Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Kehamilan
Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Kehamilan
SKRIPSI
oleh
Fitriana Andita
141101083
FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
motivasi, doa, saran dan bimbingan dari berbagai pihak selama penulisan skripsi
Khairul Bakti, Nafra Salsabila, dan Rafif Pradipta Amzari yang selalu
mendoakan, member semangat, dan kasih sayang yang kepada penulis. Dan pada
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai Wakil Dekan I Fakultas
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB sebagai Dekan II
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat sebagai Dekan III
iv
6. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M. Kep selaku dosen penguji I dan Ibu Diah
Arruum, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji II yang telah memberikan
akademik.
Zakiah Syahril, Nurul Azmi, Vinny Alsya Abjan, Andre Syahputra Nasution,
Siti Muafira, Tri Ulan Hedianti, dans emua orang yang yang telah membantu
yang lebih baik di kemudian hari. Semoga skripsi ini memberikan banyak
Medan,
Penulis
(Fitriana Andita)
NIM : 141101083
vi
Daftar Pustaka...........................................................................................................59
Lampiran ...................................................................................................................62
vii
viii
ix
xi
Abstrak
xii
PENDAHULUAN
pada kualitas sumber daya manusia. Secara global, anemia terjadi pada 45%
anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam
darahnya <11g%. Anemia yang sering terjadi pada kehamilan adalah anemia
karena kekurangan zat besi atau sering disebut Anemia Gizi Besi (AGB). Upaya
pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamil yaitu program
pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil. Menurut Permenkes No 88
Tahun 2012 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu
hamil, bahwa untuk melindungi wanita usia subur dan ibu hamil dari kekurangan
gizi dan mencegah terjadinya anemia gizi besi maka perlu mengomsumsi tablet
tambah darah (Kemenkes RI, 2013). Cakupan ibu hamil mendapat Fe di Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2014 yakni sebesar 80,82% (Dinkes Sumut, 2014)
yaitu sebesar 85,1% (Kemenkes RI, 2015). Kebutuhan zat besi pada wanita hamil
yaitu rata-rata mendekati 900 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg
1
Universitas Sumatera Utara
2
diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi (Manuaba, 2012). Diharapkan ibu hamil
Anemia pada ibu hamil dapat dikatakan “potensial danger to mother and
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang ada dalam pelayanan
Berdasarkan data survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2012 menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI ) di Indonesia sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 306 per 100.000
per 100.000 kelahiran hidup tahun 2016. World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa prevalensi wanita hamil yang mengalami defesiensi sekitar 37-
Dimana 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada
besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi
(Sukrisno, 2015). Sementara persentase wanita hamil dari keluarga miskin terus
meningkat (8% anemia di trimester I, 12% persen, anemia di trimester II dan 29%
anemia di trimester III (Fatmah dalam Departemen Gizi dan Kesmas, 2012).
perubahan fisiologis tubuh selama kehamilan. Anemia pada populasi ibu hamil
menurut kriteria yang ditentukan WHO dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013, yakni sebesar 37,1% dan pravelensinya hamper sama antara ibu hamil
di perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%). Hal ini menunjukkan angka tersebut
dengan batas pravelensi anemia lebih dari 40% (BPPK, 2014). Tingginya angka
tersebut disebabkan antara lain oleh keadaan kesehatan dan gizi ibu yang rendah
selama kehamilan.
kandungan ibu hamil dengan anemia memiliki risiko keguguran, lahir mati,
melahirkan bayi premature dan bayi berat lahir rendah (BBLR) (WHO,
2014). Kekurangan zat besi menjadi hal yang kurang menguntungkan untuk
ibu dan bayi, kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan risiko
terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Depkes,
dan kurang energi kronis (KEK). Menurut Asyirah, S (2012) faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor pengetahuan,
frekuensi antenatal care, dan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe,
anemia pada ibu hamil adalah umur ibu, jarak kehamilan dan pendidikan.
Medan Sunggal, ditemukan bahwa kejadian anemia pada ibu hamil sebesar
21,7% dan angka ini lebih besar dari puskesmas-puskesmas lainnya. Data
yang berkunjung mendapat tablet zat besi (90 tablet) tetapi tidak rutin
Puskesmas, sementara target Pemerintah adalah 85%. Di tahun ini ibu hamil
dengan resiko tinggi tercatat ada 55 orang (9,70%) dan tahun 2013 ibu hamil yang
memiliki resiko tinggi ada sebanyak 139 orang. Salah satu penyebabnya adalah
anemia zat besi. Profil Puskesmas Padang Bulan tahun 2013 menunjukkan ibu
hamil dengan Hb 8-10 (anemia ringan) sebanyak 75 orang. Dari hasil survei
pendahuluan yang dilakukan oleh Br. Sirait (2014) di Puskesmas Padang Bulan
Selayang II terdapat 36 orang ibu hamil yang diperiksa dan di data, ibu yang
patuh mengkonsumsi tablet zat besi (90 tablet) hanya 11 orang (Puskesmas
Padang Bulan Selayang II, Mei 2014). Data di Puskesmas Padang Bulan tahun
2018 ada 130 orang ibu hamil mengalami anemia. Berdasarkan data diatas penulis
kehamilan.
anemia kehamilan
anemia kehamilan
kehamilan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
klinisi untuk melakukan konseling pada ibu hamil dan dasari lmiah mengenai
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Defenisi
Anemia kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
dimana Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5
gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak
sebagai berikut:
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak
hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi seperti
terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu ferosulfat, feroglukonat
kadar Hb sebanyak 1 gr% tiap bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
7
Universitas Sumatera Utara
8
(Saifuddin, 2007), terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan
akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran
preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena
atau 2x10ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%
(Manuaba, 2010).
