Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL OBSERVASI UMKM

PEDAGANG SEBLAK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata Kuliah : Kewirausahaan

Dosen Pengampu
M.Siddik Erdi Wicaksono, SIA.,M.M.

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Amelia Anggun Fransischa 4321600011
Eka Wahyu Dyah K. 4321600108
Resa Agesti 4321600091
Wulan Kusuma Ningtias 4321600108
Vida Nur Muthia 4321600020
Virgi Azalia Yulinda 4321600017

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada ke – hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia – Nya, makalah ini dapat terselesaikan
sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kendala,


terutama disebabkan karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki
untuk menunjang isi dari makalah ini. Namun berkat kekompakan dan rasa
pantang menyerah kami, membuat kendala tersebut dapat diatasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah


Kewirausahaan yang telah membimbing proses pembuatan laporan serta kepada
seluruh anggota kelompok yang telah menyempatkan waktunya dan saling
Kerjasama untuk menyelesaikan laporan ini

Kami sadar sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,


penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membawa ke arah positif guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa mendatang. Harapan kami semoga
makalah yang sederhana ini dapat memberi pengetahuan baru bagi para
pembacanya.

Tegal, 28 Oktober 2023

i
Daftar Isi

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan dalam dunia kerja membuat banyak individu yang
berkeinginan untuk memiliki usaha sendiri dan membuka lapangan pekerjaan bagi
banyak orang. Saat sekarang ini, kewirausahaan menjadi usaha yang diminati oleh
banyak orang. Mereka dapat mengembangkan modal dengan cara mendirikan
suatu usaha yang dapat memberikan peluang bagi mereka yang tidak memiliki
pekerjaan. Untuk individu yang sudah bekerja pun banyak yang ingin
berwirausaha karena ingin menambah penghasilan mereka.

Kebanyakan individu yang baru memulai berwirausaha, akan memulai


usahanya dengan skala kecil. Seperti yang kita semua ketahui, banyak sekali
usaha berskala kecil kita jumpai. Hal tersebut dikarena berwirausaha merupakan
bukanlah suatu proses yang cepat, namun berwirausaha merupakan sebuah proses
yang bertahap.

Usaha kecil, Mikro dan Menengah (UMKM), merupakan pelaku bisnis


dalam segala bidang. Bukan hanya perdagangan, melainkan pariwisata juga
merupakan bagian dari UMKM. Di Indonesia UMKM disebut sebagai solusi
dalam kemiskinan. Mengapa demikian ? karena UMKM merupakan pelaku
ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia. UMKM memiliki kontribusi
yang sangat signifikan dalam penyerapan tenanga kerja, pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB). Dalam pencatatan dan pembukuan akuntansi dalam
UMKM pun berbeda dengan sistem akuntansi untuk usaha yang besar.

Sebagai contoh usaha mikro kecil dan menengah adalah usaha milik
Bapak Regar, ia mulai menekuni usahanya yang berupa berjualan seblak sejak
tahun 2018. Laporan ini mencoba untuk membahas tentang profil usaha, Sejarah
usaha, bidang usaha, dan cara pemasarannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil usaha dan sejarah usaha seblak Pak Regar?
2. Bagaimana kendala atau permasalahan yang dihadapi selama
menjalankan usaha seblak?
3. Bagaimana manajemen pemasaran pada usaha seblak?

C. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui profil usaha dan Sejarah usaha seblak Pak
Regar
2. Untuk mengetahui kendala atau permasalahan yang dihadapi
selama menjalankan usaha seblak
3. Untuk mengetahui manajemen pemasaran pada usaha seblak

D. Manfaat Obervasi
Memberikan informasi tentang bagaimana cara mengembangkan
usaha sendiri atau usaha kewirausahaan yang karakteristiknya mikro kecil
supaya dapat berkembang
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Kewirausahaan
Kata "kewirausahaan" berasal kata dari entrepreneurship dalam bahasa
Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda.
Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan. Istilah ini makin populer
setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Sa untuk menggambarkan para
pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya ekonomis dari tingkat
produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak
lagi.

Masykur Wiratmo mengungkapkan definisi kewirausahaan sebagai proses


penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu
yang diperlukan, memikul risiko finansial, psikologi, dan sosial yang
menyertainya, serta menerima balas jasa finansial dankepuasan pribadi. Inti dari
kewirausahaan menurut Drucker adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi

Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan


gabungan dari wira (gagah, berani,perkasa) dan usaha (bisnis) sehingga istilah
entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha
atau bisnis. Menurut Josep Schumpeter wirausaha adalah orang yang mendobrak
sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru,
dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.

