KATA PENGANTAR
Pujidan syukuratasKehadirat Allah SWT, sehingga
kamidapatmenyelesaikanmakalahinidenganjudul“PENGAWASAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA BIDANG KONSTRUKSI, LISTRIK DAN KEBAKARAN
DI HOTEL IBIS BALIKPAPAN”.
Makalahinidisusundalamrangkamemenuhisalah satu syarat Sertifikasi Ahli K3
Umum. Harapan kami sebagai penyusun,sekiranyaapa
yangkamisajikandapatmemberikanmanfaatuntukperkembangan dan perbaikan.
Memangtakadagading yang takretak, untukitusegalakritikdan saran
sangatdiharapkandalammengantarkesempurnaanpembuatan makalah ini.
Dalampembuatan makalah inibanyaksekalipihak-pihak yang memberikanbantuan,
bimbingan, dorongansertaperhatiansehingga makalah inidapatterselesaikan.Dan pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnyakepada:
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan..............................................................................................................1
C. Ruang Lingkup.....................................................................................................................2
D. Dasar Hukum........................................................................................................................2
A. Pengawasan K3 konstruksi...................................................................................................5
B. Pengawasan K3 Kelistrikan.................................................................................................11
C. Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran......................................................................17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................................33
B. Saran.....................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Hotel sebagai industri jasa sudah selayaknya memberikan layanan yang terbaik bagi
pengguna. Fasilitas pendukung pelayanan harus dijamin aman dan nyaman. Salah satu
faktor yang sangat perlu mendapat perhatian yaitu bangunan harus dilengkapi dengan
sarana keamanan kebakaran yang handal serta struktur bangunan yang aman serta
terdiri atas ruang-ruang/ fasilitas yang nyaman bagi pengguna.Seiring dengan
perkembangan sektor industri yang semakin kompleks, terdapat banyak sumber yang
berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Sehingga perlu dilakukan suatu upaya
pengendalian terhadap sumber bahaya tersebut salah satunya pengawasan terhadap
listrik, kebakaran dan konsruksi. Apabila tidak dilakukan pengawasan atau melakukan
pengawasan yang salah maka akan menimbulkan kecelakaan kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja
maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja
yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah,
sehingga tidak mudah capek.
Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja dan
Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang KetenagakerjaanKeselamatan dan
kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur
dalamKeselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan
kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat
kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan
untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur
yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi
juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur
sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor
manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang
dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan
kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang
nyata.
Menurut Survei Kecelakaan, setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di
tempatkerjayang menimbulkankorban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi.
Pada tahun 2007menurut jamsostek tercatat65.474 kecelakaanyangmengakibatkan1.451
orang meninggal,5.326orang cacattetapdan58.697 orang cedera. Data kecelakaan
tersebut mencakupseluruh perusahaanyangmenjadi anggotajamsostek dengan
jumlahpeserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia.
Dengan demikianangka kecelakaanmencapai930kejadianuntuksetiap 100.000 pekerja
setiap tahun. Oleh karena itu jumlahkecelakaankeseluruhannyadiperkirakan jauh
lebihbesar. Bahkan menurutpenelitian worldeconomicforum padatahun2006,angka
kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai17-18 untuksetiap
100.000pekerja.
Hotelmerupakan suatubangunan,Sebagai suatu kesatuan yang kompleks, hotel
tanpa terkecuali juga harus melaksanakan pengawasan terhadap keselamatan dan
kesehatan, baik dari pekerja ataupun pengunjung hotel. Aspek konstruksi bangunan,
kelistrikan dan penanggulangan kebakaran juga menjadi bagian yang patut
mendapatkan perhatian karena dalam bidang perhotelan ketiga aspek tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Hal ini tentunya mengacu
kepada kegiatan dari sebuah hotel yang tentunya akan selalu berkaitan dengan ketiga
aspek pengawasan K3 tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya pengawasan terhadap
Konstruksi, Kelistrikan dan Sistem proteksi kebakaran. Mulai dari proses
identifikasipotensibahaya, memonitor,memeriksa,menguji,mengevaluasidanmemberi
saran ataurekomendasitentangkeselamatandankesehatankerja.