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan
trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb, dapat digolongkan sebagai berikut:
Nilai Hb Kriteria
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada
trimester I dan trimester III dengan pertimbangan bahwa sebagian ibu hamil
mengalami anemia (Manuaba, 2012). Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu
rata-rata mendekati 900 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan
untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa
haemoglobin maternal, kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus,
urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–
10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan
sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan
2. Anemia Megaloblastik
konsumsi asam folat 15-30 mg per hari, vitamin B 12 3x1 tablet per hari, sulfas
ferosus 3x1 tablet per hari. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya
3. Anemia Hipoplastik
4. Anemia Hemolitik
pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan
biasanya menjadi lebih berat. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-
anemia hemolitik dan beratnya anemia. Obat-obat penambah darah tidak memberi
Tablet besi adalah tablet yang berisi 60 mg elemental iron dan 0,25 mg asam
folat setiap tablet. Zat besi (Fe) merupakan zat penting untuk pembentukan dan
oksigen dan zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan ibu hamil (Haryan, 2014).
Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari hem
dan yang bukan hem. Zat besi yang berasal dari hem terdapat dalam daging, hati,
ikan dan unggas, sedangkan zat besi yang berasal dari bukan hem terdapat dalam
(Hasdianah, 2014).
infeksi, ancaman dekompensasi kordis atau kondisi Hb <6 g%, mola hidatidosa,
dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama
kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan pospartum karena antonia
uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan pospartum sekunder dan atonia uteri.
Pengaruh pada kala nifas yaitu terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan
terjadi infeksi mamae. Bahaya terhadap janin yaitu sekalipun tampaknya janin
mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya tetapi dengan anemia akan
dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan
dalam bentuk: abortus, terjadi kematian intrauterun,, berat badan lahir rendah,,
dapat terjadi cacat bawaan,, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian
1. Umur Ibu
Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-35 tahun
dan pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan serta memiliki
reproduksi yang sehat. Hal ini terkait dengan 8 kondisi biologis dan psikologis
dari ibu hamil. Sebaliknya pada kelompok umur < 20 tahun beresiko anemia
belum optimal. Selain itu, kehamilan pada kelompok usia diatas 35 tahun
merupakan kehamilan yang beresiko tinggi. Wanita hamil dengan umur diatas 35
tahun juga akan rentan anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun tubuh mulai
menurun dan mudah terkena berbagai infeksi selama masa kehamilan (Manuaba,
2010). Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang
berumur 20 –35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk
hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
anemia.
2. Paritas
Paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu, baik melahirkan
yang lahir hidup ataupun lahir mati. Resiko ibu mengalami anemia dalam
kehamilan salah satu penyebabnya adalah ibu yang sering melahirkan dan pada
kehamilan berikutnya ibu kurang memperhatikan asupan nutrisi yang baik dalam
kehamilan. Hal ini disebabkan karena dalam masa kehamilan zat gizi akan terbagi
untuk ibu dan untuk janin yang dikandung (Herlina, 2009). Kecenderungan bahwa
semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka
kejadian anemia.
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi
pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi,
dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat
lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan
status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang
sehari-hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lainnya,
diantaranya besi.
4. Penyakit Infeksi
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh
agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb
<10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah
akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pasca bedah
atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang,
malaria, TBC) . Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit
kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya
tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan
kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak
cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006). Penyakit yang diderita ibu hamil
sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu
plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak
menderita penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup
5. Jarak kehamilan
dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata
jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak.
Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat
Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam
kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk
6. Pendidikan
kemampuan berpikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk
gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi.
Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan
penelitian Amirrudin dkk (2009), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah
Frekuensi Antenatal Care (ANC) adalah Pelayanan yang diberikan kepada ibu
hamil oleh petugas kesehatan dalam memelihara kehamilannya. Hal ini bertujuan
untuk dapat mengidentifikasi dan mengatahui masalah yang timbul selama masa
kehamilan sehingga kesehatan ibu dan bayi yang dikandung akan sehat sampai
hamil paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1 kali pada triwulan pertama (K1), 1
kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga (K4). Kegiatan yang ada
di pelayanan Antenatal Care (ANC) untuk ibu hamil yaitu petugas kesehatan
selama hamil dan ibu diberi tablet tambah darah secara gratis serta diberikan
informasi tablet tambah darah tersebut yang dapat memperkecil terjadinya anemia
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi
dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi
besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah janin
dan plasenta. Kebutuhan zatbesi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 900
mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta
serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkat kan massa haemoglobin maternal,
kurang lebih 200 mg akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu
hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi (Manuaba,
2012). Kepatuhan ibu hamil dilihat dari ibu yang mengonsumsi tablet Fe 10 tablet
9. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang dilakukan oleh manusia terhadap
suatu objek tertentu melalui proses pengindraan yang lebih dominan terjadi
dalam membentuk kebiasaan atau tindakan seseorang (overt behavior) (Efendi &
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan
yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan
a. Pertanyaan subjektif
dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasil
b. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul salah
menjadi tiga yaitu: Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100%
dengan benar dari total jawaban pertanyaan, Pengetahuan cukup bila responden
kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total jawaban pertanyaan.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia
tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin
Penyebab anemia pada umumnya adalah karena kurang gizi (malnutrisi), kurang
zat besi dalam diit, malabsorpsi, kehilangan darah banyak seperti persalinan yang
lalu, haid dan lain-lain , penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria
dan lain- lain. Perubahan fisiologi pada kehamilan terjadi ekspansi volume plasma
merah.Volume plasma naik sebanyak 40-45%, disproporsi ini paling besar saat
trimester kedua. Pada trimester ketiga, volume plasma menurun dan masa
Pengenceran
Meringankan beban
kerja jantung untuk Saat persalinan
Viskositas unsur besi yang
memompa darah akibat
hilang lebih sedikit
hidremia cardiac output
Hb, Ht, eritrosit
Hb >10 Hb ≤ 10
sampai 12 gr gr%
2.1.8. Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis juga memainkan peran penting dalam
atau kondisi kronis lainnya, obat, warna tinja dan urin, perdarahan bermasalah,
dan pekerjaan serta kebiasaan sosial (seperti konsumsi alkohol). Saat melakukan
pemeriksaan fisik lengkap, dokter khususnya dapat fokus pada penampilan umum
(tanda-tanda kelelahan, pucat), sakit kuning (kulit dan mata kuning), pucat dari
2. Tes Laboratorium
anemia (anemia mikrositik atau kecil ukuran sel darah merah, anemia
normositik atau normal ukuran sel darah merah, atau anemia makrositik
atau berukuran besar sel darah merah). Informasi tentang sel-sel darah
lainnya (sel darah putih dan trombosit) juga dimasukkan dalam laporan
KBK.
b. Tes haemoglobin dan feses : Tes darah dalam tinja yang dapat mendeteksi
pendarahan dari perut atau usus (tinja Guaiac pengujian atau tes darah
tersembunyi tinja).
d. Kadar besi : Kadar zat besi dapat menunjukkan apakah mungkin terkait
anemia kekurangan zat besi atau tidak. Tes ini biasanya disertai dengan tes
ke seluruh tubuh.
f. Feritin : Mengevaluasi kadar zat besi total yang tersedia dalam tubuh
merah, yang rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk.
merah, yang rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk atau
m. Tes fungsi hati : Sebuah tes umum untuk menentukan bagaimana hati
n. Tes fungsi ginjal : Suatu tes yang sangat rutin dan dapat membantu
o. Biopsi sumsum tulang : Mengevaluasi produksi sel darah merah dan dapat
3. Pemeriksaan lain
jenis anemia yang dapat mencakup:darah kadar vitamin B12, asam folat, vitamin
dan mineral lainnya, pemeriksaan sumsum tulang, jumlah darah merah dan kadar
2.1.9. Prognosis
anemia, tingkat keparahan dan kesehatan keseluruhan pasien. Anemia yang parah
dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen pada organ vital seperti jantung dan
2.1.10. Penatalaksanaan
banyak zat besi: hati, daging merah, sayuran hijau. Selain itu meningkatkan
menghindari atau menghambat penyerapan besi seperti kopi dan the. Terapi
medika mentosa yaitu pemberian preparat besi oral perosulfat, peropumarat, atau
KERANGKA PENELITIAN
3.1.Kerangka Penelitian
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
1. Umur
2. Jarak kehamilan
3. Paritas
4. Pengetahuan tentang
anemia
5. Pendidikan Anemia Kehamilan
6. Frekuensi Antenatal
Care
7. Kepatuhan
mengonsumsi Tablet
Besi
8. Penyakit Infeksi
9. Kurang Energi Kronis
(KEK)
Keterangan :
: Diteliti
24
Anemia
Ringan, jika Hb
9-10 gr%
Anemia
Sedang, jika Hb
7-8 gr%
Anemia
Berat,jika Hb
<7 gr%
Umur Ibu Usia ibu hamil Menggunakan Check list Beresiko Ordinal
saat dilakukan data sekunder Tidak
pengumpulan yaitu melihat beresiko
data yang hasil rekam
dihitung sejak medik dengan
tanggal lahir kriteria
ibu sampai
saat sekarang Beresiko jika
umur< 20 tahun
dan > 35.
