Anda di halaman 1dari 16

E-ISSN: 3025-6399

Volume 1 Number 1, October 2023, 33-41

Makna Simbolik Rumah Tongkonan


1
Alda Pranastuti, 2Marsella Rahayu, 3Muh Farhan Akhir Ramadhan.
Prodi Pendidikan Geogafi ICP
Universitas Negeri Makassar

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article History Toraja merupakan salah satu daerah yang berada yang daerah sulawesi
Received : selatan yang sangat menarik untuk dikaji dan dipelajari karena banyak hal-hal unik
Accepted : yang ada di daerah tersebut mulai dari segi budaya, keperecayaan bahkan aktivitas
Published: sehari-hari masyarkat toraja. Pada penelitian ini kami berfokus mengkaji dan
mempelajari rumah tongkonan masyarakat toraja. Rumah tongkonan sendiri adalah
salah satu rumah ada yang sangat terkenal di indonesia yang berasal dari tanah toraja
Corresponding author: sulwesi selatan. Rumah tongkonan adalah rumah adat masyarakat toraja yang mulanya
Email: di gunakan untuk menyimpan mayat, salah satu bagian dari rumah tongkonan ada
DOI: yang disebut alang yang digunakan untuk menyimpan padi. Pada riset kali ini kami
menggunakan metode observasi dan dokumentasi dan tinjauan pustaka yang berfokus
Copyright © 2023 The Authors pada tongkonan yang berada di wilayah ke’te kesu. Dari hasil riset ini kami
menemukan beberapa topik bahasan seperti syarat pembuatan rumah tongkonan,
pewarnaan rumah tongkonan, filosofi serta makna rumah tongkonan.
Kata Kunci: Rumah Tongkonan, Toraja, Warna, Ukiran, Ke’te Kesu.

This is an open access article ABTRACT


under the CC BY-SA license Toraja is one of the regions in South Sulawesi that is incredibly fascinating to study
and explore due to its unique cultural aspects, beliefs, and the daily activities of the
Toraja people. In this research, our focus is on examining and learning about the
traditional houses known as "tongkonan" in the Toraja community. The tongkonan
house is renowned in Indonesia and originates from the land of Toraja in South
Sulawesi. Originally used for storing deceased bodies, a specific part of the tongkonan
house, called "alang," is utilized for storing rice. For this study, we employed
observation and documentation methods, along with a literature review that
concentrates on tongkonan houses in the Ke'tekesu region. The research findings have
unveiled several topics for discussion, such as the requirements for constructing
tongkonan houses, the coloration of these houses, the philosophy behind them, and the
significance they hold.
Keywords: Tongkonan House, Toraja, Color, Carving, Ke'te Kesu

1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beragam bahasa, kepercayaan, suku, adat dan tentu saja
budayanya. Dari hal tersebut masyarakat seperti ini memiliki sejumlah corak dalam membangun suatu
budaya. Keberagaman dan keunikan dari masing-masing budaya di setiap wilayah di indonesia sangat
menarik untuk dikaji dan dipelajari tidak terkuacuali kebudayaan masyarakat toraja. Salah satu hal yang
sangat menarik untuk di kaji dan dipelajari pada kebudayaan masyarakat toraja adalah rumah tongkonan.

Suku toraja adalah salah satu etnis budaya di indonesia yang memili kebudayaan yang sangat unik dan
masih berlangsung dan terawat sampai dewasa ini. Tidak terkecuali rumah adat toraja yakni rumah
tongkonan yang memiliki arsitektur indah dengan hiasan yang mengagumkan. Dari hal tersebut kami tertarik
untuk mempelajari dan mengkaji mengenai arsitektur bagunan, simbol serata makna rumah adat tongkonan
bagi masyarakat toraja. Tongkonan adalah rumah adat orang Toraja, yang merupakan tempat tinggal,
kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya orang Toraja. Tongkonan tidak bisa dimiliki
oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara komunal dan turun temurun oleh keluarga atau marga Suku
Tana Toraja (Pakan et al., 2018)

Tongkonan memiliki lebih dari sekedar tempat berkumpulnya orang-orang untuk makan; itu juga dapat
berfungsi sebagai pusat budaya, tempat tinggal, dan tempat untuk menegakkan norma-norma keluarga.

33
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

Secara lebih luas, peran Tongkonan mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat Toraja. Aluk Todolo
adalah nama yang diberikan kepada mereka jika ada ritual yang berkaitan dengan sistem keagamaan mereka
sebelumnya. Masyarakat Toraja mempunyai sistem kepercayaan yang disebut Aluk Todolo. Hal ini diyakini
sebagai seperangkat peraturan agama yang diturunkan dari nenek moyang dari generasi ke generasi dan
berfungsi untuk mengontrol bagaimana seseorang atau sekelompok orang menghabiskan hidupnya. Ritual
Aluk Todolo dipisahkan menjadi dua bagian: Aluk Rambu Solo' berisi hal-hal yang menyangkut
belasungkawa, seperti upacara pemakaman yang dilakukan di rumah Tongkonan, dan Aluk Rambu Tuka'
mencakup hal-hal yang bersifat suka cita atau kegembiraan (Pakan et al., 2018)

2. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang akan digunakan ialah metode deskriptif kualitataif. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara maupun dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data
menggunakan model Miles and Huberman yaitu Pengumpulan data data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification. Lokasi penelitian yang dipilih yaitu di daerah Ke’tekesu, Tana Toraja.
Khususnya pada Rumah Tongkonan yang ada di wilayah tesebut. Rumah tongkonan di wilayah ke’tekesu
memiliki beberapa jenis ukiran tetapi yang kami bahas di sini bukanhanya ukiran, tapi makna simbolik
rumah tongkonan itu sendiri bagi masyarakat toaja. Penelitian ini di lakukan di ke’tekesu Kabupaten Toraja
Utaa kecamatan Sanggalangi, penulis melakukan penelitian menggunakan alat bantu (HP, buku, dan
Pulpen).

Tahapan-Tahapan Penilisan Lapoan

2.1 Transkip Wawancaa


Makna Simbolik Rumah Tongkonan
1. Cuplikan Catatan Lapangan
Hasil Wawancara
Lokasi : Siguntu, Toraja Utara
Metode : Wawancara (via telepon)
Narasumber: Pak Erwin
Hari : Minggu
Tanggal : 5 November 2023
Jam : 19.01 WITA
Tempat : Mcdonald

Hasil Wawancara
Peneliti : kalo orang mau buat rumah tongkonan, apakah ada syaratnya atau ritualnya, atau
langsung saja om?
Informan : ada. jadi biasanya itu, mengadakan pertemuan dulu. Lain halnya kalo mau di
perbarui
lain halnya kalo baru mau di bangun

Peneliti : kalo mau di bangun dulu om


Informan : itukan persyaratannya buat tongkonan itu, apabila sudah di adakan rambu solo atau
rambu tuka di lokasi tersebut. Lalu bisa dibangun tongkonan.

Peneliti : jadi itu harus di adakan rambu solo dulu om baru bisa di bangun rumah tongkonan
Informan : ya biasanya begitu. Tapi sekarang kan nda begitu, tergantung dari kemampuan
orang yang ada sekarang. Tapi kalo dlu harus dlu pernah di adakan misalkan pesta atau
pemakaman rambu solo di tempat itu dengan rambu tuka.

34
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

Peneliti : pertanyaann selanjutnya om, kan biasanya itu bentuk ukurannya itu beda beda om, itu
kenapa dan apa maknanya om
Informan : kalo maknanya itu klo ukuran orang ambil dari ukuran yang punya, itukan ukuran
badan toh, misalnya tinggi, lebar, orang biasanya ambil dari ukuran badannya.

Peneliti : oh berarti om, ini orang yang meninggal yang mau dibikinkan rumah tongkonan,
sebagaimana bentuk badannya segitu rumah tongkonannya
Informan : nda, maksudnya kalau orang yang mau bikin tongkonan toh, contohnya saya mau
bikin tongkonan, inikan ada ukuran, ukuran badan toh, misalnya tinggi saya. Biasakan di ambil
ukuran dari situ. Kalo ukuran dlu toh, tapi sekarang orang yang mau besar toh.

Peneliti : itu om besar keccilnya, nda ada ji kaitannya dengan kastanya di atas atau tidak
Informan : nda ada, cuman modelnya yang biasa ada kastanya. Kan biasa modelnya dibuat
hanya sederhana artinya ukuran biasa. Kalo ada yang ini, ada tahapannya. Misalnya 3 ruangan di
dalam. Yang pertama 1 ruangan, yang kedua ruangan, yang ketiga 3 ruangan. Nah yang keempat
bisa jadi 5 ruangan di dalam.

Peneliti : semakin banyak ruangannya om, semakin tinggi atau bagaiamana


Informan : pertama di buat toh, misalkan 1 ruangan kalo tongkonan toh, yang kedua 2 ruangan,
yang ketiga 3 ruangan di dalam, yang keempat itu bisa jadi lima artinya semua tahapan sudah
dilalui baik acara rambu solonya maupun acara rambu tuka yang dilaksanakan disitu.

Peneliti : apa bedanya ini om rambu solo sama rambu tuka


Informan : kalo rambu solo itu pesta kematian, rambu tuka, misalnya pentabisan rumah, ada
istilahnya marara, ada istilahnya dipasoro to manarang, dipasoro to manarang dlu baru istilahnya
pentabisan atau marara dan seterusnya itu ada lagi yang dibilang ma’bua. Ada upacara rambu tuka
yang terakhir. Artinya semua tahapan tahapan sudah dilalui. Baik rambu tuka, maupun rambu solo
itu sudah dilaksanakan semua dan terakhir bisa ma’bua

Peneliti : kan biasanya pewarnaanya itu rumah tongkonan ada warna apa saja
Informan : dari tahapan pertama itu seharusnya tidak diwarnai kalo baru pertama dibuat. Nanti
setelah ada pesta rambu solo disitu, baru bisa diwwarnai. Ada warna merah dan bisa di ukir.