B. MaksuddanTujuan
PraktekKerjaLapangan (PKL) dilakukan agar dapat :
1. Menerapkanmateripembelajaransesuaiteori yang telahdiberikan.
2. Menemukan dan mengidentifikasi potensi bahaya dan penaksiran resiko.
C. RuangLingkup
Dalamkegiatanpraktekkerjalapangan di Ibis Hotel, ruanglingkup
pengamatandanpengawasanmeliputi :
1. Pengawasan K3 Konstruksi
a. Identifikasi potensi bahaya konstruksi
2. Pengawasan K3 Listrik
a.Identifikasi potensi bahaya listrik
b. Sistem proteksi bahaya listrik
3. Pengawasan K3 kebakaran
a. Identifikasipotensibahaya
b. Sistemproteksikebakaran
D. DasarHukum
Dasarhukumsebagailandasanuntukmelakukanpengawasan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja listrik, kebakaran dan konsruksi , sebagaiberikut :
1. Dasar hukum K3 konstruksi
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menakertrans No 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Konstruksi Bangunan
c. Peraturan Menakertrans No. 05/Men/1985 tentang Pesawan Angkat dan Angkut.
d. SKB Menteri PU dan Menaker No. Kep.17/Men/1986 – 104/Kpts/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
2. Dasar hukum K3 Listrik
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 02/Men/1992 tentang Cara
Penunjukan dan Wewenang Ahli K3
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 04/Men/1995 tentang Perusahaan Jasa
K3
d. Kep. Dirjen Binawas No. Kep. 31/BW/2002 tentang Sertifikasi Kompetensi K3
Teknik Listrik
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGAWASAN K3 KONSTRUKSI
a. Latar Belakang K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan
Konstruksi bangunan merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan bahan
bangunan, pesawat/instalasi peralatan, tenaga kerja dan penerapan teknologi yang
dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja bahkan kematian dan kerugian
material. Sesuai dengan Undang-undang No.1 Tahun 1970, ruang lingkupnya adalah :
1) Dilakukan pekerjaan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya.
2) Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau air.
3) Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh, terperosok, hanyut atau terpelanting.
Konstruksi bangunan adalah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh
tahapan yang dilakukan di tempat kerja, tahapan tersebut antara lain; pekerjaan
penggalian, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan baja dan pekerjaan
pembongkaran yang mana setiap pekerjaan diatas akan menggunakan pesawat atau
instalasi.
Ciri-ciri pekerjaan konstruksi pada suatu proyek adalah;
1) Selalu berpindah-pindah dalam waktu yang relatif singkat.
2) Terbuka dan tertutup, paparan temepratur dan lingkungan kerja yang komplek
3) Pekerjaan secara komprehensif
4) Menggunakan bantuan pesawat atau instalasi.
c. Pengertian-Pengertian
1) Konstruksi bangunan ialah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan
yang dilakukan di tempat kerja.
2) Sarana bangunan adalah instalasi/pesawat yang digunakan selama proses
pekerjaan konstruksi.
3) Safety Officer adalah petugas/pekerja dari kontraktor untuk melaksanakan K3
ditempat kerja.
