KELOMPOK IV
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahak Kuasa, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA BIDANG K3 LISTRIK, KEBAKARAN & KONSTRUKSI”.
Makalah ini disusun karena merupakan salah satu syarat pelatihan sertifikasi Ahli K3 Umum.
Oleh karena itu harapan kami selaku penyusun, agar makalah ini dapat memberikan manfaat
dan masukan terkait pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di lokasi observasi.
Pada kesempatan ini, kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan yang teradapat dalam makalah ini, dan
tentunya sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena jika ada kekurangan, penyusun sangat
menerima saran dan kritik dari semua pihak sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .................................................................................... 2
Daftar isi ................................................................................................ 3
Pendahuluan ………..................................................................................... 4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan
kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan
nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang
bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak
mudah lelah.
Hotel sebagai industri jasa sudah selayaknya memberikan layanan yang terbaik bagi
pengguna. Fasilitas pendukung pelayanan harus dijamin aman dan nyaman. Salah satu faktor
yang sangat perlu mendapat perhatian yaitu bangunan harus dilengkapi dengan sarana
keamanan kebakaran yang handal serta struktur bangunan yang aman serta terdiri atas ruang-
ruang/ fasilitas yang nyaman bagi pengguna. Seiring dengan perkembangan sektor industri
yang semakin kompleks, terdapat banyak sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya
kebakaran. Sehingga perlu dilakukan suatu upaya pengendalian terhadap sumber bahaya
tersebut salah satunya pengawasan terhadap listrik, kebakaran dan konsruksi. Apabila tidak
dilakukan pengawasan atau melakukan pengawasan yang salah maka akan menimbulkan
kecelakaan kerja
Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja dan Undang –
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang KetenagakerjaanKeselamatan dan kesehatan kerja
merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalamKeselamatan dan
kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja. Dengan menerapkan
teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja
tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian
rupa, tetapi dalam prakteknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja seperti faktor manusia,
lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita
saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan
keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata
Seiring dengan perkembangan sektor industri yang semakin kompleks, terdapat banyak
sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya. Sehingga perlu dilakukan suatu upaya
pengendalian terhadap sumber bahaya tersebut dengan pengendalian terhadap instalasi listrik,
konstruksi dan kebakaran.
Apabila tidak dilakukan pengendalian atau melakukan pengendalian yang salah maka
dapat menimbulkan kebakaran. Selain itu, instalasi listrik juga merupakan suatu sistem yang
sangat kompleks terhadap kehidupan di era modern ini. Berdasarkan hal tersebut perlu
dilakukan upaya penanggulangan kebakaran untuk mencegah terjadinya kebakaran dan
sebgai sarana proteksi.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya pengawasan terhadap Konstruksi,
Kelistrikan dan Sistem proteksi Kebakaran. Mulai dari proses identifikasi potensi bahaya,
memonitor,memeriksa,menguji,mengevaluasi dan memberi saran atau rekomendasi tentang
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup kegiatan praktek kerja lapangan di Hotel Ibis Balikpapan,
meliputi:
1. Pengawasan K3 Listrik
a. Identifikasi potensi bahaya konstruksi
2. Pengawasan K3 kebakaran
a. Identifikasi potensi bahaya listrik
b. Sistem proteksi bahaya listrik.
3. Pengawasan K3 Konstruksi
a. Identifikasi potensi bahaya
b. Sistem proteksi kebakaran
4. Dasar Hukum
Dasar hukum sebagai landasan untuk melakukan pengawasan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja listrik, kebakaran dan konsruksi , sebagai berikut :
1. Dasar hukum K3 konstruksi
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menakertrans No 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
c. Peraturan Menakertrans No. 05/Men/1985 tentang Pesawan Angkat dan
Angkut
d. SKB Menteri PU dan Menaker No. Kep.17/Men/1986 – 104/Kpts/1986
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
2. Dasar hukum K3 Listrik
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 02/Men/1992 tentang Cara
Penunjukan dan Wewenang Ahli K3.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 04/Men/1995 tentang Perusahaan
Jasa K3.
