Anda di halaman 1dari 24

7

a. Tahap Prepatory, seseorang mendapat gambaran yang menyenangkan

dengan cara mendengar, melihat, dan membaca, sehingga menimbulkan

minat untuk merokok

b. Tahap Innitation, tahapan dimana seseorang mulai merintis atau mencoba

untuk merokok dan apakah akan melanjutkan perilaku merokoknya

c. Tahap Becoming a Smoker, apabila seseorang mulai merokok sebanyak

empat batang sehari, maka dia mempunyai kecenderungan untuk menjadi

perokok

d. Tahap Maintenance of Smoking, pada tahap ini merokok sudah menjadi

salah satu pengaturan diri (self regulating). Dan merokok dilakukan untuk

memperoleh efek psikologis yang menyenangkan (Clearly, 2000).

Mu’tadin (2002), mengemukakan alasan mengapa remaja merokok

antara lain:

a. Pengaruh orang tua

Menurut Bacr dan Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal

dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu

memperhatikan anak-anaknya, dibandingkan dengan remaja yang berasal

dari lingkungan keluarga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga

konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan

dibandingkan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya

adalah bila orang tua sendiri menjadi figur. Contohnya yaitu perokok berat,

maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku

merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang

tua (single parent).


8

b. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok

maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga

dan demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta

tersebut, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau

sebaliknya.

c. Faktor kepribadian

Remaja mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu ingin melepaskan

diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada

penggunaan obat-obatan (termasuk rokok), ialah konformitas sosial.

Pendapat ini didukung Atkinson (1999), yang menyatakan bahwa orang

yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih

menjadi perokok dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang

rendah.

d. Pengaruh iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran

bahwa perokok adalah lambang kejantanan tau glamour, membuat remaja

seringkali terpacu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan

tersebut.

Berikut kandungan bahan kimia dan efeknya terhadap tubuh atau

penggunanya:

1. Nikotin. Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni

saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan


9

pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada

pemakainya.

2. Timah hitam (Pb), yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.

Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dalam satu hari menghasilkan

10 ug. Sementara ambang batas timah yang masuk ke dalam tubuh adalah

20 ug per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap

rata-rata 20 bungkus rokok per hari, berap zat berbahaya ini masuk ke dalam

tubuh.

3. Gas karbonmonoksida (CO), memiliki kecenderungan kuat untuk berikatan

dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah.

4. Tar adalah kumpula dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat

asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke

dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat

dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran

pernapasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per

batang rokok, sementara kadar ter dalam rokok berkisar 24-45 mg (Amelia,

2009).

Perilaku merokok adalah menghisap asap dari rokok dengan cara membakar

ujungnya dan menghirup asapnya dari ujungnya. Perilaku merokok pada

penelitian ini diukur dengan skala perilaku merokok. Skala ini berisi item

pertanyaan yang mengukur jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 30 hari

terakhir dan waktu yang dibutuhkan dari saat bangun tidur sampai rokok

pertama yang dikonsumsi berdasarkan pengakuan subyek.


10

Menurut Kollapan dan Gopi (2002); Solak et al (2005) cit. Nasution (2007),

faktor lain yang turut mempengaruhi akibat asap rokok antara lain usia mulai

merokok, lama merokok, dalamnya isapan, dan lain-lain. Berdasarkan

lamanya, merokok dapat dikelompokkan sebagai berikut: merokok selama

kurang lebih 10 tahun, antara 10-20 tahun, dan lebih dari 20 tahun. Jumlah

rokok yang dikonsumsi per hari dapat diklasifikasi sebagai berikut: ringan (1-

10 batang per hari), sedang (11-20 batang per hari), dan berat (lebih dari 20

batang per hari).

2. Konsep Motivasi

Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi

pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor-faktor yang

menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam

arah tertentu. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu (Bakhtiar, 2010).