Tidak beresiko
jika umur 20-35
Pendidikan Sekolah Menggunakan Check List Rendah 0rdinal
formal yang data primer Menengah
pernah dengan kriteria Tinggi
ditamatkan
ibu hamil Rendah jika SD
dan SMP
Tinggi jika
SMA, Diploma/
Strata 1
Patuh (>50%)
bila skor 6-10
Tidak Patuh
(<50%) bila
skor 0-5
3. Hipotesa
METODOLOGI PENELITIAN
diteliti melalui sampel atau data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan
yang berlaku umum (Sugiono, 2009). Desain dalam peneitian ini bertujuan untuk
Padang Bulan.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei – Juli 2018 di Puskesmas Padang
Bulan. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah karena tersedianya sampel yang
memadai untuk penelitian, lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal peneliti dan
4.3.1. Populasi
ini adalah seluruh ibu hamil yang memiliki Hb <11 gr% bulan Februari – Mei
29
4.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah total
Adapun kriteria yang ditentukan untuk subjek yang diteliti adalah ibu hamil
Peneliti melakukan penelitian ini dengan menerapkan prinsip etis sebagai berikut
(Nursalam, 2015) :
bahwa informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-
lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan dan ibu berhak
diperoleh dari wawancara langsung dengan ibu hamil berpedoman pada kuisioner
yang telah disiapkan peneliti. Dimana untuk pengumpulan data primer peneliti
demografi yang terdiri dari nama, tempat/tanggal lahir, usia ibu, ukuran LiLA,
tingkat pengetahuan ibu hamil menurut Arikunto (2010) yaitu nilai baik jika 76%-
100% bila skor 8-10, nilai sedang jika 56%-75% bila skor 5-7, dan nilai kurang
4.6.1. Validitas
2015). Sebuah instrumen dianggap valid jika benar-benar dapat dijadikan alat
untuk mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas dilakukan dengan metode
validitas isi, yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana sebuah instrumen
menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007). Uji validasi lembar checklist dalam
Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, M.Biomed, Ibu Evi
Karota Bukit, S.Kp,MNS dan Ibu Dwi Karina A, S.Kp, Ns, M.Kp dengan nilai
0,87.
4.6.2.Reliabilitas
kemampuan alat ukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil
yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal
berupa data primer di tempat tujuan melakukan penelitian. Data primer diperoleh
dari wawancara langsung dengan ibu hamil dengan berpedoman pada kuisioner
tersebut kurang lebih 10 menit. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas dalam
ibu selesai mengisi kuesioner, peneliti memeriksa kelengkapan data dan jawaban
Analisa data digunakan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih
Setelah data telah terkumpul, diolah dan ditabulasi melalui 3 langkah, yaitu :
ibu yang ada pada kuesioner. Kemudian memeriksa kelengkapan isi jawaban ibu
untuk memilih data yang dapat dipakai dan diolah. Langkah persiapan ini
dimaksudkan untuk merapikan data agar bersih, rapi dan tinggal mengadakan
jawaban ibu. Adapun tabulasi pada penelitian ini yaitu, memberikan skor pada
ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu data demografi dan data hasil kuesioner
perilaku disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase yang
Bab ini akan menguraikan hasil dan pembahasan tentang faktor-faktor yang
dilakukan pada bulan Mei-Juli 2018 dengan jumlah responden sebanyak 38 orang.
Data hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
persentase meliputi karakteristik ibu hamil, pengetahuan ibu hamil tentang anemia
berdasakan variabel yang diteliti, yaitu variabel dependen (kejadian anemia pada
ibu hamil) dan variabel independen (pengetahuan, umur, jarak kehamilan, paritas,
Padang Bulan diperoleh mayoritas ibu hamil berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak
jumlah persalinan (paritas) pada ibu hamil 1-4 kali yaitu sebanyak 32 orang
(84%), jarak kehamilan <2 tahun dialami ibu hamil yang berkunjung ke
35
Universitas Sumatera Utara
36
Karakteristik f %
Umur
<20 tahun 1 2
20-35 tahun 28 74
>35 9 24
Pendidikan
SMP 5 13
SMA/SMK 27 71
D3 1 3
S1 5 13
Paritas
1-4 kali 32 84
>5 kali 6 16
Jarak Kehamilan
<2 tahun 29 76
>2 tahun 9 24
Pemeriksaan ANC
<4 kali 28 74
≥4 kali 10 26
Riwayat Penyakit
Tidak Pernah 38 100
LiLA
Tidak KEK (≥23,5) 38 100
Bulan
hamil paling banyak menjawab benar tentang pengertian anemia, faktor resiko
anemia, pencegahan anemia, sumber zat besi, gejala anemia dan tanda anemia.