d. Kep. Dirjen Binawas No. Kep. 31/BW/2002 tentang Sertifikasi Kompetensi
K3 Teknik Listrik
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI. No. 02/Men/1989 tentang Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir
f. Peraturan No. 03/Men/1999 Tentang Lift
Pengawasan K3 Listrik, Kebakaran & Konstruksi
6
Sertifikasi Ahli K3 Umum
BAB II
LANDASAN TEORI
1. PENGAWASAN K3 KONSTRUKSI
a. Latar Belakang K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan
Konstruksi bangunan merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan bahan bangunan,
pesawat/instalasi peralatan, tenaga kerja dan penerapan teknologi yang dapat menjadi sumber
terjadinya kecelakaan kerja bahkan kematian dan kerugian material. Sesuai dengan Undang-
undang No.1 Tahun 1970, ruang lingkupnya adalah :
1) Dilakukan pekerjaan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya.
2) Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau air.
3) Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh, terperosok, hanyut atau terpelanting.
Konstruksi bangunan adalah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan yang
dilakukan di tempat kerja, tahapan tersebut antara lain; pekerjaan penggalian, pekerjaan
pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan baja dan pekerjaan pembongkaran yang mana setiap
pekerjaan diatas akan menggunakan pesawat atau instalasi.
Ciri-ciri pekerjaan konstruksi pada suatu proyek adalah :
1) Selalu berpindah-pindah dalam waktu yang relatif singkat.
2) Terbuka dan tertutup, paparan temepratur dan lingkungan kerja yang komplek.
3) Pekerjaan secara komprehensif.
4) Menggunakan bantuan pesawat atau instalasi.
b. Dasar Hukum
1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2
2) Undang-Undang No.1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan.
Terdiri dari : Kewajiban administrasi teknis K3 dan kewajiban teknis K3 bagi pelaksana
konstruksi/kontraktor
4) Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/Men/1986 dan No.104/Kpts/1986, terdiri dari :
i. Ada pengawasan fungsional dari Depnakertrans dan Departemen Pekerjaan
Umum (Kimpraswil).
ii. Kewajiban setiap pengurus/pemimpin pelaksanaan pekerjaan atau bagian
pekerjaan pelaksana syarat-syarat K3.
iii. Pedoman pelaksanaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat
kegiatan konstruksi.
c. Pengertian-Pengertian
1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2
2) Sarana bangunan adalah instalasi/pesawat yang digunakan selama proses pekerjaan
konstruksi.
3) Safety Officer adalah petugas/pekerja dari kontraktor untuk melaksanakan K3 ditempat
kerja.
4) Ahli K3 Konstruksi adalah ahli/ekspert dari kontraktor yang ditunjuk Menaker untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang K3.
g. Perancah Bangunan
Adalah platform yang dibuat sementara dan digunakan sebagai penyangga untuk tenaga
kerja, bahan-bahan dan peralatan kerja.Sifat pekerjaan perancah berada pada tempat
ketinggian di atas tanah dan permukaan lantai.Potensi bahaya yang mungkin timbul adalah;
terjatuh, roboh, tertimpa jatuhan benda, terperosok.Sebelum dipakai atau digunakan,
perancah tersebut harus diperiksa/diuji oleh Pengawas Spesialis K3 Konstruksi dan memiliki
pengesahan penggunaan
h. Pekerjaan Plambing
Adalah suatu instalasi untuk mendistribusikan air bersih ke tempat-tempat yang
dikehendaki atau membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian
lain. Setiap instalasi plambing yang digunakan harus memiliki pengesahan penggunaan
instalasi dan harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sesuai dengan ketentuan.
