kimpraswil)
ii). Kewajiban setiap pengurus/pemimpin pelaksanaan pekerjaan atau bagian
pekerjaan pelaksana syarat-syarat K3
iii).Pedoman pelaksanaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat
kegiatan konstruksi.

c. Pengertian-Pengertian
1) Konstruksi bangunan ialah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan
yang dilakukan di tempat kerja.
2) Sarana bangunan adalah instalasi/pesawat yang digunakan selama proses
pekerjaan konstruksi.
3) Safety Officer adalah petugas/pekerja dari kontraktor untuk melaksanakan K3
ditempat kerja.
4) Ahli K3 Konstruksi adalah ahli/ekspert dari kontraktor yang ditunjuk Menaker
untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang K3.

d. Ruang Lingkup K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan


1) Bahwa ruang lingkup K3 Konstruksi meliputi; pekerjaan penggalian, pekerjaan
pondasi, pekerjaan konstruksi beton, pekerjaan konstruksi baja dan
pembongkaran.
2) Bahwa ruang lingkup K3 Sarana bangunan meliputi perancah bangunan,
plambing, penanganan bahan dan peralatan bangunan.

e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan


1) K3 Konstruksi, meliputi;
a) Pekerjaan penggalian
- Perlunya pemeriksaan terhadap pipa gas, pipa air dan konduktor listrik yang
melalui area pekerjaan.
- Perlu dinding-dinding penahan
- Parit yang di gali pada daerah yang berpenduduk dan daerah ramai lalin
harus diberi pagar.
b) Pekerjaan Pondasi
- Mesin pancang (piling)

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

- Pemeriksaan dan pemeliharaan mesin


c) Pekerjaan Konstruksi Beton
- Perlunya pekerja mengenakan peralatan keselamatan
- Menara bak muatan yang harus disediakan oleh seorang ahli dan diperiksa
setiap hari.
d) Pekerjaan Konstruksi Baja
- Perlunya pekerja mengenakan peralatan keselamatan
- Bangunan konstruksi baja tidak boleh dikerjakan pada saat angina kencang
dan keadaan licin/hujan.
2) K3 Sarana Bangunan, meliputi;
a) Perancah, bahwa perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak
bias dikerjakan secara aman dalam ketinggian dan pembuatannya harus
menggunakan bahan yang baik, beurat lurus padat, tidak ada mata kayu yang
besar, kering, tidak busuk, tidak ada lubang ulat serta kerusakan-kerusakan
yang membahayakan.
b) Pelataran tempat pekerja / platform, adalah merupakan landasan pijak bagi
perancah serta digunakan sebelum betul-betul selesai dan diberi pengaman
yang baik dan mempunyai jarak tepi luar berjarak 60 cm dari sisi dinding
bangunan
c) Balustrade pengaman dan papan pengaman kaki (guard rails and toe boards)
d) Gang, ramp, dan jalur pengangkut bahan, harus dibuat dengan kuat dan ditutp
rapat dengan papan apabila tingginya lebih dari 2 meter serta mempunyai lebar
>60 cm dan bebas dari hambatan berupa barang atau bahan lainnya.

f. Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan


Pengawasan K3 konstruksi dan sarana bangunan mempunyai mekanisme
terutama mekanisme yang menyangkut administrasi teknis K3 yang wajib
dilaksanakan oleh pelaksana konstruksi (kontraktor), khususnya keberadaan wajib
lapor pekerjaan/proyek konstruksi bangunan dan akte pengawasan ketenagakerjaan
tempat kerja konstruksi.Bahwa wajib lapor pekerjaan konstruksi bangunan wajib
dilaporkan oleh pelaksana kepada pihak yang terkait, yaitu; Dinas Tenaga Kerja
Kab/kota.Pemerintah Kabupaten/Kota kemudian melakukan pencatatan/register dan
Pelaksana konstruksi harus memahami tanggung jawab K3 pada pekerjaannya. Isi
materi laporan, meliputi;

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

1) Data-data pelaksana konstruksi/konsultan pengawas/konsultan perencana.


2) Data-data teknis proyek
3) Tahapan pekerjaan konstruksi
4) Instalasi/pesawat/alat yang dipakai
5) Unit K3 proyek
6) Kompetensi personil K3
7) Jumlah pekerjaan
8) Bahan-bahan berbahaya
9) Cara kerja aman dan Prosedur Operasi Standar (SOP)
Selain itu terdapat pula akte pengawasan Ketenagakerjaan konstruksi yang
merupakan dokumen teknis K3 yang diterbitkan setelah lama proyek berjalan 6
(enam) bulan atau lebih.Akte tersebut diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
setempat setelah dilakukan pemeriksaan K3 oleh pengawas K3 spesialis Konstruksi
Bangunan dan wajib dipelihara / disimpan oleh pelaksana konstruksi. Akte ini terdiri
dari ;
1) Data pelaksana konstruksi
2) Data proyek
3) Berita Acara Pemeriksaan
4) Kartu Pemeriksaan
5) Lembaran Pemeriksaan.

g. Perancah Bangunan
Adalah platform yang dibuat sementara dan digunakan sebagai penyangga
untuk tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan kerja.Sifat pekerjaan perancah berada
pada tempat ketinggian di atas tanah dan permukaan lantai.Potensi bahaya yang
mungkin timbul adalah; terjatuh, roboh, tertimpa jatuhan benda, terperosok.Sebelum
dipakai atau digunakan, perancah tersebut harus diperiksa/diuji oleh Pengawas
Spesialis K3 Konstruksi dan memiliki pengesahan penggunaan.

h. Pekerjaan Plambing
Adalah suatu instalasi untuk mendistribusikan air bersih ke tempat-tempat
yang dikehendaki atau membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa
mencemarkan bagian lain. Setiap instalasi plambing yang digunakan harus memiliki

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

pengesahan penggunaan instalasi dan harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian


sesuai dengan ketentuan.