Peneliti : itu om biasanya ,warna merah, hitam kuning


Informan : putih

Peneliti : oh putih juga ada, apalagi om


Informan : warna merah, putih, hitam, warna kuning yang dimana semuanya itu punya arti
kayak seperti putuh di artikan suci hitam yang biasanya di apke di rmbu solo sebgai tanda
kemtaian sama dengan merah itu melambangkan keberanian sama kalok kuning biasnya itu
kekayaan

Peneliti : itu om hanya itu makan warnanya om tidak ada lagi yang lain?
Informan : ya itu saya kurang ngerti kalo makna warna itu. Karna semua warna di pakai disitu.
Artinya kan ada perbandingan kalo misalnya di rambu tuka ada pake warna hitam. Nah kalo acara
rambu tuka biasanya pake warna kuning, putih bisa juga artinya kuning yang bisa membedakan
dengan hitam rambu tuka dengan rambu solo. Kalo putih bisa dipake rambu solo, merah bisa juga.
Yang hanya 2 warna ini yang bisa membedakan bahwa itu tandanya upacara rambu tuka kalo
pake kuning, yang hitam itu tandanya itu dia pake upacara rambu solo
Peneliti : kita tau biasa makna gambar nya

35
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

Informan : ya itulah yang sa bilang tadi ada tahapannya kalo sudaah dilalui semua bisa
dipasang model. Karena Ada model satu ruangan, model 2 ruangan, model 3 ruangan ada model
smpe 5 ruangan.

Peneliti : terus om, kan biasanya itu ada yang kayak tiang didepannya itu ada 3 tiang itu om, itu
artinya apa om
Informan : oh di depan, itukan sebagai penyangga saja itu. Tukang somba, yang tinggi. Itu
sebagai penopang

Peneliti : biasanya kan ada kepala kerbau di depannya


Informan : ya itulah semua yang sa bilang tadi, semua upacara telah dilakukan disitu. Pernah
potong kerbau baru bisa di pasang kepala kerbau. nda semuanya misalnya kalo baru pertama
dibikin belum ada upacara rambu solo, disitu belum bisa di pasangi kepala kerbau.

2. Cuplikan Catatan Lapangan


Hasil Wawancara
Lokasi : Bori parinding
Metode : Wawancara
Narasumber:
Hari : Sabtu
Tanggal : 21 Oktober 2023
Jam : 10.00 WITA
Tempat : Tongkonan Seribu Tanduk

Hasil Wawancara
Peneliti : kalau ini om sudah berapa keturunan?
Informan : saya keturunan ke 14

Peneliti : sudah berapa kali Renovasi ini om?


Informan : dua kali renovasi

Peneliti : berarti berkali-kali mi ini pergantian tanduknya pak dih?


Informan : ini Ndak ,Ndak penrha di ganti anunya di susun saja

Peneliti : berarti darinya keturunan pertama sampe sekarang itu ini tanduknya
Informan : iya iya ,kan di rawat jadi tidak apa². Kan tongkonan ini berdiri dari abad ke 17

Peneliti : baru saya dengar dengarkan namanya,tongkonan seribu tanduk,kenapa dinamakan


pak?
Informan : katanya seribu tanduk apa karna tidak ada tongkonan di Toraja yang sama dengan
ini

Peneliti : berarti ini yang paling banyak?


Informan : paling banyak,200 lebih tapi masih ada di atas sana yang pendek ini diatas

Peneliti : ada juga yg kami dengar itu yang nama-nama rumpun tongkonan begini kalau di
sini itu namanya apa pak
Informan : hah ini yang bangun tongkonan ini konro lele,jadi kalau ini rumpun nya,konro lele ,
keturunanya juga silambi, keturunannya juga paimbonan dan itu anu boleh di pakai

36
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

Peneliti : eee untuk gambar-gambar nya sendiri itu om kan ada corak-Coraknya itu ada artinya
atau bagaimana?
Informan : kalau om liat om Ndak tau juga,nanti tukang ukir yang tau itu

Peneliti : juga om biasanya ada gambar ayam di depan nya itu itu apa hubungannya?
Informan : itu gambar ayam itu yang paling diatas,kenapa karena menurut orang tua,ayam itu
dia tau tengah malam,dia tau pagi,dia tau berkokok itu jadi tidak ada hewan ee hewan lainya itu
Cuma ayam,dia tau malam dia tau siang dia tau pagi

Peneliti : sama itu juga om yang mengenai posis pembangunan tongkonan nya, biasanya
selalu berhadap hadapan kenapa itu
Informan :yang kayak begitu kalau tongkonan itu di andaikan,ibu kemudian yang lumbung
tempatta duduk dan tempat nya padi itu namanya ayah,jadi ada ibu ada ayah, kemudian kenapa
menghadap Utara Selatan,karena menurut pendapat orang dulu bahwa nenek itu berasal dari indo
cina dari selatan memakai perahu jadi model dari bangunan di sini itu kayak seperti perahu

