BLOK MEDIKOLEGAL
“TURIS POSITIF COVID-19 KECELAKAAN KETIKA MENDAKI”
DISUSUN OLEH :
Kelompok 1/Kelas A
Tutor : dr. Ronanarasafa, MHPE., FFRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-
AZHARMATARAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang penulis miliki, penyusunan makalah
SGD (Small Group Discussion) LBM 1 yang berjudul “Turis Positif Covid-19
Kecelakaan Ketika Mendaki” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD yang meliputi seven jumps step
yang dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan
lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Ronanarasafa, MHPE., FFRI sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 1
yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi penulis
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang saya cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas dalam
penyusunan makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Skenario LBM 1 1
1.2. Deskripsi Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi, Jenis dan Tujuan Otopsi 4
2.2. Prosedur Otopsi ........................................................... 6
2.3. Deskripsi Gambar Pada Skenario…..................................................12
2.4. Prosedur Otopsi COVID-19… .......................... 13
2.5. Dasar Hukum Yang Mengatur Otopsi di Indonesia...........................14
2.6. Prosedur Penanganan Jenazah WNA dengan COVID-19..................17
2.7. Mekanisme Pembayaran Asuransi WNA...........................................18
DAFTAR PUSTAKA 20
Gambar
Pada saat terjadinya peristiwa di skenario, Tuan B hanya seorang diri dan
ditemukan sudah dalam keadaan patah tulang oleh pendaki lain. Sampai di rumah
sakit, Tuan B mengalami perburukan dan kemudian dinyatakan sudah meninggal.
Otopsi dilakukan dengan tujuan dapat mengetahui mekanisme kematian, dan cara
kematian, serta menemukan tanda-tanda penyakit atau luka-luka yang berkaitan
dengan penyebab kematian. Jika dalam otopsi ternyata ditemukan luka-luka yang
diperkirakan sebagai penyebab kematian maka kematian tersebut kemungkinan
merupakan suatu kematian yang tidak wajar sehingga diperlukan koordinasi
dengan penyidik. Apabila diperlukan dapat pula dilakukan pemeriksan otopsi
forensic untuk tujuan memperoleh keadilan dari luka-luka yang dialami
oleh korban atau jenazah.
b. Autopsy klinik
Autopsi klinis merupakan auopsi yang dilakukan untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan. Tujuan autopsi klinis
adalah untuk melakukan diagnosis sehingga dapat menyimpulkan penyebab
kematian seseorang. Autopsi klinis dikerjakan terhadap pasien yang sudah
meninggal dunia setelah dirawat di suatu Rumah Sakit atau pusat-pusat
kesehatan lainnya. Tujuan melakukan autopsi klinis adalah:
1. Untuk menemukan kerusakan atau proses patologis yang terjadi pada tubuh
pasien
2. Untuk menemukan penyebab kematian seseorang
3. Untuk menemukan kesesuaian antara diagnosa klinis dengan hasil
pemeriksaan post-mortem
4. Untuk menentukan obat-obat yang dimasukkan kedalam ubuh pasien
5. Untuk melihat penyakit yang ada dalam tubuh korban
6. Untuk menemukan obat atau terapi bagi menyembuhkan penyakit yang
serupa
7. Untuk mengetahui kelainan pada organ dan jaringan tubuh akibat dari
suatu penyakit (Hatta dkk, 2019).
Dalam proses autopsi klinis, dilakukan pula pemeriksaan secara lengkap
seperti pemeriksaan bakteriologi, histopatologi, serologi, mikrobiologi,
toksikologi, dan pemeriksaan lainnya (Hatta dkk, 2019).
c. Autopsy forensik
Autopsi forensik atau bedah mayat kehakiman merupakan autopsy
yang hanya dapat dilakukan apabila ada perintah dari pihak penyidik
yang sedang menangani suatu perkara pidana yang berhubungan
dengan kematian seseorang. Autopsi forensik ini dapat dikerjakan
terhadap koban yang meninggal secara tidak wajar seperti korban
pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, keracunan atau seseorang yang
meninggal dunia secara tiba-tiba. Autopsi tersebut paling sering
dilaksanakan untuk kepentingan penegakkan hukum atau pembuktian
“Turis Positif COVID-19 Kecelakaan Ketika Mendaki│ 5
di pengadilan Melalui pemeriksaan dan hasil autopsi forensik,
diharapkan penegak hukum mendapatkan bukti atau jawaban terhadap
perkara yang sedang ditanganinya. Tujuan pembuktian melalui autopsi
forensik untuk menemukan “kebenaran materiil” sehingga dapat
mewujudkan kebenaran dan keadailan bagi para pihak yang berperkara
(Hatta dkk, 2019).
2. Pemeriksaan tanatologi
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan setelah
kematian. Pemanfaatan ilmu ini selain untuk mengetahui kepastian kematian juga
dapat digunakan untuk memperkirakan waktu kematian. Pencatatan waktu
pemeriksaan menjadi hal yang sangat penting dalam memperkirakan waktu
kematian. Hal-hal yang berkaitan dengan tanatologi yaitu seperti lebam mayat,
kaku mayat, pembusukan, dan perubahan bola mata.
3.2. Kesimpulan
Jadi, otopsi merupakan suatu tindakan pemeriksaan dengan melakukan
pembedahan terhadap seseorang yang telah meninggal. Sebelum dilakukan
otopsi, harus terdapat suatu surat permintaan visum terlebih dahulu. Jika
belum terdapat surat permintaan visum, maka data-data identifikasi jenazah
yang dimasukkan ke dalam rekam medik. Surat permintaan visum ini penting
karena melalui surat ini, keterangan tertulis dari otopsi yang berupa visum et
repertum dapat dikeluarkan. Untuk otopsi anatomi dan otopsi klinik, harus
terdapat persetujuan keluarga, wali, atau sudah terdapat surat wasiat dari
seseorang yang telah meninggal. Untuk otopsi forensic, keluarga yang berhak
untuk diberitahu oleh pihak penyidik dan tidak mempunyai hak untuk
memberikan persetujuan dilakukannya otopsi. Sehingga, penting untuk
memahami prosedur otopsi terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan.
Buku Panduan Belajar Koas Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. 2017.
Program Studi Pendidikan Dokter ; Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Laksmi P.P, Alit I.B., Henky. 2020. Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penolakan Otopsi pada Kasus Kematian yang Diduga Tidak Wajar
Harahap, I.L. 2020. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada Jenazah COVID-
19. Jurnal Kedokteran 9(3):215-219
Drew C. & Adisasmita A.C. 2021. Gejala dan Komorbid yang Memengaruhi
Mortalitas Pasien Positif COVID-19 di Jakarta Timur. Jurnal Medical
Tarumanegara.
Surat Resmi Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. 2020. Protokol WNA
yang Sakit atau Meninggal dari Indonesia