Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

SITOPATOLOGI

Prodi : Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medik


Hari/Tanggal : Jumat, 19 Mei 2023
Materi : Grossing
Tinjauan Pustaka :

Jaringan sitologi adalah proses pengambilan dan persiapan sampel


jaringan untuk analisis sitologi. Prosedur ini melibatkan pemeriksaan visual
dan taktis dari sampel jaringan untuk memastikan bahwa seluruh area yang
relevan telah diambil dan diproses dengan benar. Tujuan utama dari
grossing jaringan sitologi adalah untuk memastikan bahwa sampel yang
diambil cukup representatif dari lesi atau area yang dicurigai dan
memungkinkan analisis yang akurat.
Prosedur grossing jaringan sitologi melibatkan beberapa tahap,
termasuk identifikasi lesi atau area yang dicurigai, pengambilan sampel,
penandaan dan pengiriman ke laboratorium, pemrosesan dan pewarnaan,
serta analisis mikroskopis oleh ahli patologi. Proses ini sangat penting
dalam diagnosis kanker dan penyakit lainnya yang memerlukan analisis
seluler.
Dalam praktiknya, grossing jaringan sitologi dilakukan oleh ahli
patologi atau teknisi laboratorium yang terlatih secara khusus dalam
pengambilan dan persiapan sampel jaringan. Mereka menggunakan
instrumen khusus seperti pisau bedah dan jarum untuk mengambil sampel
dan memprosesnya dengan benar. Setelah sampel diproses, mereka akan
dianalisis oleh ahli patologi untuk diagnosis dan perawatan lebih lanjut.
Jaringan yang akan diperiksa harus diambil dari bagian yang
representatif (mewakili) seluruh, yang paling abnormal. Apabila jaringan
besar dipotong dengan pemotongan ‘gross’ tebalnya 0,4 cm lalu dimasukan
ke dalam ‘cassette. Fungsu dari grossing untuk mengetahui penampang
mana yang mempresentasikan seluruh bagian dari jaringan. Pemotongan
ini dilakukan secara longitudinal maupu transversal. Langkah-langkah yang
perlu di perhatikan
A. Periksa Status Fiksasi

Spesimen ditangani dengan segera (khususnya spesimen besar yang


mungkin tidak diperbaiki dengan baik).
.

Spesimen dalam wadah besar harus diperiksa sesegera mungkin


untuk memastikan bahwa spesimen tersebut dapat diperbaiki dengan
baik.

B. Siapkan Irisan Tipis


Kehati-hatian selalu dilakukan untuk menyiapkan irisan tipis yang
seragam dari spesimen besar (ketebalan maksimum 3–4 mm). Ini
sangat penting dengan jaringan padat.

Ditampilkan di sini adalah irisan tumor yang seragam dan tipis (2-
3mm) yang siap untuk diproses. Mereka harus memproses secara
efektif dan harus membagi tanpa kesulitan.
C. Hindari Trauma Spesimen
Perawatan diambil untuk menghindari trauma pada spesimen halus,
terutama yang tidak terfiksasi dengan sempurna (tangani dengan hati-
hati, jangan remukkan, selalu gunakan pisau tajam).

Bagian paru-paru yang diwarnai H&E menunjukkan trauma lokal


yang jelas karena genggaman yang sangat kuat dengan
forsep. Jaringan segar atau sebagian yang terfiksasi paling rentan
terhadap kerusakan, tetapi bahkan jaringan yang terfiksasi dengan
baik pun dapat rusak karena penanganan yang kasar.

D. Hindari kontaminasi silang


Setiap spesimen ditangani pada permukaan yang bersih untuk
menghindari kemungkinan kontaminasi spesimen ke spesimen.

Bagian paru-paru yang diwarnai H&E yang mengandung sepotong


jaringan asing (hati) yang terbentur ke permukaan saat dipotong.
E. Berhati-hatilah dengan Bantalan Biopsi
Spesimen segar atau yang belum difiksasi dengan sempurna tidak
ditempatkan di antara bantalan biopsi busa, khususnya spesimen inti
jarum (artefak bantalan biopsi dihindari).