4) Ahli K3 Konstruksi adalah ahli/ekspert dari kontraktor yang ditunjuk Menaker
untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang K3.
g. Perancah Bangunan
Adalah platform yang dibuat sementara dan digunakan sebagai penyangga
untuk tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan kerja.Sifat pekerjaan perancah berada
pada tempat ketinggian di atas tanah dan permukaan lantai.Potensi bahaya yang
mungkin timbul adalah; terjatuh, roboh, tertimpa jatuhan benda, terperosok.Sebelum
dipakai atau digunakan, perancah tersebut harus diperiksa/diuji oleh Pengawas
Spesialis K3 Konstruksi dan memiliki pengesahan penggunaan.
h. Pekerjaan Plambing
Adalah suatu instalasi untuk mendistribusikan air bersih ke tempat-tempat
yang dikehendaki atau membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa
mencemarkan bagian lain. Setiap instalasi plambing yang digunakan harus memiliki
i. Penanganan Bahan
Pada pekerjaan penanganan bahan banyak mengandung resiko kecelakaan
kerja yang tinggi.Pekerjaan tersebut meliputi; mengangkat, memindahkan,
menggunakan dan menyimpan bahan yang dapat menggunakan tenaga manusia atau
dengan bantuan mesin (hardware devices).Dengan penanganan bahan yang baik dapat
dicapai penghematan waktu dan mengurangi atau meminimalkan terjadinya
kecelakaan. Jenis-jenis dan alat yang digunakan untuk penanganan bahan adalah
dengan;
1) Tenaga manusia (Manual Handling)
Pekerja harus mengetahui cara-cara mengangkat dan membawa secara tepat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pekerja adalah; Kapasitas fisik, sifat
beban/bentuk, keadaan lingkungan kerja, latihan mengangkat/membawa material
2) Tenaga mesin (mechanical handling)
Digunakan jika beban tidak dapat diangkat secara manual karena beberapa hal,
missal; terlalu berat, terlalu besar dll. Jenis-jenis alat yang sering dipakai adalah;
Peralatan angkat, pita transport, pesawat angkut, alat angkut rel. Mekanisme
penanganan bahan yang baik dan benar akan mendatangkan manfaat sebagai
berikut;
a) Menghemat waktu
b) Mengurangi kecelakaan kerja
c) Meningkatkan produktifitas
d) Menghemat ruangan
Agar penanganan berjalan aman dan selamat, maka harus dipertimbangkan
hal-hal sebagai berikut;
a) Jelas awal mula operasinya
b) Proses pengangkatan, pengangkutan harus dilakukan tepat dan cepat
c) Segala sumber bahaya pada rute harus disingkirkan
d) Tiba pada titik akhir harus selamat
e) Bahan yang diterima harus diperiksa dahulu.
j. Peralatan Bangunan
1) Lift Barang, adalah pesawat dengan peralatan yang mempunyai kereta bergerak
naik-turun mengikuti rel pemandu yang dipasang pada bangunan dan digunakan
untuk mengangkut bahan. Lift tersebut digunakan selama masa konstruksi.
2) Lift Orang, sama halnya dengan lift barang tetapi peruntukkannya adalah untuk
orang.
3) Instalasi Listrik, adalah susunan perlengkapan listrik yang bertalian satu dengan
yang lain serta memiliki cirri terkoordinasi, untuk memenuhi satu atau sejumlah
tujuan tertentu, yang mencakup Distribusi, Peralatan dan pengaman instalasi
listrik.
4) Instalasi Penyalur Petir, adalah susunan sarana penyalur petir terdiri dari
penerima, penghantar penurunan, elektroda bumi dan termasuk perlengkapan
lainnya yang berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke
bumi. Setiap instalasi penyaur petir harus memiliki pengesahan dari Disnaker
Kab/kota.
