Sitohistologi Ulin
Sitohistologi Ulin
SITOPATOLOGI
Ditampilkan di sini adalah irisan tumor yang seragam dan tipis (2-
3mm) yang siap untuk diproses. Mereka harus memproses secara
efektif dan harus membagi tanpa kesulitan.
C. Hindari Trauma Spesimen
Perawatan diambil untuk menghindari trauma pada spesimen halus,
terutama yang tidak terfiksasi dengan sempurna (tangani dengan hati-
hati, jangan remukkan, selalu gunakan pisau tajam).
Ruang segitiga yang terlihat pada bagian ini dihasilkan dari efek
tekanan lokal yang disebabkan oleh struktur seluler dari bantalan
busa saat diaplikasikan pada jaringan baru atau jaringan yang
difiksasi dengan sangat singkat.
Beberapa fragmen jaringan yang lebih kecil yang terlihat di sini dapat
keluar melalui lubang di kaset. Ini akan menjadi lebih mungkin
karena jaringan menyusut selama pemrosesan. B. Kaset dengan
perforasi halus tersedia untuk fragmen jaringan kecil.
G. Hindari Overloading Kaset
Kaset tidak pernah dibebani dengan jaringan sehingga
memungkinkan akses siap untuk memproses reagen dan mencegah
distorsi spesimen. Jika volume jaringan terlalu besar, digunakan kaset
kedua.
Label kaset yang tidak terbaca ini sama sekali tidak dapat diterima
Sumber :
Prosedur Kerja :
semua bagian.
6) Jangan lupa untuk memberi label pada setiap kaset sesuai dengan
3) Cari bagian yang memiliki bentuk dan warna berbeda dan mudah
untuk dipotong
5) Jangan lupa untuk memberi label pada setiap kaset sesuai dengan
Makroskopis
No Organ
Warna Tektur Ukuran
T = 10 CM
T = 3 CM
L = 2 CM
T = 1 CM
Pembahasan :
Kesimpulan :
Sumber :
Khristian E & Inderiati D., 2017. Sitohistoteknologi. Pusat pendidikan sumber
daya manusia Kesehatan. Jakarta.
Alat : Bahan :
Spuit Sampel cairan pleura
Cetakan khusus Anti septik
Kertas khusus cetakan Methanol
Objek glass Eosin
Corong khusus Methylene Blue
Penutup bagian lubang Entelan
corong
Alkohol 95%
Cytospin
Air
Hairdrayer
Alkohol bertingkat 70%, 80%, 96%
Label
Rak pewarnaan
Cover glass
Pipet
Mikroskop
Prosedur Kerja :
a. Administrasi Penerimaan
1) Penyerahan blanko permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim
beserta sampel kebagian administrasi
2) Penandatanganan persetujuan dari pihak pasien
3) Lampiran hasil pemeriksaan sebelumnya
b. Persiapan Pasien
1) Dicocokkan blanko permintaan dengan pasien yang dilakukan FNAB
2) Dibaringkan pasien dan dicek tekanan darahnya
3) Pasien siap dilakukan FNAB
c. Pelaksanaan FNAB
d. Pengolahan Sediaan
c. Pelaksanaan FNAB
1) Bagian massa tumor disterilisasi dengan antiseptik.
2) Dilakukan pembiusan lokal jika diperlukan.
3) Dilakukan tindakan FNAB dengan menggunakan spuit oleh dokter PA.
4) Dilakukan penutupan bekas FNAB
5) Diproses sampel hasil FNAB
d. Pengolahan Sediaan
1) Dibuat apusan dari cairan sampel menggunakan cetakan khusus
2) Dibuka penutup cetakan, masukkan object glass dan lapisi dengan kertas
khusus cetakan, perhatikan bahwa bagian kasar kertas harus menghadap
keatas.
3) Lalu lapisi kertas cetakan tersebut dengan corong khusus untuk
meletakkan cairan sampel yang akan dicetak.
4) Ditutup cetakan dan diletakkan secara tegak, lalu masukkan 5-6 tetes
sampel pada bagian corong, lalu tutup menggunakan penutup pada bagian
lubang corongnya.
5) Diputar dengan cytospin selama 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm.
6) Setelah itu keluarkan object glass dari cetakan dan keringkan.
7) Diwarnai apusan dengan pewarnaan diffquick atau papaniculou.
e. Prosedur Pewarnaan Diffquick
1) Dikeringkan slide terlebih dahulu dengan menggunakan hairdryer.
2) Dicelupkan dalam pewarna :
Methanol ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer
Eosin ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer
Methylene Blue ( 5 celup ), kemudian dicuci dengan air sampai bersih lalu
keringkan dengan hairdryer.
3) Ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan cover glass.
4) Diurutkan sesuai dengan blanko, kemudian slide diberi label.
5) Sediaan siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.
f. Prosedur Pewarnaan Papaniculou
1) Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi dengan alkohol 95%
, bilas dengan air.
2) Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 5
menit, dibilas dengan air.
3) Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 5
menit, dibilas dengan air.
4) Dimasukkan kedalam larutan Orange-G selama 2 menit.
5) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat 70%, 80% masing-
masing 1 menit dan alkohol 96% 3 menit.
6) Dimasukkan kedalam larutan Eosin Alkohol selama 3 menit.
7) Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat 70%, 80% masing-
masing 1 menit dan alkohol 96% 3 menit, kemudian dikeringkan
dengan hairdryer.
8) Sediaan diberi lem entelan dan ditutup dengan cover glass.
9) Dicocokkan dengan blanko permintaan pemeriksaan.
10) Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.
Hasil :
A. Pewarnaan Diff-Quick
Pewarnaan sitologi menggunakan metode Diff-Quick merupakan salah satu
teknik pewarnaan yang sering digunakan dalam bidang sitologi. Metode ini
dikembangkan oleh Romon D. Lillie pada tahun 1969 dan menjadi pilihan yang
populer dalam pewarnaan preparat sitologi. Pewarnaan sitologi metode Diff-
Quick melibatkan tiga larutan pewarna yang berbeda, yaitu larutan pewarna
merah, larutan pewarna biru, dan larutan pewarna ungu. Proses pewarnaan ini
melibatkan serangkaian langkah, termasuk fiksasi, pewarnaan dengan larutan
pewarna merah, pewarnaan dengan larutan pewarna biru, dan akhirnya
pewarnaan dengan larutan pewarna ungu.
Berikut adalah pembahasan tentang pewarnaan sitologi metode Diff-Quick:
1. Fiksasi
Langkah pertama dalam pewarnaan sitologi metode Diff-Quick adalah
fiksasi. Fiksasi bertujuan untuk mempertahankan struktur dan morfologi sel.
Biasanya, preparat sitologi diawetkan dengan menggunakan metode fiksasi
menggunakan larutan formalin atau metanol. Fiksasi yang baik sangat
penting untuk menjaga integritas sel dan memungkinkan pewarnaan yang
akurat.
2. Pewarnaan dengan larutan pewarna merah
Setelah fiksasi, preparat selanjutnya direndam dalam larutan pewarna merah
selama beberapa detik. Larutan pewarna merah biasanya mengandung eosin
atau eosin G. Pewarnaan dengan larutan pewarna merah memberikan warna
merah pada sitoplasma sel, sehingga membedakan sitoplasma dan struktur
sitoplasma dengan inti sel.
3. Pewarnaan dengan larutan pewarna biru
Setelah proses pewarnaan dengan larutan pewarna merah, preparat
selanjutnya direndam dalam larutan pewarna biru. Larutan pewarna biru
biasanya mengandung metilen biru. Pewarnaan dengan larutan pewarna biru
memberikan warna biru pada inti sel. Pewarnaan ini membedakan inti sel dari
sitoplasma yang telah diwarnai merah sebelumnya.
4. Pewarnaan dengan larutan pewarna ungu
Langkah terakhir dalam pewarnaan sitologi metode Diff-Quick adalah
pewarnaan dengan larutan pewarna ungu. Larutan pewarna ungu biasanya
mengandung polychrome methylene blue. Pewarnaan dengan larutan
pewarna ungu memberikan warna ungu pada inti sel. Pewarnaan ini
membantu dalam pengamatan dan identifikasi detail struktur inti sel.
Setelah selesai proses pewarnaan, preparat sitologi yang sudah diwarnai
dengan metode Diff-Quick dapat dilihat di bawah mikroskop. Warna merah pada
sitoplasma, biru pada inti sel, dan ungu pada inti sel memungkinkan identifikasi
yang jelas dari komponen seluler dan struktur sel.
Keuntungan menggunakan metode Diff-Quick adalah cepat, sederhana,
dan memberikan hasil pewarnaan yang baik dalam waktu singkat. Metode ini
sering digunakan dalam praktik laboratorium untuk pewarnaan preparat sitologi,
seperti pengamatan sel darah tepi, sediaan aspirasi jarum halus (fine needle
aspiration), atau pengamatan.
