CBR Kel 5 Agama
CBR Kel 5 Agama
DISUSUN OLEH :
MARET 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkatNya kami dapat ada sampai
saat ini. Tak lupa juga bersyukur untuk laporan yang telah saya kerjakan tepat waktu.
Critical Book Report ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari 6 tugas dalam
KKNI terkhususnya untuk mata kuliah Agama. Tugas critical book report ini disusun
dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Oleh karena
itu, saya mengucapkan trimakasih kepada : ibu Candra Damanik M,Th selaku dosen
mata kuliah Agama di Universitas Negeri Medan, atas bimbingan dan segala
kesempatan yang telah diberikan kepada kami dalam penulisan Critical Book Report
ini. kami menyadari bahwa tugas Critical Bool Report ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Atas perhatiannya kami
mengucapkan terima kasih.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya semua buku yang telah ditulis oleh para penulis memiliki keunikan
masing-masing, namun ada juga diantaranya yang masih memiliki kekurangan,
hingga buku tersebut belum begitu sempurna untuk dipelajari, sehingga dibutuhkan
buku lain untuk melengkapi kekurangannya tadi. Dalam penulisan sebuah buku juga
seringkali terjadi kesalahan dalam penulisan atau pengetikkannya. Kesalahan tersebut
dapat berupa kesalahan dalam penempatan huruf kapital maupun spasi dalam kalimat.
Dalam mata kuliah ini, saya melakukan pengkritikkan buku karena kami ingin
melihat apakah buku-buku ini sudah cocok untuk digunakan sebagai buku panduan
belajar dan untuk melihat perbedaan dan persamaan dari kedua buku yang berbeda
penulisnya tentang suatu materi pembelajaran dan juga untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Agama.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengulas isi buku mengenai materi penjaga ciptaan Allah, untuk mengetahui garis
besarnya.
2. Mencari perbedaan dan kesamaan isi topik dari kedua buku tersebut.
4
IDENTITAS BUKU
Buku Utama
Buku Pembanding
5
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
Ringkasan Buku 1
A. Pendahuluan
Alkitab menjelaskan bahwa ada dua macam Mandat Ilahi yaitu mandat ilahi
kultur (fisikal) dan mandat ilahi pembaharuan (rohani). Mandat ilahi pembaharuan
hanya dipercayakan kepada orang Kristen sedangkan mandate ilahi diberikan kepada
semua umat tanpa terkecuali. Dapat disimpulkan, dua mandat merupakan mandat
ganda yang harus diemban oleh manusia.
6
mengikuti Yesus menggabungkan diri dengan gereja-Nya yang dibina supaya mereka
bertumbuh sebagai seorang murid. Ruang lingkup dari amanat agung mencakup semua
bangsa. Janji Yesus adalah bahwa Dia akan menyertai sampai tugas amanat agung
diselesaikan
7
kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal didalam kota ini
sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.
Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-
murid Yesus disuatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut
kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri ditengah-
tengah mereka dan berkata: damai sejahtera bagi kamu! dan sesudah berkata demikian,
Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu
bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul disitu: Tuhan maukah Engkau pada
masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel? jawab-Nya: engkau tidak perlu mengetahui
masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus Turun keatas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-
Ku di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
1. Dasar Teologis
Dari dua mandat ini manakah mandat yang orisinil? Banyak mengira bahwa
mandat Ilahi spiritual yang orisinil karena menyangkut penebusan dosa dan
pendewasaan umat. Kalau dilihat dari urutan peristiwa maka Mandat Ilahi yang Orisinil
8
adalah mandat Ilahi pembangunan karena mandat ini diberikan waktu manusia belum
jatuh kedalam dosa.