Secara sederhana arti wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa


berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai
usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.

Seorang wirausahawan dapat didefinisikan dari beberapa sudut pandang


dan konteks sebagai berikut:
1. Bagi ahli ekonomi seorang entrepreneur adalah orang yang
mengkombinasikan resources, tenaga kerja, material dan peralatan
lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari
sebelumnya, dan juga orang yang memperkenalkan perubahan-
perubahan, inovasi, dan perbaikan produksi lainnya.
2. Bagi seorang psychologist seorang wirausaha adalah seorang yang
memiliki dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh sesuatu
tujuan, suka mengadakan eksperimen atau untuk menampilkan
kebebasan dirinya diluar kekuasaan orang lain.
3. Bagi seorang businessman atau wirausaha adalah merupakan
ancaman, pesaing baru atau juga bisa seorang partner, pemasok,
konsumen atau seorang yang bisa diajak kerjasama.
4. Bagi seorang pemodal melihat wirausaha adalah seorang yang
menciptakan kesejahteraan buat orang lain, yangmenemukan cara-
cara baru untuk menggunakan resources, mengurangi pemborosan,
dan membuka lapangan kerja yang disenangi oleh Masyarakat

Wirausaha dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tipe berdasarkan


berbagai kriteria, termasuk tujuan, sumber daya yang digunakan, dan jenis usaha.
Berikut beberapa tipe wirausaha yang umum:

1. Wirausaha Berdasarkan Tujuan:


a. Wirausaha Bisnis: Membentuk usaha dengan tujuan
mencari keuntungan ekonomi.
b. Wirausaha Sosial: Memulai usaha dengan fokus pada
pencapaian tujuan sosial, seperti membantu masyarakat
miskin, pelestarian lingkungan, atau memberdayakan
kelompok rentan.
2. Wirausaha Berdasarkan Sumber Daya:
a. Wirausaha Berbasis Teknologi: Mengembangkan produk
atau layanan berbasis teknologi tinggi.
b. Wirausaha Berbasis Keterampilan: Menggunakan
keterampilan atau keahlian tertentu dalam usaha mereka,
seperti seniman atau perancang grafis.
c. Wirausaha Berbasis Modal: Memulai usaha dengan fokus
pada pengelolaan dan pertumbuhan modal.
3. Wirausaha Berdasarkan Jenis Usaha:
a. Wirausaha Ritel: Menjalankan bisnis yang menghubungkan
produsen atau grosir dengan konsumen akhir.
b. Wirausaha Manufaktur: Memproduksi barang fisik atau
produk yang kemudian dijual.
c. Wirausaha Jasa: Menyediakan berbagai jenis layanan,
seperti konsultasi, perawatan kesehatan, atau pendidikan.
4. Wirausaha Berdasarkan Inovasi:
a. Wirausaha Inovatif: Menjadi pionir dalam menciptakan
atau menerapkan inovasi baru di pasar.
b. Wirausaha Imitatif: Mengadopsi ide atau model bisnis yang
telah ada dan mengembangkannya dengan cara yang lebih
baik atau efisien.
5. Wirausaha Berdasarkan Skala:
a. Wirausaha Mikro: Usaha yang sangat kecil, sering kali
dikelola oleh satu orang atau keluarga, dengan modal dan
sumber daya terbatas.
b. Wirausaha Kecil dan Menengah (UKM): Usaha dengan
ukuran sedang yang memiliki lebih banyak sumber daya
dan karyawan daripada wirausaha mikro.
c. Wirausaha Besar: Usaha yang besar, dengan operasi yang
melibatkan banyak karyawan dan modal yang signifikan.
6. Wirausaha Berdasarkan Model Bisnis:
a. Wirausaha E-commerce: Berfokus pada bisnis online,
seperti toko daring, pemasaran afiliasi, atau pasar daring.
b. Wirausaha Francaise: Memanfaatkan model bisnis waralaba
untuk mengembangkan bisnis mereka.

B. Pengertian UMKM
Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM. Pasal 1 dari UU terebut, dinyatakan
bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam UU tersebut.

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang buka merupakan anak
perusahan atau bukan anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian,
baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.

Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri


sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usah
kecil atau usaha besar yangmemenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud
dalam UU.

Di dalam Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk


mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai
kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak
Rp.50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.
2. Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp.50 juta sampai dengan
paling banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300
juta hingga maksimum Rp.2.500.000, dan.
3. Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih
lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil
penjualan tahunan diatas Rp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50
milyar.

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga


pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS),
selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan
skala usaha antara usaha mikro,usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.
Misalnya menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah unit usaha
dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5 sampai 19
pekerja, dan usaha menengah dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-
perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori usaha
besar.

Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam


kegiatan ekonomi di Indonesia.masa depan pembangunan terletak pada
kemampuan usaha mikro kecil dan menengah untuk berkembang mandiri.
Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah paada GDP di Indonesia tahun 1999
sekitar 60%, dengan rincian 42% merupakan kontribusi usaha kecil dan mikro,
serta 18% merupakan usaha menengah.

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat


penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan terutama
dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya krisis perekonomian
nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi
dan politik yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang
semakin terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih dapat
mempertahankan kegiatan usahanya.

Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguh dan mandiri yang
memiliki daya saing tinggi dan berperan utama dalam produksi dan distribusi
kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam permodalan untuk menghadapi
persaingan bebas.

UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Pada
prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha
Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB) umumnya didasarkan pada nilai aset
awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah
pekerja tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda
menurut negara. Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran
UMKM antar negara.

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan usaha yang
berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian
Usaha Kecil adalah: "Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang
usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi
untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Beberapa keunggulan UKM terhadap usaha besar antara lain adalah


sebagai berikut:

1. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam


pengembangan produk.
2. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.
3. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau
penyerapannya terhadap tenaga kerja.
4. Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi
pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan
besar yang pada umumnya birokrasi.
5. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peran kewirausahaan.

C. Klasifikasi UMKM
Dalam perspektif perkembangannya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar.Selain
itu kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan Krisis
ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok Usaha Mikro
Kecil dan Menengah yang melibatkan banyak kelompok. Berikut ini adalah
klasifikasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM):

1. Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari
nafkah, yang labih umum biasa disebut sektor informal. Contohnya
pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat
kewirausahaan.
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4. Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
akan melakukan transformasi menjadi usaha besar (UB).

D. Kriteria UMKM
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki
kriteria

sebagai berikut:

1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau


badan usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha,
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000 (tiga ratus juta rupiah)
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang
memenuhi kriteria:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh milyar rupiah).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM


berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki
jumlah tenaga kerja 5 orang samapai dengan 19 orang, sedangkan usaha
menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai
dengan 99 orang. Menurut Kementrian Keuangan, berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 316/KMK 016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa
Usaha Kecil sebagai perorangan/badan usaha yang telah melakukan kegiatan
/usaha yang

E. Peranan UMKM
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memainkan peran penting
dalam perekonomian suatu negara dan masyarakat secara keseluruhan. Berikut
adalah beberapa peranan utama yang dimainkan oleh UMKM:

1. Penciptaan Lapangan Kerja: UMKM sering menjadi penyedia


lapangan kerja utama dalam perekonomian. Mereka membantu
mengurangi tingkat pengangguran dengan memberikan pekerjaan
kepada banyak individu, termasuk orang-orang dari lapisan
masyarakat yang kurang terampil.
2. Pemberdayaan Masyarakat: UMKM memberikan peluang kepada
individu dan kelompok-kelompok masyarakat untuk mandiri secara
ekonomi. Mereka dapat memulai bisnis dengan modal yang
terjangkau dan memperluas jaringan bisnis mereka, sehingga
meningkatkan kualitas hidup.
3. Kontribusi pada Pertumbuhan Ekonomi: UMKM memberikan
kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Mereka menciptakan nilai tambah, menggerakkan perdagangan
lokal, dan meningkatkan pendapatan nasional.
4. Inovasi dan Kreativitas: UMKM sering menjadi sumber inovasi
dan kreativitas dalam bisnis. Mereka dapat merespons dengan
cepat perubahan pasar dan menciptakan produk atau layanan baru
yang memenuhi kebutuhan konsumen.
5. Pengurangan Ketimpangan Sosial: Dengan memberikan peluang
kepada berbagai kelompok masyarakat, termasuk mereka yang
kurang mampu, UMKM dapat membantu mengurangi
ketimpangan sosial dan ekonomi.
6. Pendukung Perekonomian Lokal: UMKM sering fokus pada pasar
lokal atau regional, yang dapat mendukung ekosistem ekonomi
lokal. Mereka membeli bahan baku dari produsen lokal dan
mempekerjakan tenaga kerja setempat.
7. Ketahanan Ekonomi: UMKM memiliki peran penting dalam
memperkuat ketahanan ekonomi suatu negara. Mereka sering lebih
fleksibel dalam menghadapi krisis ekonomi dan dapat
berkontribusi pada pemulihan ekonomi setelah bencana atau krisis.
8. Perdagangan Internasional: Beberapa UMKM dapat berkembang
menjadi eksportir dan berkontribusi pada perdagangan
internasional. Ini membuka peluang ekspansi pasar dan
memperkenalkan produk lokal ke pasar global.