B. Pewarnaan Papaniculou
Pewarnaan Papanicolaou didasarkan pada penggunaan berbagai pewarna
untuk mengungkapkan komponen seluler dengan cara yang kontras dan mudah
diamati di bawah mikroskop. Pewarnaan ini melibatkan beberapa langkah,
termasuk fiksasi, pewarnaan dengan Hematoxylin, Orange G, dan Eosin.
1) Hemaktosilin
Hematoksilin merupakan pewarna basa yang memiliki afinitas dengan DNA.
Dalam pewarnaan Papanicolaou, hematoksilin digunakan sebagai pewarna
inti sel. Hematoksilin memberikan warna biru keunguan pada inti sel,
memungkinkan pengamatan yang jelas dan identifikasi struktur inti sel
dengan baik.
2) Orange G
Orange G adalah pewarna asam yang digunakan dalam pewarnaan
Papanicolaou untuk memberikan kontras pada sitoplasma sel. Pewarna ini
memberikan warna hijau pada sitoplasma, membedakan sitoplasma dengan
inti sel yang telah diwarnai dengan hematoksilin.
3) Eosin
Eosin adalah pewarna asam yang memberikan warna merah muda pada
sitoplasma sel dan beberapa struktur seluler tertentu. Pewarna ini digunakan
dalam tahap akhir pewarnaan Papanicolaou untuk memberikan kontras
tambahan pada sitoplasma dan memungkinkan pengamatan lebih rinci
tentang perubahan morfologi seluler.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan pewarnaan
Papanicolaou tidak memberikan hasil yang baik. Beberapa faktor yang mungkin
mempengaruhi kualitas pewarnaan Papanicolaou antara lain:
1) Ketidakpatuhan dalam Pengambilan Sampel
Jika sampel sel yang diambil tidak cukup atau tidak mewakili area yang
relevan, maka pewarnaan tidak akan memberikan hasil yang akurat.
2) Kontaminasi
Kontaminasi sampel dengan darah, lendir, atau bakteri dapat mengganggu
pewarnaan dan mengaburkan sel yang diamati. Selain itu, kerusakan atau
deformasi sel yang terjadi selama pengumpulan atau penanganan sampel
dapat mempengaruhi kualitas pewarnaan.
3) Fiksasi yang tidak Memadai
Fiksasi yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan sel dan
mengaburkan struktur seluler yang diinginkan. Fiksasi yang terlalu lama atau
terlalu singkat, penggunaan agen fiksatif yang tidak sesuai, atau kesalahan
dalam teknik fiksasi dapat menghasilkan pewarnaan yang buruk.
4) Kesalahan dalam Teknik Pewarnaan
Teknik pewarnaan yang tidak benar, seperti waktu pewarnaan yang tidak
tepat, konsentrasi pewarna yang salah, atau teknik pewarnaan yang tidak
konsisten, dapat menghasilkan pewarnaan yang tidak baik. Kesalahan teknis
semacam itu dapat mengganggu identifikasi struktur seluler dan interpretasi
hasil.
5) Kualitas Mikroskop atau Alat Pewarnaan
Kualitas mikroskop atau alat pewarnaan yang digunakan juga dapat
mempengaruhi kualitas pewarnaan Papanicolaou. Jika mikroskop tidak
memiliki resolusi yang cukup atau alat pewarnaan tidak berfungsi dengan
baik, citra sel yang diamati mungkin tidak jelas atau tidak dapat dievaluasi
dengan benar.
Kelebihan pewarnaan Papanicolaou umumnya dianggap memiliki akurasi
dan sensitivitas yang baik dalam mendeteksi sel-sel abnormal. Metode ini
memungkinkan identifikasi dan analisis fraksi seluler tertentu, termasuk sel basal,
sel parabasal, dan sel skuamosa. Pewarnaan ini juga memungkinkan interpretasi
visual yang relatif mudah dan dapat dilakukan oleh ahli sitologi yang
berpengalaman.
Kekurangan dari metode ini ialah membutuhkan keterampilan teknis yang
baik dalam melakukan pewarnaan yang konsisten dan menghasilkan hasil yang
dapat diinterpretasikan dengan benar. Interpretasi hasil pewarnaan Papanicolaou
masih melibatkan faktor subjektif, terutama dalam mengklasifikasikan sel-sel
yang berbeda dan mengidentifikasi perubahan abnormal.
Interpretasi hasil pewarnaan Papanicolaou harus mempertimbangkan
perubahan morfologi yang terlihat pada inti sel, sitoplasma, dan struktur seluler
lainnya, serta konteks klinis dan gejala pasien.
Kesimpulan :
Kelompok 1 Kelompok 2
No. Nama NIM Nama NIM
Kelompok 3 Kelompok 4
No. Nama NIM Nama NIM