Ruang segitiga yang terlihat pada bagian ini dihasilkan dari efek
tekanan lokal yang disebabkan oleh struktur seluler dari bantalan
busa saat diaplikasikan pada jaringan baru atau jaringan yang
difiksasi dengan sangat singkat.

F. Pilih Kaset yang Sesuai


Pilih kaset yang sesuai untuk jenis spesimen yang
sedang diproses . Fragmen jaringan menyusut selama pemrosesan
dan, jika perforasi kaset terlalu besar, fragmen dapat lolos ke reagen
pemrosesan atau, lebih buruk lagi, berpindah ke spesimen lain.

Beberapa fragmen jaringan yang lebih kecil yang terlihat di sini dapat
keluar melalui lubang di kaset. Ini akan menjadi lebih mungkin
karena jaringan menyusut selama pemrosesan. B. Kaset dengan
perforasi halus tersedia untuk fragmen jaringan kecil.
G. Hindari Overloading Kaset
Kaset tidak pernah dibebani dengan jaringan sehingga
memungkinkan akses siap untuk memproses reagen dan mencegah
distorsi spesimen. Jika volume jaringan terlalu besar, digunakan kaset
kedua.

Kaset ini kelebihan beban. Jika pemrosesan berlanjut, spesimen


akan terdistorsi dan kemungkinan pemrosesan tidak lengkap.

H. Beri Label Kaset dengan Jelas


Kaset selalu diberi label dengan jelas. Identifikasi spesimen yang
akurat sangat penting.

Label kaset yang tidak terbaca ini sama sekali tidak dapat diterima
Sumber :

Erick,K. Dewi, I. (2017). SITOHISTOTEKNOLOGI. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.
Maria, T, S. dkk. (2018). Kendali Mutu. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Tujuan : Untuk mendapatkan potongan jaringan yang representatif

Prinsip : Jaringan yang diduga abnormal dibelah dan dipotong sesuai


ukuran kaset lalu dimasukan kedalam kaset.

Alat dan Bahan :

- Cutter - Air mengalir


- Cassette - Wadah berformalin
- Nampan
- Gunting bedah

Prosedur Kerja :

a. Grossing pada sampel jaringan mamae dextra

1) Siapkan alat dan jaringan mamae dextra

2) Potong jaringan mamae dextra yang telah difiksasi menggunakan

pisau atau cutter

3) Cari bagian yang memiliki bentuk dan warna berbeda yang

teridentifikasi ada tumor pada bagian tersebut dengan menslides

semua bagian.

4) Kemudian, potong dengan bentuk vertical/horizontal/donat

dengan ketebalan 3-4 mm

5) Setelah itu, masukkan jaringan yang telah dipotong kedalam kaset

dengan menggunakan pinset


Prosedur Kerja :

6) Jangan lupa untuk memberi label pada setiap kaset sesuai dengan

identitas pasien menggunakan pensil 2B, selanjutnya ditutup dan

masukkan ke dalam keranjang alat.

b. Grossing pada sampel jaringan tulang

1) Siapkan alat dan jaringan tulang

2) Potong jaringan tulang yang telah difiksasi dengan larutan TBD-1

dan potong menggunakan pisau atau cutter

3) Cari bagian yang memiliki bentuk dan warna berbeda dan mudah

untuk dipotong

4) Setelah itu, masukkan jaringan yang telah dipotong kedalam kaset

dengan menggunakan pinset


Prosedur Kerja :

5) Jangan lupa untuk memberi label pada setiap kaset sesuai dengan

identitas pasien menggunakan pensil 2B, selanjutnya ditutup dan

masukkan ke dalam keranjang alat.

c. Grossing pada sampel kepingan jaringan

1) Siapkan alat dan kepingan jaringan

2) Ambil kepingan jaringan dengan menggunakan pinset

3) Setelah itu, masukkan jaringan kedalam kaset dan tutup

4) Jangan lupa untuk memberi label pada setiap kaset sesuai

dengan identitas pasien menggunakan pensil 2B, selanjutnya

ditutup dan masukkan ke dalam keranjang alat.