i. Penanganan Bahan
Pada pekerjaan penanganan bahan banyak mengandung resiko kecelakaan
kerja yang tinggi.Pekerjaan tersebut meliputi; mengangkat, memindahkan,
menggunakan dan menyimpan bahan yang dapat menggunakan tenaga manusia atau
dengan bantuan mesin (hardware devices).Dengan penanganan bahan yang baik dapat
dicapai penghematan waktu dan mengurangi atau meminimalkan terjadinya
kecelakaan. Jenis-jenis dan alat yang digunakan untuk penanganan bahan adalah
dengan;
1) Tenaga manusia (Manual Handling)
Pekerja harus mengetahui cara-cara mengangkat dan membawa secara tepat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pekerja adalah; Kapasitas fisik, sifat
beban/bentuk, keadaan lingkungan kerja, latihan mengangkat/membawa material
2) Tenaga mesin (mechanical handling)
Digunakan jika beban tidak dapat diangkat secara manual karena beberapa hal,
missal; terlalu berat, terlalu besar dll. Jenis-jenis alat yang sering dipakai adalah;
Peralatan angkat, pita transport, pesawat angkut, alat angkut rel. Mekanisme
penanganan bahan yang baik dan benar akan mendatangkan manfaat sebagai
berikut;
a) Menghemat waktu
b) Mengurangi kecelakaan kerja
c) Meningkatkan produktifitas
d) Menghemat ruangan
Agar penanganan berjalan aman dan selamat, maka harus dipertimbangkan
hal-hal sebagai berikut;
a) Jelas awal mula operasinya
b) Proses pengangkatan, pengangkutan harus dilakukan tepat dan cepat
c) Segala sumber bahaya pada rute harus disingkirkan
d) Tiba pada titik akhir harus selamat
e) Bahan yang diterima harus diperiksa dahulu.

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

j. Peralatan Bangunan
1) Lift Barang, adalah pesawat dengan peralatan yang mempunyai kereta bergerak
naik-turun mengikuti rel pemandu yang dipasang pada bangunan dan digunakan
untuk mengangkut bahan. Lift tersebut digunakan selama masa konstruksi.
2) Lift Orang, sama halnya dengan lift barang tetapi peruntukkannya adalah untuk
orang.
3) Instalasi Listrik, adalah susunan perlengkapan listrik yang bertalian satu dengan
yang lain serta memiliki cirri terkoordinasi, untuk memenuhi satu atau sejumlah
tujuan tertentu, yang mencakup Distribusi, Peralatan dan pengaman instalasi
listrik.
4) Instalasi Penyalur Petir, adalah susunan sarana penyalur petir terdiri dari
penerima, penghantar penurunan, elektroda bumi dan termasuk perlengkapan
lainnya yang berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke
bumi. Setiap instalasi penyaur petir harus memiliki pengesahan dari Disnaker
Kab/kota.
5) Instalasi Tata Udara / Ventilasi, adalah suatu instalasi untuk mengatur penyegaran
udara. Sasaran penyegaran udara adalah agar temperature, kelembaban,
kebersihan dab distribusi udara bersih dapat dipertahankan sesuai kondisi yang
diinginkan. Instalasi tersebut juga harus memiliki pengesahan penggunaan
instalasi dan dipelihara serta diperiksa secara rutin. Komponen instalasi tata udara,
antara lain;
a) Tata udara jenis paket;
- Peralatan penyegar
- Refrigator
b) Instalasi tata udara jenis kamar
c) Instalasi tata udara jenis air udara
d) Suhu udara
Administrasi pengesahan; sebelum instalasi tata udara digunakan, pengurus harus
mengajukan permohonan pengesahan penggunaan kepada disnaker dengan
melampirkan;
a) Gambar konstruksi
b) Sertifikat bahan
c) Perhitungan instalasi
d) Instalasi listrik

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

B. PENGAWASAN K3 KELISTRIKAN
a. Latar Belakang
Listrik adalah salah satu bentuk sumber daya atau energi potensial yang
banyak memberikan manfaat, ideal, praktis dan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga
penggerak mekanik, pemanas, pencahayaan, dll. Disisi lain listrik dapat menimbulkan
bahaya atau bencana yang merugikan baik manusia, harta benda/materi, apabila
pemanfaatan tidak mengikuti kaidah-kaidah teknik kelistrikan, oleh karena itu setiap
peralatan dan pesawat yang digerakkan listrik diperlukan pengamanan yang memadai
guna melindungi peralatan itu sendiri dan bagi operatornya.

b. Pengertian – Pengertian
Instalasi listrik adalah jaringan yang tersusun secara terkoordinasi mulai dari
sumber pembangkit atau titik sambungan suplai daya listrik sampai titik beban akhir
sesuai maksud dan tujuan penggunaanya.Besaran listrik, yang harus dipahami, adalah;
1) Tegangan (Volt), diklasifikasikan;
a) Tegangan Ekstra Tinggi (TET) >
b) Tegangan Tinggi (TT) > 35 KV
c) Tegangan Menengah (TM) > 1 KV – 35 KV
d) Tegangan Rendah (TR) < 1000 Volt –
e) Tegangan Ekstra Rendah < 50 Volt
2) Arus (Ampere)
3) Frekuensi (Hertz)
4) Daya (Watt)
5) Resistansi (Ohm)
6) Tegangan domestic adalah suplai kepada pelanggan 220/230 Volt, yang artinya
adalah nilai tegangan antara pase dengan netral 220 Volt dan antara pase dengan
pase 380 Volt.
7) Suplai daya pelanggan, setiap suplai kepada pelanggan dicatu dengan jumlah daya
tertentu dengan dipasang pembatas arus (Circuit Breaker) yang tidak dapat
dilampaui.
8) Bahaya sentuhan listrik adalah sentuhan yang dapat membahayakan manusia.
Nilai tegangan dan arus listrik yang besar dapat mengakibatkan kematian.