2.2 Mengorganisasikan Data

1. Fokus Penelitian 1 (Syarat Pembuatan Rumah Tongkonan)


N TEMA DATA TEMUAN INTERRETASI DATA LITERATUR
O
1. Syarat Ada beberapa
pembuat tahapan atau syarat
an dalam membangun
rumah rumah taongkonan
tongkon yang dimana hal
an pertama dan utama
yang dilakuakan
adalah mengadakan
Menurut informasi dari pertemuan dengan
informan kami rumah keluarga besar yang
tongkonan memiliki dihadiri oleh para Mengenal tata letak bangunan di
syarat dalam pembuatan, orang tua dan untuk Toraja yang harus selalu
yakni salah satu syaratnya syarat yang harus menghadap ke utara dan ini
yaitu dilakukan dipenuhi dalam merupakan syarat mutlak yang
pertemuan dan telah di pembuatan rumah dianut didalam pembangunan,
adakan rambu solo dan tongkonan adalah prinsip ini dilatarbelakangi oleh
rambu tuka. telah di laksanakan falsafah orang Toraja dalam
Data informan rambu solo dan memandang alam, yang dalam
rambu tuka.. ajaran Aluk Todolo disebut Ada
Informan=:”ada. jadi
Tongkonan memiliki Appa Oto na (falsafah adat
biasanya bentuk rumah empat dasar): 1. Bagian Utara
itu, panggung dan terdiri dinamakan Ulunna Langi, 2.
mengadaka dari tiga ruang: Bagian Timur dinamakan Mata
n badan rumah (kale Allo, 3. Bagian Barat
pertemuan banua), ruang bawah dinamakan Mattampu, 4. Bagian
dulu. Lain (sulluk banua), dan Selatan dinamakan Pollona
halnya kalo ruang bumbung atau Langi. (Aldy dwi mulyana,
mau di atap. Bambu 2013)
perbarui digunakan untuk
lain halnya membuat atap
tongkonan yang
kalo baru

37
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

mau di berbentuk tanduk


bangun” kerbau atau perahu.
Informan=” itukan Terdapat ruang
persyaratan kosong di bagian
bawah atap yang
nya buat
dapat digunakan
tongkonan untuk menyimpan
itu, apabila berbagai macam
sudah di barang. Orang
adakan beraktivitas di ruang
rambu solo tengah. Di tempat
atau rambu ini, Anda dapat
tuka di menemukan dapur,
lokasi tempat tidur,
tersebut. berbagai perabotan
Lalu bisa rumah tangga, dan
banyak lagi karena
dibangun
penghuni rumah
tongkonan. melakukan banyak
” hal untuk
Artinya: "Biasanya, membangun
pertama-tama kehidupan dan
diadakan budaya mereka.
pertemuan. Namun, Berbagai spesies
jika ingin hewan tinggal di
diperbarui,syaratny ruang bawah. Di
a berbeda dengan bawah rumah
yang baru ingin ditempatkan kandang
dibangun." kerbau, babi, dan
"Itu merupakan ayam, dan di
persyaratan untuk sekeliling tongkonan
mendirikan ditanam berbagai
tongkonan, di mana jenis tumbuhan:
rambu solo atau beringin, durian,
rambu tuka harus langsat, pinang,
telah angsana (cendana),
diselenggarakan di dan pohon bambu.
lokasi tersebut
sebelum tongkonan
dapat dibangun."

2. Posisi Tongkonan, rumah


pembuatan tradisional Toraja,
rumah memiliki elemen-
tongkonan elemen simbolis
yang mencerminkan
aspek-aspek sosial,
budaya, dan sejarah
Menurut narasumber kami masyarakat Toraja.
posisi pembuatan rumah Dalam interpretasi
tongkonan itu harus ini, lumbung tempat Tongkonan dan rumah
mengarah ke utara duduk dapat kediaman penduduk di sekitar
selatan. dianggap sebagai tongkonan selalu dibangun
Data Temuan simbol peran ibu menghadap ke Utara. Di
Informan= : kalau dalam keluarga, hadapan tongkonan, dibangun

38
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

tongkonan itu sedangkan tempat berbanjar dari timur ke barat


di andaikan,ibu penyimpanan padi lumbung-lumbung padi atau
kemudian yang mewakili peran ayah. dalam bahasa Toraja di sebut
lumbung Orientasi bangunan Alang. Bentuk dasar lumbung
tempatta duduk menghadap Utara- atau alang mirip dengan bentuk
dan tempat nya Selatan dapat tongkonan, hanya memiliki
padi itu diartikan sebagai ukuran lebih kecil. Jumlah alang
namanya refleksi keyakinan menandakan kesejahteraan/
ayah,jadi ada bahwa nenek kekayaan seseorang. Bagian
ibu ada ayah, moyang Toraja bawah atau kolong Alang dapat
kemudian berasal dari Indo- digunakan sebagai tempat untuk
kenapa Cina, khususnya dari menerima tamu. (Котлер, 2008)
menghadap arah selatan, yang
Utara diwakili oleh
Selatan,karena penggunaan perahu
menurut sebagai model
pendapat orang bangunan. Dengan
dulu bahwa demikian, desain
nenek itu Tongkonan tidak
berasal dari hanya memenuhi
indo cina dari fungsi praktis
selatan sebagai tempat
memakai tinggal, tetapi juga
perahu jadi menyampaikan pesan
model dari simbolis yang
bangunan di menghubungkan
sini itu kayak masyarakat dengan
seperti perahu” sejarah dan mitos
nenek moyang
Artinya: “Jika kita mereka.
mengandaikan
tongkonan
sebagai ibu,
yang menjadi
lumbung
tempat duduk
dan tempat
penyimpanan
padi disebut
sebagai ayah.
Jadi, terdapat
figur ibu dan
ayah. Alasan
mengapa
tongkonan
menghadap ke
Utara-Selatan
adalah karena
keyakinan
bahwa nenek
moyang
berasal dari
Indo-Cina,
dari selatan,
menggunakan