Hasil :

Makroskopis
No Organ
Warna Tektur Ukuran

1 Jaringan Mamae Putih Bagian dasar P = 20 CM


Kekuningan berlemak dan
memiliki puting L = 16 CM

T = 10 CM

2 Jaringan Tulang Putih Keras P = 10 CM


Kehitaman
L = 8 CM

T = 3 CM

3 Serpihan Jaringan Merah Muda Serpihan P = 3 CM

L = 2 CM

T = 1 CM
Pembahasan :

Proses grossing jaringan adalah langkah penting dalam pemrosesan


spesimen jaringan yang diambil dari pasien untuk diuji atau dianalisis di
laboratorium. Grossing jaringan dilakukan oleh seorang ahli patologi
anatomi atau tenaga medis terlatih lainnya yang disebut "grosser" atau
"penggrossing."
Berikut adalah langkah-langkah umum yang terlibat dalam proses grossing
jaringan:
 Penerimaan spesimen: Spesimen jaringan diterima dari bedah atau
prosedur diagnostik lainnya. Spesimen ini dapat berupa potongan
jaringan, organ utuh, atau seluruh tubuh dalam kasus autopsi.
 Identifikasi spesimen: Setiap spesimen jaringan diberi label dengan
informasi pasien yang sesuai, seperti nama, nomor pasien, tanggal
pengambilan, dan jenis spesimen yang diambil.
 Pemeriksaan visual: Grosser melakukan pemeriksaan visual terhadap
spesimen untuk memeriksa kelengkapan, ukuran, dan kondisi umumnya.
Dicatat adanya lesi, tumor, perubahan warna, atau patologi lainnya.
 Pengukuran dan penimbangan: Ukuran dan berat spesimen dicatat
dengan akurat. Ini penting untuk menghitung rasio ukuran dan berat
jaringan terhadap volume formalin yang dibutuhkan untuk pengawetan.
 Pemotongan: Spesimen yang lebih besar atau organ yang utuh harus
dipotong menjadi potongan-potongan yang lebih kecil agar dapat diolah
dengan lebih efisien. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan pisau
bedah atau alat khusus, dan grosser harus mempertimbangkan orientasi
dan lokasi potongan jaringan yang diambil.
 Pengambilan spesimen untuk analisis: Grosser mengambil potongan-
potongan jaringan atau spesimen yang dianggap perlu untuk analisis
laboratorium berdasarkan permintaan dokter atau tujuan diagnosa
tertentu.
Pembahasan :

 Pengawetan: Potongan-potongan jaringan yang diambil ditempatkan


dalam larutan pengawet seperti formalin. Ini memastikan bahwa
spesimen tetap dalam keadaan yang baik untuk analisis mikroskopik di
laboratorium patologi.
 Pelaporan: Setelah selesai grossing, grosser menyiapkan laporan atau
catatan yang mendokumentasikan hasil pemeriksaan, temuan penting,
dan tindakan yang diambil. Laporan ini nantinya akan digunakan oleh
ahli patologi dalam membuat diagnosis akhir dan memberikan
rekomendasi pengobatan yang tepat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Identifikasi sampel: Pastikan sampel yang diperiksa telah


diidentifikasi dengan benar sesuai dengan data pasien dan permintaan
pemeriksaan.

2. Pemilihan teknik: Pilih teknik yang tepat untuk memproses dan


mempersiapkan sampel, misalnya teknik pengambilan sampel, teknik
pemotongan, dan teknik pewarnaan.

3. Pemrosesan dan pemotongan jaringan: Lakukan pemrosesan dan


pemotongan jaringan secara hati-hati dan teliti untuk memastikan bahwa
semua area yang diperlukan telah diproses dan dipotong dengan benar.

4. Pemilihan medium fiksasi: Pilih medium fiksasi yang sesuai untuk


jenis sampel yang diperiksa, sehingga sel dan jaringan tetap utuh selama
proses analisis.

5. Pengawetan sampel: Pastikan sampel diawetkan dengan benar setelah


proses pemrosesan dan pemotongan, sehingga sel dan jaringan tetap
terjaga dan tidak rusak.

6. Pengelompokan sampel: Kelompokkan sampel sesuai dengan jenis


dan sifatnya, sehingga memudahkan proses analisis dan interpretasi
hasil.
Pembahasan :

7. Labeling: Pastikan sampel di-label dengan benar sesuai dengan data


pasien dan permintaan pemeriksaan.