Marilah kita menjadikan manusia menurut gambar Kita (Kej. 1:27). Allah
Tritunggal memiliki hubungan dengan manusia. Ada persekutuan antara laki-laki dan
perempuan. Ada persekutuan antara manusia dengan Allah Bapa, Allah Anak dan
Allah Roh Kudus (Kej. 1:1). Isyarat sebelum ayat 27 dengan ungkapan kita untuk
mengungkapkan penunjukkan akan persekutuan yang kekal antara Bapa, Anak dan
Roh Kudus dengan kata Allah (Elohim) (CharlesRairi). dalam Kejadian 1:2b Allah
menciptakan kehidupan sehingga manusia juga melahirkan kehidupan. Dalam mandat
ini manusia mengekploritasi alam dimana manusia mengusahakan, mengelola dan
memelihara alam. Kata Ibrani Kabash (menaklukkan) dan radah (berkuasa) didalam
Kejadian 1:28 dapat dipahami sebagai mandat mengekploitasi alam dalam arti
mengusahakan atau mengelola dan menjaga serta memelihara alam (Geremi Cohen).
3. Etika Lingkungan
9
Dalam Kej. 1:31 dikatakan bahwa Allah melihat segala yang dijadikannya itu sungguh
amat baik. Tentu ayat tersebut merupakan kesimpulan dari semua apa yang diciptakan
oleh Tuhan sudah sangat baik dan sempurna. Dalam kejadian 2:8-9 Allah membuat
Taman Eden disitulah Adam dan Hawa dapat memiliki segala ciptaan Allah. Allah
membuatkan pohon-pohon. Dalam kejadian 2:15 Tuhan Allah menempatkan manusia
di Taman Eden agar diusakan dan dipelihara Taman itu tujuannya adalah untuk
kebutuhan manusia.
Dalam kejadian 3:5-6 dikatakan: tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu
kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tau
yang baik dan yang jahat, Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk
dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi
pengertian. lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga
kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
Disini manusia telah melanggar hukum. Cobalah kita amati apa yang terjadi
dilingkungan kita. manusia tidak memelihara akan tetapi dengan seenaknya saja
mencemari sungai, membuang Sebagaimana mandat Ilahi kultur yang disampaikan
kepada manusia pada masa pra dosa, di Taman Eden dimana Allah berfirman agar
dunia ini dihuni, ditaklukan, dikuasai, dikerjakan dan dipelihara sebagai tempat tinggal
yang baik. Sesudah kejatuhan manusia dalam dosa. Tanggungjawab manusia
diperbesar lagi. Ini ternyata dari Firman Tuhan kepada Nuh sesudah air bah.
Allah mengasihi manusia. Itu sebabnya Yesus diutus ke dunia dan mati di kayu salib
supaya orang yang percaya kepada Yesus tidak binasa melainkan beroleh hidup yang
kekal (Yoh. 3:16) Berbicara mengenai berkat dapat dibedakan menjadi 2 macam.
Pertama adalah berkat umum dan yang kedua adalah berkat khusus. Berkat umum
diberikan kepada setiap manusia tanpa terkecuali. Misalnya alam, hujan, matahari,
bulan dapat dinikmati oleh manusia. Berkat yang kedua adalah berkat khusus yang ada
10
didalam Yesus Kristus yaitu pengampunan dosa (injil sebagai berita keselamatan).
Berkat ini hanya diberikan kepada orang-orang yang percaya kepada Yesus saja.
Terhadap langit dan bumi yang baru seperti yang terdapat dalam Wahyu 21:1-5 langit
dan bumi yang baru sebagai Firdaus yang hilang terpulihkan kembali.
6. Krisis Ekologi
Ciptaan Allah atau alam adalah wujud dari kasih cinta Tuhan terhadap manusia. Itulah
sebabnya ciptaan Tuhan harus dipelihara dan dilestarikan bukannya dirusak. Tuhan
sudah memberikan akal budi kepada manusia dan satu-satunya dari ciptaan yang
memiliki akal budi diberikan tanggung jawab. Sebagaimana dikatakan di atas bahwa
manusia diberikan akal budi maka diberikan tugas khusus dalam menata Ekologi.
karena manusia memiliki akal budi maka manusia memiliki pengetahuan teknologi
atau kemampuan dalam memanipulasi atau mengubah ekosistem sesuai dengan apa
yang dibutuhkan manusia. Sehingga alam tidaklah dipisahkan dari keselamatan yang
telah diberikan kepada manusia. Dalam kitab Kejadian telah jelas bahwa semua ciptaan
Tuhan adalah baik adanya dan telah diserahkan kepada manusia untuk menanganinya.