39
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

perahu
sebagai model
bangunan.
Sehingga,
struktur
bangunan di
sini dibangun
menyerupai
perahu.”

2. Fokus Penelitian 2 (Simbol Atau Lambang Apa Saja Yang Tergambar/Terukir Pada
Rumah Tongkonan Dan Apa Makna Di Balik Ukiran Tersebut)
NO TEMA DATA TEMUAN INTERRETASI DATA LITERATUR
1. Gambar/Ukiran Gambar ayam yang
2 Ekor Ayam terletak di puncak
Jantan Pada dikaji oleh orang tua
Bagian Depan dengan dasar
Rumah keyakinan bahwa
Tongkonan ayam memiliki
Menurut informan kami kemampuan untuk
yang kami wawancarai di memahami periode
lokasi bulo pariding waktu, termasuk
rumah tongkonan seribu tengah malam, pagi, Pa’ Manuk Londong
tanduk mengatakan dan siang. (ukiran yang menyerupai
bahwa ukiran/gambar Kepercayaan ini ayam jantan) Bentuknya
ayam bermakna bahwa berakar pada seperti ayam jantan
sanya ayam satu-satunya kemampuan ayam sebagai lambang
hewan mampu membaca untuk berkokok, kehidupan yang bertata
atau memprediksi waktu. sehingga dianggap masyarakat dan beraturan
Data Temuan sebagai satu-satunya tertentu, serta mengenai
Informan= hewan yang memiliki norma-norma hukum dan
“itu gambar ayam itu kesadaran terhadap menurut falsafat Aluk
yang paling perubahan waktu dari Todolo ayam jantan itu
diatas,kenapa karena malam ke siang dan adalah sebagai alat
pagi. ayam dianggap peradilan dahulu kala di
menurut orang
sebagai simbol atau atas langit yang setelah
tua,ayam itu dia tau
indikator alami dari turun ke bumi diikuti oleh
tengah malam,dia perubahan waktu, manusia, serta juga peran
tau pagi,dia tau memperkuat ayam jantan itu bagi
berkokok itu jadi pandangan bahwa manusia dalam memberi
tidak ada hewan ee ayam memiliki waktu atau mengenal
hewan lainya itu pengetahuan bawaan waktu di malam hari.
Cuma ayam,dia tau tentang siklus (Wijayanti, 2011)
malam dia tau siang malam, pagi, dan
dia tau pagi” siang.
Artinya:

40
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

Gambar ayam yang


terletak di bagian paling
atas dijelaskan oleh orang
tua karena menurut
mereka, ayam memiliki
kemampuan untuk
mengenali waktu, baik
tengah malam, pagi,
maupun siang. Ayam juga
diketahui mampu
berkokok, sehingga
dianggap sebagai satu-
satunya hewan yang
memiliki kesadaran akan
pergantian waktu dari
malam ke siang dan pagi

2. Simbol Kepala Dalam tradisi di


Kerbau wilayah tersebut,
penambahan kepala
kerbau pada rumah
Tongkonan
melibatkan
serangkaian upacara
yang harus
Menurut Pak Erwin dijalankan terlebih Masyarakat Toraja
selaku informan yang dahulu. Proses ini menganggap kerbau
kami wawancarai bahwa tidak sebatas pada sebagai simbol
kepala kerbau bukan pembangunan fisik kemakmuran. Pada masa
semata hanya pajangan rumah, melainkan lampau, kebanyakan
saja. Pak Erwin memerlukan penilaian serta transaksi
mengatakan kepala pelaksanaan upacara, selalu diputuskan
kerbau dapat di pasang termasuk potong berdasarkan pada nilai
pada rumah tongkonan kerbau dan kerbau. Selain itu, dalam
ketika pemilik rumah pelaksanaan rambu membedakan status sosial
tongkonan tersebut telah solo. seseorang dapat dinilai
melakukan upacara adat Upacara rambu solo, berdasarkan jumlah
baik itu rambu solo dan yang mungkin kerbau yang dimilikinya.
rambu tuka’. merujuk pada Kerbau juga merupakan
Data Temuan serangkaian tradisi simbol pengorbanan
Informan= adat atau ritual dalam menghormati orang
“ya itulah semua tertentu, menjadi telah tiada. Menurut
yang sa bilang tadi, syarat sebelum keyakinan adat Suku
semua upacara telah kepala kerbau dapat Toraja, arwah dari orang
dilakukan disitu. dipasang pada rumah yang meninggal
Pernah potong tersebut. Ini membutuhkan banyak
mencerminkan kerbau yang akan berguna
kerbau baru bisa di
pentingnya aspek dalam perjalanannya. Tak
pasang kepala budaya dan adat lain ialah agar dapat tiba
kerbau. nda istiadat dalam di nirwana (Puya) dengan
semuanya misalnya pembangunan dan cepat. (Lebang, 2017)
kalo baru pertama penataan rumah
dibikin belum ada tradisional
upacara rambu solo, Tongkonan,
disitu belum bisa di menunjukkan bahwa