Salah Benar
No Pernyataan % % Mean ± SD
1 Pengertian anemia 6 16 32 84
3 Akibat anemia 21 55 17 45
4 Pencegahan Anemia 13 34 25 66
6 Penatalaksanaan 32 84 6 16
anemia
6,26 ± 1,446
7 Cara mengkonsumsi 24 63 14 37
tablet penambah darah
10 Tanda Anemia 14 37 24 63
Padang Bulan
tablet besi, manfaat mengkonsumsi tablet besi, hambatan tablet besi dan
Mean
Tidak Ya %
No Pernyataan %
± SD
1 Waktu mengkonsumsi tablet besi 14 37 24 63
3 Makanan penunjang 2 5 36 95
paling banyak yaitu 25 orang (66%), anemia sedang 12 orang (32%) dan anemia
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase angka kejadian anemia pada
ibu hamilPuskesmas Padang Bulan (n=38)
Variabel f %
Anemia Kehamilan
Ringan 25 66
Sedang 12 32
Berat 1 2
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia
hamil yang mengalami anemia ringan untuk kategori umur <20->35 tahun
umur 20-35 tahun anemia ringan sebanyak 22 orang (58%) anemia sedang-berat
sebanyak 6 orang (16%). Hasil analisis hubungan umur dengan kejadian anemia
pada ibu hamil ditemukan nilai korelasi antara umur ibu dengan anemia
kehamilan sebesar p=0,016 dengan nilai p<0,05, hal ini berarti secara satistik ada
hubungan bermakna antara umur ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
menunjukkan bahwa ibu hamil yang berumur <20->35 tahun memiliki risiko
mengalami anemia kehamilan hampir 0,2 kali lebih besar dibandingkan dengan
<20->35 tahun 3 8 7 18 10 26
0,117
0,016
20 – 35 tahun 22 58 6 16 28 74 (0.023-0,594)
5.1.5.2. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan jarak kehamilan <2
(24%). Hasil analisis hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil diperoleh nilai korelasi antara jarak kehamilan dengan anemia sebesar
p=1,000 dengan nilai p>0,05, hal ini berarti secara statistik tidak ada hubungan
bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil
dengan jarak kehamilan <2 tahun berisiko mengalami anemia kehamilan hampir
1 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil dengan jarak kehamilan ≥2
tahun.
Tabel 5.6. Distribusi anemia pada ibu hamil berdasarkan jarak kehamilan
< 2 tahun 19 50 10 26 29 76
0,950
1,000
≥ 2 tahun 6 16 3 8 9 24 (0,195-4,628
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan paritas 1-4 kali
(84%) proporsinya lebih besar dibandingkan dengan paritas >5 kali (16%). Hasil
analisis hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil diperoleh nilai
korelasi antara paritas dengan anemia sebesar p=1,000 dengan nilai p>0,05, hal
ini berarti secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara paritas dengan
kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil OR (oods Ratio) sebesar 1,048 (0.165-
6,646) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan paritas >5 kali berisiko mengalami
anemia kehamilan hampir 1 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil
>5 kali 4 11 2 5 6 16
1,048
1-4 kali 21 55 11 29 32 84 1,000
(0,165-6,646)
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa ibu hamil pendidikan rendah (84%)
proporsinya lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil pendidikan tinggi (16%).
Hasil analisis hubungan pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil
diperoleh nilai korelasi antara pendidikan dengan anemia sebesar p=1,000 dengan
nilai p>0,05, hal ini berarti secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara
pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil OR (oods Ratio)
Rendah 21 55 11 29 32 84 0,955
(0,150-6,056)
1,000
Tinggi 4 11 2 5 6 16
kurang (79%) proporsinya lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil dengan
anemia pada ibu hamil diperoleh nilai korelasi antara pengetahuan dengan anemia
sebesar p=0,407 dengan nilai p>0,05, hal ini berarti secara statistik tidak ada
hubungan bermakna antara pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
2 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil dengan pengetahuan baik.
Cukup+Kurang 21 55 9 24 30 79
2,333
0,407
Baik 4 10,5 4 10,5 8 21 (0,475-11,451)
5.1.5.6. Hubungan frekuensi ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil
Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan frekuensi ANC
<4 kali (74%) proporsinya lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil dengan
kejadian anemia pada ibu hamil diperoleh nilai korelasi antara frekuensi ANC
dengan anemia sebesar p=1,000 dengan nilai p>0,05, hal ini berarti secara
statistik tidak ada hubungan bermakna antara frekuensi ANC dengan kejadian
anemia pada ibu hamil. Hasil OR (oods Ratio) sebesar 0,771 (0.162-3,663)
menunjukkan bahwa ibu hamil dengan frekuensi ANC <4 kali berisiko mengalami
anemia kehamilan hampir 1 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil
Tabel 5.10. Distribusi anemia pada ibu hamil berdasarkan frekuensi ANC
<4 kali 18 47 10 27 28 74
0,771
1,000
(0,162-3,663)
≥4 kali 7 18 3 8 10 26
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa ibu hamil patuh mengkonsumsi tablet
besi (76%) proporsinya lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
dengan kejadian anemia pada ibu hamil diperoleh nilai korelasi antara kepatuhan
dengan anemia sebesar p=0,689 dengan nilai p>0,05, hal ini berarti secara
statistik tidak ada hubungan bermakna antara kepatuhan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil. Hasil OR (oods Ratio) sebesar 0,562 (0.122-2,603) menunjukkan
bahwa ibu hamil yang tidak patuh mengkonsumsi tablet besi berisiko mengalami
anemia kehamilan 0,5 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang patuh
5.2. Pembahasan
sehat dan aman. Menurut Wawan (2010) bahwa umur reproduksi yang baik
adalah pada usia 20-35 tahun dimana umur tersebut merupakan periode baik
memiliki risiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan, karena pada usia
tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah
mampu merawat bayi dan dirinya. Kejadian anemia berdasarkan kelompok umur
ringan dialami 3 orang (8%) dan anemia sedang-berat dialami 7 orang (18%).