8. Kebersihan: Selalu menjaga kebersihan dan sanitasi selama proses


grossing jaringan, seperti menggunakan alat dan peralatan yang steril
dan membersihkan area kerja secara teratur.

9. Dokumentasi: Lakukan dokumentasi secara baik dan benar terhadap


semua proses yang dilakukan, termasuk identifikasi sampel, pengolahan
sampel, jenis teknik yang digunakan, dan hasil analisis.

Proses grossing jaringan dalam sitopatologi membutuhkan keterampilan,


ketelitian, dan pengalaman yang baik. Adanya perhatian dan
pengamatan yang teliti pada setiap tahapan tersebut sangat penting untuk
memastikan hasil analisis yang akurat dan tepat.

Kesimpulan :

Berdasarkan praktikum yang dilakukan pemotongan jaringan (grossing)


yang telah dilakukan terhadap kelenjar mammae disertai bagian kelenjar
getah bening, didapatkan 7 potongan yang diambil dari bagian berbeda dan
dimasukkan kedalam kaset untuk dilanjutkan ke tahap fiksasi, processing,
dan diagnosis.
LAPORAN PRAKTIKUM
SITOPATOLOGI

Prodi : Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medik


Hari/Tanggal : Senin, 15 Mei 2023
Materi : Pemeriksaan Layanan Laboratorium Patologi Anatomi
Tinjauan Pustaka :

Patologi Anatomi merupakan laboratorium khusus untuk mendiagnosis


penyakit melalui materi biologi yang berasal dari organ jaringan, sel, atau cairan
melalui proses sistematik tertentu. Lingkup pemeriksaan Patologi Anatomi
terdiri dari histopatologi, potong beku atau frozen section, histokimia,
imunohistokimia dan sitologi.
Pemeriksaan histopatologi adalah pemeriksaan mikroskopis terhadap
sampel jaringan yang didapatkan dari operasi, biopsi, atau kerokan (curettage)
yang bertujuan untuk melihat perubahan morfologi jaringan sehingga diagnosis
pasti suatu penyakit dapat ditegakkan.
Potong beku atau frozen section atau vries coupe (VC) adalah salah satu
pemeriksaan yang bertujuan untuk mendiagnosis lesi secara cepat saat pasien
berada di atas meja operasi. Histokimia adalah pemrosesan laboratorium
membantu penegakkan diagnosis suatu penyakit dengan cara berbagai pulasan
yang berbasis reaksi kimia dalam jaringan untuk menentukan kandungan jenis
senyawa kimia dalam sel dan jaringan. Imunohistokimia adalah suatu metode
laboratorium yang digunakan untuk memeriksa antigen (penanda) tertentu
dalam sampel jaringan dengan menggunakan antibodi.
Sitologi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang
morfologi sel-sel secara individual atau sel yang berasal dari fragmen jaringan
yang diamati secara mikroskopis. Sediaan sitologi dapat dibuat dari berbagai
sumber dalam tubuh (urin, putting, dahak, vagina, sinus, dll), kerokan
diperoloeh (mukosa bukal, lambung, saluran pernapasan), dan dari cairan yang
terkumpul di dalam tubuh (pleura, peritoneal, pericardial) bahkan dari aspirasi
benjolan tubuh yang terlihat atau teraba (Khristian & Inderiati, 2017).
Pada Praktikum dilakukan pembuatan dan pewarnaan sediaan Sitologi
yaitu Diff quick dan Papanicolaou. Pengecatan diff quick merupakan
pengecatan cepat, yang biasa digunakan dalam pewarnaan histologis dengan
cepat dan untuk membedakan smear, dan dari aspirasi jarum halus, pewarnaan
ini menggunakan alkohol dan giemsa. Fiksasi yang digunakan pada
pengecatan diff quick adalah fiksasi kering, sediaan harus dikeringkan di udara
terbuka dan tidak dimasukkan ke dalam cairan fiksasi. Pengecatan
papaniculaou adalah melakukan pewarnaan, hidrasi dan dehidrasi sel.
Pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan yang baik serta
pengamatan mikroskopik yang cermat, merupakan langkah yang harus
ditempuh dalam menegakkan diagnosa (Putir, 2013).