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

9) Bahaya sentuh langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif yang secara
normal bertegangan
10) Bahaya sentuh tidak langsung adalah menyentuh bagian konduktor yang secara
normal tidak bertegangan dan menjadi bertegangan karena kebocoran isolasi.
11) Bahaya sambaran petir adalah bahaya pada manusia dan objek lainnya karena
dilalui oleh arus petir baik langsung maupun tidak langsung.
12) Pengawasan K3 Listrik, Lift dan sistem proteksi petir adalah pengawasan
pelaksanaan syarat-syarat K3 baik secara adiministratif maupun teknik sesuai
peraturan dan standar yang berlaku, untuk menjamin kehandalan dan keamanan
operasi instalasi dan peralatan listrik, termasuk lift dan proteksi bahaya petir.

c. Dasar Hukum
Listrik selain bermanfaat juga mengandung bahaya yang harus dikendalikan
sesuai amanat Undang-undang No.1 Tahun 1970. Standar teknik perencanaan,
pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan pemeriksaan/pengujian instalasi
listrik, adalah mengikuti perkembangan penerbitan Peraturan Umum Instalasi Listrik
(PUIL), edisi terakhir dari PUIL yaitu tahun 2000 ditetapkan dengan
Kepmenakertrans No. Kep 75/Men/2002.PUIL berdiri sendiri atau bersifat netral,
sebagai panduan yang tidak mengikat secara hokum.Biasanya standar digunakan
sebagai rujukan dalam suatu kontrak kerja, antara kontraktor/instalatir dengan
pemberi kerja.Oleh karena itu PUIL telah ditetapkan dan diberlakukan secara utuh
dengan Peraturan dan Keputusan Menteri, maka semua persyaratan teknis maupun
administratif, menjadi bersifat wajib. Didalam PUIL juga memuat persyaratan khusus
instalasi listrik untuk lift dan instalasi proteksi bahaya sambaran petir, yang kemudian
diatur secara lebih teknis melalui peraturan;
1) Permenaker No. Per 02/Men/1989, mengenai persyaratan instalasi penyalur petir
2) Permenaker No. Per 03/Men.1999, mengatur persyaratan Lift
3) Kepmenaker No Kep 407/M/BW/1999, mengatur lebih lanjut tentang kompetensi
teknisi lift
4) Keputusan Dirjen Binawas No Kep 311/BW/2002, mengatur lebih lanjut
mengenai sertifikasi Kompetensi K3 bagi teknisi listrik.

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

d. Ruang Lingkup Pengawasan K3 Listrik


1) Ruang lingkup obyek pengawasan tersirat dalam Bab II pasal 2 ayat (2) huruf q
UU 1/70, yaitu tertulis; Di setiap tempat dimana dibangkitkan, diubah,
dikumpulkan dan disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak
atau air. Dari ketentuan tersebut, ruang lingkup K3 listrik adalah mulai dari
pembangkitan jaringan transmisi Tegangan Ekstra Tinggi (TET), Tegangan
Tinggi (TT), Tegangan Menengah ( TM ) dan jaringan distribusi Tegangan
Rendah (TR) sampai pada tingkat distribusi.
2) Undang-undang No1 Tahun 1970, pasal 3 ayat (1) huruf q, tertulis; Dengan
peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat K3 untuk mencegah terkena aliran
listrik berbahaya
3) Menurut PUIL 2000, listrik yang berbahaya adalah listrik yang memiliki tegangan
lebih dari 25 Volt di tempat lembab atau 50 Volt ditempat normal.
4) Ruang lingkup obyek pengawasan system proteksi petir sesuai Permenaker No.
Per-02/Men/1989, hanya mengatur sambaran petir langsung.

e. Potensi Bahaya Listrik


Arus listrik antara 15 – 30 mA dapat mengakibatkan kematian, karena sudah
tidak mungkin melepaskan pegangan. Pengaruh lain dalam tubuh manusia adalah
panas yang timbul dan pengaruh elektrokimia. Akibat sentuh langsung maupun tidak
langsung dapat menimbulkan kerugian, antara lain;
1) Kecelakaan Manusia, arus listrik antara 15 – 30 mA dapat mengakibatkan
kematian, tetapi tergantung dari tahanan dari kulit manusia antara kulit kering dan
kulit basah akibat keringat.
2) Kerusakaninstalasi serta perlengkapannya
Kabel terbakar, panel terbakar, kerusakan isolasi, kerusakan peralatan dan
terjadinya kebakaran bangunan
3) Kerugian materi, terhentinya proses produksi dan mengurangi kenyamanan
Pada dasarnya, bahaya listrik terhadap manusia disebabkan oleh;
1) Bahaya sentuh langsung adalah sentuh langsung pada bagian aktif perlengkapan
atau instalasi listrik. Bahaya sentuh langsung dapat diatasi dengan cara;
a) Proteksi dengan isloasi bagian aktif
b) Proteksi dengan penghalang atau selungkup
c) Proteksi dengan rintangan

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

d) Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan


e) Proteksi tambahan dengan Gawai Pengaman Arus Sisa (GPAS)
2) Bahaya sentuh tidak langsung adalah sentuh tidak langsung pada BKT
perlengkapan atau instalasi listrik yang menjadi bertegangan akibat kegagalan
isolasi. BKT perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang tidak
merupakan bagian sirkuit listriknya yang dalam kondisi normal tidak bertegangan,
tetapi menjadi bertegangan. Kegagalan isolasi dapat dicegah dengan cara;
a) Perlengkapan listrik harus dirancang dan dibuat dengan baik
b) Bagian aktif harus diisolasi dengan bahan yang tepat
c) Instalasi listrik harus dipasang dengan baik
Sedangkan proteksi dari sentuh tidak langsung (dalam kondisi gangguan) dapat
dengan cara;
a) Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis
- Pemasangan gawai proteksi yang secara otomatis memutus suplai ke
sirkuit
- Pembumian
- Sistem Pembumian Pengaman
- Membumikan titik netral system listrik di sumbernya
- Membumikan BKT perlengkapan dan BKT Instalasi listrik
b) Proteksi dengan penggunaan perlengkapan kelas II atau dengan isolasi
ekivalen
- Perlengkapan kelas O, Perlengkapan proteksinya dari kejut listrik
mengandalkan isolasi dasar
- Perlengkapan kelas I, Perlengkapan proteksi kejut listrik tidak hanya
mengandalkan isolasi dasar tetapi juga mencakup tindakan pencegahan
keselamatan tambahan
- Perlengkapan kelas II, Seperti halnya kelas I tetpai diperkuat ganda dan
harus dilengkapi dengan perlengkapan listrik yang mempunyai isolasi
ganda atau diperkuat (perlengkapan kelas II) dan rakitan perlengkapan
listrik buatan pabrik yang mempunyai isolasi total dengan lambing ® (IEC
439)
- Perlengkapan kelas III, Perlengkapan yang proteksi kejut listriknya
mengandalkan pada suplai tegangan ekstra renda (SELV) dan tegangan
yang lebih tinggi dari SELV tidak dibangkitkan.