Kehamilan diusia <20 dan >35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada
kehamilan di usia <20 tahun secara biologis belum optimal, emosional cenderung
tahun membutuhkan zat besi lebih banyak untuk keperluan ibu dan
janinSedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan
daya tahan tubuh dari penyakit yang sering terjadi di usia ini.. Ibu hamil umur <20
tahun dan >35 tahun merupakan umur yang berisiko tinggi terhadap kehamilan
dan persalinan (Departemen Gizi dan kesehatan Masyarakat, 2007).. Ibu hamil di
turunnya cadangan besi dalam tubuh. Pada kehamilan pertama pada wanita
berusia di atas 35 tahun juga akan mempunyai risiko penyulit persalinan dan
diterima berarti ada hubungan umur dengan kejadian anemia. Hasil penelitian
kejadian anemia. Anemia rentan terjadi pada ibu hamil usia <20 tahun dan >35
tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Ridwan (2009), analisis ada hubungan
umur dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita
anemia adalah responden dengan umur <20->35 tahun sebanyak 16 orang (88,9%)
dan pada umur 20-35 tahun sebanyak 7 orang (36,8%) yang menderita anemia.
paritas 1-4 kali (tidak berisiko) mengalami anemia sebanyak 32 orang (84%)
tetapi terdapat juga ibu hamil dengan paritas >5 kali (berisiko) sebanyak 6 orang
(16%). Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia
karena selama hamil zat-zat gizi akan berbagi untuk ibu dan janin yang
dikandungnya. Ninawati (2011) juga memaparkan hal yang sama bahwa semakin
sering ibu melahirkan anak maka semakin tinggi kejadian anemia. Menurut
Soebroto (2009), ibu yang mengalami kehamilan lebih dari 4 kali juga dapat
aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas lebih dari 3 mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian
maternal.
ditolak berarti tidak ada hubungan paritas dengan kejadian anemia. Hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliana
melahirkan, lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia, sebab wanita hamil
yang anemia tidak dapat mentoleransi kehilangan darah.. Hal yang serupa juga
ditemukan Rohas (2010) yaitu ibu hamil dengan paritas tinggi berisiko 33,0 kali
untuk anemia. Tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan Wilunda C dkk (2013) di
Tanzania.
orang (76%) dan jarak kehamilan ≥2 tahun (tidak berisiko) sebanyak 9 orang
(24%). Jarak kehamilan yang terlalu lama (>2 tahun) antara kehamilan bisa
yang sudah membesar dan meningkatnya aliran darah ke uterus, begitu pula
sebaliknya. Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
ibu hamil adalah jarak kehamilan pendek. Jarak kelahiran yang terlalu dekat juga
dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang
(2007), menyatakan anemia banyak terjadi pada ibu dengan paritas 1-3 kali
Latin, jarak kehamilan yang aman bagi kesehatan reproduksi wanita adalah 2-3
tahun. Banyak wanita yang tidak sempat memulihkan tenaga antara jarak
kehamilan. Hal ini membuat wanita lebih sering mengalami tingkat kesehatan
membuktikan bahwa status gizi ibu belum pulih selama 2 tahun pasca persalinan
aman, sehat, dan yang paling penting menurunkan angka kematian maternal.
Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi
kepada pasangan pilihan tentang kapan sebaiknya mempunyai anak, jumlah anak,
ditolak berarti tidak ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia. Hal
ini bertolak belakang dengan penelitian Zebua (2011), analisis jarak kehamilan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil dan responden yang paling banyak
menderita anemia adalah reponden dengan jarak kehamilan < 2 tahun sebanyak 21
orang (75%). Penelitian Vehra et al. (2012) juga menyatakan bahwa wanita
dengan interval kehamilan <2 tahun mengalami kejadian anemia lebih tinggi
dimana seorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan
yang lebih rasional, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal baru
(Mubarak, 2007). Hal serupa juga diteliti oleh Prahesti (2017),makin tinggi
pendidikan, makin besar risiko anemia sebesar 0,33 kali dan bermakna secara
statistik dengan (p=0,010). Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan
teknologi. Seorang ibu khususnya ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi
maka asupan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi , sehingga dapat terhindar
ditolak berarti tidak ada hubungan pendidikan dengan kejadian anemia. Hal ini
hampir seluruhnya <4 kali (tidak sesuai standart). Dimana terdapat 28 orang
penyuluhan kesehatan ibu hamil. Kunjungan antenatal yang teratur agar supaya
segera terdeteksinya berbagai faktor risiko salah satunya anemia (Purwandari dkk,
tenaga kesehatan untuk mendeteksi kelainan yang timbul setiap saat termasuk
anemia.
kehamilan lebih dari 3 kali karena pemberian suplementasi besi dan imunisasi
tetanus toksoid pada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya lebih dari 3 kali
empat kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada
trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Pelayanan antenatal care
sangat penting karena dapat memberikan gambaran keadaan ibu hamil, janin
ada hubungan yang signifikan antara kunjungan ANC dengan tingkat anemia.