Banyak batasan pengertian tentang motivasi ini antara lain (Notoatmodjo,

2010), sebagai berikut:

a. Pengertian motivasi seperti yang dirumuskan oleh Terry G adalah

keinginan yang terdapat pada diri seorang individu yang mendorongnya

untuk perbuatan-perbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku.

b. Sedangkan Stooner (1992), mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu

hal yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku

seseorang.
11

c. Konteks pengembangan organisasi Flippo (1984), merumuskan bahwa

motivasi adalah suatu arahan pegawai dalam suatu organisasi agar mau

bekerjasama dlam mencapai keinginan para pegawai dalam rangka

pencapaian keberhasilan organisasi.

d. Konteks yang sama (pengembangan organisasi), Duncan (1981),

mengemukakan bahwa motivasi adalah setiap usaha yang didasarkan

untuk mempengarui perilaku seseorang dalam meningkatkan tujuan

organisasi semaksimal mungkin.

e. Knootz (1972), merumuskan bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan

usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan (Motivationrefer to

the drive and efford to statisfy a want or goal).

f. Berbeda dengan Hasibuan (1995), yang merumuskan bahwa motivasi

adalah suatu perangsang keinginan (want), dan daya penggerak kemauan

yang diakhirinya seseorang yang bertindak atau berperilaku. Ia

menambahkan bahwa motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

g. Menurut Mc. Donald (1959), motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului

dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Berbagai batasan dan dalam konteks yang berbeda tersebut diatas, dapat

disimpulkan bahwa motif dapat diartikan sebagai daya penggerak seorang

individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan yang

diinginkan. Oleh sebab itu, motivasi adalah suatu alasan seseorang untuk

bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

1. Proses Motivasi
12

Proses motivasi (Bahtiar, 2010), sebagai berikut: stimulus yang

diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak, apabila stimulus

tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif

mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Apabila stimulus

telah mendapat perhatian dari organisme (diterima), maka ia mengerti

stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah organisme

mengolah stimulus tersebut hingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi

stimulus yang telah diterima (bersikap). Akhirnya dengan dukungan

fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut

mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Ketidakseimbangan
motivasi internal:
Kebutuhan, keinginan, Tujuan-tujuan, intensif,
Perilaku
dan harapan atau imbalan-imbalan
(expectacy)

Umpan Balik (Feedback):


pengurangan
ketidakseimbangan,
Pemuasan kebutuhan,
Harapan

Gambar 2.1 Proses Motivasi

Teori motivasi berusaha menerangkan dan menguraikan perilaku

seseorang digerakkan, diarahkan, dan dihentikan. Konsep yang penting

dalam setiap proses motivasi adalah konsep belajar. Pembelajaran adalah

proses perubahan perilaku melalui praktik. Perubahan yang terjadi


13

umumnya abadi, atau sedikit lebih permanen. Praktik yang dimaksudkan

mencakup pelatihan formal maupun pengalaman yang tidak diarahkan.

2. Hierarki Motivasi

Kebutuhan manusia bertingkat-tingkat sesuai dengan hierarki, dan

menyatakan bahwa (Bakhtiar, 2010):

a. Manusia adalah makhluk sosial “berkeinginan”, dan keinginan ini

menimbulkan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Keinginan atau ini

bersifat terus menerus dan selalu meningkat.

b. Kebutuhan yang terpenuhi (dipuaskan), mempunyai pengaruh untuk

menimbulkan keinginan atau kebutuhan lain dan yang lebih

meningkat.

c. Kebutuhan manusia tersebut tampaknya berjenjang atau bertingkat-

tingkat. Tingkatan tersebut menunjukkan suatu kebutuhan yang harus

dipenuhi dalam suatu waktu tertentu. Satu motif yang lebih tinggal

tidak akan dapat mempengaruhi atau mendorong tindakan seseorang,

sebelum kebutuhan dasar terpenuhi.

d. Kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain saling terkait, tetapi

tidak terlalu dominan keterkaitan tersebut.

Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu

yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).


14

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapai).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk

orang dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, politik,

ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap

setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatannya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi.

Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan

menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan,

akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa

menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Fungsi dari motivasi

ada 3, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.


15

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan

dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan

menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik,

sebab tidak serasi dengan tujuan.

3. Bentuk Motivasi

Memotivasi adalah proses untuk mempengaruhi tingkah laku manusia

berdasarkan pengetahuan apa yang membuat orang tergerak, menurut

bentuknya motivasi terdiri atas (Bakhtiar, 2010):

a. Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari luar individu.

c. Motivasi terdesak

Motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit

dan munculnya serentak menghentak dan cepat sekali.