Sumber :
Khristian E & Inderiati D., 2017. Sitohistoteknologi. Pusat pendidikan sumber
daya manusia Kesehatan. Jakarta.

Tujuan : Tujuan pemeriksaan sitologi adalah untuk


mengidentifikasi dan menganalisis sel-sel yang diambil
dari jaringan tubuh atau cairan tubuh. Pemeriksaan sitologi
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan sel
yang abnormal, seperti sel kanker, sel prekanker, atau sel
yang menunjukkan tanda-tanda infeksi. Pemeriksaan ini
juga dapat membantu dalam mendiagnosis penyakit atau
kondisi tertentu, memantau respons terhadap pengobatan,
dan memberikan informasi tambahan yang diperlukan
untuk perencanaan perawatan pasien.

Prinsip : Prinsip pemeriksaan sitologi adalah memeriksa sampel sel


yang terlepas (eksfoliasi) atau yang dilakukan aspirasi,
karena untuk mendapatkan hasil yang akurat harus
memperhatikan antara lain pengambilan sampel,
pengolahan sel di laboratorium dan pemeriksa.
Alat dan Bahan :

Alat : Bahan :
 Spuit  Sampel cairan pleura
 Cetakan khusus  Anti septik
 Kertas khusus cetakan  Methanol
 Objek glass  Eosin
 Corong khusus  Methylene Blue
 Penutup bagian lubang  Entelan
corong
 Alkohol 95%
 Cytospin
 Air
 Hairdrayer
 Alkohol bertingkat 70%, 80%, 96%
 Label
 Rak pewarnaan
 Cover glass
 Pipet
 Mikroskop

Prosedur Kerja :

a. Administrasi Penerimaan
1) Penyerahan blanko permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim
beserta sampel kebagian administrasi
2) Penandatanganan persetujuan dari pihak pasien
3) Lampiran hasil pemeriksaan sebelumnya
b. Persiapan Pasien
1) Dicocokkan blanko permintaan dengan pasien yang dilakukan FNAB
2) Dibaringkan pasien dan dicek tekanan darahnya
3) Pasien siap dilakukan FNAB

c. Pelaksanaan FNAB
d. Pengolahan Sediaan
c. Pelaksanaan FNAB
1) Bagian massa tumor disterilisasi dengan antiseptik.
2) Dilakukan pembiusan lokal jika diperlukan.
3) Dilakukan tindakan FNAB dengan menggunakan spuit oleh dokter PA.
4) Dilakukan penutupan bekas FNAB
5) Diproses sampel hasil FNAB
d. Pengolahan Sediaan
1) Dibuat apusan dari cairan sampel menggunakan cetakan khusus
2) Dibuka penutup cetakan, masukkan object glass dan lapisi dengan kertas
khusus cetakan, perhatikan bahwa bagian kasar kertas harus menghadap
keatas.
3) Lalu lapisi kertas cetakan tersebut dengan corong khusus untuk
meletakkan cairan sampel yang akan dicetak.
4) Ditutup cetakan dan diletakkan secara tegak, lalu masukkan 5-6 tetes
sampel pada bagian corong, lalu tutup menggunakan penutup pada bagian
lubang corongnya.
5) Diputar dengan cytospin selama 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm.
6) Setelah itu keluarkan object glass dari cetakan dan keringkan.
7) Diwarnai apusan dengan pewarnaan diffquick atau papaniculou.
e. Prosedur Pewarnaan Diffquick
1) Dikeringkan slide terlebih dahulu dengan menggunakan hairdryer.
2) Dicelupkan dalam pewarna :
Methanol ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer
Eosin ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer
Methylene Blue ( 5 celup ), kemudian dicuci dengan air sampai bersih lalu
keringkan dengan hairdryer.
3) Ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan cover glass.
4) Diurutkan sesuai dengan blanko, kemudian slide diberi label.
5) Sediaan siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.
f. Prosedur Pewarnaan Papaniculou
1) Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi dengan alkohol 95%
, bilas dengan air.
2) Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 5
menit, dibilas dengan air.
3) Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 5
menit, dibilas dengan air.
4) Dimasukkan kedalam larutan Orange-G selama 2 menit.
5) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat 70%, 80% masing-
masing 1 menit dan alkohol 96% 3 menit.
6) Dimasukkan kedalam larutan Eosin Alkohol selama 3 menit.
7) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat 70%, 80% masing-
masing 1 menit dan alkohol 96% 3 menit, kemudian dikeringkan
dengan hairdryer.
8) Sediaan diberi lem entelan dan ditutup dengan cover glass.
9) Dicocokkan dengan blanko permintaan pemeriksaan.
10) Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.
Hasil :