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

c) Proteksi dengan lokasi tidak konduktif


d) Proteksi dengan ikatan penyama potensial local bebas bumi
e) Proteksi dengan separasi listrik

f. Sistem Pengamanan Listrik


1) Prinsip pengamanan instalasi listrik;
a) Pengaman kejut listrik baik langsung maupun tidak langsung, pada prinsipnya;
- Mencegah mengalirnya arus listrik melalui tubuh manusia
- Membatasi nilai arus listrik dibawah arus kejut
- Memutuskan arus listrik pada saat terjadi gangguan
b) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran (efek thermal)
c) Pengamanan terhadap induksi medan magnit dan medan listrik
2) Sistem pengamanan instalasi listrik;
a) Sistem Isolasi;
- Isolasi bagian aktif dengan isolator
- Memberi penghalang atau selungkup
- Memasang rintangan
- Memberi jarak aman atau diluar jangkauan
b) Sistem isolasi lantai kerja dan dinding
c) Sistem pembumian pengaman (PP) atau system (TT)
d) Sistem hantaran pengaman (HP)
e) Sistem pembumian netral pengaman (PNP) atau (TN)
f) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran (Efek Thermal)
g) Pengamanan efek busur listrik

g. Ketentuan Sistem Distribusi Listrik untuk Peralatan dan Ruangan Khusus


1) Distribusi suplai daya listrik untuk lift dan proteksi kebakaran
Lift, motor pompa hydrant, springkler atau system pengaman lainnya harus tetap
mendapat supali listrik meskipun suplai power utama terganggu.
2) Distribusi suplai daya listrik di rumah sakit
a) Kelompok 1 : Instalasi untuk utilitas bangunan
b) Kelompok 1E : Instalasi untuk instalasi medik yang berhubungan langsung
dengan pasien dan harus mendapatkan catu daya pengganti khusus (CDPK)
dalam waktu 10 detik apabila terputus

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

c) Kelompok 2E : Instalasi untuk instalasi medik yang berhubungan langsung


dengan pasien dan harus langsung mendapatkan catu daya pengganti khusus
(CDPK) apabila terputus

h. Bahaya Sambaran Petir


Petir adalah pelepasan muatan listrik dari awan kea wan atau dari awan ke
bumi dengan sasaran adalah objek paling tinggi. Besarnya arus petir adalah berkisar
5000 – 10.000 Ampere dan panas mencapai 30.000 C, sehingga dampak yang terjadi
pada objek yang tersambar petir adalah kerusakan mekanis, terbakar atau kerusakan
karena fluktuasi arus dan tegangan petir. Bahaya terbesar bagi manusia dan binatang
serta objek lainnya kebanyakan ditimbulkan oleh sambaran kilat tidak langsung;
1) Kilat yang menyambar gedung atau pohon dapat mengambil jalan parallel melalui
orang yang berdiri dekat dengan objek yang disambar.
2) Kuat medan listrik dari sambaran kilat yang dekat dengan seseorang dapat
menginduksikan arus di dalam badannya yang dapat menyebabkan kematiannya
3) Kilat yang sedang berhubungan dengan tanah dapat menimbulkan gradient
potensial pada seluruh permukaan tanah disekitarnya dengan arah melalui titik
sambaran.

i. Sistem Proteksi Bahaya Petir


1) Sistem proteksi eksternal adalah system proteksi terhadap sambaran langsung
dengan cara memasang konduktor dibagian atas obyek yang dilindungi disebut
dengan instalasi penyalur petir. antara lain;
a) Elektroda penerima harus dibuat runcing dengan ketinggian dan jarak tertentu
sehingga masing-masing elektroda penerima melindungi bangunan dengan
sudut perlindungan 112o
b) Hantaran penurunan dan elektroda pembumian minimal 2 buah pada setiap
bangunan dan harus dipasang sejauh mungkin dari pintu bangunan
c) Resistansi pembumian minimal 5 ohm, jika dari hasil tes tidak memenuhi
syarat maka dapat menimbulkan bahaya, yang disebut tegangan langkah
Sistem instalasi proteksi petir dapat memanfaatkan kolom-kolom gedung
bertingkat tinggi. Sedangkan pembumiannya menggunakan tiang pancang
pada kolom-kolom tersebut.

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

2) Sistem proteksi internal adalah system proteksi terhadap sambaran petir secara
tidak langsung, misalnya imbas melalui grounding listrik. Prinsipnya adalah
memotong arus dan menyamakan tegangan dengan memasang arrester.
Pemasangan arrester pada saluran udara dilaksanakan sebagai berikut;
a) Arrester dipasang pada titik percabangan dan pada ujung-ujung saluran yang
panjang, baik saluran utama atau saluran cabang.
b) Pada jaringan dengan system TN
c) Pada jaringan dengan system TT
Penempatan arrester pada instalasi konsumen dilaksanakan sebagai berikut;
a) Pada titik masuk rumah
b) Sistem TN, TT
c) Sistem Informasi
j. Pengawasan Instalasi Listrik
Cara dan pola pengawasan sesuai dengan pasal 4 Undang-undang No.1 Tahun
1970. Gambar rencana instalasi listrik harus mendapatkan persetujuan sebelum
dipasang sesuai dengan PUIL 2000.Pengendalian K3 Lift, sebagai dasar pertimbangan
adalah pertimbangan teknis penetapan Peraturan K3 Lift (Menteri Tenaga Kerja
No.Per 03/Men/1999) adalah bahwa pesawat lift dinilai mempunyai potensi bahaya
tinggi, terutama pasal 25, pasal 24 ayat (1),(2), (3), pasal 24 ayat (4).