Dengan peran-peran tersebut, UMKM menjadi bagian integral dari


perekonomian global, mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan
sosial dan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, mereka sering mendapatkan
dukungan dari pemerintah dan berbagai lembaga untuk membantu mereka tumbuh
dan berkemban
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Kegiatan wawancara ini dilaksanakan pada

Waktu : Pukul 12.00 s/d 13.00 WIB


Hari/Tanggal : Rabu 11 Oktober 2023
Alamat : Jln. Halmahera No.59,
Mintaragen, Kec. Tegal Timur
(Depan SMK PGRI Tegal)
B. Metode Pengambilan Data
Wawancara dilakukan dengan sifat terbuka antara pengelola usaha Seblak
Bandung dengan observer, penulis telah mempersiapkan beberapa pertanyaan
yang akan ditanyakan kepada pemilik usaha Seblak Bandung tersebut.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan sebenarnya dan apa yang telah diketahui
penulis dan apa yang telah dijelaskan pemilik usaha Seblak Bandung tersebut.

1. Observasi
Dalam observasi dan wawancara ini dapat digunakan penulis untuk
mengetahui bagaimana cara untuk melakukan usaha atau
berwirausaha. Selain itu juga dapat mengetahui strategi mengelola
dalam usaha Seblak Bandung
2. Catatan Lapangan
Dalam observasi ini catatan lapangan yaitu berupa hasil wawancara
antara penulis dengan pemilik usaha Seblak Bandung seputar
berdirinya usaha dan manajemen usahanya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam observasi dan wawancara ini adalah berupa
pengambilan sampel foto dalam proses produksi Seblak Bandung
BAB IV
LAPORAN HASIL OBSERVASI

A. Profil Usaha
Nama UMKM : Seblak Bandung
Kelompok Bidang Usaha : Makanan
Pemilik : Bapak Regar Saputra
Alamat : Jln. Halmahera No.59, Mintaragen,
Kec. Tegal Timur (Depan SMK PGRI
Tegal)
Tanggal Pendirian : Tahun 2018
Klasifikasi Usaha : Kecil
Jumlah Tenaga Kerja : 1 orang
Jenis Produk Seblak
Telepon/HP
Pemasaran Tegal Timur dan sekitarnya
(mahasiswa – mahasiswi UPS dan
Siswa – Siswi SMK PGRI TEGAL)
B. Sejarah Usaha
Usaha ini tergolong usaha mikro kecil, cara pengelolaanya masih
sendiri dan belum ada sumber daya dari luar. Sehingga proses produksinya
belum bisa optimal ketikan mendapatkan pesanan banyak.

Bapak Regar memulai usaha seblak mulai dari tahun 2018 sampai
sekarang. Usaha ini merupakan kreasi resep bumbu makanan pedas dari
cabai dan makanan ini berasal dari Bandung. Awal mula Bapak Regar
memulai usaha karena diajak temannya yang sudah lebih dulu berjualan
seblak. Tak mau kehilangan kesempatan, Bapak Regar mengambil tawaran
dari temennya untuk berjualan seblak

Pada awal berjualan, Bapak Regar masih dibantu oleh temennya


bagaimana caranya membuat seblak. Dengan ketekunannya akhirnya
Bapak Regar mulai bisa membuat seblak dan berjualan sendiri hingga saat
ini.

Pada saat wawancara, dia mengatakan bahwa awal mula dia mau
berjualan seblak karena tuntutan ekonomi. Susahnya mencari pekerjaan di
Bandung sehingga tidak ada pilihan lain selain mengambil tawaran
temennya untuk berjualan seblak.