Preparat Sitologi Sampel Cairan Mikroskopis Preparat Sitologi


Pleura dengan Pewarnaan Diff-quick dengan perbesaran 40 x 10

Preparat Sitologi Sampel Cairan Mikroskopis Preparat Sitologi


Pleura dengan Pewarnaan dengan perbesaran 100 x 10
Papaniculou
Pembahasan :

A. Pewarnaan Diff-Quick
Pewarnaan sitologi menggunakan metode Diff-Quick merupakan salah satu
teknik pewarnaan yang sering digunakan dalam bidang sitologi. Metode ini
dikembangkan oleh Romon D. Lillie pada tahun 1969 dan menjadi pilihan yang
populer dalam pewarnaan preparat sitologi. Pewarnaan sitologi metode Diff-
Quick melibatkan tiga larutan pewarna yang berbeda, yaitu larutan pewarna
merah, larutan pewarna biru, dan larutan pewarna ungu. Proses pewarnaan ini
melibatkan serangkaian langkah, termasuk fiksasi, pewarnaan dengan larutan
pewarna merah, pewarnaan dengan larutan pewarna biru, dan akhirnya
pewarnaan dengan larutan pewarna ungu.
Berikut adalah pembahasan tentang pewarnaan sitologi metode Diff-Quick:
1. Fiksasi
Langkah pertama dalam pewarnaan sitologi metode Diff-Quick adalah
fiksasi. Fiksasi bertujuan untuk mempertahankan struktur dan morfologi sel.
Biasanya, preparat sitologi diawetkan dengan menggunakan metode fiksasi
menggunakan larutan formalin atau metanol. Fiksasi yang baik sangat
penting untuk menjaga integritas sel dan memungkinkan pewarnaan yang
akurat.
2. Pewarnaan dengan larutan pewarna merah
Setelah fiksasi, preparat selanjutnya direndam dalam larutan pewarna merah
selama beberapa detik. Larutan pewarna merah biasanya mengandung eosin
atau eosin G. Pewarnaan dengan larutan pewarna merah memberikan warna
merah pada sitoplasma sel, sehingga membedakan sitoplasma dan struktur
sitoplasma dengan inti sel.
3. Pewarnaan dengan larutan pewarna biru
Setelah proses pewarnaan dengan larutan pewarna merah, preparat
selanjutnya direndam dalam larutan pewarna biru. Larutan pewarna biru
biasanya mengandung metilen biru. Pewarnaan dengan larutan pewarna biru
memberikan warna biru pada inti sel. Pewarnaan ini membedakan inti sel dari
sitoplasma yang telah diwarnai merah sebelumnya.
4. Pewarnaan dengan larutan pewarna ungu
Langkah terakhir dalam pewarnaan sitologi metode Diff-Quick adalah
pewarnaan dengan larutan pewarna ungu. Larutan pewarna ungu biasanya
mengandung polychrome methylene blue. Pewarnaan dengan larutan
pewarna ungu memberikan warna ungu pada inti sel. Pewarnaan ini
membantu dalam pengamatan dan identifikasi detail struktur inti sel.
Setelah selesai proses pewarnaan, preparat sitologi yang sudah diwarnai
dengan metode Diff-Quick dapat dilihat di bawah mikroskop. Warna merah pada
sitoplasma, biru pada inti sel, dan ungu pada inti sel memungkinkan identifikasi
yang jelas dari komponen seluler dan struktur sel.
Keuntungan menggunakan metode Diff-Quick adalah cepat, sederhana,
dan memberikan hasil pewarnaan yang baik dalam waktu singkat. Metode ini
sering digunakan dalam praktik laboratorium untuk pewarnaan preparat sitologi,
seperti pengamatan sel darah tepi, sediaan aspirasi jarum halus (fine needle
aspiration), atau pengamatan.
B. Pewarnaan Papaniculou
Pewarnaan Papanicolaou didasarkan pada penggunaan berbagai pewarna
untuk mengungkapkan komponen seluler dengan cara yang kontras dan mudah
diamati di bawah mikroskop. Pewarnaan ini melibatkan beberapa langkah,
termasuk fiksasi, pewarnaan dengan Hematoxylin, Orange G, dan Eosin.
1) Hemaktosilin