i. Penanganan Bahan
Pada pekerjaan penanganan bahan banyak mengandung resiko kecelakaan kerja yang
tinggi.Pekerjaan tersebut meliputi; mengangkat, memindahkan, menggunakan dan
menyimpan bahan yang dapat menggunakan tenaga manusia atau dengan bantuan mesin
(hardware devices).Dengan penanganan bahan yang baik dapat dicapai penghematan waktu
dan mengurangi atau meminimalkan terjadinya kecelakaan. Jenis-jenis dan alat yang
digunakan untuk penanganan bahan adalah dengan;
1) Tenaga manusia (Manual Handling)
Pekerja harus mengetahui cara-cara mengangkat dan membawa secara tepat. Beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh pekerja adalah; Kapasitas fisik, sifat beban/bentuk, keadaan
lingkungan kerja, latihan mengangkat/membawa material
2) Tenaga mesin (mechanical handling)
Digunakan jika beban tidak dapat diangkat secara manual karena beberapa hal, missal;
terlalu berat, terlalu besar dll. Jenis-jenis alat yang sering dipakai adalah;
Peralatan angkat, pita transport, pesawat angkut, alat angkut rel. Mekanisme penanganan
bahan yang baik dan benar akan mendatangkan manfaat sebagai berikut;
a) Menghemat waktu
b) Mengurangi kecelakaan kerja
c) Meningkatkan produktifitas
d) Menghemat ruangan
Agar penanganan berjalan aman dan selamat, maka harus dipertimbangkan hal-hal
sebagai berikut;
a) Jelas awal mula operasinya
b) Proses pengangkatan, pengangkutan harus dilakukan tepat dan cepat.
c) Segala sumber bahaya pada rute harus disingkirkan
d) Tiba pada titik akhir harus selamat.
e) Bahan yang diterima harus diperiksa dahulu.
j. Peralatan Bangunan
1) Lift Barang, adalah pesawat dengan peralatan yang mempunyai kereta bergerak naik-
turun mengikuti rel pemandu yang dipasang pada bangunan dan digunakan untuk
mengangkut bahan. Lift tersebut digunakan selama masa konstruksi.
2) Lift Orang, sama halnya dengan lift barang tetapi peruntukkannya adalah untuk orang.
3) Instalasi Listrik, adalah susunan perlengkapan listrik yang bertalian satu dengan yang lain
serta memiliki cirri terkoordinasi, untuk memenuhi satu atau sejumlah tujuan tertentu,
yang mencakup Distribusi, Peralatan dan pengaman instalasi listrik.
4) Instalasi Penyalur Petir, adalah susunan sarana penyalur petir terdiri dari penerima,
penghantar penurunan, elektroda bumi dan termasuk perlengkapan lainnya yang berfungsi
untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke bumi. Setiap instalasi penyaur
petir harus memiliki pengesahan dari Disnaker Kab/kota.
5) Instalasi Tata Udara / Ventilasi, adalah suatu instalasi untuk mengatur penyegaran udara.
Sasaran penyegaran udara adalah agar temperature, kelembaban, kebersihan dab
distribusi udara bersih dapat dipertahankan sesuai kondisi yang diinginkan. Instalasi
tersebut juga harus memiliki pengesahan penggunaan instalasi dan dipelihara serta
diperiksa secara rutin. Komponen instalasi tata udara, antara lain;
a) Tata udara jenis paket;
- Peralatan penyegar
- Refrigator
b) Instalasi tata udara jenis kamar
c) Instalasi tata udara jenis air udara
d) Suhu udara
Administrasi pengesahan; sebelum instalasi tata udara digunakan, pengurus harus
mengajukan permohonan pengesahan penggunaan kepada disnaker dengan melampirkan;
a) Gambar konstruksi
Pengawasan K3 Listrik, Kebakaran & Konstruksi
13
Sertifikasi Ahli K3 Umum
b) Sertifikat bahan
c) Perhitungan instalasi
d) Instalasi listrik.
2. PENGAWASAN K3 LISTRIK
a. Latar Belakang
Listrik adalah salah satu bentuk sumber daya atau energi potensial yang banyak
memberikan manfaat, ideal, praktis dan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak
mekanik, pemanas, pencahayaan, dll. Disisi lain listrik dapat menimbulkan bahaya atau
bencana yang merugikan baik manusia, harta benda/materi, apabila pemanfaatan tidak
mengikuti kaidah-kaidah teknik kelistrikan, oleh karena itu setiap peralatan dan pesawat yang
digerakkan listrik diperlukan pengamanan yang memadai guna melindungi peralatan itu
sendiri dan bagi operatornya.