16

4. Pengukuran Motivasi

Seseorang membandingkan usaha mereka berkunjung ke posyandu

dengan hasil kunjungannya ke posyandu. Ada empat ukuran (Bakhtiar,

2010), sebagai berikut:

a. Orang yaitu individu yang merasakan diperlakukan adil atau tidak

adil.

b. Perbandingan dengan orang lain, yaitu setiap kelompok atau orang

yang digunakan oleh seseorang sebagai pembanding rasio masukan

atau perolehan.

c. Masukan yaitu karakteristik individual yang dibawa ke posyandu.

d. Perolehan yaitu segala sesuatu yang diterima seseorang dari

pekerjaannya misalnya penghargaan.

Pengukuran motivasi dapat dilakukan dengan menilai pernyataan

sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang

menyatakan sesuatu mengenai obyek motivasi yang hendak diungkap.

Pernyataan motivasi mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif

mengenai objek motivasi, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau

memihak pada objek sikap (Azwar, 2011). Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.

Dengan Skala Likert, maka sikap akan dijabarkan menjadi suatu indikator.

Indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item

instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.


17

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif, yang dapat berupa

kata (Azwar, 2011) antara lain:

Jika Pernyataan Positif:

a. Sangat setuju (SS), jika responden sangat setuju dengan pernyataan

kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4.

b. Setuju (S), jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner, dan

diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3.

c. Tidak Setuju (TS), jika responden tidak setuju dengan pernyataan

kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2.

d. Sangat Tidak Setuju (STS), jika responden sangat tidak setuju dengan

pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1.

Jika pernyataan negatif:

a. Sangat setuju (SS), jika responden sangat setuju dengan pernyataan

kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1.

b. Setuju (S), jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner, dan

diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2.

c. Tidak Setuju (TS), jika responden tidak setuju dengan pernyataan

kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3.

d. Sangat Tidak Setuju (STS), jika responden sangat tidak setuju dengan

pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4.


18

3. Konsep Prestasi Belajar

Prestasi belajar secara spesifik dirumuskan sebagai terminal behaviour

konqueren dengan tujuan pengajaran untuk setiap siswa pada kelas tertentu

dalam satu kurun waktu tertentu (tahun ajaran). Menurut tujuan test prestasi

belajar dari Davis (1985), berupa knowledge, understanding, and skills siswa

dalam satu waktu tertentu yang memprediksi performance and kompetensi

siswa dalam materi/mata pelajaran yang dipelajari siswa dalam satu rentang

waktu tertentu (cawu atau tahun pelajaran).

Wayan K. (2001), mengungkap prestasi belajar itu sebagai berikut dalam

kegiatan pengajaran terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dimana

guru memegang peranan yang menentukan keberhasilan proses belajar

mengajar tersebut sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang terwujud

dalam bentuk prestasi belajar siswa (kognitif), maupun konsep diri siswa

(afektif), seperti sikap, watak, dan kepribadian siswa. Prestasi belajar siswa

merupakan pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran di

sekolah. Pada sumber lain disebut prestasi belajar itu meliputi 7 unsur:

pengetahuan, pemahaman, keterampilan berpikir kritis, analitis, komunikasi,

pemanipulasi informasi dan pemberdayaan siswa yang semuanya dapat

ditransfer (Thomas M. 2001).

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan

belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi:

a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975),

mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku

seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh


19

pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan

tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon

pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang

(misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).”

b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977), menyatakan

bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi

ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya

(performance-nya), berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke

waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”

c. Morgan, dalam buku Introduction to Pshychology (1978), mengemukakan:

“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku

yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

d. Witherington, dalam buku Educational Pshycology mengemukakan:

“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan

diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”

Menurut definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat

dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan

pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan

itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh


20

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap,

harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti,

tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang

mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, maupun bertahun-

tahun. Ini kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah

laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman

perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung

sementara.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan

dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan,

kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Penurunan konsentrasi bila terjadi pada anak sekolah maka akan

mengganggu aktivitas belajar. Anak sekolah menjadi malas belajar, akibatnya

prestasi belajar akan menurun (Prasadja, 2008). Prestasi belajar merupakan

indikator keberhasilan belajar siswa. Prestasi belajar merupakan bentuk

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan dari mata

pelajaran yang diberikan oleh guru (Winkel, 2006).