41
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

pasangi kepala setiap langkah


kerbau.” memiliki makna
Artinya: simbolis dan spiritual
"Ya, itulah semua yang yang mendalam.
Hampir semua rumah
saya katakan tadi.
Tongkonan di
Semua upacara telah wilayah Ke'te Kesu
dilakukan di sana. Baru memiliki potongan
setelah kepala kerbau di
menyelenggarakan bagian depannya.
upacara dan potong Namun, setelah
kerbau, kepala kerbau melihat lebih dekat,
bisa dipasang. Tidak ternyata kepala
semua rumah kerbau tersebut
Tongkonan, misalnya, bukanlah asli,
yang baru pertama kali melainkan hasil
ukiran manusia yang
dibangun dapat
dibentuk sedemikian
memasang kepala rupa. Kepala kerbau
kerbau sebelum yang terpampang
melaksanakan upacara memiliki variasi
rambu solo." warna, ukuran, dan
panjang tanduk yang
berbeda-beda.
Tersedia warna
putih, hitam putih,
dan hitam dengan
tanduk yang
bervariasi.
Yang menarik,
meskipun terdapat
banyak lumbung atau
alang di sekitar sana,
namun tidak ada
satupun lumbung
yang dipasangi
kepala kerbau. Hal
ini menambah
keunikan dan nilai
artistik pada desain
arsitektur rumah
Tongkonan di Ke'te
Kesu.

3. Fokus Penelitian 3 (Makna warna-warna pada rumah tongkonan)


N TEMA DATA TEMUAN INTERRETASI DATA LITERATUR
O

42
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

1. Syarat Pada tahap awal


pewarnaan pembangunan rumah,
sebaiknya rumah
tidak dicat dan
diwarnai. Proses
pewarnaan ini
disarankan dilakukan
Menurut data informan setelah melalui pesta
kami salah satu syarat rambu solo. Pesta Proses pewarnaan
pembuatan rumah rambu solo digunakan dengan cara
tongkonan adalah telah kemungkinan tradisional, warna merah
dilakukan rambu solo dan merupakan suatu biasa dipakai tanah merah
rambu tuka upacara atau atau batu merah yang
Data Temuan peristiwa tertentu digosokan ke batu
Informan= dalam tradisi lokal dicampur dengan air,
”dari tahapan yang menjadi poin sedangkan warna kuning
pertama itu penting dalam proses juga sama diperoleh dari
seharusnya tidak pembangunan rumah tanah liat berwarna
diwarnai kalo baru tradisional tersebut. kuning, warna putih di
pertama dibuat. Pemilihan warna dapat dari kapur sirih
Nanti setelah ada merah dan dicampur dengan cuka
pesta rambu solo kemungkinan adanya balo (tuak nira khas
disitu, baru bisa ukiran dalam proses Toraja), maksudnya agar
diwwarnai. Ada pewarnaan tahan melekat. Sedangkan
memberikan nuansa warna hitam dibuat dari
warna merah dan
khusus pada rumah jelaga (osing) dicampur
bisa di ukir.” tersebut. Warna dan dengan getah dan daun
Artinya: ukiran tersebut ubi jalar atau batang
Dari tahap awalnya mungkin memiliki pisang. Warna
seharusnya tidak dicat makna simbolis atau mengandung arti yang
jika rumah baru tradisional yang erat hubungannya dengan
pertama kali dibangun. penting dalam kehidupan manusia
Baru setelah melalui konteks budaya Toraja. Warna-warna
pesta rambu solo, setempat. Ini tersebut merupakan
barulah dapat dicat. Cat mencerminkan simbol dari peristiwa
yang digunakan kedalaman makna tertentu dan diartikan
dan keberlanjutan sebagai golongan warna
umumnya berwarna
tradisi dalam manusia yaitu merah
merah dan bisa diukir." pembangunan rumah melambangkan darah dan
tradisional tersebut. putih daging dari tulang
manusia, golongan warna
kemuliaan yaitu kuning,
golongan warna kematian
yaitu hitam. (Wijayanti,
2011)