b. Pengertian-pengertian
Instalasi listrik adalah jaringan yang tersusun secara terkoordinasi mulai dari sumber
pembangkit atau titik sambungan suplai daya listrik sampai titik beban akhir sesuai maksud
dan tujuan penggunaanya.Besaran listrik, yang harus dipahami, adalah;
1) Tegangan (Volt), diklasifikasikan;
a) Tegangan Ekstra Tinggi (TET) >
b) Tegangan Tinggi (TT) > 35 KV
c) Tegangan Menengah (TM) > 1 KV – 35 KV
d) Tegangan Rendah (TR) < 1000 Volt –
e) Tegangan Ekstra Rendah < 50 Volt
2) Arus (Ampere)
3) Frekuensi (Hertz)
4) Daya (Watt)
5) Resistansi (Ohm)
6) Tegangan domestic adalah suplai kepada pelanggan 220/230 Volt, yang artinya adalah
nilai tegangan antara pase dengan netral 220 Volt dan antara pase dengan pase 380 Volt.
7) Suplai daya pelanggan, setiap suplai kepada pelanggan dicatu dengan jumlah daya
tertentu dengan dipasang pembatas arus (Circuit Breaker) yang tidak dapat dilampaui.
8) Bahaya sentuhan listrik adalah sentuhan yang dapat membahayakan manusia. Nilai
tegangan dan arus listrik yang besar dapat mengakibatkan kematian.
9) Bahaya sentuh langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif yang secara normal
bertegangan
10) Bahaya sentuh tidak langsung adalah menyentuh bagian konduktor yang secara normal
tidak bertegangan dan menjadi bertegangan karena kebocoran isolasi.
11) Bahaya sambaran petir adalah bahaya pada manusia dan objek lainnya karena dilalui oleh
arus petir baik langsung maupun tidak langsung.
12) Pengawasan K3 Listrik, Lift dan sistem proteksi petir adalah pengawasan pelaksanaan
syarat-syarat K3 baik secara adiministratif maupun teknik sesuai peraturan dan standar
yang berlaku, untuk menjamin kehandalan dan keamanan operasi instalasi dan peralatan
listrik, termasuk lift dan proteksi bahaya petir
c. Dasar Hukum
Listrik selain bermanfaat juga mengandung bahaya yang harus dikendalikan sesuai
amanat Undang-undang No.1 Tahun 1970. Standar teknik perencanaan, pemasangan,
pengoperasian, pemeliharaan dan pemeriksaan/pengujian instalasi listrik, adalah mengikuti
perkembangan penerbitan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL), edisi terakhir dari PUIL
yaitu tahun 2000 ditetapkan dengan Kepmenakertrans No. Kep 75/Men/2002.PUIL berdiri
sendiri atau bersifat netral, sebagai panduan yang tidak mengikat secara hokum.Biasanya
standar digunakan sebagai rujukan dalam suatu kontrak kerja, antara kontraktor/instalatir
dengan pemberi kerja.Oleh karena itu PUIL telah ditetapkan dan diberlakukan secara utuh
dengan Peraturan dan Keputusan Menteri, maka semua persyaratan teknis maupun
administratif, menjadi bersifat wajib. Didalam PUIL juga memuat persyaratan khusus
instalasi listrik untuk lift dan instalasi proteksi bahaya sambaran petir, yang kemudian diatur
secara lebih teknis melalui peraturan;
1) Permenaker No. Per 02/Men/1989, mengenai persyaratan instalasi penyalur petir.
2) Permenaker No. Per 03/Men.1999, mengatur persyaratan Lift.
3) Kepmenaker No Kep 407/M/BW/1999, mengatur lebih lanjut tentang kompetensi
teknisi lift.