C. PENGAWASAN K3 KEBAKARAN
Masalah kebakaran beserta segala aspeknya dapat mengkibatkan berbagai macam
kerugian dan penderitaan.Oleh karena itu, masalah ini memerlukan penanggulangan
secara maksimal.Pembahasan mengenai pengawasan K3 penanggulangan kebakaran
bertujuan untuk meningkatkan usaha-usaha penanggulangan kebakaran dengan segala
akibatnya, dan merupakan pedoman untuk melaksanakan UU Keselamatan Kerja.

a. Dasar Hukum
1) Tujuan K3 tersirat dalam konsideran UU 1/70, yaitu bertujuan melindungi tenaga
kerja dan orang lain, asset dan lingkungan masyarakat
2) Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1)
huruf b, d, q dalam UU No. 1 tahun 1970
3) Pasal 9 ayat (3) mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan
penanggulangan kebakaran

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

b. Pengertian
1) Pengawasan: suatu aktivitas untuk menilai kesesuaian peryaratan yang telah
ditentukan, yang dalam hal ini adalah persyaratan K3 penanggulangan kebakaran
yang bertujuan untuk mencegah atau menekan resiko sampai pada level yang
memadai.
2) Kebakaran: api yang tidak dikehendaki.
3) Resiko kebakaran: perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran.
4) Memadamkan kebakaran: suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran atau
nyala api.
5) Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran: sarana berbentuk konstruksi
permanen pada bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman untuk
waktu tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni apabila terjadi
keadaan darurat kebakaran
6) Panas, asap dan gas: produk kebakaran yang pada hakekatnya jenis bahaya yang
akan mengancam keselamatan.

c. Ruang Lingkup
1) Identifikasi potensi bahaya
2) Analisa resiko
3) Sarana proteksi kebakaran aktif
4) Sarana proteksi kebakaran pasif

d. Fenomena Kebakaran
1) Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya
penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase tertentu, yaitu:
a) Sumber awal pencetus (source energy)
b) Penyalaan tahap awal (initiation)
c) Api berkembang lebih besar (Growth)
d) Penyalaan api serentak (Flashover)
e) Kebakaran mantap (Stedy/full development fire)Periode surut (Decay)
2) Teori dan anatomi api
a) Teori api. Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu
adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

b) Teori segitiga api. Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api maka
diperlukan adanya 3 unsur pokok yaitu:
- Bahan yang dapat terbakar (Fuel)
- Oksigen yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator
- Panas yang cukup
c) Teori piramida bidang empat. Fenomena pada suatu bahan yang terbakar
adalah terjadi perubahan bentuk dan sifat-sifatnya yang semula menjadi zat
baru, maka proses ini adalah perubahan secara kimia.
3) Prinsip teknik memadamkan api
a) Pemahaman pertama
Berdasarkan teori Triangle of fire, ada 3 elemen pokok untuk dapat terjadinya
nyala api yaitu :
- Bahan bakar
- Oksigen
- Panas/sumber menyala
b) Pemahaman kedua
Dari ketiga elemen dalam segitiga api, menuntut adanya persyaratan besaran
fisika tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api itu, yaitu:
- Flash point
- Flammable range
- Fire point
- Ignition point
c) Pemahaman ketiga
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori piramida bidang 4
ada elemen ke-4 yaitu radikal bebas yang ternyata mempunyai peranan besar
dalam proses berlangsungnya nyala api. Berdasarkan pemahaman tersebut,
maka teknik memadamkan api dilakukan dengan 4 prinsip, yaitu :
- Prinsip mendinginkan
- Prinsip menutup bahan yang terbakar
- Prinsip mengurangi oksigen
- Prinsip memutus rantai reaksi api
4) Klasifikasi kebakaran
a) Klas A

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

- jenis kebakaran: bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas,
tekstil, plastik dan sejenisnya.
- sifat: terbakar sampai bagian dalam atau terdapat bara
b) Klas B (cair)
- jenis kebakaran: bahan cair
- sifat: terbakar pada permukaan
c) Klas B (gas)
- jenis kebakaran: bahan gas
- sifat: terbakar pada titik sumber gas mengalir
d) Klas C
- jenis kebakaran: peralatan listrik yang bertegangan
- sifat: ditinjau dari aspek bahaya terkena listrik bagi petugas
e) Klas D
- jenis kebakaran: bahan logam
- sifat: pembakaran logam alan bertemperatur tinggi, sehingga bila
dipadamkan dapat terjadi peledakan karena perubahan fase media
pemadam menjadi gas.
5) Jenis-jenis media pemadam kebakaran
a) Media pemadam kebakaran yang umum digunakan adalah air.
Air tidak dapat digunakan secara efektif dan aman untuk semua jenis
kebakaran.
b) Media pemadam kebakaran jenis halocarbon (Halon)
Bekerja secara kimia memotong rantai reaksi pembakaran yaitu mengikat
unsur-unsur karbon dan hydrogen yang berdiri bebas.
c) Media pemadam kebakaran jenis Clean Agent
Harus memenuhi beberapa criteria, yaitu :
- bersih, tidak meninggalkan bekas/noda
- tidak konduktif
- tidak korosif

e. Sistem Proteksi Kebakaran


1) Konsep system proteksi kebakaran
Perencanaan system proteksi kebakaran yang direncanakan ada 3 sistem strategi
yaitu:

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

a) Sarana proteksi kebakaran aktif


b) Sarana proteksi kebakaran pasif
2) Sistem deteksi dan alarm kebakaran
a) Manual
b) Otomatik
c) Otomatik integrated system
3) Alat pemadam api ringan. Direncanakan untuk memadamkan api pada awal
kebakaran.
4) Hydrant. Instalasi pemadam kebakaran yang dipasang permanent berupa jaringan
perpipaan berisi air bertekanan terus-menerus yang siap untuk memadamkan
kebakaran.
5) Springkler. Instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk
melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja secara otomatik
memancarkan air apabila terkena panas pada temperatur tertentu.
6) Sarana evakuasi. Sarana dalam bentuk konstruksi dari bagian bangunan yang
dirancang aman sementara (min 1 jam) untuk jalan menyelamatkan diri bila
terjadi kebakaran bagi seluruh penghuni di dalamnya tanpa dibantu orang lain
7) Kompartementasi. Metode pengaturan tata ruang untuk menghambat penjalaran
kebakaran ke bagian lain.
8) Sistem pengendalian asap dan panas.
9) Pressurized fan. Fungsinya untuk memecah konsentrasi uap berada di bawah
flammable range, sehingga terhindar dari resiko penyalaan
10) Tempat penimbunan bahan cair atau gas mudah terbakar.

f. Manajemen Penanggulangan Kebakaran


1) Pre Fire control
a) Identifikasi potensi bahaya kebakaran
b) Identifikasi tingkat ancaman bahaya kebakaran
c) Identifikasi scenario
d) Perencanaan tanggap darurat
e) Perencanaan system proteksi kebakaran
f) Pelatihan

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

2) In Case Fire Control


a) Deteksi alarm
b) Padamkan
c) Lokalisir
d) Evakuai
e) Rescue
f) Amankan
3) Post Fire Control
a) Investigasi
b) Analisis
c) Rekomendasi
d) Rehabilitasi
g. Sistem Tanggap Darurat
1) Ciri keadaan darurat
a) Terjadi tiba-tiba
b) Mengganggu kegiatan/organisasi/komunitas
c) Perlu segera ditanggulangi
2) Jenis-jenis
a) Natural hazard (bencana alamiah)
b) Technological Hazard (kegagalan teknis)
3) Tahapan perencanaan keadaan darurat
a) identifikasi bahaya dan penaksiran resiko
b) penakaran sumber daya yang dimiliki
c) tinjau ulang rencana yang telah ada
d) tentukan tujuan dan lingkup
e) pilih tipe perencanaan yang akan dibuat
f) tentukantugas-tugas dan tanggung jawab.
g) Tentukan konsep operasi
h) Tulis dan perbaiki

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

BAB III
KONDISI LAPANGAN
A. GambaranUmumTempatKerja

Lokasi : Hotel Ibis Balikpapan


Kualifikasi : Hotel Bintang 3 (Tiga)
Kapasitas : 155 Kamar
Jumlah Lantai : 6 (Enam) Lantai untuk kamar, 1 (satu) lantai
Lobby, dan 1 (satu) Lantai Basement
Fasilitas : Kamar, Restaurant, Bussines Corner, Wifi
corner, tempat parkir
Manajemen : Accor Manajement
Nama Perusahaan : PT. Grand Balikpapan
Alamat : Jl. Brigjen Ery Suparjan No. 2, klandasan Ulu,
Balikpapan, Kalimantan Timur
Jumlah Tenaga Kerja :
Ibis Hotel berdiripadatahun 2007 yang
bergerakdibidangpariwisataterutamadalambidangperhotelan.Perusahaan
iniberalamatdijalan Brigjen Ery Suparjan No.2 Balikpapan, Kalimantan
Timur.Berdasarkan interview langsung dengan pembimbing dari pihak Hotel Ibis
hinggasaatini Ibis hotel memiliki karyawan sebanyak 163 orangdenganjumlah jam kerja
8 jam perhari yang dibagidengan 3 shift.Jumlahkamarsebanyak 155 kamar, denganjumlah
lift ada 2 danjalurevakuasi yang tersediaterintegrasidengankamar hotel.

Sertifikasi Ahli K3 Umum


11111
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

B. Temuan Lapangan
1. Temuan Positif

PENGAWASAN K3 KONSTRUKSI
Lokasi Foto Temuan Dasar Hukum
UU No 1 Tahun 1970 dan
Adanya Lapisan Coating (Semen) yang
Per.PU No, 24/PRTM/2008
Ibis Hotel berfungsi untuk melapisi lantai agar air tidak
ttg PEdoman Pemeliharaan
rooftop merembes langsung ke dalam lantai atau
dan perawatan Bangunan
semen pada lapisan atas gedung
Gedung

Adanya tanda Exit di setiap lantai yang


Ibis Hotel UU No 1 Tahun 1970
menunjukan Emergency Exit

Adanya 2 (dua) Emergency Exit di gednug


hotel yang terletak di tengah gedung:
Ibis Hotel
1. Emergency Exit dari rooftop menuju Kepmenaker No. Kep.
(rooftop s/d
Lobby 186/Men/1999
Basement)
2. Emergency Exit dari rooftop menuju
Basement
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

Inst. Menaker 11/MEN/1997


Hotel Ibis Pada jalur evakuasi di tangga emergency tentang pengawasan khusus
Emergency Exit terdapat perbedaan warna K3 penanggulangan
kebakaran

Permenaker No 02/1983
Ibis Hotel
Setiaplantaisudahterdapatlampu emergency tentang instalasi alarm
Lantai 6
kebakaran automatic

PENGAWASAN K3 LISTRIK

UU No. 1 Tahun 1970 Pasal


Basemant Adanya batas pengaman untuk ruang travo
14
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

Permenaker
Adanya Baterai cadangan untuk No.03/Men/1999 Tentang
Rooftop pengoperasian Lift, pada saat mati lampu dan Syarat-syarat K3 Lift untuk
atau genset sedang bermasalah pengangkutan orang dan
barang Pasal 3 ayat 1