5) Instalasi Tata Udara / Ventilasi, adalah suatu instalasi untuk mengatur penyegaran
udara. Sasaran penyegaran udara adalah agar temperature, kelembaban,
kebersihan dab distribusi udara bersih dapat dipertahankan sesuai kondisi yang
diinginkan. Instalasi tersebut juga harus memiliki pengesahan penggunaan
instalasi dan dipelihara serta diperiksa secara rutin. Komponen instalasi tata udara,
antara lain;
a) Tata udara jenis paket;
- Peralatan penyegar
- Refrigator
b) Instalasi tata udara jenis kamar
c) Instalasi tata udara jenis air udara
d) Suhu udara
Administrasi pengesahan; sebelum instalasi tata udara digunakan, pengurus harus
mengajukan permohonan pengesahan penggunaan kepada disnaker dengan
melampirkan;
a) Gambar konstruksi
b) Sertifikat bahan
c) Perhitungan instalasi
d) Instalasi listrik
B. PENGAWASAN K3 KELISTRIKAN
a. Latar Belakang
Listrik adalah salah satu bentuk sumber daya atau energi potensial yang
banyak memberikan manfaat, ideal, praktis dan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga
penggerak mekanik, pemanas, pencahayaan, dll. Disisi lain listrik dapat menimbulkan
bahaya atau bencana yang merugikan baik manusia, harta benda/materi, apabila
pemanfaatan tidak mengikuti kaidah-kaidah teknik kelistrikan, oleh karena itu setiap
peralatan dan pesawat yang digerakkan listrik diperlukan pengamanan yang memadai
guna melindungi peralatan itu sendiri dan bagi operatornya.
b. Pengertian – Pengertian
Instalasi listrik adalah jaringan yang tersusun secara terkoordinasi mulai dari
sumber pembangkit atau titik sambungan suplai daya listrik sampai titik beban akhir
sesuai maksud dan tujuan penggunaanya.Besaran listrik, yang harus dipahami, adalah;
1) Tegangan (Volt), diklasifikasikan;
a) Tegangan Ekstra Tinggi (TET) >
b) Tegangan Tinggi (TT) > 35 KV
c) Tegangan Menengah (TM) > 1 KV – 35 KV
d) Tegangan Rendah (TR) < 1000 Volt –
e) Tegangan Ekstra Rendah < 50 Volt
2) Arus (Ampere)
3) Frekuensi (Hertz)
4) Daya (Watt)
5) Resistansi (Ohm)
6) Tegangan domestic adalah suplai kepada pelanggan 220/230 Volt, yang artinya
adalah nilai tegangan antara pase dengan netral 220 Volt dan antara pase dengan
pase 380 Volt.
7) Suplai daya pelanggan, setiap suplai kepada pelanggan dicatu dengan jumlah daya
tertentu dengan dipasang pembatas arus (Circuit Breaker) yang tidak dapat
dilampaui.
8) Bahaya sentuhan listrik adalah sentuhan yang dapat membahayakan manusia.
Nilai tegangan dan arus listrik yang besar dapat mengakibatkan kematian.
9) Bahaya sentuh langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif yang secara
normal bertegangan
10) Bahaya sentuh tidak langsung adalah menyentuh bagian konduktor yang secara
normal tidak bertegangan dan menjadi bertegangan karena kebocoran isolasi.
11) Bahaya sambaran petir adalah bahaya pada manusia dan objek lainnya karena
dilalui oleh arus petir baik langsung maupun tidak langsung.
12) Pengawasan K3 Listrik, Lift dan sistem proteksi petir adalah pengawasan
pelaksanaan syarat-syarat K3 baik secara adiministratif maupun teknik sesuai
peraturan dan standar yang berlaku, untuk menjamin kehandalan dan keamanan
operasi instalasi dan peralatan listrik, termasuk lift dan proteksi bahaya petir.