4) Keputusan Dirjen Binawas No Kep 311/BW/2002, mengatur lebih lanjut mengenai
sertifikasi Kompetensi K3 bagi teknisi listrik
1) Ruang lingkup obyek pengawasan tersirat dalam Bab II pasal 2 ayat (2) huruf q UU
1/70, yaitu tertulis; Di setiap tempat dimana dibangkitkan, diubah, dikumpulkan dan
disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air. Dari ketentuan
tersebut, ruang lingkup K3 listrik adalah mulai dari pembangkitan jaringan transmisi
Tegangan Ekstra Tinggi (TET), Tegangan Tinggi (TT), Tegangan Menengah ( TM )
dan jaringan distribusi Tegangan Rendah (TR) sampai pada tingkat distribusi.
2) Undang-undang No1 Tahun 1970, pasal 3 ayat (1) huruf q, tertulis; Dengan peraturan
perundangan ditetapkan syarat-syarat K3 untuk mencegah terkena aliran listrik
berbahaya.
3) Menurut PUIL 2000, listrik yang berbahaya adalah listrik yang memiliki tegangan
lebih dari 25 Volt di tempat lembab atau 50 Volt ditempat normal.
4) Ruang lingkup obyek pengawasan system proteksi petir sesuai Permenaker No. Per-
02/Men/1989, hanya mengatur sambaran petir langsung.
2) Bahaya sentuh tidak langsung adalah sentuh tidak langsung pada BKT perlengkapan
atau instalasi listrik yang menjadi bertegangan akibat kegagalan isolasi. BKT
perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang tidak merupakan
bagian sirkuit listriknya yang dalam kondisi normal tidak bertegangan, tetapi menjadi
bertegangan. Kegagalan isolasi dapat dicegah dengan cara;
a) Perlengkapan listrik harus dirancang dan dibuat dengan baik.
b) Bagian aktif harus diisolasi dengan bahan yang tepat.
c) Instalasi listrik harus dipasang dengan baik.
Sedangkan proteksi dari sentuh tidak langsung (dalam kondisi gangguan) dapat dengan cara;
a) Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis
- Pemasangan gawai proteksi yang secara otomatis memutus suplai ke sirkuit.
- Pembumian.
- Sistem Pembumian Pengaman.
- Membumikan titik netral system listrik di sumbernya.
- Membumikan BKT perlengkapan dan BKT Instalasi listrik
b) Proteksi dengan penggunaan perlengkapan kelas II atau dengan isolasi ekivalen
- Perlengkapan kelas O, Perlengkapan proteksinya dari kejut listrik mengandalkan
isolasi dasar.
- Perlengkapan kelas I, Perlengkapan proteksi kejut listrik tidak hanya
mengandalkan isolasi dasar tetapi juga mencakup tindakan pencegahan
keselamatan tambahan.
- Perlengkapan kelas II, Seperti halnya kelas I tetpai diperkuat ganda dan harus
dilengkapi dengan perlengkapan listrik yang mempunyai isolasi ganda atau
diperkuat (perlengkapan kelas II) dan rakitan perlengkapan listrik buatan pabrik
yang mempunyai isolasi total dengan lambing ® (IEC 439).
- Perlengkapan kelas III, Perlengkapan yang proteksi kejut listriknya
mengandalkan pada suplai tegangan ekstra renda (SELV) dan tegangan yang
lebih tinggi dari SELV tidak dibangkitkan.
c) Proteksi dengan lokasi tidak konduktif
d) Proteksi dengan ikatan penyama potensial local bebas bumi.
e) Proteksi dengan separasi listrik.
a) Pengaman kejut listrik baik langsung maupun tidak langsung, pada prinsipnya;
- Mencegah mengalirnya arus listrik melalui tubuh manusia.
- Membatasi nilai arus listrik dibawah arus kejut
- Memutuskan arus listrik pada saat terjadi gangguan
b) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran (efek thermal)
c) Pengamanan terhadap induksi medan magnit dan medan listrik.
Petir adalah pelepasan muatan listrik dari awan kea wan atau dari awan ke bumi dengan
sasaran adalah objek paling tinggi. Besarnya arus petir adalah berkisar 5000 – 10.000
Ampere dan panas mencapai 30.000 C, sehingga dampak yang terjadi pada objek yang
tersambar petir adalah kerusakan mekanis, terbakar atau kerusakan karena fluktuasi arus dan
tegangan petir. Bahaya terbesar bagi manusia dan binatang serta objek lainnya kebanyakan
ditimbulkan oleh sambaran kilat tidak langsung;
1) Kilat yang menyambar gedung atau pohon dapat mengambil jalan parallel melalui
orang yang berdiri dekat dengan objek yang disambar.