11
Peranan imago Dei harus memiliki kesadaran penuh berperanan dalam pelestarian
lingkungan. Tema utama Alkitab berkenaan dengan Ekologi adalah mengembalikan
kehidupan manusia dan seluruh ciptaan kearah keharmonisan. Maka pada bagian akhir
Alkitab berbicara tentang ciptaan yang baru dibumi.
Ringkasan Buku 2
1.3 Pengantar
2. Bahan Ajar
12
kebutuhan manusia semata sehingga dapat diperas habis-habisan dengan motif
"kepentingan manusia bersangkutan".
Manusia dipahami terpisah dari alam dan menjadi subyek dalam menggarap
alam semesta. Alam semesta tidak dilihat sebagai satu kesatuan dalam
keberlangsungan hidup semesta ciptaan. Pandangan tersebut di atas menurut Chang
menjadi sumber krisis lingkungan. Pandangan yang mirip juga ditemukan pada tradisi
teologi Kristen di dalam menafsirkan teks-teks Alkitab yang cenderung bernada
antroposentris. Lynn White Jr. menegaskan bahwa akar historis dari krisis lingkungan
yang kita alami sekarang adalah pandangan orang Kristen yang arogan terhadap alam
dan hal ini didasarkan pada perintah Tuhan kepada manusia untuk memenuhi dan
menaklukkan bumi (Kej. 1:28). Menurutnya, dalam teologi Kristen alam dipandang
hanya sebagai unsur ciptaan yang keberadaannya hanyalah untuk mendukung
kebutuhan manusia. Alam pada dirinya sendiri tidak memiliki banyak arti dan baru
mempunyai arti jika ia memberikan apa yang diperlukan oleh umat manusia. Jadi
perintah Allah tersebut dianggap sebagai sebuah legitimasi status manusia sebagai
penguasa alam karena mereka adalah wakil Allah yang bertanggung jawab atas seluruh
ciptaan-Nya. Dan pengertian tanggung jawab itu lebih mengarah kepada sesuatu yang
subordinatif yaitu sejauh unsur-unsur alam tersebut melayani kebutuhan manusia.
Sebagian orang memiliki pandangan berdasarkan penjelasan yang dikemukakan atas.
Cara pandang seseorang akan sangat mempengaruhi sikap dan perilakunya. Jika
sesuatu hal dipandang sebagai berguna dan penting, maka sikap dan perilaku terhadap
sesuatu itu lebih banyak bersifat menghargai. Sebaliknya, jika sesuatu hal dipandang
dan dipahami sebagai sesuatu yang tidak berguna dan tidak penting, maka sikap dan
perilaku yang muncul lebih banyak bersifat mengabaikan, bahkan merusak.
Relasi yang terjalin antar manusia dengan lingkungan selama ini mengalami
masalah, yang diakibatkan kesewenang-wenangan manusia terhadap lingkungannya.
13
Oleh sebab itu, manusia harus memiliki kaidah yang mengatur tindakan manusia
terhadap lingkungan. Kaidah yang dimaksud adalah etika lingkungan. Secara
etimologi etika berasal dari bahasa Yunani ethos (jamaknya : ta etha) yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan. Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibakukan dalam bentuk
kaidah yang kemudian disebarluaskan, dikenal, dipahami dan diajarkan secara lisan
maupun tulisan dalam masyarakat.