c. Dasar Hukum
Listrik selain bermanfaat juga mengandung bahaya yang harus dikendalikan
sesuai amanat Undang-undang No.1 Tahun 1970. Standar teknik perencanaan,
pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan pemeriksaan/pengujian instalasi
listrik, adalah mengikuti perkembangan penerbitan Peraturan Umum Instalasi Listrik
(PUIL), edisi terakhir dari PUIL yaitu tahun 2000 ditetapkan dengan
Kepmenakertrans No. Kep 75/Men/2002.PUIL berdiri sendiri atau bersifat netral,
sebagai panduan yang tidak mengikat secara hokum.Biasanya standar digunakan
sebagai rujukan dalam suatu kontrak kerja, antara kontraktor/instalatir dengan
pemberi kerja.Oleh karena itu PUIL telah ditetapkan dan diberlakukan secara utuh
dengan Peraturan dan Keputusan Menteri, maka semua persyaratan teknis maupun
administratif, menjadi bersifat wajib. Didalam PUIL juga memuat persyaratan khusus
instalasi listrik untuk lift dan instalasi proteksi bahaya sambaran petir, yang kemudian
diatur secara lebih teknis melalui peraturan;
1) Permenaker No. Per 02/Men/1989, mengenai persyaratan instalasi penyalur petir
2) Permenaker No. Per 03/Men.1999, mengatur persyaratan Lift
3) Kepmenaker No Kep 407/M/BW/1999, mengatur lebih lanjut tentang kompetensi
teknisi lift
4) Keputusan Dirjen Binawas No Kep 311/BW/2002, mengatur lebih lanjut
mengenai sertifikasi Kompetensi K3 bagi teknisi listrik.
2) Sistem proteksi internal adalah system proteksi terhadap sambaran petir secara
tidak langsung, misalnya imbas melalui grounding listrik. Prinsipnya adalah
memotong arus dan menyamakan tegangan dengan memasang arrester.
Pemasangan arrester pada saluran udara dilaksanakan sebagai berikut;
a) Arrester dipasang pada titik percabangan dan pada ujung-ujung saluran yang
panjang, baik saluran utama atau saluran cabang.
b) Pada jaringan dengan system TN
c) Pada jaringan dengan system TT
Penempatan arrester pada instalasi konsumen dilaksanakan sebagai berikut;
a) Pada titik masuk rumah
b) Sistem TN, TT
c) Sistem Informasi
j. Pengawasan Instalasi Listrik
Cara dan pola pengawasan sesuai dengan pasal 4 Undang-undang No.1 Tahun
1970. Gambar rencana instalasi listrik harus mendapatkan persetujuan sebelum
dipasang sesuai dengan PUIL 2000.Pengendalian K3 Lift, sebagai dasar pertimbangan
adalah pertimbangan teknis penetapan Peraturan K3 Lift (Menteri Tenaga Kerja
No.Per 03/Men/1999) adalah bahwa pesawat lift dinilai mempunyai potensi bahaya
tinggi, terutama pasal 25, pasal 24 ayat (1),(2), (3), pasal 24 ayat (4).
C. PENGAWASAN K3 KEBAKARAN
Masalah kebakaran beserta segala aspeknya dapat mengkibatkan berbagai macam
kerugian dan penderitaan.Oleh karena itu, masalah ini memerlukan penanggulangan
secara maksimal.Pembahasan mengenai pengawasan K3 penanggulangan kebakaran
bertujuan untuk meningkatkan usaha-usaha penanggulangan kebakaran dengan segala
akibatnya, dan merupakan pedoman untuk melaksanakan UU Keselamatan Kerja.
a. Dasar Hukum
1) Tujuan K3 tersirat dalam konsideran UU 1/70, yaitu bertujuan melindungi tenaga
kerja dan orang lain, asset dan lingkungan masyarakat
2) Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1)
huruf b, d, q dalam UU No. 1 tahun 1970
3) Pasal 9 ayat (3) mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan
penanggulangan kebakaran
b. Pengertian
1) Pengawasan: suatu aktivitas untuk menilai kesesuaian peryaratan yang telah
ditentukan, yang dalam hal ini adalah persyaratan K3 penanggulangan kebakaran
yang bertujuan untuk mencegah atau menekan resiko sampai pada level yang
memadai.
2) Kebakaran: api yang tidak dikehendaki.
3) Resiko kebakaran: perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran.
4) Memadamkan kebakaran: suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran atau
nyala api.
5) Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran: sarana berbentuk konstruksi
permanen pada bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman untuk
waktu tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni apabila terjadi
keadaan darurat kebakaran
6) Panas, asap dan gas: produk kebakaran yang pada hakekatnya jenis bahaya yang
akan mengancam keselamatan.
c. Ruang Lingkup
1) Identifikasi potensi bahaya
2) Analisa resiko
3) Sarana proteksi kebakaran aktif
4) Sarana proteksi kebakaran pasif
d. Fenomena Kebakaran
1) Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya
penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase tertentu, yaitu:
a) Sumber awal pencetus (source energy)
b) Penyalaan tahap awal (initiation)
c) Api berkembang lebih besar (Growth)
d) Penyalaan api serentak (Flashover)
e) Kebakaran mantap (Stedy/full development fire)Periode surut (Decay)
2) Teori dan anatomi api
a) Teori api. Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu
adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar
b) Teori segitiga api. Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api maka
diperlukan adanya 3 unsur pokok yaitu:
- Bahan yang dapat terbakar (Fuel)
- Oksigen yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator
- Panas yang cukup
c) Teori piramida bidang empat. Fenomena pada suatu bahan yang terbakar
adalah terjadi perubahan bentuk dan sifat-sifatnya yang semula menjadi zat
baru, maka proses ini adalah perubahan secara kimia.
3) Prinsip teknik memadamkan api
a) Pemahaman pertama
Berdasarkan teori Triangle of fire, ada 3 elemen pokok untuk dapat terjadinya
nyala api yaitu :
- Bahan bakar
- Oksigen
- Panas/sumber menyala
b) Pemahaman kedua
Dari ketiga elemen dalam segitiga api, menuntut adanya persyaratan besaran
fisika tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api itu, yaitu:
- Flash point
- Flammable range
- Fire point
- Ignition point
c) Pemahaman ketiga
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori piramida bidang 4
ada elemen ke-4 yaitu radikal bebas yang ternyata mempunyai peranan besar
dalam proses berlangsungnya nyala api. Berdasarkan pemahaman tersebut,
maka teknik memadamkan api dilakukan dengan 4 prinsip, yaitu :
- Prinsip mendinginkan
- Prinsip menutup bahan yang terbakar
- Prinsip mengurangi oksigen
- Prinsip memutus rantai reaksi api
4) Klasifikasi kebakaran
a) Klas A
- jenis kebakaran: bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas,
tekstil, plastik dan sejenisnya.
- sifat: terbakar sampai bagian dalam atau terdapat bara
b) Klas B (cair)
- jenis kebakaran: bahan cair
- sifat: terbakar pada permukaan
c) Klas B (gas)
- jenis kebakaran: bahan gas
- sifat: terbakar pada titik sumber gas mengalir
d) Klas C
- jenis kebakaran: peralatan listrik yang bertegangan
- sifat: ditinjau dari aspek bahaya terkena listrik bagi petugas
e) Klas D
- jenis kebakaran: bahan logam
- sifat: pembakaran logam alan bertemperatur tinggi, sehingga bila
dipadamkan dapat terjadi peledakan karena perubahan fase media
pemadam menjadi gas.
5) Jenis-jenis media pemadam kebakaran
a) Media pemadam kebakaran yang umum digunakan adalah air.
Air tidak dapat digunakan secara efektif dan aman untuk semua jenis
kebakaran.
b) Media pemadam kebakaran jenis halocarbon (Halon)
Bekerja secara kimia memotong rantai reaksi pembakaran yaitu mengikat
unsur-unsur karbon dan hydrogen yang berdiri bebas.