Hematoksilin merupakan pewarna basa yang memiliki afinitas dengan DNA.
Dalam pewarnaan Papanicolaou, hematoksilin digunakan sebagai pewarna
inti sel. Hematoksilin memberikan warna biru keunguan pada inti sel,
memungkinkan pengamatan yang jelas dan identifikasi struktur inti sel
dengan baik.
2) Orange G
Orange G adalah pewarna asam yang digunakan dalam pewarnaan
Papanicolaou untuk memberikan kontras pada sitoplasma sel. Pewarna ini
memberikan warna hijau pada sitoplasma, membedakan sitoplasma dengan
inti sel yang telah diwarnai dengan hematoksilin.
3) Eosin
Eosin adalah pewarna asam yang memberikan warna merah muda pada
sitoplasma sel dan beberapa struktur seluler tertentu. Pewarna ini digunakan
dalam tahap akhir pewarnaan Papanicolaou untuk memberikan kontras
tambahan pada sitoplasma dan memungkinkan pengamatan lebih rinci
tentang perubahan morfologi seluler.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan pewarnaan
Papanicolaou tidak memberikan hasil yang baik. Beberapa faktor yang mungkin
mempengaruhi kualitas pewarnaan Papanicolaou antara lain:
1) Ketidakpatuhan dalam Pengambilan Sampel
Jika sampel sel yang diambil tidak cukup atau tidak mewakili area yang
relevan, maka pewarnaan tidak akan memberikan hasil yang akurat.
2) Kontaminasi
Kontaminasi sampel dengan darah, lendir, atau bakteri dapat mengganggu
pewarnaan dan mengaburkan sel yang diamati. Selain itu, kerusakan atau
deformasi sel yang terjadi selama pengumpulan atau penanganan sampel
dapat mempengaruhi kualitas pewarnaan.
3) Fiksasi yang tidak Memadai
Fiksasi yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan sel dan
mengaburkan struktur seluler yang diinginkan. Fiksasi yang terlalu lama atau
terlalu singkat, penggunaan agen fiksatif yang tidak sesuai, atau kesalahan
dalam teknik fiksasi dapat menghasilkan pewarnaan yang buruk.
4) Kesalahan dalam Teknik Pewarnaan
Teknik pewarnaan yang tidak benar, seperti waktu pewarnaan yang tidak
tepat, konsentrasi pewarna yang salah, atau teknik pewarnaan yang tidak
konsisten, dapat menghasilkan pewarnaan yang tidak baik. Kesalahan teknis
semacam itu dapat mengganggu identifikasi struktur seluler dan interpretasi
hasil.
5) Kualitas Mikroskop atau Alat Pewarnaan
Kualitas mikroskop atau alat pewarnaan yang digunakan juga dapat
mempengaruhi kualitas pewarnaan Papanicolaou. Jika mikroskop tidak
memiliki resolusi yang cukup atau alat pewarnaan tidak berfungsi dengan
baik, citra sel yang diamati mungkin tidak jelas atau tidak dapat dievaluasi
dengan benar.
Kelebihan pewarnaan Papanicolaou umumnya dianggap memiliki akurasi
dan sensitivitas yang baik dalam mendeteksi sel-sel abnormal. Metode ini
memungkinkan identifikasi dan analisis fraksi seluler tertentu, termasuk sel basal,
sel parabasal, dan sel skuamosa. Pewarnaan ini juga memungkinkan interpretasi
visual yang relatif mudah dan dapat dilakukan oleh ahli sitologi yang
berpengalaman.
Kekurangan dari metode ini ialah membutuhkan keterampilan teknis yang
baik dalam melakukan pewarnaan yang konsisten dan menghasilkan hasil yang
dapat diinterpretasikan dengan benar. Interpretasi hasil pewarnaan Papanicolaou
masih melibatkan faktor subjektif, terutama dalam mengklasifikasikan sel-sel
yang berbeda dan mengidentifikasi perubahan abnormal.
Interpretasi hasil pewarnaan Papanicolaou harus mempertimbangkan
perubahan morfologi yang terlihat pada inti sel, sitoplasma, dan struktur seluler
lainnya, serta konteks klinis dan gejala pasien.