43
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

2. Warna apa saja Warna yang


yang digunakan digunakan pada
untuk mewarnai pewarnaan rumah
rumah tongkonan Tongkonan, seperti
putih, hitam, dan
kuning, mungkin
memiliki makna
simbolis tertentu
Menurut informan kami dalam konteks
ada beberapa warna yang budaya dan tradisi Pewarnaan pada ragam
di gunakan masyarakat Toraja. hias Toraja tidak pernah
Data Informan Meskipun makna berubah sejak awal
Informan= warna dapat ditemukan, begitu pula
”warna merah, putih, bervariasi di berbagai warna-warna yang
hitam, warna budaya, berikut digunakan, yaitu merah,
kuning yang dimana adalah interpretasi kuning putih dan hitam.
semuanya itu punya umum yang mungkin Keempat warna tersebut
terkait: berasal dari bahan alam
arti kayak seperti
1. Putih: Biasanya asli (arang, kapur, sumba,
putuh di artikan tanah), yang masing-
melambangkan
suci hitam yang masing mempunyai
kesucian,
biasanya di apke di kemurnian, dan makna spiritual.
rmbu solo sebgai spiritualitas. (Wijayanti, 2011)
tanda kemtaian Warna putih
sama dengan merah sering kali
itu melambangkan digunakan dalam
keberanian sama banyak tradisi
kalok kuning untuk
biasnya itu merefleksikan
kekayaan” keberanian atau
keberlanjutan
Artinya: kehidupan.
Penggunaan warna 2. Hitam: Dapat
merah, putih, hitam, diartikan sebagai
dan kuning dalam simbol kematian
tradisi rumah atau
Tongkonan masyarakat penghormatan
Toraja memiliki makna terhadap leluhur
simbolis tertentu yang telah
seperati butih yang meninggal.
berarti kesucian, hitam Penggunaan
yang berarti kematian, warna hitam
merah yang berarti seringkali terkait
keberanian, dan kening dengan upacara
yang berarti ke keyaan pemakaman dan
spiritualitas.
3. Kuning:
Mungkin
melambangkan
kekayaan,
kelahiran, atau
kehidupan yang
subur. Warna

44
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

kuning sering
dihubungkan
dengan matahari,
panen, dan
kemakmuran
dalam beberapa
tradisi.
Perlu diingat bahwa
interpretasi warna
dapat bervariasi
tergantung pada
konteks budaya dan
tradisi setempat.

3 Apa makna dari Bahwa dalam


gambar tersebut konteks penggunaan
warna pada rumah
Tongkonan,
perbedaan warna
memiliki makna
tertentu yang
berkaitan dengan
Informan= : jenis upacara atau Berdasarkan Sande
” ya itu saya kurang ritual yang sedang (1991), beliau
ngerti kalo makna berlangsung. mengungkapkan
warna itu. Karna Misalnya, pada acara mengenai berbagai jenis
rambu tuka, warna elemen estetis berupa
semua warna di pakai
kuning, putih, dan ragam hias Toraja yang
disitu. Artinya kan ada merah dapat bersumber dari
perbandingan kalo digunakan, lingkungan sekitar
misalnya di rambu tuka sementara pada manusia, yaitu Tuhan,
ada pake warna hitam. upacara rambu solo, manusia, peralatan, flora
Nah kalo acara rambu warna hitam dan fauna. (Wijayanti,
tuka biasanya pake digunakan. 2011)
warna kuning, putih
bisa juga artinya Pembedaan ini
kuning yang bisa memungkinkan
membedakan dengan untuk
mengidentifikasi
hitam rambu tuka
jenis upacara yang
dengan rambu solo. sedang berlangsung.
Kalo putih bisa dipake Jadi, ketika melihat
rambu solo, merah bisa warna-warna tersebut
juga. Yang hanya 2 pada rumah
warna ini yang bisa Tongkonan,
membedakan bahwa itu seseorang dapat
tandanya upacara mengetahui apakah
rambu tuka kalo pake rumah tersebut
kuning, yang hitam itu sedang mengalami
tandanya itu dia pake upacara rambu tuka
(dengan warna
upacara rambu solo”
kuning dan putih)
atau upacara rambu
solo (dengan warna

45
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

hitam). Dengan cara


ini, penggunaan
warna menjadi suatu
sistem simbolis yang
membedakan dan
mengkomunikasikan
jenis kegiatan adat
atau upacara yang
sedang dilakukan
oleh komunitas
Toraja

2.3 Penyusunan Data

Tabel 1.
[Times New Roman 10, Center, Judul diletakkan di atas tabel, spacing: before dan after 6 pt]

No Jenis Metode Jumlah partisipan


1 Diskusi 10
2 Presentasi 5

Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 1. IJFAG Logo

Diharapkan untuk menggunakan kualitas gambar yang baik serta berikan penjelasan singkat terhadap gambar
yang dituangkan dalam artikel anda.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bagian 3 yakni Hasil dan Pembahasan, berisi hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Bagian
ini juga terdiri penjelasan terhadap hasil yang diperoleh. Bagian ini menempati hingga 60% dari seluruh badan
artikel.