c) Media pemadam kebakaran jenis Clean Agent
Harus memenuhi beberapa criteria, yaitu :
- bersih, tidak meninggalkan bekas/noda
- tidak konduktif
- tidak korosif
BAB III
KONDISI LAPANGAN
A. GambaranUmumTempatKerja
B. Temuan Lapangan
1. Temuan Positif
PENGAWASAN K3 KONSTRUKSI
Lokasi Foto Temuan Dasar Hukum
UU No 1 Tahun 1970 dan
Adanya Lapisan Coating (Semen) yang
Per.PU No, 24/PRTM/2008
Ibis Hotel berfungsi untuk melapisi lantai agar air tidak
ttg PEdoman Pemeliharaan
rooftop merembes langsung ke dalam lantai atau
dan perawatan Bangunan
semen pada lapisan atas gedung
Gedung
Permenaker No 02/1983
Ibis Hotel
Setiaplantaisudahterdapatlampu emergency tentang instalasi alarm
Lantai 6
kebakaran automatic
PENGAWASAN K3 LISTRIK
Permenaker
Adanya Baterai cadangan untuk No.03/Men/1999 Tentang
Rooftop pengoperasian Lift, pada saat mati lampu dan Syarat-syarat K3 Lift untuk
atau genset sedang bermasalah pengangkutan orang dan
barang Pasal 3 ayat 1
Permenaker
Terdapat informasi mengenai Batas Maksimal No.03/Men/1999 Tentang
Lift Beban Angkat dan Angkut di Lift dan Syarat-syarat K3 Lift untuk
terpasang alarm pengangkutan orang dan
barang Pasal 3 ayat 1
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran
Permenaker No 02/1983
Kamar Hotel Ibis Terdapat Springkler di setiap kamar tentang instalasi alarm
kebakaran automatic
Permenaker No 02/1983
Kamar Hotel ibis Terdapat smoke detector di setiap kamar tentang instalasi alarm
kebakaran automatic
Kepmenaker
Terdapat Hydrant disetiap lantai, dan di luar No.186/Men/1999 Tentang
Hotel Ibis
gedung Penanggulangan kebakaran
di tempat kerja Pasal 3
Kepmenaker
Terdapat Emergency Respon Team untuk No.186/Men/1999 Tentang
Basement Hotel
kejadian – kejadian darurat di hotel IBIS Penanggulangan kebakaran
di tempat kerja Pasal 3
Kepmen No 186/1989
Parking Lot Terdapat Muster Point sebagai tempat
tentang penanggulangan
Hotel Ibis berkumpul dalam keadaan emergency
kebakaran ditempat kerja
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran
2. Temuan Negatif
Pengawasan K3 Konstruksi
Lokasi Foto Temuan AnalisaPotensiBahaya Rekomendasi DasarHukum
Segera memperbaiki
Rembesan air tersebut
Hotel ibis lantai dgn menambah Menakertrans
Terdapat genangan air mengalir keatas tangga
roof top jalur aliran genangan no1/men/1980
darurat
air
Dilakukan
Permen 01 tahun
penyimpanan tabung
Terdapat tabung gas dalam Dapatmenimbulkankecelaka 1982 tentang
Basement dengan dibuatkan
kondisi hanya dirantai dan an tertabrak/tertindih pada bejana tekanan
Ibis Hotel ruangan khusus
berada di jalur pejalan kaki saat orang berjalan pasal 22 ayat
1,2,3,4,5,6
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran
PENGAWASAN K3 LISTRIK
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dilakukan
penambahan rambu
Ibis Hotel Tidak adanya rambu jalur Mengakibatkan orang tidak jalur evakuasi yang UU No. 1 Tahun
Lantai 6 evakuasi tau jalur pintu evakuasi berbahan fostvor 1970
agar dapat menyala
di dalam gelap
Pompa hydran
harus posisi Kepmen 186/1999
standby agar suatu tentang Unit
Bila terjadi kebakaran tidak
Tidak adanya preser di saat terjadi Penanggulangan
Basement siapnya hyadrant untuk
pompa hyidran kebakaran Kebakaran ditempat
melakukan pemadaman
peralatan pemadam kerja pasal 5d dan 7
kebakaran siap ayat 2 c
setiap saat
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkanhasilprakteklapangan yang telah kami lakukan,
penerapankeselamatandankesehatankerjakhususnyapadabidang konstruksi, listrik dan
penanggulangan kebakaran telah dijalankan, walaupun masih terdapatbeberapatemuan–
temuan yang perludiperbaikidenganpenerapan sistem K3,
dangunamencegahdanmenanggulangiterjadinyakecelakaandanpenyakitakibatkerja yang
disebabkan oleh konstruksi, ataupun karena kesalahan instalasi listrik. Oleh karenanya
diperlukanperencanaan, pencegahan, pembinaandanpengawasan K3 bidang konstruksi,
Listrik dan Penanggulangan Kebakaran.