Etika lingkungan adalah disiplin ilmu yang membahas norma moral tentang
perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam. Dalam hal ini, etika lingkungan
tidak hanya menyangkut hubungan antar manusia dengan manusia yang lain, tetapi
juga dengan lingkungan atau alam. . Perkembangan pemikiran di bidang etika
lingkungan menghasilkan beberapa paradigma etika yang menentukan pola perilaku
manusia terhadap lingkungan, yaitu Antroposentrisme, Biosentrisme, dan
Ekosentrisme.
2.2.1. Antroposentrisme
14
• Kedua, Alam dipahami tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Filsafat
Barat yang antroposentris beranggapan bahwa etika hanya berlaku bagi
komunitas manusia. Karena itu, segala macam nilai dan norma moral hanya
berlaku bagi komunitas manusia belaka. Ini berarti kewajiban dan tanggung
jawab moral hanya berlaku dan relevan bagi relasi sosial antara manusia yang
satu dengan manusia yang lain. Kewajiban dan tanggung jawab moral, segala
perintah dan larangan serta perilaku baik, tidak relevan untuk hubungan antara
manusia dengan alam. Konsekuensinya, manusia tidak mempunyai tanggung
jawab dan kewajiban untuk menghormati, menjaga dan memelihara alam,
sebagaimana tanggung jawab dan kewajibannya terhadap sesamanya.
2.2.2. Biosentrisme
Bagi biosentrisme, tidak benar bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai.
emikiran biosentrisme menekankan bahwa makhluk hidup mempunyai nilai
intrinsik (nilai pada dirinya sendiri). Setiap makhluk hidup pantas mendapatkan
perhatian dari manusia. Menurut Paul Taylor, paradigma biosentris didasarkan
pada empat keyakinan, yaitu:
15
• Keyakinan bahwa manusia pada dirinya sendiri tidak lebih unggul dari
makhluk hidup lain. Hal ini menunjukkan adanya penolakan terhadap
superioritas manusia di hadapan yang lain.
• Kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan alam dan segala
isinya (no harm).
• Kewajiban untuk tidak mencampuri (non-interference). Artinya manusia tidak
membatasi dan menghambat kebebasan makhluk hidup untuk berkembang dan
hidup secara leluasa di alam ini, antara lain tidak memindahkan mereka dari
habitatnya yang asli.
• Kewajiban untuk tidak memperdaya, menjebak, dan menjerat binatang liar.
Dalam hal ini binatang liar perlu dijaga dan dibiarkan hidup di alam bebas.
• Kewajiban untuk memulihkan kembali manusia dari kesalahan yang
menimbulkan kerugian terhadap alam, dalam bentuk kerusakan atau
pencemaran lingkungan (kewajiban retributif).
2.2.3. Ekosentrisme
16
mewajibkan manusia untuk peduli terhadap alam. Dengan demikian, manusia memiliki
tanggung jawab moral terhadap seluruh ciptaan.
Berteologi dalam konteks krisis ekologi berarti berteologi terhadap penderitaan yang
dialami oleh lingkungan hidup akibat kerusakan lingkungan yang sudah mengglobal
yang disebabkan oleh ulah manusia. Sikap dan perilaku manusia yang sewenang-
wenang terhadap lingkungan menjadikan lingkungan semakin mengalami krisis,
bahkan kondisi saat ini menunjukkan bahwa lingkungan hidup sedang menuju
kehancuran.
Menurut Borrong ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan dalam rangka
berteologi dalam konteks ekologi di Indonesia, yaitu:
2. Perlu memperhatikan tema dan topik teologi yang menjadi acuan teologi ekologi
yaitu tema-tema utama teologi biblis: teologi penciptaan, teologi perjanjian, teologi
penebusan dan teologi eskato logi serta peran khusus manusia dalam alam. Tema-tema
tersebut perlu dilihat dalam relasinya dengan teologi dalam konteks ekologi.
