Wahid Hidayat
wahidhidayatarifin@gmail.com
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Pada akhir tahun 2019, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar
Makarim, mengumumkan kebijakan Merdeka Belajar sebagai upaya untuk
meningkatkan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Muncul pertanyaan
kritis tentang sejauh mana kebijakan ini dapat memberikan dampak yang
signifikan dan berkelanjutan. Sebagai seorang praktisi pendidikan, penulis
mengidentifikasi masalah bahwa hingga saat ini, perubahan-perubahan dalam
kurikulum berbasis kompetensi seringkali tidak berjalan dengan optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk merekomendasikan pendekatan alternatif
menggunakan Teori Kritis Habermas agar implementasi kurikulum berbasis
kompetensi dapat berjalan efektif dan berkelanjutan. Metode penelitian yang
digunakan adalah kualitatif dengan melakukan tinjauan literatur. Sumber literatur
diperoleh melalui mesin pencari seperti Google Scholar, ResearchGate, dan
Academia.edu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Teori Kritis Habermas dapat
menjadi panduan alternatif yang efektif, baik bagi lembaga pendidikan maupun
para pendidik, dalam mengimplementasikan kebijakan Merdeka Belajar secara
optimal.
ABSTRACT
At the end of 2019, the Minister of Education and Culture, Nadiem Anwar
Makarim, announced the Merdeka Belajar policy as an effort to improve the
implementation of the competency-based curriculum. Critical questions arise
about the extent to which this policy can have a significant and sustainable
impact. As an educational practitioner, the author identifies the problem that to
date, changes in competency-based curricula often do not work optimally. This
research aims to recommend an alternative approach using Habermas' Critical
Theory so that the implementation of a competency-based curriculum can be
effective and sustainable. The research method used was qualitative by conducting
a literature review. Literature sources were obtained through search engines such
as Google Scholar, ResearchGate, and Academia.edu. The research results show
that Habermas' Critical Theory can be an effective alternative guide, both for
educational institutions and educators, in implementing the Independent Learning
policy optimally.
PENDAHULUAN
METODOLOGI
PEMBAHASAN
Dalam petunjuk resmi yang disampaikan, terlihat jelas bahwa saat ini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang berusaha
mengubah aturan yang cenderung bersifat teknokratis dan birokratis. Sebelumnya,
pendidik terlalu banyak terlibat dalam menyusun administrasi guru, termasuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang jumlahnya sangat banyak dan
memakan banyak waktu. Dampaknya, kurangnya waktu yang tersedia bagi
pendidik untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih kreatif dan konstruktif.
Akibatnya, pendidik lebih banyak mentransfer materi yang sudah ada dalam buku
paket dan menginstruksikan peserta didik untuk mengerjakan lembar kerja yang
juga terdapat dalam buku paket tersebut.
Bagian akhir ini, menurut penulis, menjadi inti yang mendasari dan
merangkumkan keterkaitan antara kebijakan Merdeka Belajar dengan Teori Kritis
Habermas. Sejak awal, penulis memiliki kekhawatiran yang kuat terhadap
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang tidak optimal.
Diperlukan sesuatu yang radikal untuk mengubah paradigma lama menjadi yang
baru. Seperti yang dijelaskan, Habermas menolak pemikiran Gadamer tentang
tradisi dan otoritas.
KESIMPULAN