p=1,000 (α >0,05), artinya Ha ditolak berarti tidak ada hubungan frekuensi ANC
ditolak berarti tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia. Dari
semua ulasan sebagian ibu hamil belum paham tentang anemia kehamilan.
kejadian anemia pada ibu hamil, dikarenakan dengan cukup dan kurangnya
semakin tinggi tingkat kepercayaan semakin tinggi variasi jawaban responden. Ibu
darah. Dimana ada 9 (24%) orang yang tidak patuh. Dengan rata-rata responden
menjawab kebutuhan zat besi pada saat kehamilan meningkat. Beberapa literatur
mengatakan kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum
hamil, volume darah meningkat 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk
anemia pada kehamilan. Ibu hamil dengan dengan anemia dengan anemia zat besi
tidak mampu memenuhi kebutuhan zat besi pada janinnya secara optimal
Berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai p-value p=0,689 dengan nilai p>0,05,
ketaatan konsumsi tablet Fe oleh ibu hamil selama masa kehamilannya merupakan
salah satu faktor yang dapat menurunkan kejadian anemia selama kehamilan.
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidayah dan Ansari
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah meningkat, tetapi bertolak
belakang dengan hasil peneliti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
dikumpulkan, pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa status anemia pada ibu hamil
paling banyak adalah anemia ringan yaitu sebanyak 25 orang (66%) , anemia
sedang sebanyak 12 orang (32%) dan anemia berat 1 orang (2%). Hal ini
Anemia ringan pada ibu hamil tidak secara langsung berdampak buruk pada
kehamilan dan persalinan kecuali cadangan besi dalam tubuh ibu semakin
berkurang sehingga anemia berubah menjadi tingkat sedang atau berat. Anemia
buruk. Anemia berat berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk, misalnya
terjadi palpitasi, takikardi, sesak napas, meningkatkan curah jantung yang dapat
insiden persalinan preterm, preeklamsia, dan sepsis (Milman, 2015; Sharma and
Meenakshi, 2010).
tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada ibu hamil anemia dapat
kehamilan mempunyai berbagai keluhan mulai dari yang ringan hingga terjadinya
2009).Anemia kehamilan juga terjadi karena cara minum tablet besi dengan
menggunakan kopi atau teh yang bersifat mengikat zat besi, sehingga zat besi
tidak bisa diabsorpsi tubuh. Saat hamil sangatlah seorang wanita memerlukan
asupan gizi yang lebih banyak. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang lebih tinggi dibandingkan wanita yang sedang tidak
hamil. Kekurangan gizi selama kehamilan bisa mengakibatkan bayi lahir cacat.
Masalah yang umunnya dijumpai pada masa kehamilan adalah anemia gizi besi
6.1. Kesimpulan
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
faktor umur terhadap tingkat kejadian anemia. Ada 25 orang yang mengalami
6.2. Saran
anemia kehamilan.
agar lebih memperhatikan ibu-ibu yang sedang hamil agar tidak terjadinya anemia
57
Universitas Sumatera Utara
58
Hasil penelitian ini dimungkinkan dapat menjadi salah satu acuan bagi
lebih kompleks mengenai faktor anemia kehamilan dan tidak hanya dengan
Amiruddin. (2007) , ‘Asupan Gizi pada Ibu Hamil’, Accesed 11 November 2017,
Available at: http ://www.scribd.com/doc/47810533/makalah-anemia-bumil
Departemen Kesehatan RI.( 2016) . Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2015. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Depkes. (2007) . Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Fatmah. (2012 ). Dalam Departemen Gizi (ed). Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Departemen Gizi FKM UI
Herlina N, Djalimus F. (2009) . Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Bogor. Jakarta
59
Marni NU dan Raharjo B. (2012). Aspek Dasar Kependidikan. Jakarta : Bina Aksara
Mubarak, WI. (2007). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta : Graha Ilmu
Septiani, W. (2007) . ‘Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) pada Ibu
Hamil’, Journal of Midwifery Science, Vol 1, No 2, Juli 2017.
Yuliastuti, E, Ana T, dan Ahmad S. (2014). ‘Hubungan Pendidikan dan Paritas Ibu
dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hami’ , Dinamika Kesehatan, Vol.5 No 2,
Desember 2014
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
Nama/Inisial :
Umur :
Dengan ini menyatakan bersedia mengikuti penelitian ini dengan sukarela sebagai
subjek dalam penelitian.
Medan, 2018
Responden
(.............................)