17
2.4. Keberlangsungan Hidup Semesta Ciptaan : Allah - Manusia - Ciptaan
Lainnya
Manusia berasal dari Allah. Allah membentuk manusia dari debu tanah (Ibr.
adamah).
o Di satu pihak digambarkan kefanaan manusia karena berasal dari debu tanah.
o Di pihak lain digambarkan ketergantungan manusia pada Allah yang daripada-
Nya nafas manusia berasal.
Ini menggambarkan hakikat manusia yang unik sebagai ciptaan Allah. Allah
meniupkan nafas kepada manusia. Jelaslah bahwa apa yang ditiupkan Allah ke dalam
manusia adalah "napas kehidupan" (br nishmat khaim). Hal ini mengandung arti bahwa
Allah Pencipta adalah Allah yang hidup karena la memiliki nishmat khaim yang Dia
transfer kepada manusia sebagai gambar-Nya (Kej 1:26). Dengan demikian manusia
memiliki sebahagian karakter yang Allah miliki dan manusia itu mencerminkan
karakter tersebut.
18
ketergantungan terhadap lingkungannya. Manusia tidak akan pernah bisa hidup tanpa
adanya dukungan dari lingkungannya. Relasi manusia dan lingkungan merupakan
hubungan timbal balik karena manusia hidup di alam lingkungan hidup dan alam
sebagai lingkungan hidup juga membutuhkan manusia. Jadi, keduanya saling
membutuhkan untuk pelestariannya. Segala yang ada pada lingkungan dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena
lingkungan memiliki daya dukung yaitu kemampuan lingkungan uk mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam narasi penciptaan dapat
dipelajari bahwa hubungan manusia dan ciptaan lainnya sangat erat. Hubungan tersebut
dapat dipahami dalam relasi simbiosis mutualisme antara manusia dengan ciptaan yang
lain. bernafas. Dan sebaliknya, tumbuhan mengeluarkan Oksigen yang dibutuhkan oleh
manusi an binatang untuk bernafas.
Pada prinsipnya, Allah sudah memberikan segala sesuatu yang baik kepada
manusia. Pemberian Allah tersebut, seharusnya digunakan oleh manusia dengan penuh
tanggung jawab. Manusia juga berkewajiban untuk menjaganya. Kepada manusia
dipercayakan Allah tugas dan tanggung jawab untuk mengambil prakarsa dan berkarya
demi kepentingan manusia dan seluruh ciptaan. Oleh sebab itu, manusia diberi
kemampuan dan kesempatan untuk menyelidiki, mengerti, mengolah memelihara, dan
memanfaatkan alam semesta. Tanggung jawab manusia terhadap alam dapat dikatakan
juga sebagai bentuk wujud solidaritas manusia terhadap alam. Manusia didorong untuk
mengambil sebuah kebijakan yang pro terhadap lingkungan, sehingga manusia dapat
menjaga seluruh ciptaan dengan benar. Secara khususat Kristen juga bertanggung
jawab dalam menjaga seluruh ciptaan Allah. Tanggung jawab yang diberikan kepada
umat Kristen dalam narasi penciptaan tetap berlanjut sampai sekarang. Tugas dan
tanggung jawab tersebut dapat diwujudkan dalam tindakan ekologis, yaitu tindakan
yang menghargai alam. Dalam hal ini, tugas yang Allah berikan kepada umat Kristen
tidak saja untuk memelihara atau merawat tetapi juga membaharui atau menata kembali
lingkungan hidupnya yang telah tercemar akibat bermacam-macam
19
ketidakseimbangan. Tugas tersebut harus direalisasikan sehingga lingkungan hidup
menjadi lebih baik, lebih indah, bahkan terhindar dari bahaya perusakan kembali.
Dengan demikian, keluhuran umat Kristen sebagai citra Allah terletak dalam
tanggung jawabnya bersama Allah untuk ikut dalam memelihara keutuhan seluruh
alam. Umat Kristen dipanggil Allah untuk turut serta dalam memelihara keutuhan
ciptaan. Umat Kristen sebagai citra Allah adalah ko-operator atau ko-kreator dari Sang
Pencipta dalam tindakan kreatif mentransformasikan, membentuk kembali, melahirkan
kembali dan memelihara alam semesta.