Prestasi belajar siswa rendah dapat mengakibatakan rendahnya

sumber daya manusia dan masalah psikologi siswa. Siswa dengan prestasi
21

belajar rendah akan kehilangan rasa percaya diri bahkan sress dan depresi

karena tidak bisa mengaktualisasikan diri dengan baik.

Penelitian lain dilakukan oleh Casino (2006), mengenai hubungan kondisi

lingkungan tempat tinggal, tingkat kesehatan gaya hidup dan prestasi belajar

menunjukan bahwa stress akibat kondisi tempat tinggal berhubungan

positif dengan prestasi belajar, selain itu terdapat hubungan antara tingkat

kesehatan dengan prestasi belajar di antaranya penggunan alkohol, obat-

obatan dan merokok.

Menurut Djaali (2013), menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Faktor Internal. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal

digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor Fisiologis. Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan

dengan kesehatan fisik siswa.

b. Faktor Psikologis. Faktor psikologis. Faktor psikologis yang

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa digolongkan menjadi tiga

hal, yaitu: intelegensi, sikap, dan motivasi siswa.

2. Faktor Eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari hal-

hal lain yang berada di luar diri individu. Adapun faktor-faktor tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan Keluarga. Faktor lingkungan keluarga dibagi lagi menjadi

tiga hal, yaitu: sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan

perhatian orang tua dan suasana hubungan antar keluarga.


22

b. Lingkungan Sekolah. Faktor lingkungan sekolah yang berpengaruh

tehadap prestasi belajar siswa adalah kompetensi guru dan siswa serta

kurikulum metode belajar.

Selain uraian di atas Azwar (2010), turut menjelaskan faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

1. Faktor Internal

a. Keadaan fisik, meliputi: panca indra dan kondisi fisik secara umum,

kondisi kesehatan individu mempengaruhi performa akademiknya.

b. Keadaan psikologis, meliputi: sikap, motivasi, kebiasaan, emosi,

penyesuaian diri, kemampuan khusus, dan kemampuan umum.

2. Faktor Eksternal; berkaitan dengan situasi-situasi di luar individu seperti

kondisi tempat belajar, sarana dan fasilitas belajar, materi pelajaran, dan

kondisi lingkungan belajar.

3. Faktor Sosial; meliputi dukungan sosial dan pengaruh budaya di sekitar

individu.

Pengukuran prestasi belajar dapat dilihat pada rata-rata nilai raport

semester genap tahun pelajaran 2017/2018. Adapun kriteria keberhasilannya

sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kriteria Evaluasi Prestasi

Nilai Keputusan

KKM ≥ 78 Baik

KKM < 78 Kurang


23

4. Konsep Remaja

Masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang sangat berarti dalam segi

fisiologis, emosional, sosial, dan intelektual. Stanley Hall (Hurlock,

1973:113), menyebut masa remaja sebagai masa new birth dan storm and

stress. Pada masa remaja akan ditemukan seorang yang seolah-olah baru

terlahir karena banyaknya perubahan terutama pada segi fisik. Selanjutnya

dikemukakan bahwa remaja dihadapkan pada tantangan-tantangan, kekangan-

kekangan yang dapat membuat remaja merasa bingung. Lebih jauh lagi remaja

tersebut digambarkan seperti orang yang tidak menentu, emosional, tidak

stabil, dan sukar diramalkan.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa pubertas menuju masa

dewasa. Selama periode ini, mereka akan banyak mengalami perubahan baik

secara fisik, psikologis ataupun sosial (Herri Zan Pieter, 2010).