2) Kuat medan listrik dari sambaran kilat yang dekat dengan seseorang dapat
menginduksikan arus di dalam badannya yang dapat menyebabkan kematiannya.
3) Kilat yang sedang berhubungan dengan tanah dapat menimbulkan gradient potensial
pada seluruh permukaan tanah disekitarnya dengan arah melalui titik sambaran.
3. PENGAWASAN K3 KEBAKARAN
Masalah kebakaran beserta segala aspeknya dapat mengkibatkan berbagai macam
kerugian dan penderitaan.Oleh karena itu, masalah ini memerlukan penanggulangan secara
maksimal.Pembahasan mengenai pengawasan K3 penanggulangan kebakaran bertujuan untuk
meningkatkan usaha-usaha penanggulangan kebakaran dengan segala akibatnya, dan
merupakan pedoman untuk melaksanakan UU Keselamatan Kerja.
a. Dasar Hukum
1) Tujuan K3 tersirat dalam konsideran UU 1/70, yaitu bertujuan melindungi tenaga
kerja dan orang lain, asset dan lingkungan masyarakat.
2) Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1) huruf b,
d, q dalam UU No. 1 tahun 1970.
3) Pasal 9 ayat (3) mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan
penanggulangan kebakaran.
b. Pengertian
1) Pengawasan: suatu aktivitas untuk menilai kesesuaian peryaratan yang telah
ditentukan, yang dalam hal ini adalah persyaratan K3 penanggulangan kebakaran
yang bertujuan untuk mencegah atau menekan resiko sampai pada level yang
memadai..
2) Kebakaran: api yang tidak dikehendaki.
3) Resiko kebakaran: perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran.
4) Memadamkan kebakaran: suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran atau nyala
api.
5) Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran: sarana berbentuk konstruksi
permanen pada bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman untuk waktu
tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni apabila terjadi keadaan darurat
kebakaran.
6) Panas, asap dan gas: produk kebakaran yang pada hakekatnya jenis bahaya yang akan
mengancam keselamatan.
c. Ruang Lingkup
1) Identifikasi potensi bahaya.
2) Analisa resiko.
3) Sarana proteksi kebakaran aktif.
4) Sarana proteksi kebakaran pasif
d. Fenomena Kebakaran
1) Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan
sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase tertentu, yaitu:
a) Sumber awal pencetus (source energy).
b) Penyalaan tahap awal (initiation).
c) Api berkembang lebih besar (Growth)
d) Penyalaan api serentak (Flashover).
e) Kebakaran mantap (Stedy/full development fire)Periode surut (Decay)
2) Teori dan anatomi api
a) Teori api. Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu
adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar.
b) Teori segitiga api. Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api maka diperlukan
adanya 3 unsur pokok yaitu:
- Bahan yang dapat terbakar (Fuel).
- Oksigen yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator.
Pengawasan K3 Listrik, Kebakaran & Konstruksi
21
Sertifikasi Ahli K3 Umum
b) Klas B (cair)
- jenis kebakaran: bahan cair
- sifat: terbakar pada permukaan.
c) Klas B (gas)
- jenis kebakaran: bahan gas.
- sifat: terbakar pada titik sumber gas mengalir
d) Klas C
- jenis kebakaran: peralatan listrik yang bertegangan
- sifat: ditinjau dari aspek bahaya terkena listrik bagi petugas
e) Klas D
- jenis kebakaran: bahan logam
- sifat: pembakaran logam alan bertemperatur tinggi, sehingga bila dipadamkan
dapat terjadi peledakan karena perubahan fase media pemadam menjadi gas.
5) Jenis-jenis media pemadam kebakaran
a) Media pemadam kebakaran yang umum digunakan adalah air.