Hasil data analisis dapat direpresentasikan menggunakan tabel, grafik, variabel, atau kombinasi diantaranya.
Berikut adalah porsi bagian artikel
Tabel 2. Proporsi bagian dari segi panjang

No Nama Panjang dalam persen (%) Catatan


.
1 Pendahuluan 20 Termasuk judul dan abstrak
2 Metoed Penelitian 10 Atau mencapai hingga 15% untuk jenis

46
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

No Nama Panjang dalam persen (%) Catatan


.
penelitian kuantitatif
3 Hasil dan Pembahasan 60 Minimal
4 Kesimpulan 10 Berkisar 10% dari keseluruhan artikel
Sumber……, (tahun)

3.1 Sub Judul 1 [Times New Roman 10, Left]


Jika terdapat penomoran pada sub judul, maka gunakan huruf kecil dan abjad seperti berikut:
a. Bagian Sub Judul 1
b. Bagian Sub Judul 2
Jika masih terdapat cakupan dari Bagian Sub Judul, maka tuliskan penomoran menggunakan angka
seperti:
1. Cakupan 1 dari bagian sub judul 2
2. Cakupan 2 dari bagian sub judul 2

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan menjelaskan rangkuman dari penelitian yang menjawab segala permasalahan yang diangkat dalam
penelitian. Isi pada bagian ini dituliskan dalam bentuk paragraf, bukan poin per poin. Adapun saran menjelaskan
tentang usulan-usulan bagi penelitian selanjutnya untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Kesimpulan dan saran terdiri dari minimal 200 kata.

5. UCAPAN TERIMAKASIH
Bagian ini bersifat opsional. Jika ingin ditambahkan, pada bagian ini dituliskan dalam bentuk paragraf, tidak
diberikan nomor. Bagian ini berisi ucapan terima kasih pada pihak yang telah memberi bantuan finansial
terhadap terselenggaranya penelitian anda.

REFERENSI
Penulisan referensi atau daftar Pustaka WAJIB dituliskan menggunakan Reference Manager Software, seperti
Mendeley dengan format APA, font Times New Roman size 10. Referensi yang digunakan merupakan jurnal
ilmiah nasional atau internasional, buku yang terbaru, hasil riset, prosiding, laporan penelitian, atau paten dalam
kurun waktu sekurang-kurangnya 5 tahun terakhir.

Buku dengan urutan penulisan:

Penulis, tahun, judul buku (harus ditulis miring) volume (jika ada), edisi (jika ada), nama penerbit dan kota
penerbit

Contoh: Castleman, K. R., 2004, Digital Image Processing, Vol. 1, Ed.2, Prentice Hall, New Jersey

Buku Terjemahan dengan urutan penulisan:

Penulis asli (nama depan, tengah. (disingkat), belakang. (disingkat)), tahun buku terjemahan, judul
bukuterjemahan (harus ditulis miring), volume (jika ada), edisi (jika ada), (diterjemahkan oleh : nama
penerjemah), nama penerbit terjemahan dan kota penerbit terjemahan.

Contoh: Gonzales, R., P. 2004, Digital Image Processing (Pemrosesan Citra Digital), Vol. 1, Ed.2,
diterjemahkan oleh Handayani, S., Andri Offset, Yogyakarta

Pustaka dalam bentuk artikel dalam majalah ilmiah:

Urutan penulisan: Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (harus ditulis miring sebagai singkatan resminya),
nomor, volume dan halaman.

47
Amal, et. al/ Indonesian Journal of Fundamental and Applied Geography 2023, 1 (1) 33-41

Contoh: Yusoff, M, Rahman, S.,A., Mutalib, S., and Mohammed, A. , 2006, Diagnosing Application
Development for Skin Disease Using Backpropagation Neural Network Technique, Journal of Information
Technology, vol 18, hal 152-159

Pustaka dalam bentuk artikel dalam internet (tidak boleh melakukan sitasi artikel dari internet yang
tidak ada dilengkapi penulisnya)

Artikel majalah ilmiah versi cetakan:

urutan penulisan: Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (harus ditulis miring sebagai singkatan resminya),
nomor, volume dan halaman.

Contoh: Wallace, V. P. , Bamber, J. C. dan Crawford, D. C. 2000. Classification of reflectance spectra from
pigmented skin lesions, a comparison of multivariate discriminate analysis and artificial neural network. Journal
Physical Medical Biology , No.45, Vol.3, 2859-2871

Artikel majalah ilmiah versi online dengan urutan penulisan:

Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah ((harus ditulis miring sebagai singkatan resminya), nomor, volume,
halaman serta alamat website.

Contoh: Xavier Pi-Sunyer, F., Becker, C., Bouchard, R.A., Carleton, G. A., Colditz, W., Dietz, J., Foreyt, R.
Garrison, S., Grundy, B. C., 1998, Clinical Guidlines on the identification, evaluation, and treatment of
overweight and obesity in adults, Journal of National Institutes of Health, No.3, Vol.4, 123-130,
:http://journals.lww.com/acsm-msse/Abstract/1998/11001/paper_treatment_of_obesity.pdf

Artikel umum dengan urutan penulisan: Penulis, tahun, judul artikel, alamat website (harus ditulis miring),
diakses tanggal …

Contoh: Borglet, C, 2003, Finding Asscociation Rules with Apriori Algorithm,


http://www.fuzzy.cs.uniagdeburgde/~borglet/apriori.pdf, diakses tgl 23 Februari 2007

48

Anda mungkin juga menyukai