Menurut Sarwono (2005:8), “remaja dalam arti adolescence (Inggris),

berasal dari kata adolescere yang artinya tumbuh kearah kematangan. Dalam

hal ini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial

psikologis. Remaja dalam artian psikologis sangat berkaitan dengan kehidupan

dan keadaan masyarakat, seperti masa remaja yang sangat panjang dan ada

yang hampir tidak ada sama sekali. Akan tetapi, untuk tujuan-tujuan praktis

perlu juga ditetapkan suatu balasan tertentu. Salah satu definisi tentang remaja

yang didasarkan pada tujuan praktis adalah yang diberikan oleh organisasi

kesehatan sedunia atau WHO (World Health Organization).


24

Fase-fase masa remaja yaitu suatu analisis yang cermat mengenai semua

aspek perkembangan dalam masa remaja, yang global berlangsung antara umur

12 dan 21 tahun, dengan pembagian (Monks, 2008) :

a. Masa remaja awal umur 12-15 tahun

b. Masa remaja pertengahan umur 15-18 tahun

c. Remaja akhir umur 18-21 tahun

Fase remaja tersebut mencerminkan cara berfikir remaja masih dalam

koridor berpikir konkret, kondisi ini disebabkan pada masa terjadinya proses

pendewasaan pada diri remaja.

Menurut Laurence Steinberg (2002), ada tiga perubahan fundamental pada

masa remaja, yaitu sebagai berikut:

a. Biologis, seperti mulai matangnya alat reproduksi, tumbuhnya buah dada

pada anak wanita, dan tumbuhnya kumis pada anak pria.

b. Kognisi, yaitu kemampuan untuk memikirkan konsep-konsep yang abstrak

(seperti persaudaraan, demokrasi, dan moral), dan mampu berpikir hipotetis

(mampu memikirkan hal-hal yang mungkin terjadi berdasarkan

pengalamannya).

c. Sosial, yaitu perubahan dalam status sosial yang memungkinkan remaja

(khususnya remaja akhir) masuk ke peran-peran atau aktivitas-aktivitas

baru, seperti bekerja, atau menikah.

Untuk memahami masa remaja ini, pada paparan berikut dijelaskan

tentang pendapat atau pandangan para ahli (filsafat, antropologi, dan

psikologi), yaitu sebagai berikut:


25

1. Aristoteles, berpendapat bahwa aspek terpenting bagi remaja adalah

kemampuannya untuk memilih dan determinasi diri (self-determination),

sebagai tanda kematangannya.

2. Jean-Jacques Rousseau, berpendapat bahwa pada usia 15-20 tahun, individu

sudah matang emosinya, dan dapat mengubah sikap selfishness

(memerhatikan atau mementingkan diri sendiri), ke interest in others

(memerhatikan orang lain).

3. Stanley Hall, sebagai pionir dalam studi ilmiah tentang remaja berpendapat

bahwa adolesen adalah masa storm-and-stress, masa penug konflik, yaitu

sebagai periode yang berada dalam dua situasi, antar kegoncangan,

penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa.

4. Margaret Mead, seorang ahli antropologi yang mempelajari masa adolesen

di Samoa. Dia berpendapat bahwa hakikat dasar adolesen bukan biologis

tetapi sosial budaya. Menurut dia bahwa remaja Samoa itu tidak berada

dalam suasana storm and stress, bahkan sebaliknya, mereka hidupnya relatif

bebas dari kegelisahan atau stres (tetapi setelah ada penelitian berikutnya,

kira-kira dua dasawarsa setelah itu, kondisi perilaku adolesen telah

berubah).

5. Jacqueline Lerner dan kawan-kawan (2009), sebagai ahli yang

mempromosikan Positive Youth Development (PYD), berpendapat bahwa

remaja memiliki lima karakteristik positif, yaitu (a) Competence, remaja

memilki persepsi positif terhadap aspek sosial, akademik, fisik, karier, dan

sebagainya; (b) Confidence, remaja memiliki keyakinan dan sikap positif,

seperti memiliki self-worth dan self-efficacy; (c) Connection, remaja


26

memiliki hubungan positif dengan orang lain, seperti dengan keluarga,

teman sebaya, guru, dan yang lainnya dalam kehidupan masyarakat; (d)

Character, remaja memiliki sikap respek terhadap peran-peran sosial,

memahami benar-salah atau baik-buruk, dan memiliki integritas; dan (e)

Caring/compassion, remaja menunjukkan perhatian emosional terhadap

orang lain, terutama pada saat mereka sedang berada dalam keadaan duka

cita (distress).