Air tidak dapat digunakan secara efektif dan aman untuk semua jenis kebakaran.
b) Media pemadam kebakaran jenis halocarbon (Halon) bekerja secara kimia
memotong rantai reaksi pembakaran yaitu mengikat unsur-unsur karbon dan
hydrogen yang berdiri bebas.
c) Media pemadam kebakaran jenis Clean Agent Harus memenuhi beberapa Kriteria,
yaitu :
bersih, tidak meninggalkan bekas/noda.
tidak konduktif
tidak korosif
3) Alat pemadam api ringan. Direncanakan untuk memadamkan api pada awal
kebakaran.
4) Hydrant. Instalasi pemadam kebakaran yang dipasang permanent berupa jaringan
perpipaan berisi air bertekanan terus-menerus yang siap untuk memadamkan
kebakaran.
5) Springkler. Instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk
melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja secara otomatik
memancarkan air apabila terkena panas pada temperatur tertentu.
6) Sarana evakuasi. Sarana dalam bentuk konstruksi dari bagian bangunan yang
dirancang aman sementara (min 1 jam) untuk jalan menyelamatkan diri bila terjadi
kebakaran bagi seluruh penghuni di dalamnya tanpa dibantu orang lain.
7) Kompartementasi. Metode pengaturan tata ruang untuk menghambat penjalaran
kebakaran ke bagian lain.
8) Sistem pengendalian asap dan panas.
9) Pressurized fan. Fungsinya untuk memecah konsentrasi uap berada di bawah
flammable range, sehingga terhindar dari resiko penyalaan.
10) Tempat penimbunan bahan cair atau gas mudah terbakar.
BAB III
KONDISI LAPANGAN
Ibis Hotel berdiri pada tahun 2007 yang bergerak dibidang pariwisata terutama dalam
bidang perhotelan. Perusahaan ini beralamat di jalan Brigjen Ery Suparjan No.2 Balikpapan,
Kalimantan Timur. Berdasarkan interview langsung dengan pembimbing dari pihak Hotel
Ibis hingga saat ini Ibis hotel memiliki karyawan sebanyak 165 orang dengan jumlah jam
kerja 8 jam per hari yang dibagi dengan 3 shift. Jumlah kamar sebanyak 155 kamar dan
terdiri dari atas 6 lantai, dengan jumlah lift ada 2 dan jalur evakuasi yang tersedia terintegrasi
dengan kamar hotel. Untuk Hotel Ibis sudah ada tersedia fasilitas poteksi kebakaran berupa
Springkler, Smoke Detector, Power Hydrant dan APAR dan dilengkapi dengan Alat
Pelindung Diri untuk pemadam kebakaran.
2. Temuan Lapangan
a. Temuan Postif
Lokasi Foto Temuan Dasar Hukum
Pengawasan K3 Konstruksi
Hotel Ibis Tersedianya tanda/rambu 1. UU No 1
Lantai 6 Emergency Exit. Tahun 1970.
Kepmen No.186
Tahun 1999 pasal 2.2b
Pengawasan K3 Listrik
Rooftop Adanya penangkal petir Pemenaker No.
di atas bangunan Hotel 02/Men/1989 tentang
Ibis yang tersambung Pengawasan Instalasi
langsung ke ground. Penyalur Petir Pasal 2
b. Temuan negatif
Analisa
Lokasi Foto Temuan Potensi Rekomendasi Dasar Hukum
Bahaya
Pengawasan K3 Listrik
Rooftop Dijumpai MCB Apabila terkena Agar segera Kepmenakertrans
tidak diberi percikan air dari dilakukan No. Kep. 75 / Men/
pengaman/cover hujan, pemasangan 2002
pelindung berpotensi pengaman/cover
mengakibatkan pelindung
konsleting,
bahkan
kebakaran
Rooftop Sambungan Apabila terkena Agar dilakukan Kepmenakertrans
Kabel yang tidak percikan air pengisolasian No. Kep. 75 / Men/
standart hujan akan yang standart 2002
berpotensi
mengakibatkan
korsleting dan
arus rendah
APAR setiap
5 Tahun
sekali.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek lapangan yang telah kami lakukan, penerapan keselamatan
dankesehatan kerja khususnya pada bidang konstruksi, listrik dan penanggulangan kebakaran
telah dijalankan, walaupun masih terdapat beberapa temuan–temuan yang perlu diperbaiki
dengan penerapan sistem K3, dan gunamencegah dan menanggulangi terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh konstruksi, ataupun karena kesalahan
instalasi listrik. Oleh karenanya diperlukan perencanaan, pencegahan, pembinaan
danpengawasan K3 bidang konstruksi, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran.