Pemenaker No. 02/Men/1989


Adanya penyalur petir yang tersambung
Rooftop tentang Pengawasan Instalasi
langsung ke ground
Penyalur Petir Pasal 2

Permenaker
Terdapat informasi mengenai Batas Maksimal No.03/Men/1999 Tentang
Lift Beban Angkat dan Angkut di Lift dan Syarat-syarat K3 Lift untuk
terpasang alarm pengangkutan orang dan
barang Pasal 3 ayat 1
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Permenaker No 02/1983
Kamar Hotel Ibis Terdapat Springkler di setiap kamar tentang instalasi alarm
kebakaran automatic

Permenaker No 02/1983
Kamar Hotel ibis Terdapat smoke detector di setiap kamar tentang instalasi alarm
kebakaran automatic

Terdapat Alat Pemadam Api Ringan (APAR),


Permenaker No.
Hotel Ibis di setiap lantai, dan tempat – tempat potensi
04/Men/1980 Pasal 4
kebakaran
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

Kepmenaker
Terdapat Hydrant disetiap lantai, dan di luar No.186/Men/1999 Tentang
Hotel Ibis
gedung Penanggulangan kebakaran
di tempat kerja Pasal 3

Kepmenaker
Terdapat Emergency Respon Team untuk No.186/Men/1999 Tentang
Basement Hotel
kejadian – kejadian darurat di hotel IBIS Penanggulangan kebakaran
di tempat kerja Pasal 3

Basement Hotel Undang- undang No 1/1970


Terdapat Alat Pelindung Diri (APD)
Ibis tentang Keselamatan Kerja
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

Basement Hotel Undang- undang No 1/1970


Terdapat Breathing Aparatus
Ibis tentang Keselamatan Kerja

Kepmen No 186/1989
Parking Lot Terdapat Muster Point sebagai tempat
tentang penanggulangan
Hotel Ibis berkumpul dalam keadaan emergency
kebakaran ditempat kerja
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

PP 50 Tahun 2012, pasal 11


Basement Adanya organisasi emergency response plan
ayat 2 (h)

PP 50 Tahun 2012, pasal 11


Basement Adanya Emergency Respon Team
ayat 2 (h)

Ibis Hotel Lantai PP 50 tahun 2012, SMK3,


Prosedur penggunaan emergency door
7 Pasal 11, ayat 2 (c).
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

Ditemukan Daftar nomor Darurat saat PP 50 tahun 2012, SMK3,


Basement
melakukan observasi Pasal 11, ayat 2 (g).

PP 50 tahun 2012, SMK3,


Hotel ibis Adanya fire safty plan di setiap lantai
Pasal 11, ayat 2 (h).
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

2. Temuan Negatif

Pengawasan K3 Konstruksi
Lokasi Foto Temuan AnalisaPotensiBahaya Rekomendasi DasarHukum

Segera memperbaiki
Rembesan air tersebut
Hotel ibis lantai dgn menambah Menakertrans
Terdapat genangan air mengalir keatas tangga
roof top jalur aliran genangan no1/men/1980
darurat
air

Akan mengakibatkan Segera di perbaiki


rembesan air mengalir ke dengan menutup
Basemant Adanya rembesan air di Menakertrans
lantai bila di biarkan dapat keretakan dinding
hotel ibis lorong area loundry no1/men/1980
mengakibatkan orang yang berada di area
terjatuh loundry

Dilakukan
Permen 01 tahun
penyimpanan tabung
Terdapat tabung gas dalam Dapatmenimbulkankecelaka 1982 tentang
Basement dengan dibuatkan
kondisi hanya dirantai dan an tertabrak/tertindih pada bejana tekanan
Ibis Hotel ruangan khusus
berada di jalur pejalan kaki saat orang berjalan pasal 22 ayat
1,2,3,4,5,6
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

PENGAWASAN K3 LISTRIK

Apabila terkena percikan air Dilakukan


Adanya MCB yang tidak Kepmenakertrans
dari hujan, berpotensi pemasangan cover /
Rooftop diberi cover pelindung / No. Kep. 75 /
mengakibatkan konsleting, pelindung untu MCB
pengaman Men/ 2002
bahkan kebakaran tersebut

Dapat menyebabkan arus


listrik mengalir ke plat yang
Mengisolasi bagian
berada di sekitar kabel Kepmenakertrans
Sambungan kabel yang yang terbuka, atau
Rooftop tersebut agar teknisi tidak No. Kep. 75 /
terbuka dan tidak aman memutus aliran listrik
sentuhan langsung dengan Men/ 2002
jika tidak digunakan
arus listrik bila bekerja di
area tersebut

Ditemukan kabel listrik Merapikan kabel dan


Ruang Kepmenakertrans
yang tidak teratur dan Dapat terjadi hubungan arus tidak menambah stop
admin No. Kep. 75 /
diletakan secara tidak benar pendek, yang kontak T di ruangan
House Men/ 2002 dan
dan penambahan stop mengakibatkan kebakaran di ruang admin house
keeping PUIL 2011
kontak yang berlebihan keeping
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dilakukan
penambahan rambu
Ibis Hotel Tidak adanya rambu jalur Mengakibatkan orang tidak jalur evakuasi yang UU No. 1 Tahun
Lantai 6 evakuasi tau jalur pintu evakuasi berbahan fostvor 1970
agar dapat menyala
di dalam gelap

Terdapat beberapa APAR Meletakaan apar Permenakertran No.