B. Penelitian Terkait
Perilaku merokok masih merupakan masalah kesehatan dunia karena dapat

menyebabkan berbagai penyakit dan bahkan kematian. Merokok adalah

kebiasaan buruk yang menyebabkan berbagai macam penyakit.

1. Hasil penelitian Hetty Cristine S dan Ratriana Y. E. Kusumiati tentang

hubungan antara perilaku merokok dengan prestasi belajar pada siswa laki-

laki kelas XI dan XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga,

diperoleh hasil uji korelasi dengan teknik pearson correlation dan diperoleh

hasil skor pearson correlation sebesar 0,199 dengan signifikansi sebesar

0,042 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif antara

perilaku merokok dengan prestasi belajar siswa laki-laki kelas XI dan XII di

SMK Teknologi dan Industri Kristen. Persamaan pada penelitian ini adalah

variabel yang diteliti adalah perilaku merokok dan prestasi belajar.

2. Hasil penelitian Nur Wulan Agustina tentang hubungan merokok dengan

indeks prestasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah 4 Klaten,

diperoleh hasil uji statistik menggunakan Two Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan p value = 0,000 (α < 0,05), maka dapat


27

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara merokok dengan

indeks prestasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah 4 Klaten. Hasil

penelitian tersebut adalah ada hubungan antara merokok dengan prestasi

belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah 4 Klaten. Persamaan pada

penelitian ini adalah variabel yang diteliti adalah merokok dan prestasi

belajar.

3. Hasil penelitian Isnaini Wijayan tentang hubungan motivasi dengan prestasi

belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Waringinsari Barat Kabupaten

Pringsewu, diperoleh hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat

hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar yang

memiliki koefisien korelasi sebesar 0,469.

C. Kerangka Teori

Perilaku Merokok
Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi


belajar antara lain:
1. Faktor internal
a. Keadaan fisik, meliputi: kondisi
kesehatan individu
b. Keadaan psikologis, meliputi:
motivasi siswa
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan sekolah
28

Skema 2.2 (Djaali, 2013)

Keterangan:

Diteliti

Tidak diteliti

Kerangka Teori: Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan Motivasi Belajar

Remaja Usia 12 – 15 Tahun di SMP Negeri 1 Lubuk Dalam.

Perilaku merokok pada remaja dapat berpengaruh pada motivasi dan

prestasi belajarnya.

1. Motivasi merupakan karakteristik psikologi manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor-faktor

yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku

manusia dalam arah tertentu. Motivasi adalah segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Bakhtiar, 2010).

2. Prestasi belajar Penurunan konsentrasi bila terjadi pada anak sekolah maka

akan mengganggu aktivitas belajar. Anak sekolah menjadi malas belajar,

akibatnya prestasi belajar akan menurun (Prasadja, 2008). Prestasi belajar

merupakan indikator keberhasilan belajar siswa. Prestasi belajar merupakan

bentuk penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

dari mata pelajaran yang diberikan oleh guru (Winkel, 2006).


29

D. Kerangka Konsep

Motivasi Belajar
Perilaku merokok

Prestasi Belajar

Skema 2.3 Kerangka Teori Berhubungan Antara Prilaku Merokok

Dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Remaja Usia

12-15 Tahun Di SMP Negeri 1 Lubuk Dalam.

Berdasarkan teori diatas di jelaskan bahwa merokok dianggap dapat

memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan

dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Dan dapat

memberikan dampak pula pada prestasi belajar siswa.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara yang kebenarannya masih perlu

dilakukan pengujian menggunakan alat uji statistik (Sugiyono, 2013).

Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian adalah:

Ha : Ada hubungan antara perilaku merokok dengan motivasi belajar remaja

usia 12-15 tahun di SMP Negeri 1 Lubuk Dalam.

Ho : Tidak ada hubungan antara perilaku merokok dengan motivasi belajar

remaja usia 12-15 tahun di SMP Negeri 1 Lubuk Dalam.


30

Anda mungkin juga menyukai