1. Nama : .................................................................
2. Tempat/Tanggal Lahir : .................................................................
3. Usia : .................................................................
4. Ukuran LiLA ( Lingkar Lengan Atas ) : .................................................................
5. Kadar Haemoglobin (Hb) : .................................................................
6. Paritas (berapa kali ibu melahirkan) : .................................................................
7. Pendidikan Terakhir : a. SD d. D3
b. SMP e. S1
c. SMA / SMK f. S2
8. Pekerjaan : a. Ibu Rumah Tangga c. Wiraswasta
b. Karyawati d. PNS / TNI / POLRI
9. Jarak kehamilan : a. 1-2 tahun
b. 3 tahun
c.≥ 4 tahun
10. Riwayat Penyakit : a. Malaria c. Rubella e.Tidak Pernah
b. kecacingan d. TBC
11.Pemeriksaan ANC : a. < 4 kali
b. ≥ 4 kali
c. tidak pernah
Kepatuhan
V = ∑ S/n(C-1)
Keterangan :
S = R- LO
Lo = Angka penelitian validitas terendah
C = Angka penelitian validitas tertinggi
R = Angka yang diberikan oleh penilai
N = Jumlah penilai ahli
1. Instrumen Pengetahuan
Skor (R) Validitas Indeks
S = R-
Item Validator Validator Validator V = ∑ S/n(C-1)
LO
1 2 3
P1 3 4 4 8 V = 8/3(3) = 0,89
P2 4 4 4 9 V = 9/3(3) = 1
P3 4 4 4 9 V = 9/3(3) = 1
P4 4 4 4 9 V = 9/3(3) = 1
P5 4 4 4 9 V = 9/3(3) = 1
P6 3 4 4 8 V = 8/3(3) = 0,89
P7 2 4 4 7 V = 7/3(3) = 0,78
P8 1 4 2 4 V = 4/3(3) = 0.44
P9 4 4 4 9 V = 9/3(3) = 1
P10 4 4 4 9 V = 9/3(3) = 1
Total 9/10 = 0,9
2. Instrumen Kepatuhan
Skor (R) Validitas Indeks
S = R-
Item Validator Validator Validator V = ∑ S/n(C-1)
LO
1 2 3
P1 2 4 4 7 V = 7/3(3) = 0,78
P2 3 4 4 8 V = 8/3(3) = 0,89
P3 4 3 4 8 V = 8/3(3) = 0,89
P4 3 4 2 6 V = 6/3(3) = 0,67
P5 3 3 4 7 V = 7/3(3) = 0,78
P6 3 4 4 8 V = 8/3(3) = 0,89
P7 4 4 4 9 V = 9/3(3) = 1
P8 3 4 4 8 V = 8/3(3) = 0,89
P9 4 4 4 9 V = 9/3(3) = 1
P10 4 4 4 9 V = 9/3(3) = 1
Total 8,79/10 = 0,879
NO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Xi Xi²
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8 64
2 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 49
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
4 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 6 36
5 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 49
6 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 6 36
7 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49
8 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 6 36
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 81
10 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 5 25
11 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 36
12 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 64
13 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 49
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
15 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 4 16
16 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 9
17 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 4
NO K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 Xi Xi²
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81
2 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 5 25
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81
4 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 6 36
5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81
6 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 64
7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81
8 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 4 16
9 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 9
10 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 4
11 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 3 9
12 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5 25
13 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 4 16
14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81
15 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 4 16
16 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 9
17 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 4
18 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 3 9
19 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5 25
20 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 4 16
21 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 4 16
22 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 4
Keterangan
U : Usia
LiLA : Lingkar lengan atas
Hb : Hemoglobin
PN : Pendidikan
P : Paritas
JK : Jarak Kehamilan
RP : Riwayat Penyakit
ANC : Antenatal Care
P1-P10 : Penyataan pengetahuan 1-10
K1-K10 : Pernyataan kepatuhan 1-10
Unstandardized
Residual
N 38
a
Normal Parameters Mean .0000000
Positive .174
Negative -.093
Kolmogorov-Smirnov Z 1.070
Hb1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
umur1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
jarakkehamilan1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pengetahuan1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
anc1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pendidikan1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kepatuhan1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstab
Hb2
Tinggi Count 4 2 6
Total Count 25 13 38
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,05.
N of Valid Cases 38
Risk Estimate
N of Valid Cases 38
Crosstab
Hb2
Total Count 25 13 38
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,08.
N of Valid Cases 38
Risk Estimate
N of Valid Cases 38
Crosstab
Hb2
Total Count 25 13 38
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,42.
N of Valid Cases 38
Risk Estimate
N of Valid Cases 38
Hb2
Total Count 25 13 38
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,05.
N of Valid Cases 38
Risk Estimate
N of Valid Cases 38
Hb2
sesuai Count 7 3 10
Total Count 25 13 38
Hb2
sesuai Count 7 3 10
Total Count 25 13 38
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,42.
N of Valid Cases 38
Risk Estimate
N of Valid Cases 38
Hb2
baik Count 4 4 8
Total Count 25 13 38
Hb2
baik Count 4 4 8
Total Count 25 13 38
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,74.
N of Valid Cases 38
Risk Estimate
N of Valid Cases 38
Hb2
patuh Count 20 9 29
Total Count 25 13 38
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,08.
N of Valid Cases 38
Risk Estimate
N of Valid Cases 38
Frequency Table
p1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
k2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
k3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
k4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
k6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
k7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
k8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
k10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
pengetahuan
N Valid 38
Missing 0
Mean 6.26
Statistics
kepatuhan
N Valid 38
Missing 0
Mean 7.68
Agama : Islam
Email : fitrianaandita@gmail.com
Riwayat Pendidikan :