Bapak Regar berjualan dengan mangkal di depan SMK PGRI


Tegal. Dengan berbekal ilmu dari temannya, usaha Seblak yang didirikan
Bapak Regar berusaha untuk selalu menyesuaikan selera konsumen
dengan memperhatikan kualitas bahan dan rasa.

C. Alasan Memilih Bidang Usaha


Berawal dari susahnya mencari pekerjaan di daerah asalnya, yaitu
Bandung. Dan ada salah satu teman yang mengajak untuk berjualan
seblak. Oleh karena itulah timbul motivasi untuk membuka usaha sendiri.
Berbekal dengan ilmu dari temannya, Bapak Regar pun memulai
usahanya.

Selain itu juga, target pasar dari usaha Bapak Regar yaitu remaja.
cocok sekali dengan lokasi tempat usahanya saat ini. Dekat dengan
universitas pancasakti Tegal dan SMK PGRI Tegal, yang kebanyakan
remaja dan penggemar makanan pedas seperti seblak

D. Dokumen – Dokumen Usaha


Dalam usaha milik Bapak Regar ini belum memiliki surat izin pendirian UMKM
atau SIUP dan belum didaftarkan di dinas terkait UMKM Kota Tegal. Jadi belum
dapat dipastikan makanan tidak mengandung bahan kimia pengawet atau
sejenisnya, sehingga belum tentu terbukti aman dikonsumsi oleh masyarakat.
Akan tetapi hasil observasi penulis ke tempat proses memasak makanan tidak
ditemukan bahan kimia/ pengawet yang membahayakan bahkan tidak ada sama
sekali. Karena bumbu terbuat dari rempah-rempah dan bahan baku makanan
berasal dari bahan yang cukup baik (Ceker Ayam, Mie, Sawi, Cabai dan Kerupuk)
E. Sumber Daya Manusia
Dalam usaha ini sejak awal sampai sekarang masih dikelola sendiri
tanpa bantuan sumber daya dari luar. Jadi dari proses memasak hingga
melayani konsumen semuanya dilakukan sendiri. Sehingga belum bisa
optimal ketika menerima banyak pesanan.

F. Sistem Pemasaran
Sistem pemasaran yang dilakukan dengan menunggu konsumen
datang ke lokasi, tetapi hanya bisa dibungkus tidak bisa untuk makan
ditempat. serta menggunakan strategi pemasaran Word Of Mouth (dari
mulut ke mulut). Word of Mount adalah istilah yang umum dan sering
dipergunakan oleh pelaku bisnis/pengusaha yaitu berbagi pengalaman dari
konsumen ke konsumen yang lain.

G. Permasalahan yang Dihadapi


1. Masih minimnya tenaga kerja, sehingga pelayanan kurang optimal
dalam melayani jumlah yang banyak
2. Bahan baku produksi yang semakin naik harganya, sehingga akan
mengakibatkan pertambahan modal.
3. lokasi tempat usaha dengan kostan jauh, sehingga ketika
mendorong gerobak untuk ke tempat usaha jauh.
4. kondisi cuaca yang terkadang tidak menentu
BAB V
Lampiran

A. Lampiran Dokumentasi

B. Bukti Observasi
Link video observasi https://drive.google.com/file/d/1s45_8KaI5cAraeuK03-
4qxmUl3V0_B0G/view?usp=drive_link

C. Output Kegiatan Observasi


Membuatkan akun Whatsapp Business
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
sebenarnya untuk memulai usaha bukan suatu hal yang sulit. Seperti
Bapak Regar yang memulai usaha seblak bermodalkan niat dan ingin mengubah
kondisi ekonominya. Tidak semua usaha langsung menjadi sukses, semua butuh
proses, pengorbanan, kerja keras, semangat dan keuletan dalam bekerja. Untuk
mempertahankan pelanggan, Seblak pak Regar selalu memperhatikan kualitas
bahan supaya cita rasa seblaknya tidak pernah berubah dan memiliki ciri khas.

B. Saran
1. perlu inovasi baru terhadap isian dan rasa seblak, agar tidak kalah
dengan pesaing dan lebih banyak menarik pelanggan baru.
2. Perlunya promosi secara digital supaya lebih mudah untuk
mengenalkan produknya kepada Masyarakat
3. inovasi untuk kemasan seblak supaya para pelanggan tertarik untuk
membeli

Anda mungkin juga menyukai