Berpotensi tidak bisa
Ibis Hotel yang tidak sesuai sesuai gimana 04/ Men/ 1980 pasal
dipakai pada saat diperlukn
penempatan pemakaian mestinya 11

Pompa hydran
harus posisi Kepmen 186/1999
standby agar suatu tentang Unit
Bila terjadi kebakaran tidak
Tidak adanya preser di saat terjadi Penanggulangan
Basement siapnya hyadrant untuk
pompa hyidran kebakaran Kebakaran ditempat
melakukan pemadaman
peralatan pemadam kerja pasal 5d dan 7
kebakaran siap ayat 2 c
setiap saat
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkanhasilprakteklapangan yang telah kami lakukan,
penerapankeselamatandankesehatankerjakhususnyapadabidang konstruksi, listrik dan
penanggulangan kebakaran telah dijalankan, walaupun masih terdapatbeberapatemuan–
temuan yang perludiperbaikidenganpenerapan sistem K3,
dangunamencegahdanmenanggulangiterjadinyakecelakaandanpenyakitakibatkerja yang
disebabkan oleh konstruksi, ataupun karena kesalahan instalasi listrik. Oleh karenanya
diperlukanperencanaan, pencegahan, pembinaandanpengawasan K3 bidang konstruksi,
Listrik dan Penanggulangan Kebakaran.
Dan berdasarkan analisa dan evaluasi kami, penerapan K3 khususnya di bidang
K3 Kontruksi, Listrik dan Pengendalian Kebakaran di Ibis Hotel umumnya baik namun
ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan sehingga sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjaga keselamatan pekerja
dan meminimalisir kecelakaan terhadap karyawan.

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikansetelahmelakukanpengamatanpada hotel
Ibis Balikpapan adalah :
1. Penanggulangan Konstruksi
a. Perlu adanya perawatan dan pemeliharaan berkala terhadap bangunan hotel
baik di atap hotel sampai dengan basement hotel dengan membuat jadwal
pemeliharaan.
b. Perlu adanyaperbaikan terhadap kerusakan yang terjadi di gedung, misalnya
kebocoran lantai, dengan memberikan kemiringan lantai supaya air yang ada
di Roof Top tidak tergenang ( dapat mengalir ke parit kecil yang telah dibuat)
c. Diperlukan pembuatan pelindung untuk barang-barang atau peralatan yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja atau dapat di pindahkan ke tempat
yang lebih aman.
d. Perlu adanya Tenaga Ahli K3 yang telah tersertifikasi ( Ahli K3 Umum)
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

2. Penanggulangan Listrik
a. Pemeliharaan listrik di Ibis Hotel sudah ada, sesuai dengan standart accourt
International Management Hotels, namun perlu untuk di sesuaikan
penerapannya dengan System Peraturan Management keselamatan
kesehatan kerja Republik Indonesia. Dalam hal ini bagi karyawan ataupun
pemeriksa K3 bisa dengan mudah di akses.
b. Pemeliharaan berkala perlu dilakukan secara continue untuk memastikan
kondisi peralatan listrik yang ada di Ibis Hotel.
c. Perlu adanya Ahli K3 Listrik di Ibis Hotel Balikpapan untuk mengontrol
semua System kelistrikan yang ada di area Hotel.
d. Diperlukan perhatian khusus terhadap instalasi dan sambungan listrik karena
memiliki potensi bahaya terjadinya hubungan arus pendek yang dapat
menyebabkan kebakaran.
e. Diperlukan pemantauan dan pengendalian terhadap pemasangan jaringan
listrik, terutama ditempat-tempat yang membutuhkan stopkontak dalam
jumlah yang banyak.
f. Diperlukan sertifikasi untuk Ahli K3 Listrik dan teknisi Listrik
3. PengendalianKebakaran
a. Pemeriksaan system proteksi kebakaran harus dilakukan secara cermat.
b. Pemeriksaan Rambu-rambu yang ada di Hotel Ibis Balikpapan agar tetap
sesuai dengan fungsi dan tujuan dari pemasangan rambu-rambu tersebut.
c. Seluruh anggota penanggulangan keadaan darurat wajib melakukan pelatihan
sertifikasi penanggulangan darurat yang dilakukan oleh dinas terkait
d. Harus dilakukan sertifikasi APAR setiap 2 Tahun sekali
e. Harus dilakukan pengujian estimasi waktu dari jalur evakuasi ke muster point
f. Apabila menggunakan jasa pihak ketiga, wajib menyertakan sertifikat –
sertifikat dan lisensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku

Dari Pembahasan diatas dapat disimpulan pada pembahasan sebelumnya


terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran kami untuk pengelola hotel yang
mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukan di masa mendatang,
yakni,sistem K3 yang sudah berjalan dengan baik tetap dipertahankan dan di
tingkatkan kembali sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

DAFTAR PUSTAKA

 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentangKeselamatanKerja


 PER. 01/Men/1980 tentangKeselamatanKerjaPadaKonstruksiBangunan
 PeraturanMenakertrans No. PER. 01/Men/1990
tentangKeselamatandanKesehatanKerjaPadaKonstruksiBangunan
 SKB Menteri PU danMenaker No. Kep.17/Men/1986 – 104/Kpts/1986
tentangKeselamatandanKesehatanKerjaPadaTempatKegiatanKonstruksi
 Kep. DirjenBinawas No.Kep. 31/BW/2002 tentangSertifikasiKompetensi K3
TeknikListrik
 PeraturanMenteriTenagaKerja RI. No. 02/Men/1989
tentangPengawasanInstalasiPenyalurPetir
 Peraturan No. 03/Men/1999 Tentang Syarat – Syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lift Untuk Pengangkutan Orang dan Barang
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER-04/Men/1980 tentang
Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemliharaan Alat Pemadam Api Ringan
 PeraturanMenteriTenagaKerja RI No. PER-02/Men/1983 Tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Automatic
 PeraturanMenteriTenagaKerja RI No. PER-02/Men/1989 Tentang Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor KEP-186/MEN/1999 Tentang
penanggulangan kebakaran Di tempat Kerja
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor KEP-75/MEN/2002 Tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesi (SNI) Nomor .SNI-02-0225-2000 Mengenai
Persyaratan Umum Instlasi Listrik 2000 (PUIL 2000) Ditempat Kerja
 Instruksi menteri Tenaga Kerja RI Nomor. Ins.11/5/B/1997 Tentang Pengawasan
khusus K3 Penanggulangan Kebakaran

Anda mungkin juga menyukai