Persoalan ekologi dewasa ini menjadi sebuah wacana aktual yang mendapat
sorotan hangat dari berbagai kalangan, sebab tidak dapat dipungkiri krisis ekologi yang
terjadi mengakibatkan keberlangsungan hidup seluruh ciptaan terganggu. Bukan saja
manusia, ciptaan mengalami penderitaan akibat krisis yang terjadi. Berkaitan dengan
itu, maka berbagai upaya dalam mengatasi dan mengantisipasinya pun terus digalakkan
sebagai sebuah kepghatinan, kepedulian dan juga pertanggung jawaban iman kepadah
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah kepada
manusia diwujudnyatakan melalui sikap manusia untuk mengusahakan dan
memelihara segala ciptaan bukan menggunakan sumber daya alam secara obral-
obralan untuk atau mengeksploitasi alam. Manusia diberi hak untuk mempergunakan
sumber daya alam dan menikmati seluruh ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab.
Dalam arti bahwa manusia sebaiknya menggunakannya sesuai dengan kebutuhan dan
bertanggung jawab dalam membangun dan menciptakan kelestarian hidup. Segala
20
kegiatan konstruktif manusia pada hakikatnya merupakan partisipasi dalam karya
kimatif Allah
Kelebihan
➢ Didalam buku ini sebelum mulai membahas materi yang dibahas, terlebih
dahulu menyampaikan apa tujuan pembelajaran yang akan dijalani, kompetensi
dasar pembelajaran, indicator pembelajaran serta peta konsep yang dapat
memudahkan kita mengetahui kemana arah pembelajaran yang kita terima.
➢ Setiap akhir bab disertai dengan latihan untuk menguji seberapa jauh
pemahaman terhadap materi yang dibahas, serta juga menyertakan latihan UAS
sehingga kita dapat mengetahui seberapa besar yang kita dapat dalam satu
semester.
➢ Disertai dengan glosarium sehingga kita bisa mengetahui arti dari kata-kata
yang kurang kita mengerti.
➢ Disusun sedemikian rupa dengan judul-judul besar yang saling berkaitan.
Kekurangan
➢ Dalam buku ini khususnya di materi yang dibahas, tidak terlalu lengkap.
Sehingga pembaca sebaiknya perlu mencari buku kain sebagai bahan referensi.
Kelebihan
➢ Penulis dalam menyajikan buku ini selalu disertai dengan sumber penulis
memaparkan contoh yang konkret dari informasi tersebut mengenai special
moment : bukan anak-anak ituyang bermasalah, jadi setiap teory ataupun
pendapat selalu disertai dengan sumberyang jelas. Hal ini menjadi nilai plus
21
bagi buku ini ,penyertaan sumber dapatmembuat pembacayakin bahwa buku
ini sangat dipercaya.
➢ Buku ini cocok digunakan untuk mahasiswa sebagai panduan dan pedoman
untuk menambah pengetahuan tentang cara mengajar yang baik. Buku ini juga
bisa dijadikan sebagai dasar pengetahuan mahasiswa untuk melanjutkan
perkuliahan disemester berikutnya.
Kekurangan
➢ Pembahasan dalam buku ini terbelit-belit sehingga susah untuk dipahami oleh
peserta didik.
➢ Bahasanya terlalu rumit untuk dipahami sehingga pembaca sulit untuk
memahaminya sehingga menjadikan pembaca harus mengulang agar bisa
memahaminya.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Tinambunan, Vektor., Gereja dan Orang Percaya (Pematang Siantar : L-SAPA STT
HKBP,2006)
Borrong, Robert., p., Kronik Ekoteologi: Berteologi dalam konteks krisis
Lingkungan, Stulos17/2 (Juli 2019)
Setio S,S., “Paradigma Ekologis dalam Membaca Alkitab,” dalam forum Biblika
No.14, 2001
24
25