Dan berdasarkan analisa dan evaluasi kami, penerapan K3 khususnya di bidang
K3 Kontruksi, Listrik dan Pengendalian Kebakaran di Ibis Hotel umumnya baik namun
ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan sehingga sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjaga keselamatan pekerja
dan meminimalisir kecelakaan terhadap karyawan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikansetelahmelakukanpengamatanpada hotel
Ibis Balikpapan adalah :
1. Penanggulangan Konstruksi
a. Perlu adanya perawatan dan pemeliharaan berkala terhadap bangunan hotel
baik di atap hotel sampai dengan basement hotel dengan membuat jadwal
pemeliharaan.
b. Perlu adanyaperbaikan terhadap kerusakan yang terjadi di gedung, misalnya
kebocoran lantai, dengan memberikan kemiringan lantai supaya air yang ada
di Roof Top tidak tergenang ( dapat mengalir ke parit kecil yang telah dibuat)
c. Diperlukan pembuatan pelindung untuk barang-barang atau peralatan yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja atau dapat di pindahkan ke tempat
yang lebih aman.
d. Perlu adanya Tenaga Ahli K3 yang telah tersertifikasi ( Ahli K3 Umum)
Pengawasan K3 Bidang Konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran
2. Penanggulangan Listrik
a. Pemeliharaan listrik di Ibis Hotel sudah ada, sesuai dengan standart accourt
International Management Hotels, namun perlu untuk di sesuaikan
penerapannya dengan System Peraturan Management keselamatan
kesehatan kerja Republik Indonesia. Dalam hal ini bagi karyawan ataupun
pemeriksa K3 bisa dengan mudah di akses.
b. Pemeliharaan berkala perlu dilakukan secara continue untuk memastikan
kondisi peralatan listrik yang ada di Ibis Hotel.
c. Perlu adanya Ahli K3 Listrik di Ibis Hotel Balikpapan untuk mengontrol
semua System kelistrikan yang ada di area Hotel.
d. Diperlukan perhatian khusus terhadap instalasi dan sambungan listrik karena
memiliki potensi bahaya terjadinya hubungan arus pendek yang dapat
menyebabkan kebakaran.
e. Diperlukan pemantauan dan pengendalian terhadap pemasangan jaringan
listrik, terutama ditempat-tempat yang membutuhkan stopkontak dalam
jumlah yang banyak.
f. Diperlukan sertifikasi untuk Ahli K3 Listrik dan teknisi Listrik
3. PengendalianKebakaran
a. Pemeriksaan system proteksi kebakaran harus dilakukan secara cermat.
b. Pemeriksaan Rambu-rambu yang ada di Hotel Ibis Balikpapan agar tetap
sesuai dengan fungsi dan tujuan dari pemasangan rambu-rambu tersebut.
c. Seluruh anggota penanggulangan keadaan darurat wajib melakukan pelatihan
sertifikasi penanggulangan darurat yang dilakukan oleh dinas terkait
d. Harus dilakukan sertifikasi APAR setiap 2 Tahun sekali
e. Harus dilakukan pengujian estimasi waktu dari jalur evakuasi ke muster point
f. Apabila menggunakan jasa pihak ketiga, wajib menyertakan sertifikat –
sertifikat dan lisensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
DAFTAR PUSTAKA