Dan berdasarkan analisa dan evaluasi kami, penerapan K3 khususnya di bidang K3
Kontruksi, Listrik dan Pengendalian Kebakaran di Ibis Hotel umumnya baik namun ada
beberapa hal yang perlu ditingkatkan sehingga sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjaga keselamatan pekerja dan
meminimalisir kecelakaan terhadap karyawan.
2. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikansetelahmelakukanpengamatanpada hotel Ibis
Balikpapan adalah :
1. Penanggulangan Listrik
a. Pemeliharaan listrik di Ibis Hotel sudah ada, sesuai dengan standart accourt
International Management Hotels, namun perlu untuk di sesuaikan
penerapannya dengan System Peraturan Management keselamatan
kesehatan kerja Republik Indonesia. Dalam hal ini bagi karyawan ataupun
pemeriksa K3 bisa dengan mudah di akses.
b. Pemeliharaan berkala perlu dilakukan secara continue untuk memastikan
kondisi peralatan listrik yang ada di Ibis Hotel.
c. Perlu adanya Ahli K3 Listrik di Ibis Hotel Balikpapan untuk mengontrol
semua System kelistrikan yang ada di area Hotel.
d. Diperlukan perhatian khusus terhadap instalasi dan sambungan listrik karena
memiliki potensi bahaya terjadinya hubungan arus pendek yang dapat
menyebabkan kebakaran.
e. Diperlukan pemantauan dan pengendalian terhadap pemasangan jaringan
listrik, terutama ditempat-tempat yang membutuhkan stopkontak dalam
jumlah yang banyak.
f. Diperlukan sertifikasi untuk Ahli K3 Listrik dan teknisi Listrik.
g. Melakukan riksa uji berkala instalasi penyalur petir 2 tahun sekali.
2. Pengendalian Kebakaran
a. Pemeriksaan system proteksi kebakaran harus dilakukan secara cermat.
b. Pemeriksaan Rambu-rambu yang ada di Hotel Ibis Balikpapan agar tetap
sesuai dengan fungsi dan tujuan dari pemasangan rambu-rambu tersebut.
c. Seluruh anggota penanggulangan keadaan darurat wajib melakukan pelatihan
sertifikasi penanggulangan darurat yang dilakukan oleh dinas terkait
d. Harus dilakukan sertifikasi APAR setiap 2 Tahun sekali
e. Harus dilakukan pengujian estimasi waktu dari jalur evakuasi ke muster point
f. Apabila menggunakan jasa pihak ketiga, wajib menyertakan sertifikat –
sertifikat dan lisensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Pengawasan K3 Listrik, Kebakaran & Konstruksi
36
Sertifikasi Ahli K3 Umum
3. Penanggulangan Konstruksi
a. Perlu adanya perawatan dan pemeliharaan berkala terhadap bangunan hotel
baik di atap hotel sampai dengan basement hotel dengan membuat jadwal
pemeliharaan.
b. Perlu adanyaperbaikan terhadap kerusakan yang terjadi di gedung, misalnya
kebocoran lantai, dengan memberikan kemiringan lantai supaya air yang ada
di Roof Top tidak tergenang ( dapat mengalir ke parit kecil yang telah dibuat)
c. Diperlukan pembuatan pelindung untuk barang-barang atau peralatan yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja atau dapat di pindahkan ke tempat
yang lebih aman.
d. Perlu adanya Tenaga Ahli K3 yang telah tersertifikasi ( Ahli K3 Umum).
e. Melakukan Riksa Uji Lift sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.
f. Melakukan pelatihan teknisi Lift untuk mendapatkan surat izin operasi (SIO)
DAFTAR PUSTAKA