Kesimpulan :

Patologi Anatomi merupakan laboratorium khusus untuk mendiagnosis penyakit


melalui materi biologi yang berasal dari organ jaringan, sel, atau cairan melalui
sistem sistematik tertentu, salah satunya yaitu Sitologi.
Sitologi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang mirfologi sel-
sel secara individual atau sel yang berasal dari fragmen jaringan yang diamati secara
mikroskopis.
Ada 2 metode pewarnaan sediaan Sitologi, yaitu :
 Diff-quick
 Papaniculou

Banjarbaru, 20 Mei 2023


Dosen Pembimbing, Perwakilan Kelas

(Siti Khairunisya, S.ST., M.Si) (Mariatul Qibtiyah) (Ummu Salamah A.Z)


Sebagai sipen praktik Sebagai sipen praktik
kelompok 1 kelompok 2
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Ruang Pengambilan Sampel

Lemari Penyimpanan Blok Lemari Penyimpanan


Parafin Sampel

Alat Cytospin Proses Pembuatan Apusan


Cairan Preparat Sitologi
Preparan Cetakan Apusan
Setelah disentrifus
yang belum disentrifus

Reagen Pewarnaan Diff- Proses Pewarnaan Diff-


Kwick Kwick

Proses Pewarnaan Preparat hasil Pewarnaan


Papanicolaou Papanicolaou
KELOMPOK SITOHISTOLOGI & VIROLOGI
MAHASISWA SEMESTER VI PRODI TLM PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLTEWKKES KEMENKES BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Kelompok 1 Kelompok 2
No. Nama NIM Nama NIM

1 Annisa Azzahra P07134220005 Chairun Nisa P07134220009


2 Bunga Sri Agus Putri P07134220008 Eka Safriyanti P07134220012
3 Hatimah Nurhanida P07134220016 Fini Noor Nazila P07134220015
Hendy Rizky Putra Kadek Winda P07134220020
P07134220017
4 Pratama Sawitri
Muhammad P07134220028
Lina Ramadaniyati P07134220021 Nurfajrin
5 Maulana
6 Mariatul Qibtiyah P07134220023 Nadia Ulfahma P07134220031
Nadya Syifa P07134220032
Muhammad Fariz P07134220026
7 Andini
Qothri Agnia P07134220036
Nadia Amalia Putri P07134220030
8 Pribadi
Ribka Rezeki Ruzatul Janah P07134220045
P07134220041
9 Marahatini
Ummu Salamah Az Tesa Elnida P07134220046
P07134220048
10 Zahra

Kelompok 3 Kelompok 4
No. Nama NIM Nama NIM

1 Alda Nia P07134220003 Adisti Rahayu P07134220001


Afrelicia P07134220002
2 Amilisa P07134220004 Praoenitiyas
Sutarto
3 Arie Oktoberiani P07134220006 Aulia Azizah P07134220007
4 Erlin Rizky Meilinda P07134220013 Jumriani P07134220019
Muhammad P07134220027
Fidya Kurnia Hestiti P07134220014
5 Hafidh
6 Iqbal Ilmi P07134220018 Muna Soraya P07134220029
7 Maulida Rahmah P07134220024 Resza Monica P07134220040
8 Melinda P07134220025 Rika Rahmah P07134220042
Tinneke P07134220047
Nurmalasari P07134220035 Marshanda
9 Gunawan
10 Rahmah Febrianti Aulia P07134220037

Anda mungkin juga menyukai